Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI AKHIR TAHUN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

Tahun 2012 segera berlalu. Menilik catatan berbagai peristiwa yang terjadi dan kondisi riil kehidupan masyarakat Kota Bandung sangat penting, sebagai upaya mewujudkan Kota Bandung yang lebih bermartabat di tahun 2013. Catatan berikut adalah sebagian kecil faktanya ; Masalah Pengangguran Jumlah pengangguran di Kota Bandung semakin meningkat. Dari 1,8 juta angkatan kerja di Kota Bandung pada 2011, 13 persennya menganggur. Hal ini berarti, ada 234 ribu orang di Kota Bandung yang tidak memiliki pekerjaan. Sementara pada 2010, tercatat sebanyak 159.388 orang yang menganggur. (19/07/2012 Republika.co.id). Masalah Kemiskinan Jumlah warga miskin di Kota Bandung sebanyak 79.573 Kepala Keluarga (KK) atau 304.939 orang. Kategori keluarga miskin, terbagi menjadi tiga golongan, yaitu keluarga miskin dan sangat miskin, rawan miskin, dan rentan miskin. Jumlah warga miskin terbanyak berada di Kec. Bojongloa Kaler sebanyak 6.975 KK atau 27.577 orang, diikuti Kec. Babakan Ciparay sebanyak 6.018 KK atau 24.277 orang, Kec. Kiaracondong sebanyak 5.193 KK atau 21.616 orang, dan Kec. Bandung Kulon sebanyak 5.407 KK atau 18.735 orang. (09/05/2012 pikiranrakyat.com) Masalah Jaminan Kesehatan Masyarakat Sekretaris Daerah Kota Bandung Edi Siswadi mengatakan, terdapat sedikitnya 346.230 warga tidak mampu yang tidak tercantum dalam database pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Namun setelah di validasi ulang Pemerintah Kota Bandung, ternyata ada 667.300 jiwa yang masuk kategori warga tidak mampu. (09/05/2012 pikiranrakyat.com) Masalah Pembiayaran Jemaah Ahmadiyah

Pemerintah Kota Bandung terkesan membiarkan Jemaah Ahmadiyah melakukan aktivitas dan penyebaran paham sesat. Padahal Pemerintah provinsi Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2011 yang melarang aktivitas jemaah Ahmadiyah. Masalah Penularan HIV/AIDS Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung menemukan terdapat 2.819 penderita HIV/AIDS. Pada tahun 2012, ada 10,54 persen kasus penularan terjadi pada ibu rumah tangga, Persentase temuan kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga meningkat delapan persen sejak 2006. Kasus penderita HIV-AIDS di Kota Bandung sama halnya dengan kota lain yakni fenomena gunung es.( 1 Oktober 2012. www.inilah.com) Masalah Anak jalanan Jumlah anak jalanan (anjal) di Kota Bandung pada 2012 mencapai 4 ribu anak, merupakan angka tertinggi kedua di Indonesia setelah ibu kota Jakarta. Menurut pendataan yang dilakukan KPM Dewi Sartika, 70 persen anak jalanan Kota Bandung itu putus sekolah karena kendala biaya. Sebagian besar dari mereka turun ke jalan untuk mencari nafkah dengan mengamen atau mengemis atas perintah orang tua. Sementara itu, menurut Ketua Pelaksana KPM Dewi Sartika Daus praktik seks bebas di antara anak-anak jalanan yang tidak terkendali menjadi faktor yang memperbanyak jumlah anakanak jalanan secara cepat. Pada usia 16 tahun rata-rata mereka sudah mengenal seks bebas dan lantas memproduksi anak-anak yang nasibnya tidak jauh dari orang tuanya. ( 2 Juli 2012 ANTARA News). Penelitian yang dilakukan Nuraini (2009) terhadap anak jalanan di Kota Bandung menunjukkan beberapa alasan anak jalanan turun ke jalan. Di antaranya, faktor ekonomi (64,7%), diajak teman (19,6%), alasan lainnya seperti faktor keluarga atau sekadar mengisi waktu (15,7%). Alasan ekonomi juga menyebabkan sebagian besar orangtua (47,1%) mendukung anak jalanan untuk mencari uang di jalan. Persentase tertinggi kisaran umur anak jalanan di Kota Bandung adalah 9-12 tahun (45,1%) dan sebagian besar mereka (52,9%) adalah anak yang putus sekolah. Penelitian ini juga mencatat jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan anak jalanan di Kota Bandung adalah mengamen (72,5%). Mengamen banyak dilakukan diduga karena jenis

pekerjaan ini lebih cepat menghasilkan uang. Sebagian besar mereka (74,5%) turun ke jalan selama 4-8 jam per hari dengan rata-rata pendapatan Rp 15 ribu per hari. Peningkatan jumlah anak jalanan ini jelas kian menambah deretan problem sosial, antara lain permasalahan gizi dan kesehatan. Hal ini disebabkan anak jalanan yang termasuk ke dalam kategori anak-anak dan remaja membutuhkan asupan gizi yang cukup serta kesehatan yang baik untuk mendukung pertumbuhannya. Keadaan kurang gizi pada anak jalanan, jika tidak diatasi, akan mengantarkan pada hilangnya generasi (lost generation). Hal ini sudah sewajarnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Sambil menanti langkah-langkah konkret pemerintah dalam menuntaskan problem anak jalanan, maka bisa dilakukan perbaikan perekonomian masyarakat. Dengan demikian, para orangtua dari anak jalanan ini tak akan lagi membiarkan anak-anak mereka turun ke jalan. Masalah Penanganan sampah Persoalan sampah di Kota Bandung seakan tidak pernah berhenti. Upaya pemerintah di tingkat provinsi,kota, dan kabupaten untuk mengatasi sampah terus berlanjut. Beragam program untuk membersihkan nama Bandung dari sebutan kota sampah terus dilakukan. Persoalan sampah di Kota Kembang selalu menjadi sorotan berbagai pihak. Kota Bandung setiap harinya menghasilkan sampah sebanyak 8.418 m3 setiap harinya dan hanya bisa terlayani sekitar 65% dan sisa tidak dapat diolah. Sampai saat ini pemerintah daerah kota Bandung masih belum menemukan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan sampah. Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari pengelolaan gaya hidup masyrakat. Permasalahan ini menjadi krusial karena ada kemungkinan Bandung menjadi menyebabkan terulang kembalinya Bandung lautan sampah, yaitu : 1. Kesadaran masyarakat Bandung yang masih rendah sehingga, dengan tingkat kesadaran tersebut memberikan dampak yang indikatornya adalah produksi kota sampah terulang kembali. Ada beberapa permasalahan yang belum terselesaikan yang dapat

3 3 sampah kota Bandung terus meningkat dari 7500M /hari menjadi 8418M /hari. 2. Kemampuan pelayanan PD kebersihan kota Bandung yang terbatas. Kemampuan pelayanan penangganan sampah sampai saat ini oleh PD kebersihan masih belum optimal, hal tersebut terbukti lembaga ini hanya dapat melayani pengelolaan sampah

hanya sekitar 65%. 3. Sampah organik merupakan komposisi terbesar dari sampah kota Bandung. Permasalahan yang terjadi sampah yang dibuang masyarakat tidak memisahkan antara sampah organik dan non organik.Hal tersebut menyebabkan pengelolaan sampah menjadi lebih sulit dan tidak efesien. 4. Lahan TPA yang terbatas. Luas daerah kota Bandung 16730 ha, hal tersebut menyebabkan tempat penampung sampah akhir yang berada di kota Bandung sangat terbatas. Hal tersebut mengakibatkan lokasi penampung harus ekspansi melalui kerja sama dengan pemerintahan daerah tetangganya. Permasalahan koordinasi merupakan permasalahan utama, apalagi kalau ada konflik dimasyarakat. 5. Penegakan hukum (law inforcement) tidak konsisten. Pemerintah kota Bandung dan DPRD kota Bandung telah mengeluarkan kebijakan yaitu Undang-undang Nomor 11 tahun 2005: perubahan UU No. 03 tahun 2005 Tentang penyelenggaraan ketertiban, kebersihan dan keindahan. Pada undang-undang tersebut diatur mengenai pengelolaan sampah dan sanksi-sanksi bagi masyarakat yang melanggarnya. Akan tetapi undang-undang tersebut tidak dilaksanakan tidak konsisten. Masalah Kemacetan Masalah kemacetan Kota Bandung saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Meningkatnya laju perekonomian Kota Bandung seiring dengan semakin mudahnya akses menuju Kota Bandung tidak diimbangi dengan meningkatnya fasilitas transportasi dan jalan raya Kota Bandung. Tata ruang kota yang tidak baik serta lahan yang tidak begitu luas membuat Kota Bandung akan terlihat sangat padat dan tidak nyaman, terutama saat jam berangkat dan pulang kerja serta hari-hari libur. Maka, sudah saatnya muncul sebuah solusi untuk menangani masalah tersebut sebelum Kota Bandung kehilangan daya tariknya karena masalah ini. Solusi tidak sebatas masalah tata ruang atau kebijakan, tetapi juga penerapan teknologi yang efektif dan efisien terhadap masalah yang ada. Jumlah jalanan yang ada akan sangat sulit sekali untuk ditambah karena masalah sempitnya lahan. Banyaknya pengguna sarana transportasi, terutama kendaraan pribadi, memberikan masalah baru yang memiliki dampak cukup merugikan, seperti timbulnya kemacetan ditiap ruas jalan yang memiliki kepadatan kendaraan tinggi dan polusi udara hasil gas pembuangan yang

