Anda di halaman 1dari 4

Ciptakan Perubahan dengan Keberanian Anwar Nasution merupakan salah satu alumnus FEUI yang memiliki segudang pengalaman

selama masa hidupnya. Beliau tidak hanya pernah berkecimpung dalam bidang pendidikan saja, tetapi juga dalam bidang pemerintahan. Hingga kini, beliau tercatat pernah memegang jabatan sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1998-2001), Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (1999-2004), Staf Ahli Koperasi (1983-1990), Konsultan Bank Indonesia (19821983), dan masih banyak lagi. Kesuksesan dalam jenjang karier beliau memang tidak didapat dalam sekejap, tetapi merupakan buah hasil kerja keras yang dilakukan sejak kecil hingga saat ini. Siapa sangka, beliau yang sangat ahli dalam bidang ekonomi ternyata pada waktu SMA sangat tidak menyukai pelajaran ini. Oleh karena itu, ketika lulus SMA, beliau masuk ke Fakultas Matematika dan Ilmu Pasti Alam (FMIPA) ITB di Bandung, 1961. Namun, berkat ejekan temannya yang suka mengatakan kalau lulusan MIPA sulit mendapatkan pekerjaan, akhirnya setahun kemudian beliau memutuskan untuk pindah ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah meninggalkan ITB, beliau memutuskan untuk tinggal di asrama mahasiswa UI di Rawamangun dan beliau pula yang memprakarsai nama asrama itu menjadi Daksinapati, yang berarti calon suami yang baik. Sebagai mahasiswa yang aktif, beliau pernah menyelenggarakan seminar ekonomi yang kesimpulannya dijadikan sebagai bahan ketetepan MPRS No. 63/MPRS/66, padahal pada saat itu, sedang terjadi aksi mahasiswa untuk mengganti pemerintahan. Ketika pemerintahan diganti, pemerintah tidak tahu apa yang harus dilakukan dan siapa yang melaksanakan karena reformasi tidak ada polanya saat itu. Akhirnya, beliau bersama teman-teman menyuarakan pendapat dengan beraninya untuk mengganti peranan pemerintah yang sangat dominan saat itu ke peranan pasar. Meskipun saat itu ada beberapa pihak yang bersikap pro dan kontra, namun beliau tetap berpegang teguh untuk bersuara demi perubahan bangsa ini.

Indonesia adalah negara kita. Siapa lagi yang melakukan perubahan pada bangsa ini kalau bukan kita. Anwar Nasution sangat menyukai mata kuliah Ekonomi Moneter dan karena kemampuannya beliau pernah diangkat menjadi asisten dosen untuk beberapa mata kuliah, di antaranya adalah Pengantar Ekonomi dan Ekonomi Moneter. Selain aktif dalam bidang akademis, beliau juga berkecimpung dalam organisasi yang anti komunis. Olahraga yang paling digemari pada saat itu adalah karate. Pernah beliau menyaksikan pertarungan antara guru karate beliau dengan seekor singa di Senayan. Namun karena banyak orang yang melempar batu, akhirnya singa itu menjadi mengamuk dan acara pun dibubarkan. Setelah lulus dari FEUI pada tahun 1968, beliau mengajar di almamaternya, sambil menjadi tenaga bantuan pada Dirjen Moneter Departemen Keuangan. Lalu, di sana beliau memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi ke Harvard. Setelah melalui tahapan seleksi, termasuk wawancara, akhirnya beliau diterima menjadi salah satu penerima beasiswa tersebut. Hal ini disebabkan karena beliau berani mengambil kesempatan tersebut dan menanggung segala resiko yang didapat. Akhirnya beliau berangkat ke Negeri Paman Sam dan berhasil menyelesaikan studi di sana pada tahun 1973. Ketika tinggal di Amerika, beliau bertemu dengan mahasiswa lain yang berasal dari Korea dan Singapura dan mereka lah yang mengajari beliau cara memasak nasi. Dibutuhkan penyesuaian diri ketika menghadapi situasi yang baru dan sulit seperti di Amerika. Ketika membandingkan antara orang Amerika dan Indonesia, beliau bisa menarik kesimpulan kalau di Amerika, mahasiswa diajar untuk bersikap kreatif dan inovatif sementara di Indonesia, mahasiswa diajar ahli dalam menghafal. Akibatnya, kemampuan mahasiswa Indonesia dalam mengemukakan pendapat masih kurang dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa Amerika. Karena itulah, beliau sangat ingin untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman yang didapat kepada para mahasiswa sehingga nantinya dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Menjadi seorang dosen merupakan cita-cita beliau sejak kecil, dan impian itupun akhirnya menjadi kenyataan. Sejak tahun 1968, beliau aktif mengajar di Fakultas Ekonomi tercinta meskipun saat itu beliau juga memegang jabatan yang sangat penting di beberapa lembaga pemerintahan. Beliau pun sering diundang sebagai dosen tamu di luar negeri, di antaranya adalah Finlandia. Sebagai seorang dosen, beliau juga tidak melupakan untuk melakukan Tri Dharma Pendidikan, yaitu Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Berbagai penelitian dan karya tulis beliau berhasil dipublikasikan, di antaranya Macroeconomics Policies, Writes, and Long Term Growth in Indonesia 1965-1990, tahun 1994; Indonesian Economic Policies and Their Relation to Material Debt Management, tahun 1989; dan lain-lain. Sementara itu, dalam bidang pengabdian masyarakat, beliau sering diundang sebagai penceramah dalam berbagai seminar di Indonesia. Dalam dunia pemerintahan, Anwar Nasution dikenal sebagai seorang ekonom yang sangat kritis. Berbagai kritik tajam sering dilontarkan kepada pemerintah dan Bank Indonesia terkait kebijakan dalam bidang ekonomi dan moneter. Oleh karena itu, ketika beliau diamanahkan untuk memegang jabatan di Bank Indonesia, banyak pihak yang berharap kepada beliau untuk membawa perekonomian ke arah yang lebih baik. Namun usaha beliau untuk melakukan hal tersebut menghadapi berbagai macam kendala karena permasalahan yang ada di institusi tersebut sangat pelik. Namun, karier beliau tak hanya sampai di sana, karena setelah itu, beliau menjabat menjadi ketua BPK. Jabatan inilah yang menurut beliau sangat menantang karena dibutuhkan integritas dan komitmen yang tinggi untuk menjalani itu semua. Menanggapi isu internasionalisasi, beliau merasa kalau FEUI akan sampai ke tahapan tersebut jika pihak pemerintah dan swasta saling mendukung. Seperti di Amerika, orang kaya di sana memberikan sumbangan gedung dan isinya. Hal inilah yang perlu dicontoh oleh bangsa kita untuk menjadi maju. Selain itu, pusat dan daerah perlu berkoordinasi dengan baik dan bukan sebaliknya, bersaing satu sama lain. Beliau juga mengatakan bahwa kerjasama dengan luar negeri sangat diperlukan dalam era globalisasi seperti sekarang ini, jangan sampai kerjasama ini

hanya jadi ajang pemasaran universitas luar negeri. Proses internasionalisasi bisa dilihat dari jumlah dosen FEUI yang mengajar di luar negeri dan jumlah dosen luar negeri yang juga mengajar di FEUI. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa Inggris setiap mahasiswa maupun dosen perlu ditingkatkan untuk menuju proses internasionalisasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai