Anda di halaman 1dari 5

Salam sahabat insan berdaya, Seorang sahabat mengeluh, mengatakan bahwa ketika diawal-awal kariernya dulu, dia memiliki

semangat kerja yang sangat tinggi, memiliki gairah bekerja yang sangat tinggi. Namun kini setelah hampir enam tahun berkarier di perusahaan tempatnya bekerja, semangat kerjanya mengalami penurunan tajam. Setiap bangun pagi hendak menuju ketempat pekerjaan, menjadi terasa berat dan menjadi beban. Ingin dia segera melepaskan diri dari kondisi ini, namun tidak mudah begitu saja. Dia merasa terjebak dalam rutinitas yang sangat membosankan, namun merasa tidak mudah lepas dari kondisi ini karena berbagai tuntutan realitas kehidupannya. Di lain pihak seiring dengan krisis ekonomi dan kenaikan BBM pada tahun 2005 lalu, yang efeknya baru terasa pada tahun 2006 ini, perusahaanperusahaan menuntut kerja lebih efisien, lebih produktif, kalau dulu satu karyawan mengerjakan satu fungsi, saat ini tuntutannya adalah karyawan dapat melakukan beberapa fungsi sekaligus. multifunction worker.. Peer pressure yang terjadi di lingkungan kerja profesional sangat terasa.. Lebih gawat lagi, sering kita lihat berita di media massa, koran atau televisi yang memberitakan seorang ayah tega membunuh anaknya sendiri, atau sorang ibu yang rela membunuh suaminya sendiri karena dia tidak tahan menghadapi tekanan dan beban hidup. Hidup sudah semakin berat, sedangkan kita bingung mau memenuhinya.. tuntutan management melakukan tindakan semakin tinggi, apa lagi untuk

Efek krisis moneter yang terasa dari tahun 1998 rasanya belum juga habis, sudah ada beberapa kasus yang melesukan pasar, berbagai tragedi bom, gempa, lumpur porong, kenaikan harga BBM yang dua kali lipat ditahun 2005, naiknya harga elpiji, harga listrik yang berimbas kepada turunnya iklim bisnis di indonesia. Namun, perusahaan dan management tempat kita bekerja seakan-akan gelap mata, setiap pagi kita berangkat pagi pulang malam, dengan target kerja yang semakin berat, sedangkan kualitas hidup kita turun drastis karena daya beli yang juga menurun curam. Harga-harga yang naik, harga bahan baku naik, biaya produksi naik, memaksa pihak perusahaan menaikkan harga jual, sedangkan kita dihantam dengan turunnya permintaan akan produk kita seiring dengan turunnya daya beli riil masyarakat. Perusahaan menaikkan harga jual, menaikkan

target penjualan, sedangkan para karyawan dihadapkan pada daya beli masyarakat yang anjlok drastis. Belum lagi jika kita bicara soal competitor dan persaingan dengan bisnis sejenis, coba lihat saja berbagai acara promosi gila-gila an yang ditebar oleh bisnis2 yang ada di Indonesia. Di dunia properti misalnya, ada yang melakukan promosi tanpa uang muka, Down payment bisa dicicil 2 tahun, KPR hingga 25-30 tahun, blum lagi bicara bonus2 hadiahnya.. tengoklah tengah kota Jakarta, berbagai apartemen muncul dengan konsep berbeda-beda, belum lagi habis jual Sudirman Square dan pakubuwono, sudah ada cityloft, thamrin residence, taman rasuna residence, regatta dan berbagai tower apartemen lainnya, belum selesai penawaran satu apartemen telah muncul sepuluh apartemen lainnya.. akhirnya tentu saja terjadi kanibalisasi market... over supply sementara demand turun drastis... Kemanakah impact dari semua kondisi ini? tentu saja ke kaum profesional dan karyawan.. tekanan yang datang dari berbagai penjuru membuat, perusahaan melakukan rasionalisasi (PHK), jika pun tidak, karyawan akan dibebani target yang tinggi setinggi tingginya untuk survive, membuat kita kerja dari pagi hingga malam, yang apabila kita tidak tahan, dapat diterima dengan tangan terbuka jika mau merasionalisasikan diri. Ditengah beban hidup yang semakin mengejar kenaikan gaji dan jabatan.. berat, rasanya terasa mustahil

lantas bagaimana kita mensiasati siatuasi seperti ini? bagaimanakah daya pilih kita bisa optimal dan positif dalam keadaan yang serba susah ini? Beberapa hari lalu saya membaca sebuah buku tentang seekor burung dan cacing, cerita tentang burung dan cacing ini mungkin dapat berguna jika kita sedang merasakan kesulitan hidup. inti ceritanya seperti berikut: Seekor burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui di mana ia harus mendapatkannya. Karena itu, kadangkala sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang, kadangkala ia pulang dengan membawa oleh-oleh untuk keluarganya, tetapi sering juga ia pulang dengan perut yang masih keroncongan. Meskipun burung tampaknya lebih sering kekurangan makanan karena tidak punya "kantor" yang tepat (apalagi setelah lahannya berubah menjadi real estate), namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha bunuh diri, Kita tidak pernah melihat seeikor burung yag membenturkan kepalanya ke batu atau cadas, kita juga tidak pernah melihat burung

yang beramai-ramai mogok terbang dan melakukan demo menuntut manusia mengembalikan kebun2 dan taman2 tempat dia mencari makan, Nampaknya seekor burung menyadadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu kekenyangan, suatu waktu kalaparan, ada saat nya diatas, ada saatnya dibawah, pernah merasakan kenikmatan, maka bersiaplah juga untuk mengalami kesengsaraan.. contoh yang lebih ekstrem adalah pada diri seekor cacing (mungkin bukan seekor, karena cacing tidak punya ekor).. Lihatlah tubuh cacing, seolah-olah dia tidak mempunyai sarana dan alat yang layak bahkan untuk mencari makan sekalipun. cacing, tidak punya tangan, kaki,tanduk,bahkan ia mungkin tidak punya mata dan telinga.. Namun apakah kita pernah melihat cacing beramai-ramai mengeluh akan beban hidupnya yang semakin tinggi karena ia tak punya alat untuk mencari makan. Pernahkah kita lihat cacing membiarkan dirinya mati terinjak2 manusia karena ia frustasi. burung dan cacing adalah bagian dari alam semesta yang memperlihatkan kepada kita bahwa dengan semua keterbatasan yang ada, dengan semua himpitan2 yang dibebankan padanya, tidak pernah menyerah untuk berubah dan berusaha... bersambung.... ----------------------------------sambungannya...

Dalam posting terdahulu telah dikemukakan berbagai situasi yang mengakibatkan penurunan semangat kerja manusia. Telah dijabarkan betapa seringnya setiap insan merasa setiap detik hidup nya semakin lama semakin terhimpit. Mengejar kenaikan gaji terasa mustahil ditengah pasar yang lesu. KOndisi lingkungan kerja tak lagi kondusif. Efek krismon dan kenaikan BBM membuat manusia layaknya mesin yang bekerja tanpa henti. target kerja tercapai, anda bisa terus kerja. Tapi jika tidak tercapai, Anda harus resign. Ini bisnis bung!! Sayangnya respon insan manusia kebanyakan justru memperarah kondisi dirinya sendiri. Berikut Tiga hal yang biasa terjadi pada seseorang, dikembangkan dari Prinsip BEJ (blame, excuse dan justify)Tung Desem 1. Blame --ketika ekonomi,

seseorang mulai menyalahkan orang lain, menyalahkan faktor menyalahkan situasi, orang ini tidak akan belajar dari