sangat merugikan bagi lingkungan. Seperti halnya kota Bandung yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat, serta aktifitas keseharian yang padat, memiliki tinggkat penggunaan kendaraan yang cukup tinggi. Dalam kondisi seperti itu, kota Bandung memiliki potensi kemacetan lalu lintas yang tinggi serta penyebaran polusi yang tinggi pula. Sarana transportasi alternatif untuk menanggulangi masalah trasnportasi berupa Sarana Angkutan Massal Ramah Lingkungan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pertama, Setiap sistem yang tidak bersumber dari Allah SWT, Zat Maha Tahu, pasti akan menimbulkan kerusakan dan akhirnya tumbang. Rapuhnya kapitalisme dengan berbagai bentuk kerusakan dan segala dampak ikutan yang ditimbulkannya berupa kemiskinan dan kesenjangan kaya miskin serta ketidakstabilan ekonomi dan politik, seperti yang saat ini terjadi di berbagai belahan dunia adalah bukti nyata. Kenyataan ini semestinya menyadarkan kita semua untuk bersegera kembali kepada jalan yang benar, yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan meninggalkan semua bentuk sistem dan ideologi kufur. Allah SWT berfirman: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS ar-Rum [30]: 41) Kedua, Meninggalkan pembangunan ekonomi yang berbasis ribawi. Terlebih lagi Kota Bandung surge bagi lembaga keuangan semisal bank, finance, insurance dan leasing. Demikianlah kerusakan ekonomi akibat penerapan ekonomi ribawi baik di sektor informal maupun sektor formal, padahal telah jelas dan tegas As-syar melarang aktifitas rib. Ayat final yang melarang aktivitas rib di dalam al-Quran adalah: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) rib jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa rib) maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan rib), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. (Qs. al-Baqarah [2]: 278-279). Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw berkata, Pada malam perjalanan miraj, aku melihat orang-orang yang perut mereka seperti rumah, di dalamnya

dipenuhi oleh ular-ular yang kelihatan dari luar. Aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka itu. Jibril menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang memakan rib.. Turunnya ayat tersebut sebagai ayat terakhir tentang riba telahmengharamkan rib secara menyeluruh. Tidak lagi membedakan banyak maupun sedikit. Juga, telah dijelaskan bahwasannya rib telah diharamkan dalam segala bentuknya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai keharamannya. Sebab, hal ini telah ditetapkan berdasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasul dan Ijma sahabat, termasuk madzhab yang empat Ketiga, Keberadaan sebagai kota jasa tentu menimbulkan ekses positif dan negative. Ekses negative ini lah yang perlu ditanggulangi agar tidak menimbulkan masalah-masalah yang lain. Sudah seharusnya Kota Bandung menjadi kota jasa yang bebas dari tempat-tempat maksiyat. Keempat, Bila kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan yang tengah membelit, maka kita harus memilih sistem yang baik dan pemimpin yang amanah. Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Dzat yang Maha Baik, itulah syariah Allah dan pemimpin yang amanah adalah yang mau tunduk pada sistem yang baik itu. Di sinilah esensi seruan menuju kota bermartabat yang sesungguhnya yang gencar diserukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Kota Bandung. Wallh alam bi ash-shawb. CATATAN SAYA 1. Seharusnya rekomendasi yang 000 keluarkan yang membutuhkan implementatif, maka rekomendasi yang ditawarkan harus implementatif juga.

Anda mungkin juga menyukai