Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tahukah Anda, kenyataan bahwa sekarang Anda dapat duduk dengan nyaman disebabkan oleh suatu sistem yang mengatur keseimbangan dalam tubuh kita? Sebagai contoh bagaimanapun keadaan cuaca di luar baik itu dingin maupun panas, suhu tubuh kita akan tetap normal. Terjadinya kenaikan atau penurunan suhu secara tiba-tiba akan sangat beresiko terhadap kelangsungan hidup kita. Contohnya seorang pendaki gunung es yang mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh) beresiko mengalami kematian.

Sama halnya pada tekanan darah, jumlah cairan dalam darah, dan kecepatan fungsi sel dalam tubuh kita yang juga mengalami suatu proses keseimbangan. Keseimbangan tersebut dijaga oleh suatu sistem tertentu dalam tubuh setiap saat. Jika anda adalah seorang pelajar, tentunya anda pernah melewati suatu ujian di sekolah. Taukah Anda apa yang terjadi pada tubuh anda saat itu? Suatu sistem dalam tubuh kita mengatur supaya denyut jantung diperkuat juga memerintahkan mengubah glikogen menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dari proses ini Anda akan memiliki semangat yang besar dalam mempersiapkan ujian tersebut.

Suatu sistem yang menjaga keseimbangan tubuh kita setiap saat ini adalah sistem Hormon. Hormon bahasa Yunani, horman menggerakkan") adalah pembawa pesan yang berarti "yang antar sel atau

kimiawi

antarkelompok sel. Hormon berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan suatu tindakan atau aktivitas tertentu.

Tindakan yang dilakukan karena pesan hormon sangat bervariasi, termasuk di antaranya adalah mengatur aktivitas seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan. Hormon dihasilkan oleh suatu kelenjar yang disebut kelenjar endokrin. Kelenjar ini disebut pula kelenjar buntu. Hormon tidak dialirkan melalui saluran, tetapi alirannya langsung masuk ke pembuluh darah dan mengadakan kontak dengan semua jaringan yang ada pada tubuh, akan tetapi hanya sel jaringan yang mengandung reseptor spesifik terhadap hormon tertentulah yang terpengaruh. Contohnya rambut halus yang tumbuh pada seseorang yang telah memasuki akhil baligh akan tumbuh pada daerah tertentu yakni pada jaringan yang mengandung reseptor hormon tertentu saja.

Ciri-ciri hormon : 1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah yang sangat kecil 2. Diangkut oleh darah menuju ke sel/ jaringan target 3. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target 4. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus 5. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat pula mempengaruhi beberapa sel target yang berlainan. Kelenjar endokrin dalam tubuh manusia meliputi kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, kelenjar kelamin (ovarium pada wanita atau testis pada laki-laki). Pada kali ini kami akan mengulas mengenai kelenjar hipotalamus.

1.2 Rumusan Masalah a. Apakah kelenjar hipotalamus itu? b. Bagaimana karakteristik dari kelenjar hipotalamus tersebut?

c. Apa saja fungsi dari kelenjar hipotalamus? d. Bagaimana mekanisme kerja dari kelenjar hipotalamus? e. Hormon apa saja yang diproduksi oleh kelenjar hipotalamus ini?

