Anda di halaman 1dari 22

STEP 7 HIPERKES 1. Apa yang dimaksud dengan hiperkes ?

Hiperkes adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang mempelajari cara pengawasan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja serta masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari penyakit,kecelakaan, gangguan/bahaya akibat kerja atau dari proses produksiproduksi perusahaan.

2. Apa tujuan dari hiperkes ? Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari perusahaan. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan. Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2000

3. Apa manfaat dari hiperkes ? Pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tinginya baik fisik, mental, sosial, bagi tenaga kerja(buruh/karyawan, petani, nelayan, pegawai negeri, pekerja sektor non-formal, dsb) Kedua untuk meningkatkan produksi dengan berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan produktivitas. (Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

4. Apa saja upaya hygiene perusahaan ? Pencegahan dan pemberantasan penyakit2 dan kecelakaan2 akibat kerja. Pemeliharan dan peningkatan kesehatan kerja. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti kebersihan ruangan2, cara pembuangan sampah/ sisa2 pengolahan dsb. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari pengotoran oleh bahan2 dari perusahaan yang bersangkutan. Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya2 yang mungkin ditimbulkan oleh hasil2 produksi perusahaan. Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2000 Pencegahan kecelakaan akibat kerja Mencegah timbulnya penyakit2 yang diakibatkan oleh limbah atau produk perusahaan Meningkatkan kesehatan pekerja meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja

Promosi untuk meningkatkan kesehatan masy pekerja dan peningkatan produktivitas kerja Menyediakan pelayanan kuratif bagi masy pekerja dan keluarganya

5. Apakah ada kebijakan pemerintah/undang-undang/peraturan mengenai hiperkes ? sebutkan! Undang- Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat ketentuan2 pokok tentang tenaga kerja, mengatur higiene higiene perusahaan dan kesehatan kerja sbb : a) Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (pasal 9) b) Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup : Norma kesehatan kerja dan higiene perusahaan Norma keselamatan kerja Norma kerja Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 yang ruang lingkupnya berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber2 produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Budiono S., Jusuf S., Pusparini A. BUNGA RAMPAI HIPERKES DAN KK . 2005

6. Apa indikator untuk mengukur hygiene perusahaan ? Kegunaan untuk evaluasi a. Suhu, udara kelembaban, kecepatan Nama alat Psikrometer, anemometer, termometer kata, termometer bola Sound survey band-analyzer, meter meter, octaveimpact noise

b. Kebisingan

c. Getaran mekanis d. Penerangan e. Debu

Vibration acceleration meter Luksmeter, brightness-meter Personal dust sampler, high volume sampler, midget impinger, cascade impactor, gravimetric dust sampler, hexlet, electrostatic precipitator, mikroskop, atomic absorption spektrometer Kitagawa precision gas detector, mercury vapor detector, gas air sampler, gas kromatograf, dan lain-lain

f.

Gas dan Uap

h. Lingkungan

Alat-alat pemeriksa sampler, dan lain-lain

air,

air

Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk mencapai kesehatan masyarakat pekerja dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai itu diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang penulis sebut sebagai diterminan kesehatan, kerja, yang mencakup tiga faktor utama, yakni: beban kerja, beban tambahan akibat dari lingkungan kerja, dan kemampuan kerja. 1. Beban kerja Misalnya alat untuk mengangkat barang yang berat diciptakan gerobak, untuk mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan mesin ketik, untuk membantu mengurangi beban hitungmenghitung diciptakan kalkulator atau komputer, dan sebagainya. 2. Beban tambahan Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor yakni: Faktor fisik, misalnya: penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas, kelembapan yang, tinggi atau rendah, suara yang bising, dan sebagainya. Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang menimbulkan gangguan kerja, misalnya: bau gas, uap atau asap, debu, dan sebagainya. Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuhan-tumbuhan yang menyebabkan pandangan tidak enak dan mengganggu misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang tak teratur, dan sebagainya. Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan misalnya: meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pcndek. Faktor social-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak harmonis misalnya: adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya. 3. Kemampuan Kerja Kemampuan seseorang dalam melakukan pckerjaan berbeda dengan seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut dapat berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi sampai pada batasbatas tertentu saja. Jadi, dapat diumpamakan kapasitas ini adalah suatu wadah kemampuan yang dipunyai oleh masing-masing orang. Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan kesehatan ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi atau menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan di samping kapasitas juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh. Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran (mentalnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti beban kerjanya relatif rendah. Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi tenaga kerja, terutama bagi pekerja kasar misalnya, adalah merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja. (Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

7. Apa saja aspek-aspek utama hiperkes ?

a. Pengenalan lingkungan bermanfaat guna mengetahui secara kualitatif bahaya potensial di tempat kerja, menentukan lokasi, jenis dan metode pengujian yang perlu dilakukan. b. Penilaian / evaluasi lingkungan dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidak korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya, serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja. c. Pengendalian metode teknik untuk menurunkan tingkat faktor bahaya lingkungan sampai batas yang masih dapat ditolerir dan sekaligus pekerja. - Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures) Disain dan tata letak yang adekuat Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.

- Pengendalian perorangan (Personal Control Measures) Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan harus sesuai dan adekuat . Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu yang berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja. Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting, terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lain.

KESELAMATAN KERJA 8. Apa yang dimaksud dengan keselamatan kerja ? pengertian : adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan / kedokteran beserta prakteknya yg bertujuan, agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi2nya, baik fisik maupun mental, sosial, dg usaha2 preventif dan kuratif, terhadap penyakit2 / gangguan2 kesehatan yg diakibatkan faktor2 pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhdp penyakit2 umum.

Batasan kesehatan kerja pada hakekatnya ada 2 hal yaitu : 1). Pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tinginya baik fisik, mental, sosial, bagi tenaga kerja(buruh/karyawan, petani, nelayan, pegawai negeri, pekerja sektor nonformal, dsb) 2). Kedua untuk meningkatkan produksi dengan berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan produktivitas. ERGONOMI DAN TOKSIKOLOGI INDUSTRI 9. Apa yang dimaksud dengan ergonomi ? Ergonomi berasal dari bahasa yunani, ergon artinya kerja dan nomos artinya peraturan atau hukum. Secara harviah ergonomi adalah hukum atau peraturan yang mengatur tentang bagaiamana melakukan pekerjaan termasuk dalam menggunakan peralatan kerja.

Ergonomi adalah ilmu yang mengatur tentang penyesuaian antara peralatan atau perlengkapan dalam bekerja dengan kondisi atau kemampaun manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas yang optimal.

10. Bagaimana prinsip dan penerapan dari ergonomi kerja ? a. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk,cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah, kekuatan,dsb.) b. Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran terbesar sebagai dasar, serta diatur denagn cara tertentu, shg ukuran tersebut dapat dikecilkan atau dibesarkan/ dilebarkan. Misalnya: tempat duduk yang dapat dinaikturunkan dan dimajukan / diundurkan. c. Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-alat kerja al : Berdiri : tinggi badan ,tinggi bahu, tinggi saku, tinggi pinggul,panjang lengan. Duduk : tinggi duduk, panjang lengan atas , panjang lengan bawah, jarak lekuk lutut. d. Pada pekerjaan tangan yang dilakukan dengan berdiri , tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku. e. Dari segi otot , sikap duduk ayng paling baikadalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang dianjurkan duduk tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. f. Tempat duduk yang baik : Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar. Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung. g. Arah pengliahtan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat kebawah, sedangkan untuk pekerjaan duduk arag penglihatan antara 32-44 derajat kebawah.Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala istirahat. h. Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 kg. i. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari. Lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja menurun. (IKM, Soekidjo Notoatmodjo) 11. Apa saja metode-metode ergonomi ? a. Diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerjaan, uji pencahayaan, checklist dan penngukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas dari yang sederhana sampai kompleks. b. Treatment, pemecahan masalah, tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja atau pengobatan fisik daan psikiatrik. c. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau objektif setelah treatmen, subjektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sa\kit kepala dan lain-lain. Secara objektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain. 12. Sebutkan tujuan dari ergonomi ! Menciptakan suatu kombinasi yang serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Mencegah kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisienan kerja (meningkatkan produktivitas kerja.) Untuk mengurangi beban kerja, karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja

Untuk Menganalisis dan mengkaji faktor manusia dan peralatan kerja atau mesin dalam kaitannya dengan sistem produksi.

