Anda di halaman 1dari 7

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kawasan Arjuna terletak pada bagian Barat Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung (RTRW Kota Bandung 2003-2013). 1 Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat menurun kualitas fisik dan lingkungannya namun belum mendapat perhatian dan penanganan yang khusus. Kondisi ruang kota di kawasan ini tidak terintegrasi bentuk dan penempatan massa bangunannya. Begitu pula elemen-elemen kota lainnya seperti jalur sirkulasi kendaraan dan parkir, pedestrian, ruang terbuka umum, signage, dan lain-lain juga dalam keadaan tidak terintegrasi. Masing-masing elemen kota tidak mempunyai kesinambungan, apalagi keselarasan, sehingga berdiri sendiri tanpa hubungan diantaranya. Di dalam kawasan ini terdapat bangunan yang telah masuk dalam daftar bangunan yang harus dikonservasi (Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat tahun 1999) sebanyak 12 (duabelas) bangunan. Bangunan Cagar Budaya tersebut ada yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandung dan beberapa Bangunan Cagar Budaya yang dimiliki oleh individu. Bangunan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah adalah Rumah Potong Hewan (RPH) kondisi bangunannya cukup terawat dan tidak mengalami perubahan fisik. Bangunan yang dimiliki perorangan masih dalam kondisi baik yaitu bangunan Sharp dan bangunan-bangunan rumah tinggal. Beberapa bangunan telah mengalami perubahan bentuk dan fungsinya. Bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial berada pada bagian kawasan yang mempunyai bentuk pola ruang geometris segitiga. Perumahan ini masih tertata dengan baik. Bangunan baru untuk fungsi hunian, jasa dan komersial bermunculan tanpa kesinambungan dengan bangunan lama secara visual terutama bentuk pola massa bangunan dan ruang kotanya. Kebutuhan lahan

Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun 2003-2013 merupakan kawasan Arjuna yang dibahas dalam tesis ini.

akan fungsi hunian tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pada kawasan. Di sepanjang bantaran Sungai Citepus yang seharusnya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dipenuhi bangunan rumah tinggal rapat dan kumuh didirikan oleh masyarakat pendatang yang memerlukan hunian pada kawasan. Bangunan semi permanen yang kumuh milik pedagang kaki lima di sepanjang badan jalan pada kawasan, menutupi fasad bangunan permanen pada persil di belakangnya. Pada kawasan Arjuna terdapat bermacam-macam fungsi bangunan. Beberapa bangunan fungsi industri telah mengalami perubahan menjadi fungsi jasa, perdagangan dan pergudangan karena desakan perubahan kebutuhan masyarakat pengguna dan pemilik bangunan. Selain fungsi industri dan rumah potong hewan, pada kawasan terdapat fungsi hunian terbagi menjadi hunian teratur karena mempunyai pola persil dan sirkulasi tertata (dibentuk pada masa kolonial Belanda) dan hunian sporadis (dibentuk oleh masyarakat secara acak setelah kemerdekaan) kondisinya cenderung kumuh dan padat. Bangunan fungsi perdagangan bercampur antara yang formal maupun yang tidak formal. Pada kawasan Arjuna terdapat fungsi perdagangan berupa Pasar Besi Jatayu dan pedagang kaki lima (PKL). PKL menggunakan badan jalan untuk kegiatan bengkel dan bongkar muat barang menutupi akses kendaraan dan pedestrian. Kondisi ini berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas dan menurunkan kualitas ruang kota pada kawasan. Rencana Pemerintah Kota Bandung terhadap fungsi kawasan sampai tahun 2013 adalah peruntukan jasa, komersial dan hunian. Pada menerapannya dimungkinkan memakai konsep mixed use dengan salah satu fungsi yang dominan. Oleh karena itu fungsi yang sudah tidak sesuai dengan rencana kota seperti fungsi industri dan rumah potong hewan direlokasi ke kawasan lain sesuai peruntukannya, sedangkan fungsi yang sesuai yaitu jasa, komersial dan hunian dipertahankan dan dikembangkan. Kondisi kebutuhan masa kini mendesak keberadaan produk rancang bangun masa lalu yaitu berupa perubahan / penambahan bangunan di lingkungan Bangunan Cagar Budaya berikut perubahan / penambahan