1.3 Tujuan a. Mahasiswa mengerti dengan kelenjar hipotalamus. b. Mahasiswa mengetahui fungsi dari kelenjar hipotalamus tersebut. c. Mahasiswa mengetahui mengenai mekanisme kerja kelenjar hipotalamus itu.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipotalamus adalah bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid dan glukokortikoid, glukosa dan suhu. Hipotalamus juga merupakan pusat kontrol autonom. Hipotalamus adalah pemimpin umum sistem hormon. Hipotalamus memiliki tugas penting yaitu memastikan kemantapan dalam tubuh manusia. Setiap saat, hipotalamus mengkaji pesan - pesan yang datang dari otak dan dari dalam tubuh. Setelah itu, hipotalamus menjalankan beberapa fungsi, seperti menjaga kemantapan suhu tubuh, mengendalikan tekanan darah, memastikan keseimbangan cairan, dan bahkan pola tidur yang tepat. Hipotalamus terletak langsung di bawah otak dan ukurannya sebesar biji kenari. Sejumlah besar informasi sehubungan dengan keadaan tubuh dikirim ke hipotalamus. Informasi ini disampaikan ke sana dari setiap titik dalam tubuh, termasuk pusat indra dalam otak. Kemudian hipotalamus menguraikan informasi yang diterimanya, memutuskan tindakan yang harus diambil dan perubahan yang harus dibuat dalam tubuh, serta membuat selsel tertentu menjalankan keputusannya. Hal mendasar yang harus diperhatikan di sini adalah hipotalamus itu sebuah organ yang terdiri dari sel-sel tak sadar. Suatu sel yang tidak mengetahui berapa lama manusia harus tidur, ia tidak dapat menghitung berapa seharusnya suhu tubuh. Sel tidak dapat mengambil keputusan terbaik berdasarkan informasi yang ada, dan tidak dapat membuat selain yang berjauhan letaknya dalam tubuh menjalankan keputusan itu. Namun, sel-sel dalam hipotalamus bertindak

dalam cara yang luar biasa sadar demi menjamin bahwa keseimbangan yang dibutuhkan dalam tubuh terjaga. 2.2 Karakteristik Hipotalamus Hipotalamus terletak di bawah

thalamus dan tepat di atas batang otak. Membentuk bagian anterior diencephalon. Semua vertebrata otak berisi

hipotalamus. Ukuran kelenjar ini sebesar biji kenari.

2.3 Fungsi Hipotalamus Salah satu fungsi terpenting hipotalamus adalah menghubungkan sistem hormon dan sistem lain yang mengatur dan memelihara tubuh. Hipotalamus bukan saja mengatur sistem hormon, namun juga sistem syaraf dengan tingkat keahlian yang tinggi. Beberapa fungsi penting hipotalamus : a. Mengontrol sistem saraf otonom dan sistem endokrin serta mengatur beberapa perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi vegetatif untuk kehidupan : o Peningkatan atau penurunan denyut jantung dan tekanan darah. o Pengaturan suhu tubuh. o Pengaturan rasa lapar dan haus. o Sekresi air lewat ginjal (pengeluaran ADH). o Pengaturan kontraksi rahim dan pengeluaran ASI. b. Fungsi afektif sensoris o Pusat-pusat ganjaran atau motivasi.

o Pusat-pusat menyakitkan seperti takut, marah, termasuk nyeri dan dorongan untuk melarikan diri. o Dorongan untuk ber-reproduksi. c. Pengaturan tidur dan jaga o Hipotalamus dorsal berhubungan dengan Sistem Aktivasi

Retikularis (SAR). o Hipotalamus lateral anterior menghambat SAR. d. Mengontrol sistem endokrin melalui hormon-hormon yang dihasilkan hipotalamus kemudian melalui pembuluh darah dihubungkan dengan kelenjar hipofise anterior. 2.4 Mekanisme Kerja Hipotalamus o Hipotalamus memiliki pembantu yang sangat penting dalam perannya mengatur tubuh, pembantu ini menyampaikan kepada bagian-bagian tubuh tertentu tentang keputusan yang telah diambil. Misalnya, ketika terjadi penurunan tiba-tiba tekanan darah, potongan-potongan informasi dikirimkan, dan mengabari hipotalamus tentang perubahan tekanan ini, lalu hipotalamus memutuskan tindakan-tindakan yang harus dilakukan

untuk menaikkannya dan menyampaikan keputusannya kepada pembantu-pembantunya. Untuk menjalankan keputusan,

pembantunya mengetahui sel-sel yang mana yang harus menerima perintah itu. Ia menulis pesan-pesan dalam bahasa yang dimengerti sel-sel ini dan segera menyampaikan segenap pesan itu. Sel-sel tujuan mematuhi perintah yang diterima dan melakukan tindakan yang tepat untuk menaikkan tekanan darah. Pembantu hipotalamus adalah kelenjar pituitari, yang juga berpengaruh amat penting dalam sistem hormonal. Antara kelenjar hipotalamus dan pituitari terdapat sistem komunikasi yang mengagumkan. Kedua potong daging ini sebenarnya berkomunikasi bagai dua manusia yang sadar. Hipotalamus

memiliki kendali menyeluruh atas kelenjar pituitari dan pelepasan penting beberapa hormon. Misalnya, hipotalamus seorang anak dalam masa perkembangan mengirim pesan ke kelenjar pituitari dengan perintah, lepaskan hormon pertumbuhan dan kelenjar pituitari lalu melepaskan hormon pertumbuhan tepat seperti yang dibutuhkan. Sesuatu yang mirip terjadi saat sel-sel tubuh harus bekerja lebih cepat, di sini terdapat dua tingkat komando. Hipotalamus mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari yang pada gilirannya meneruskan perintah itu ke kelenjar tiroid. Kelenjar pituitari melepaskan hormon tiroid dalam jumlah yang tepat dan sel-sel tubuh mulai bekerja lebih cepat. 2.5 Hormon Hipotalamus Hipotalamus mengeluarkan hormon-hormon sebagai berikut: 1. Growth Hormon Releasing Factor (GHRF) 2. Growth Hormon Inhibiting Factor (GHIF) 3. Prolacting Inhibiting Factor (PIH) 4. Prolacting Releasing Factor (PRH) 5. Thyrotropin Releasing Hormon (TRH) 6. Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) 7. Corticotropic Releasing Hormon (CRH) 8. Follicle Stimulating Hormon Releasing Factor (FSHRH) 2.5.1 Hormon Neurohipofisis 1. Antiduretik Hormon (ADH)/Vaspresin Organ target antidiuretik hormon adalah ginjal. Hormon ini bekerja di epitel tubulus ginjal. Meningkatkan absorpsi air di duktus kolektifus ginjal, kontraksi otot polos di arteriol, meningkatkan tekanan darah. Antidiuretik hormon/ADH berperan penting dalam

pengaturan keseimbangan cairan tubuh. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus. 2. Oksitosin Oksitosin berfungsi merangsang kontraksi otot polos di uterus saat melahirkan dan merangsang myioepitel sel di payudara

menyebabkan kontraksi myioepitel sehingga terjadi pengeluaran ASI. 2.5.2 Hormon Adenohipofisis 1. Growth Hormon Growth Hormon disebut sebagai hormon somatotropik atau somatotropit. Hormon ini menyebabkan pertumbuhan seluruh jaringan tubuh yang memang mampu untuk tumbuh. Growth Hormon menyebabkan penambahan ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang dan sel-sel otot. 2. Efek Metabolik Hormon Pertumbuhan Hormon pertumbuhan menyebabkan peningkatan kecepatan sintesis protein diseluruh sel-sel tubuh, meningkatkan mobilisasi asam lemak bebas dalam darah dan meningkatkan glukosa diseluruh tubuh. Jadi, sebenarnya, efek hormon pertumbuhan adalah meningkatkan protein tubuh, menggunakan lemak dari tempat penyimpangan dan menghemat karbohidrat. 3. Prolaktin Prolaktin memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Bersama dengan estrogen merangsang pembentukan sistem duktus di kelenjar air susu selama kehamilan 2. Merangsang pembentukan ASI setelah proses kelahiran 4. Tyroid Stimulating Hormon Tyroid Stimulating Hormon (TSH) disebut juga tyrotropin dan merangsang sintesa dan sekresi hormon tiroid. 5. Adrenocorticotropic Hormon Adrenocorticotropic Hormon (ACTH) disebut juga

corticotropin/adrenocorticotropin berfungsi merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan hormon steroid yaitu glukokotikoid. 6. Luteneizing Hormon Luteinezing Hormon merangsang proses ovulasi (pelepasan sel telur matang dari ovarium setiap bulannya) dan pada laki-laki merangsang pengeluaran hormon testosteron. 7. Follicle Stimulating Hormon Follicle stimulating Hormon disebut juga follitripin, berfungsi merangsang pertumbuhan follicle di ovarium menjadi sel telur yang matang dalam siklus menstruasi, juga merangsang follicle untuk mensekresikan estrogen. Pada laki-laki berperan dalam produksi sperma (spermatogenesis). 8. Melanosyt Stimulating Hormon Fungsi pasti belum jelas, fungsi yang telah teridentifikasi adalah meningkatkan aktivitas melanosit. 2.6 Anatomi Hipotalamus

Hipofisis merupakan kelenjar yang berada pada otak bagian dasar, tepatnya pada sella tursika dan dilapisi oleh selaput dural (diafragma sellae). Kelenjar hipofisis pada orang dewasa beratnya 500-600 mili gram, diameter 1,2 -1,5 cm dengan tebal 0,5 cm. kelenjar ini terhubung dengan hipotalamus melalui infundibulum atau tangkai pituitary. Hipofisis terbagi menjadi dua lobus yaitu lobus anterior atau adenohipofisis dan lobus posterior atau neurohipofisis. 2.7 Hubungan Hipotalamus dengan Hipofisis Posterior Hipotalamus, mempunyai jaras komunikasi dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat sistem limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur-struktur yang berkaitan dengannya mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah: (1) ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama ke area reticular mesenchepalon, pons, dan medulla, dan dari area tersebut ke perifer sistem saraf otonom; (2) ke atas menuju sebagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan serebrum, khususnya bagian anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri; dan (3) ke infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagian dari fungsi sekretorik pada bagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis (Guyton and Hall, 1997). Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu sistem

neuroendokrin yang terdiri dari suatu populasi neuron neuroskretoris yang badan selnya terletak di dua kelompok di hipotalamus (nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikel). Akson dari neuron-neuron ini turun melalui tangkai penghubung tipis untuk berakhir di kapiler di hipofisis posterior. Hipofisis posterior terdiri dari ujung-ujung saraf ini plus sel penunjang mirip glia. Secara fungsional dan anatomis, hipofisis posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus (Sherwood, 2011).

10

Hipofisis posterior sebenarnya tidak menghasilkan hormon apapun. Bagian ini hanya menyimpan dan, setelah mendapat rangsangan yang sesuai, mengeluarkan dua hormon peptida kecil. Vasopresin dan oksitosin, yang disintesis oleh badan sel neuron di hipotalamus, ke dalam darah. Kedua peptida hidrofilik ini dibuat di nukleus supraoptikus dan paraventrikel, tetapi satu neuron hanya dapat menghasilkan salah satu dari kedua hormon ini. Hormon yang disintesis dikemas dalam granula sekretorik yang diangkut melalui sitoplasma akson dan disimpan di

terminal neuron dihipofisis posterior. Setiap ujung saraf ini menyimpan vasopresin atau oksitosin, tidak keduanya. Karena itu, hormon-hormon ini dapat dikeluarkan secara independen sesuai kebutuhan. Akibat sinyal stimulatorik ke hipotalamus, vasopresin atau oksitosin dilepaskan ke dalam darah sistemik dari hipofisis posterior melalui proses eksositosis granula sekretorik yang sesuai. Pelepasan hormon ini terjadi sebagai respon terhadap potensial aksi yang berasal dari badan sel di hipotalamus dan merambat ke ujung saraf dihipofisis posterior. Seperti pada neuron lainnya, potensial aksi dihasilkan di neuron sekretorik ini sebagai respon terhadap sinyal sinaptik ke badan sel saraf (Sherwood, 2011). Baik oksitosin dan ADH (vasopresin) kedua-duanya merupakan