kegagalannya, dan orang yang tidak berlajar dari kegagalannya adalah orang yang gagal sesungguhnya. Kelemahan yang paling besar dari orang yang menyalahkan segala sesuatu adalah bahwa dia merasa benar dan tidak perlu bertindak lagi.-Ya, ketika insan manusia mulai terus berkata bahwa yang salah adalah atasannya, perusahaannya tak tau diri atau negara yang terus membebani masyarakat dengan kenaikan bbm, sehingga beban hidupnya semakin berat, maka yang akan hadir di hatinya hanyalah keluhan-keluhan semata. Keluhan, perkataan dan tindakannya hanya menyalahkan orang lain. Bukan berarti menyalahkan orang lain diharamkan, mungkin benar bahwa beban hidup yang semakin menghimpit sedikit banyak dipengaruhi pemerintah Indonesia. Namun apakah dengan terus mengeluh, beban hidup kita akan drastis berkurang? tentu tidak bukan. 2. Excuse --Ketika seseorang mulai mengajukan (excuse) beralasan, seperti mengatakan terlalu muda, terlalu tua, cuma lulusan smp, tidak berbakat, saya seorang perempuan, saya laki-laki, saya cuma..., saya terlalu, saya tidak dan alin sebagainya, oarng seperti ini pun tidak akan bertindak sama sekali. dan bila tidak ada tindakan apapun, tidak ada hasil apapun.-Mungkin kalo kita ditanya kenapa kita merasa kehidupan serasa semakin menghimpit. Akan banyak alasan yang keluar dari diri kita. Alasan bisa dicari, namun solusi hanya membuahkan hasil apabila dikerjakan. Bukankah manusia diciptakan dalam keadaan yang sama ketika lahir? Banyak manusia yang beralasan bahwa dia tidak mampu mengerjakan sesuatu misalnya, sayangnya dia tidak melihat yang diperlihatkan oleh alam. seperti cacing yang tidak punya tangan, mata, kaki, tanduk, mulut, berjalan pun susah, tapi cacing tidak pernah beralasan, tidak pernah ada cacing yang mencoba bunuh diri karena keterbatasannya. dia tetap mencari makan untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa minggu yang lalu saya melihat di televisi, seorang insan yang kedua tangannya di amputasi karena sebuah kecelakaan, tetap semangat menjalani hidup dengan berprofesi sebagai pelukis.. tanpa tangan, tapi dia adalah pelukis, pelukis dengan jari2 kakinya.. sungguh luar biasa.. Contoh lain lihatlah ucok baba.. mungkin jika sajaBang Ucok selalu mengajukan alasan, mungkin dia tidak akan menjadi artis terkenal dengan penghasilan ratusan juta per bulan.

3. Justify --Justify atau pembenaran adalah upaya orang lain untuk menutupi kelemahan atau kemalasannya untuk berubah menjadi lebih baik dengan membenarkan keadaanya sebagai sesuatu yang sudah sewjarnya. Misal, "terang saja saya tak berhasil, karena saya tidak punya gelar, maka sama sekali tidak mengherankan kau amir dapat promosi, dia lulusan luar negeri. orang seperti ini jika melihat orang lain yang lebih hebat akan melakukan pembenaran tanpa belajar atau terinspirasi untuk menjadi lebih hebat. Kata-kata seperti ini khas sekali mereka suka menggunakan ungkapan seperti, "terang saja,..."sudah tentu..."tentu saja..."sudah selayaknya...",,, ..maka rasa putus asa dan kegagalan akan datang pada dirinya..----Pembenaran menurut saya hanya akan melegakan seseorang didepan orang lain, setidaknya dia tidak merasa malu didepan orang lain jika ada yang bertanya.. Pembenaran hanya menyimpan api pesimisme dalam sekam semangat, semakin lama api semakin besar dan besar. sehingga akan menggerogoti semangat hidup.. bukankah manusia ketika menghirupkan nafasnya mengekspresikan semangat sama besarnya. ekspresi semangat seorang bayi yang ditunjukkan lewat tangis pertamanya selalu sama besar volumenya.. lantas kenapa begitu telah dewasa sang bayi tak mampu mengekspresikan semangatnya... dengan menghindari BEJ ini, semoga optimisme dan semangat kembali pada diri manusia, karena nasib adalah releksi dari pikiran...

salam berdaya

Anda mungkin juga menyukai