fungsinya. Upaya pengembangan kawasan sesuai kebutuhan masa kini harus dilakukan untuk dapat meningkatkan vitalitas dan kualitas fisik kawasan melalui proses revitalisasi. Secara bersamaan diperlukan pula upaya mempertahankan keberadaan Cagar Budaya pada kawasan melalui konservasi kawasan. Untuk itu diperlukan pendekatan pengembangan kawasan yang dapat mengakomodasi kedua upaya tersebut agar dapat terjadi keharmonisan dan keselarasan pada kawasan. Pendekatan pengembangan yang dapat dilakukan untuk kawasan Arjuna ini adalah revitalisasi dengan pendekatan konservasi, yaitu mengakomodasi perubahan dengan sikap yang sensitif dan pantas, khususnya dalam mempreservasi Bangunan Cagar Budaya di kawasan Arjuna. Diharapkan revitalisasi kawasan Arjuna akan menguntungkan secara ekonomis bagi banyak pihak, namun tidak merusak nilai sejarah dan budaya yang telah terkandung di dalamnya. Revitalisasi kawasan ini memperkuat ciri khas kawasan dan menciptakan harmoni antara bangunan lama dan baru sehingga terjadi keselarasan kontekstual. Fungsi-fungsi baru yang dimasukkan akan diintegrasikan kedalam komposisi massa bangunan dan tata ruang kota yang berlaku.

1.2

Perumusan Masalah Perkembangan Kawasan Cagar Budaya Arjuna pada saat ini tidak integratif dan berkesinambungan sehingga menyebabkan fragmentasi ruang kota, tidak memperhatikan struktur, morfologi dan visual kota lama dan tidak menghargai nilai historis Cagar Budaya, selain itu terjadi pertumbuhan PKL / illegal facilities yang tidak terkendali. Dengan kondisi tersebut maka kawasan ini mempunyai permasalahan penataan antara lain: 1. Belum tersedianya panduan pembangunan kawasan. 2. Belum adanya rencana teknis formal yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pembangunan kawasan. Untuk menangani permasalahan di atas, diperlukan suatu rumusan kriteria perancangan bangunan dan lingkungan yang dapat mengatur penataan elemen-elemen rancang kota yang terpadu dan terintegrasi, pada

saat ini rumusan seperti ini belum ada. Dengan demikian, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Belum adanya kriteria perancangan kawasan yang terpadu untuk kawasan Arjuna. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul beberapa pertanyaan penelitian antara lain: 1. Aspek-aspek apa saja yang harus dipertimbangkan dan elemen-elemen rancang kota apa saja yang perlu diatur dalam penataan kawasan? 2. Bagaimana merumuskan karakteristik kontekstual harmoni sehingga dapat dipenuhi suatu kondisi yang kontinu dan terintegrasi antara elemen-elemen rancang kota pada kawasan? 3. Upaya-upaya penanganan pelestarian kawasan yang bagaimana dan persoalan mana saja yang diprioritaskan untuk ditangani? 4. Bagaimana merumuskan kriteria perancangan kawasan dalam usaha merevitalisasi kawasan Arjuna?

1.3

Tujuan dan Sasaran Penulisan Tesis

1.3.1 Tujuan Tesis Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dalam penulisan tesis ini perlu dilakukan suatu kajian yang bertujuan untuk merumuskan kriteria penataan kawasan, perancangan bangunan dan lingkungan. Kriteriakriteria ini harus dapat menyelaraskan Cagar Budaya dengan rancang bangun yang baru agar terjadi harmoni pada kawasan Arjuna.

1.3.2 Sasaran Penelitian Sasaran penelitian adalah penjabaran dari tujuan di atas antara lain untuk: 1. Menentukan strategi yang akan dilakukan dalam perancangan kawasan yang terpadu. 2. Merumuskan karakteristik kontekstual harmoni yaitu keselarasan

kontekstual antar ruang kota pada kawasan, keselarasan kontekstual antar massa bangunan dan keselarasan kontekstual elemen-elemen rancang kota pada kawasan, sehingga terjadi kontinuitas diantaranya.

3. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang masih dapat dipertahankan pada kawasan dan fungsi baru yang dapat ditambahkan agar dapat meningkatkan vitalitas kawasan. 4. Merumuskan prioritas penanganan atas persoalan-persoalan yang ada dan upaya-upaya penanganan pelestarian kawasan yang dapat dilakukan. 5. Merumuskan kriteria-kriteria perancangan kawasan yang menjadi dasardasar panduan penataan Kawasan Cagar Budaya untuk mencapai suatu perancangan kawasan yang baik atau arahan penataan yang mengikat berbagai komponen yang ada dalam kawasan.

1.4

Lingkup Penataan dan Batasan Wilayah Perancangan

1.4.1 Lingkup Penataan Lingkup substansi penataan adalah konsep dalam menyelaraskan rancang bangun yang lama dengan yang baru yaitu keselarasan/ harmonisasi visual kawasan yang digambarkan dalam simulasi rancangan.

1.4.2 Batasan Wilayah Perancangan Daerah penelitian terletak di Kelurahan Arjuna dan Kelurahan Husen Sastranegara, Kecamatan Cicendo, yang berada di Wilayah Barat Kota Bandung. Termasuk ke dalam Wilayah Pengembangan Bojonegara. Batasan wilayah kawasan pengembangan sebagai berikut: Batas sebelah Utara Batas sebelah Selatan Batas sebelah Barat : : : Jl. Pajajaran Jl. Industri Jl. Pasar Besi Jatayu dan Kelurahan Husein Sastranegara, Kecamatan Cicendo Batas sebelah Timur : Jl. Bima dan Jl. Industri Dalam

Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi, karena kawasan tersebut merupakan Kawasan Cagar Budaya yang mempunyai potensi berupa ruang kota dan Bangunan Cagar Budaya yang khas tidak dimiliki oleh Kawasan Cagar Budaya lainnya. Selain itu kawasan tersebut telah mengalami penurunan kualitas lingkungan, vitalitas, serta kawasan tersebut belum mendapat penataan dari pihak pemerintah maupun swasta.

1.5

Metodologi Tesis ini dikembangkan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Melakukan kajian potensi dan permasalahan kondisi eksisting kawasan. 2. Melakukan telaahan teoritis terhadap pendekatan Contextual dalam revitalisasi kawasan. Telaahan teoritis tersebut mengenai : a. Revitalisasi b. Konservasi dan kaitannya dengan revitalisasi c. Signifikansi budaya suatu kawasan d. Contextual harmony e. Studi banding yang setara dengan kasus tesis 3. Melakukan analisis kegiatan kawasan dan analisis tapak kawasan yang terdiri dari: a. Analisis peruntukan dan tata guna lahan b. Analisis signifikansi budaya c. Analisis massa bangunan d. Analisis aksesibilitas e. Analisis ruang terbuka hijau 4. Menyusun strategi penataan kawasan Arjuna dengan menerapkan keselarasan kontekstual pada tingkat kawasan, cluster, bangunan dan antar bangunan dalam suatu cluster, dan menegaskan cluster dalam kawasan yang masing-masing akan menampilkan kekhasan sub kawasan dan mendukung berjalannya kegiatan dan fungsi-fungsi baru secara efisien dan efektif. 5. Merumuskan kriteria perancangan dalam upaya revitalisasi Kawasan Cagar Budaya yang menyelaraskan bangunan lama dengan bangunan baru serta kawasan lama dengan kawasan baru. 6. Membuat simulasi visual rancangan kawasan yang baru untuk memperlihatkan citra keselarasan tersebut.

1.6

Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan untuk membuat prinsip-prinsip perancangan

Kawasan Cagar Budaya Arjuna yang terpadu adalah sebagai berikut:

BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG Bab ini membahas Kawasan Cagar Budaya di kota Bandung, perkembangan historis kota Bandung sebagai kota kolonial yang berkembang luasan wilayah maupun rencana kotanya, kemudian keberadaan dan

perkembangan Kawasan Cagar Budaya Arjuna.

BAB 3 PENDEKATAN CONTEXTUAL HARMONY DALAM REVITALISASI KAWASAN CAGAR BUDAYA Bab ini membahas kajian normatif yang berkaitan dengan upaya revitalisasi Kawasan Cagar Budaya, upaya preservasi dan konservasi, pengertian contextual harmony dan tiga pendekatan contextual uniformity, contextual continuity, dan contextual juxtaposition. Kajian dilengkapi dengan studi kasus beberapa kawasan perkotaan bersejarah yang dikembangkan dengan pendekatan contextual harmony.

BAB 4 ANALISIS KAWASAN CAGAR BUDAYA ARJUNA Bab ini mendeskripsikan kawasan penelitian dan memaparkan mengenai Analisis Kegiatan, Analisis Tapak dan Analisis Stakeholder pada kawasan Arjuna yang terdiri dari Analisis Peruntukan Lahan, Analisis Signifikansi Budaya, Analisis Bentuk dan Massa Bangunan, Analisis Sirkulasi, dan Analisis Ruang Terbuka.

BAB 5 REVITALISASI KAWASAN ARJUNA Bab ini memaparkan mengenai strategi penataan kawasan, kriteria perancangan antar cluster pada kawasan, kriteria perancangan masing-masing cluster, strategi pengembangan, strategi partisipasi berikut simulasi visual desain kawasan.

Anda mungkin juga menyukai