polipeptida yang mengandung sembilan asam amino. Rangkaian asam aminonya adalah sebagai berikut: Vasopresin: Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn-Cys-Pro-Arg-GlyNH Oksitosin: Cys-Tyr-Ile-Gln-Asn-Cys-Pro-Leu-GlyNH Perhatikan bahwa kedua hormon ini hampir identik kecuali pada vasopresin, fenilalanin, dan arginin menggantikan isoleusin dan leusin pada molekul oksitosin. Kesamaan dari kedua molekul ini dapat menjelaskan fungsinya yang kadang kala mirip (Guyton and Hall, 1997). a) Vasopressin Impuls neural yang memicu pelepasan ADH diaktifkan oleh sejumlah stimulus yang berlainan. Peningkatan osmolalitas dalam

11

plasma merupakan stimulus fisiologik yang primer. Peristiwa ini diperantarai oleh osmoreseptor yang terletak dalam hipotalamus dan baroreseptor yang terletak dalam jantung serta region lainnya pada sitem vaskuler. Peristiwa hemodilusi (penurunan osmolalitas) memberikan efek yang berlawanan. Stimulus lainnya adalah stres emosional serta stres fisik dan preparat farmakologik yang mencakup asetilkolin, nikotin, serta morfin. Sebagian besar efek ini meliputi peningkatan sintesis ADH dan neurofisin II, mengingat deplesi hormone yang tersimpan tidak berkaitan dengan kerja ini. Epinefrin dan preparat yang memperbesar volume plasma akan menghambat sekresi ADH, sebagaimana halnya dengan etanol (Murray et al.,1999). Vasopresin (hormone antidiuretik, ADH) memiliki dua efek utama yang sesuai dengan namanya: (1) meningkatkan retensi HO oleh ginjal (efek antidiuretik), dan (2) menyebabkan kontraksi otot polos arteriol (suatu efek presor pembuluh). Efek pertama memiliki peran fisiologik lebih penting. Pada kondisi normal, vasopresin adalah faktor endokrin utama yang mengatur pengeluaran HO secara keseluruhan. Sebaliknya, vasopresin dalam kadar biasa hanya berperan minimal dalam mengatur tekanan darah melalui efek presornya (Sherwood, 2011). Kontrol utama pelepasan vasopresin dari hipofisis posterior adalah masukan dari osmoreseptor hipotalamus, yang meningkatkan sekresi vasopresin sebagai respon terhadap peningkatan

osmolaritas plasma. Masukan yang lebih lemah dari reseptor volume atrium kiri meningkatkan sekresi vasopresin sebagai respon terhadap penurunan volume CES dan tekanan darah arteri (Sherwood, 2011). b) Oksitosin

12

Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae merupakan stimulus primer bagi pengeluaran oksitosin. Distensi vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. PRL dilepaskan oleh banyak stimulus yang melepaskan oksitosin, dan fragmen oksitosin pernah dikemukakan sebagai faktor pelepasan- prolaktin. Estrogen merangsang produksi oksitosin serta neurofisin I, dan progesterone menghambat produksi senyawa ini (Murray et al.,1999). Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu mengeluarkan janin selama persalinan, dan hormon ini juga merangsang penyemprotan (ejeksi) susu dari kelenjar mamaria (payudara) selama menyusui. Sekresi oksitosin ditingkatkan oleh refleks-refleks yang berasal dari jalan lahir selama persalinan dan oleh refleks yang terpicu ketika bayi menghisap payudara (Sherwood, 2011). Selain kedua efek fisiologik utama tersebut, oksitosin terbukti juga mempengaruhi berbagai perilaku, terutama perilaku ibu. Sebagai contoh, hormon ini meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya (Sherwood, 2011).

13

Anda mungkin juga menyukai