KECELAKAAN KERJA 13. Bagaimana meminimalisir kecelakaan kerja ? syarat2 lingkungan kerja yg baik, meliputi : ventilasi, penerangan cahaya, sanitasi dan suhu udara pemeliharaan rumah tangga perusahaan , meliputi : penimbunan, pengaturan mesin, bejana2, dll. Gedung harus memiliki alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat, lubang ventilasi, dan lantai yg baik. Perencanaan yg baik terlihat dr pengaturan operasi, pengaturan tempat mesin, proses yg selamat, cukup alat2, dan cukup pedoman2 pelaksanaan dan aturan2. mesin2 , alat2 dan perkakas kerja harus memenuhi perencanaan yg baik, cukup dilengkapi alat2 pelindung. Perencanaan yg baik terlihat dr baiknya garding pd bagian2 mesin atau perkakas2 yg bergerak, al : berputar. Perawatan mesin2 dan perkakas2 kerja harus diperhatikan Adanya aturan2 kerja yg lengkap, jelas dan dipaksakan agar pekerja melaksanakannya dg sungguh2. Disiplin yg kurang diatasi dg peringatan2 pekerja yg melanggar peraturan. Pemeriksaan kesehatan sebelum dan pd waktu2 kerja Mengadakan latihan2 kerja

usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja Substitusi Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya Isolasi Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya dalam perusahaan.Misalnya menyendirikan mesin-mesin yang sangat gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang berbahaya. Ventilasi umum Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini akan lebih rendah dari nilai ambang batasnya Ventilasi keluar setempat Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialirkan keluar. Sebelum dibuang ke udara bebas agar tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini harus diolah terlebih dahulu. Mempergunakan alat pelindung perseorangan Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, dll Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis) agar penempatannya sesuai dengan jenis pekerjaan yang dipegangnya secara optimal Penerangan atau penjelasan sebelum kerja Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja agar mereka mengetahui, mengerti dan mematuhi peraturan-peraturan serta agar lebih berhati-hati

Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit akibat kerja pada tingkat awal agar pengobatan dapat segera Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja secara kontinyu dan teratur agar tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya

14. Apa saja faktor penyebab dari kecelakaan kerja ? A. Penyebab langsung adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok : a) Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan dalam konsep MSM (modern safety management) diganti substandard acts / substandard practices. b) Kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe conditions) yaitu keadaan yang akan menyebabkan kecelakaan dalam konsep MSM (modern safety management) diganti substandard conditions. Contoh-contoh dari substandard acts / substandard practices : Mengoperasikan alat / peralatan tanpa wewenang. Gagal untuk memberi peringatan. Gagal untuk mengamankan. Bekerja dengan kecepatan yang salah. Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi. Memindahkan alat-alat keselamatan. Menggunakan alat yang rusak. Menggunakan alat dengan cara yang salah. Kegagalan memakai alat pelindung / keselamatan diri secara benar. Membongkar secara salah. Menempatkan / menyusun secara salah. Mengangkat secara salah. Mengambil posisi yang salah. Memperbaiki alat/ peralatan yang sedang jalan / hidup / bergerak. Bersenda-gurau di tempat kerja. Mabuk karena minuman beralkohol dan atau minuman / obat keras lainnya. Contoh-contoh dari substandard conditions : B. Peralatan pengaman / pelindung / rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat. Bahan, alat-alat / peralatan rusak. Terlalu sesak / sempit. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai. Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan. Kerapihan / tata letak (housekeeping) yang jelek. Lingkungan berbahaya / beracun : gas, debu, asap, uap, dan lain-lainnya. Bising. Paparan radiasi. Ventilasi dan penerangan yang kurang Penyebab dasar

Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia / pribadi (personal factor) dan faktor kerja / lingkungan kerja (job / work environment factor). a. Faktor manusia / pribadi antara lain karena : Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi. Kurangnya / lemahnya pengetahuan dan keterampilan / keahlian. Stres. Motivasi yang tidak cukup / salah. b. Faktor kerja / lingkungan antara lain karena : Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan. Tidak cukup rekayasa (engineering). Tidak cukup pembelian / pengadaan barang. Tidak cukup perawatan (maintenance). Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang / bahan-bahan. Tidak cukup standar-standar kerja. Penyalahgunaan. o Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja dan penyakit yang ditimbulkan Ada 5 golongan : - Golongan fisik 1. suara yang keras dapat menyebabkan tuli 2. suara tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia 3. suhu rendah mnyebabkan chilblains,trench foot, atau frotstbite 4. penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan terjadinya kecelakaan 5. penurunan tekanan udara (dekompressi ) yang mendadak dapat menyebabkan caisson disease 6. radiasi dari sinar rontgenatau sinar radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya 7. sinar infra merah dapat menyebabkan catharact lensa mata 8. sinar ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis photo electrica Golongan kimia 1. gas yang menyebabkan keracunan misalnya :CO,HCN.H2S,SO2 2. uap dari logam yang dapat menebabkan metal fume fever ataupun keracunan logam misalnya karena Hg,Pb 3. larutan ataupun cairan mislnya H2SO4,HCL dapat menyebabkankeracunan atau dermatosis(penyakit kulit) 4. debu-debu misalnya debu silica , kapas, asbest ataupn debu logam berat bila terhirup kedalam paru-paru menyebabkan pneumoconiosis 5. awan atau kabut dari insectisida ataupun fungicida pada penyemprotan serangga dan hama tanaman dapat menyebabkan keracunan Penyakit infeksi Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri bacillus anthracis pada penyamak kulit atau pengumpul wool.penyakit-penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita penyakit menular

Fisiologi Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik : karena konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak sesuai Mental psikologi

Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesame karyawan, antara karyawan dengan pemipin, karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikiranya tidak dicurahkan kepada pekerjaanya melainkan kepada usaha-usaha pribadi untuk menambah penghasilan (ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Indan Entjang) 15. Apa saja penyakit yang dapat timbul dari kecelakaan kerja ? Pneumokoniosis yang disebabkan debu mineral. Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu logam keras. Penyakit paru dan saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep, dan sisal. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik. Penyakit yang disebabkan oleh berilium. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor. Penyakit yang disebabkan oleh krom. Penyakit yang disebabkan oleh mangan. Penyakit yang disebabkan oleh arsen. Penyakit yang disebabkan oleh raksa. Penyakit yang disebabkan oleh timbal. Penyakit yang disebabkan oleh fluor. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. Penyakit yang disebabkan oleh deriva halogen. Penyakit yang disebabkan oleh benzena. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol / keton. Penyakit yang disebabkan oleh gas / uap penyebab asfiksia. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan mengion. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi / biologik. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena. Kanker paru yang disebabkan oleh asbes. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri / parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi / rendah / panas radiasi / kelembaban udara tinggi. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. (UNDIP, HIPERKES & KK, 2005) 16. Apa saja klasifikasi dari kecelakaan kerja ? a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan Terjatuh. Tertimpa benda. Tertumbuk atau terkena benda-benda. Terjepit oleh benda.

Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. Pengaruh suhu tinggi. Terkena arus listrik. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

b. Klasifikasi menurut penyebab Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian kayu, dan sebagainya. Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air. Peralatan lain, misalnya: dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya. Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalnya: bahan peledak, gas, zat-zat kimia, dan sebagainya. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah). penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas. c. Klasifikasi menurut sifat, luka atau kelainan Patah tulang. Dislokasi (keseleo). Regang otot (urat). Memar dan luka dalam yang lain. Amputasi. Luka di permukaan. Gegar dan remuk. Luka bakar. Keracunan-keracunan mendadak. Pengaruh radiasi. Lain-lain d. Klasifikasi menurut letak kelainan alau luka di tubuh Kepala. Leher. Badan. Anggota atas. Anggota bawah. Banyak tempat. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut. Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak hanya satu faktor, tetapi banyak faktor.

Pengertian dan tujuan kesehatan dan keselamatan kerja 1. Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakitpenyakit umum. Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : a. Sasarannya adalah manusia b. Bersifat medis. 2. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : a. Sasarannya adalah lingkungan kerja b. Bersifat teknik. Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health. 3. Tujuan K3 Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) : a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan. 4. Ruang Lingkup K3 Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :

a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan. b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi : 1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian 2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan 3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial. 4) Proses produksi 5) Karakteristik dan sifat pekerjaan 6) Teknologi dan metodologi kerja c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa. d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.

Kecelakaan kerja 1. Pengertian Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. 2. Penyebab kecelakaan kerja Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes). a. Penyebab Dasar 1) Faktor manusia/pribadi, antara lain karena : a) kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis b) kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian. c) stress

d) motivasi yang tidak cukup/salah 2) Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena : a) tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan b) tidak cukup rekayasa (engineering) c) tidak cukup pembelian/pengadaan barang d) tidak cukup perawatan (maintenance) e) tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan. f) tidak cukup standard-standard kerja g) penyalahgunaan b. Penyebab Langsung 1) Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) : a) Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat. b) Bahan, alat-alat/peralatan rusak c) Terlalu sesak/sempit d) Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai e) Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan f) Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk g) Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll h) Bising i) Paparan radiasi j) Ventilasi dan penerangan yang kurang 2) Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng, 2003) :

a) Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang. b) Gagal untuk memberi peringatan. c) Gagal untuk mengamankan. d) Bekerja dengan kecepatan yang salah. e) Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi. f) Memindahkan alat-alat keselamatan. g) Menggunakan alat yang rusak. h) Menggunakan alat dengan cara yang salah. i) Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri secara benar.

Ergonomi 1. Pengertian Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin. Di beberapa negara Ergonomi diistilahkan Arbeitswissenschaft (Jerman), Biotechnology(Skandinavia), Human (factor) Engineering atau Personal Research di Amerika Utara. (Budiono, Sugeng, 2003) 2. Ruang lingkup ergonomi Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi (Setyaningsih, Yuliani, 2002) ; a. Pembebanan kerja fisik Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40% kemampuan maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari. Untuk mengukur kemampuan kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum bekerja. Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang dilakukan seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali mengangkat atau mengangkut. b. Sikap tubuh dalam bekerja

Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini tidak mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran anthropometri pekerja. Ukuran anthropometri tubuh yang penting dalam ergonomi adalah : 1) Berdiri a) Tinggi badan berdiri b) Tinggi bahu c) Tinggi siku d) Tinggi pinggul e) Depa f) Panjang lengan 2) Duduk a) Tinggi duduk b) Panjang lengan atas c) Panjang lengan bawah dan tangan d) Jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung e) Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak 3) Keadaan bekerja sambil berdiri, mempunyai kriteria : a) Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku. b) Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, digunakan 10-20 cm lebih tinggi dari siku. tinggi meja yang

c) Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja 1020 cm lebih rendah dari siku. c. Mengangkat dan mengangkut Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut adalah beratnya beban, intensitas, jarak yang harus ditempuh, lingkungan

kerja, ketrampilan dan peralatan yang digunakan. Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja perlu dihindari manusia sebagai alat utama untuk mengangkat dan mengangkut. d. Sistem manusia mesin Penyesuaian manusia-mesin sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini dimulai sejak tahap awal dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia dan mesin yang digunakan interaksi manusia-mesin memerlukan beberapa hal khusus yang diperhatikan, misalnya : 1) adanya informasi yang komunikatif 2) tombol dan alat pengendali baik 3) perlu standard pengukuran anthropometri yang sesuai untuk pekerjaannya. e. Kebutuhan kalori Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori yang diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada pekerja. 1) Pekerja Pria a) Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari b) Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari c) Pekerjaan berat : 3000 kal/hari 2) Pekerja Wanita a) Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari b) Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari c) Pekerjaan berat : 2600 kal/hari f. Pengorganisasian kerja Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya

kerjasama antar pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang berulang (repetitive) g. Lingkungan kerja Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh misalnya suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 24-26O C. h. Olahraga dan kesegaran jasmani Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes kesehatan sebelum bekerja/tes kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi karyawan. i. Musik dan dekorasi Musik dapat meningkatkan kegairahan dan produktivitas kerja dengan mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan. Dekorasi dan pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan dan suhu. Misalnya : a) biru ; jarak jauh dan sejuk b) hijau ; menyegarkan c) merah ; dekat, hangat, merangsang d) orange ; sangat dekat, merangsang. j. Kelelahan Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut dan memerlukan terjadinya proses pemulihan. Sebab-sebab kelelahan diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja jelek, gangguan kesehatan dan gizi kurang. E. Penyakit akibat kerja 1. Pengertian Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja menyebutkan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah : a. Populasi pekerja

b. Penyebab spesifik c. Pemajanan di tempat kerja sangat menentukan d. Kompensasi ada e. Contohnya adalah keracunan Pb, Asbestosis, Silikosis (Budiono, Sugeng. 2003) 2. Jenis Penyakit Akibat Kerja Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER- 01/MEN/1981 mencantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan Keputusan Presiden RI No 22/1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja memuat jenis penyakit yang sama, ditambah ; penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah ; a. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian. b. Penyakit paru dan saluran pernafasan(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras. c. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis) d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan. e. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik. f. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun. g. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun. h. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun. i. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun. j. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun. k. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun. l. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun. m. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.

n. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun. o. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. p. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatikyang beracun. q. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun. r. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau homolognya yang beracun. s. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. t. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton. u. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel. v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan w. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik(kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi). x. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. y. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion. z. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik. . Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu adri zat tersebut. . Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes . Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus. aa. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi. bb. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

3. Diagnosis spesifik Penyakit Akibat Kerja Secara teknis penegakkan diagnosis dilakukan dengan (Budiono, Sugeng, 2003) : a. Anamnesis/wawancara meliputi : identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit, keluhan. b. Riwayat pekerjaan (kunci awal diagnosis) 1) Sejak pertama kali bekerja. 2) Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobby), kebiasaan lain (merokok, alkohol) 3) Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan. c. Membandingkan gejala penyakit waktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja. 1) waktu bekerja gejala timbul/lebih berat, waktu tidak bekerja/istirahat gejala berkurang/hilang. 2) Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja. 3) Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data penyakit di perusahaan. d. Pemeriksaaan fisik, yang dilakukan dengan catatan 1) gejala dan tanda mungkin tidak spesifik 2) pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinik. 3) dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik. e. Pemeriksaan laboratorium khusus/pemeriksaan biomedik 1) Misal : pemeriksaan spirometri, foto paru (pneumokoniosis-pembacaan standard ILO) 2) Pemeriksaan audiometri 3) Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah/urine. f. Pemeriksaan/pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan, yang memerlukan :

1) kerjasama dengan tenaga ahli higiene perusahaan 2) kemampuan mengevaluasi faktor fisik/kimia berdasarkan data yang ada. 3) Pengenalan secara pemajanan. langsung cara/sistem kerja, intensitas dan lama

g. Konsultasi keahlian medis/keahlian lain 1) Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinik, kemudian dicari faktor kausa di tempat kerja, atau melalui pengamatan/penelitian yang relatif lebih lama. 2) Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasehat (kaitan dengan kompensasi) 4. Penerapan konsep five level of prevention deseases pada PAK Penerapan konsep 5 tingkatan pencegahan penyakit ( five level of prevention deseases) pada Penyakit Akibat Kerja adalah (Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang, 1985) : a. Health Promotion (peningkatan kesehatan) Misalnya : pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seks, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik. b. Specific Protection ( perlindungan khusus) Misalnya : imunisasi, higiene perorangan, terhadap bahaya dan kecelakaan kerja. sanitasi lingkungan, proteksi

c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosa dini dan pengobatan tepat) Misalnya : diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera, pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi. d. Disability limitation (membatasi kemungkinan cacat) Misalnya : memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna, pendidikan kesehatan. e. Rehabilitasi (pemulihan kesehatan) Misalnya : rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai