Anda di halaman 1dari 3

Bada Ashar, 24 Nopember 2012 di kediaman Ning Fiqoh

Wah, gimana ini mbak? Dimulai dari mana? Saya kok ya jadi bingung itulah kalimat yang dilontarkan Bu Fiqoh saat akan memulai ngaji Fiqh An Nisaa. Kebingungan itu jelas muncul karena kami (6 gadis manis) memilki background yang berbeda, ada yang jebolan pesantren dan fasih membaca kitab kuning, ada yang memang dari pesatren tapi tak bisa baca kitab kuning, ada yang lulusan madin, dan ada pula ngajinya pas jaman SD dan lain sebagainya. Akhirnya beliau berkata Begini saja, saya akan mulai dari awal Bab yang ada di kitab ini, namun jika ada yang bertanya mengenai bab yang lain, silahkan, langsung saja, tidak perlu menunggu Dan materi pun dimulai, teret teret teret Seperti kitab-kitab fiqih pada umunya selalu dimulai dengan Thoharoh. Beliau menunturkan pajang lebar tentang thoharoh, yang jika dirangkum mungkin begini : Lembaga pendidikan yang berlabel "Islam", sering kita jumpai (walaupun tidak semua) malah terlihat lebih kumuh dan kotor dari pada dengan label lain. Apakah karena pemahaman tentang thoharoh kurang? Tentu tidak. Hal ini dikarenakan ilmu yang dimiliki hanya berhenti sampai di otak, tidak diturunkan sampai hati, apalagi sampai kaki (red: untuk diamalkan). Tugas kitalah selanjutnya mendidik generasi setelah kita bahwa thoharoh itu tidak hanya berhenti sampai masalah rof'il hadats untuk sholat, tapi ilmu itu harus diturunkan sampai hati, diyakini, kemudian diturunkan sampai kaki (sesuai dengan statusnya sahbati Uchun :D) Kemudian Bu Fiqoh sedikit memperluas pembahasan ke dalam Kerangka Islam, yang kemudian digambarkan sebagai berikut :

Kerangka Islam

Merupakan etika; berkaitan Merupakan sesuatu yang Muncullah Arkaanul Imaan dengan bagaimana cara harus dikerjakan karena (Rukun Iman) melakukannya Alloh, yang kemudian melahirkan Arkaanul Islaam (rukun Islam) yang seterusnya akan melahirkan ibadah

Materi Thoharoh pun dimulai, namun beliau lebih sering bertanya pada kami, mungkin ada beberapa persoalan yang harus dibahas, dan teret teret teret inilah rangkuman Tanya jawabnya : a. Tanya : Kegiatan kampus terkadang sangat padat dan tidak bisa ditunda. Bagaimana jika waktunya bersuci dari haidh tetapi masih berada di kampus?? Jawab : Saat mendekati waktu bersuci (periode haidh akan habis) maka setiap masuk waktu sholat harus selalu dilihat, apakah sudah suci atau belum. Saat berada di kampus, jika mungkin maka harus segera mandi besar, jika tidak maka sholat di mana waktu ia telah suci harus diqodho. Perlu diketahui, jika kita suci di waktu ashar maka sholat yang wajib diqodlo adalah dhuhur dan ashar. Mengapa?? Karena kita tidak mengetahui apakah waktu yang benar-benar bagi kita saat suci adalah masuk waktu ashar atau di akhir waktu dhuhur. Maka sebagai tindakan hati-hati dilakukanlah perihal di atas b. Tanya : Wanita seringkali keputihan, apakah itu najis? Dan bagaimanakah wudhlu kita? Jawab : Iya Najis, segala yang keluar dari 2 lubang adalah najis kecuali mani. Maka bagi yang keputihan harus membersihkan area vagina sebelum sholat dan memastikan apa yang dikenakan tetap suci termasuk CD, biasanya disiasati dengan menggunakan pembalut khusus. Karena wanita dengan keadaan seperti ini digolongkan ke dalam daimul hadats maka diberikan rukhsoh dengan niat wudlu sebagaimana berikut :

\
Artinya : saya berniat wudlu untuk diperbolehkan sholat / membaca al Quran karena Alloh taala Mengapa demikian? Keputihan merupakan keadaan dimana wanita mengeluarkan cairan bening secara hampir terus-menerus. Hal ini menyebabkan wanita yang mengalami keputihan berada dalam posisi daimul hadats (orang yang senantiasa berhadats). Hal ini kemudian akan membuat setiap wudlu yang dilakukan terus batal sehingga niat wudlu diganti seperti di atas. Jika yakin dari tempat berwudlu hingga ke tempat sholat cairan keputihan tidak keluar maka diperbolehkan untuk menggunakan wudhu dengan niat seperti biasa. Namun, sebagai upaya berhati-hati sebaiknya ketika

keputihan menggunakan niat wudhu yang seperti di atas. Wudlu dengan niat ini hanya boleh untuk satu kali sholat maktubah, kalau untuk sholat sunnah boleh berkali-kali. c. Tanya : dalam berbagai komunitas pemahaman seseorang tentang fiqh dengan yang lainnya tentunya berbeda. Bagaimanakah seharusnya tindakan kita ketika kita mengetahui suatu hukum fiqh namun belum berani menegur ketika teman melakukan kesalahan? Jawab : Jika demikian maka ilmu yang telah kita ketahui diimplementasikan minimal untuk dirinya sendiri. Misalnya dengan menggunakan sandal jepit untuk menjaga kesucian kaki hingga tempat sholat, menggunakan mukena dengan benar dan lain sebagainya. Tindakan kita mungkin akan aneh menurut pandangan orang-orang dalam komunitas tersebut. Namun harapannya dengan keanehan ini mereka akan berinisiatif bertanya atau mencari tahu mengapa kita melakukan tindakan ini, sehingga lambat laun banyak yang akan mengikuti tindakan benar yang kita lakukan.

Wallohualam semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai