Anda di halaman 1dari 2

"Wahai Ananda"

Wasiat Al-Ghazali Untuk Muridnya


Disyarahi :
Dr. Abdul Ghani Abud
(1) Rasulullah saw pernah berdo'a :"Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat".
(6) Rasulullah saw bersabda : "Hisablah (evaluasilah) diri kalian,
sebelum kalian dihisab diakhirat. Timbanglah amal kalian, sebelum
amal kalian ditimbang di akhirat".
(15) Q.S. Al-Hujurat (49) : 13 :
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara engkau disisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa diantara engkau".
Begitu sulit menjadi orang yang bertakwa (bertanggungjawab) karena
seringkali tanggungjawab bisa mempermalukan seseorang dihadapan
orang lain. Begitu berat menjadi orang bertakwa karena takwa
memaku pikiran manusia untuk merasa menanggung beban yang
berat.
Mata Kuliah Etika dan Hakikat Kehidupan
Tanpa memahami & menghayati hakikat kehidupan maka akan sulit
seseorang untuk mempunyai dan melaksanakan etika kehidupan.
(85) Nabi bersabda : "Tidak ada seorangpun diantara kalian yang
dapat diselamatkan oleh amalnya." Para sahabat bertanya :
"Termasuk Anda, wahai Rasulullah?" Nabi menjawab : "Termasuk saya,
kecuali jika aku mendapatkan maghfirah dan rahmat dari Allah." (H.R.
Muslim)
(109) Menurut islam, kerja tidak berkaitan dengan penghidupan atau
jaminan rezeki, tetapi ia merupakan tujuan tersendiri. Hal itu karena
diantara tugas dasar manusia dalam kaitannya dengan misi
kekhalifahan adalah memakmurkan bumi, dan memakmurkan bumi
tidak akan terwujud selain dengan kerja. Karena itu, Islam akan selalu
memihak pekerja dalam hubungannya dengan modal. Islam
menjelaskan tiga bentuk perpindahan harta diantara individu-individu
yaitu waris, hibah dan kerja. Syarat kerja yang diterima adalah selama
tidak memakai cara-cara yang tidak sah seperti mencuri, merampas,
mengurangi timbangan, berkhianat, menyogok, korupsi, pelacuran,
penimbunan barang, riba, industri narkoba dan perdagangannya.
(110) Harta sangat penting bagi manusia sebagai khalifah guna
memakmurkan bumi dan menyebarkan kebenaran dan kebaikan,
tetapi didalam hati kecil manusia ini, harta hanyalah sarana dan tidak
mungkin berubah menjadi tujuan. Islam meletakkan syarat yang
banyak untuk kepemilikan harta, karena islam tidak membolehkan
siapapun untuk mengumbar nafsu memiliki tanpa perhitungan. Islam
mengharuskan perilaku tertentu dan metode tersendiri untuk

memperoleh harta halal. Bahkan Islam juga mewajibkan pembayaran


tertentu dari harta ini, dan jika tidak dibayarkan dengan cara tertentu
maka harta itu menjadi tidak halal walau diperoleh dengan cara halal.
(112) Seperti telah kami kemukakan dalam syarah-syarah
sebelumnya, ilmu sendiri tidak secara otomatis akan mendatangkan
keselamatan dari api neraka dan keberhasilan meraih kedudukan
orang-orang saleh. Bahkan sebaliknya, ilmu bisa saja membawa
manusia kepada siksa neraka, yakni ketika ilmu menjadi hujjah yang
memberatkan (karena tidak diamalkan), bukannya menjadi hujjah
yang meringankan.
(113) Jadi letak keistimewaan ilmu menurut Islam adalah karena ilmu
itu mendekatkan manusia kepada Allah, membuat imannya lebih kuat
dan membantu manusia dalam melaksanakan misi kekhalifahan yang
menjadi tanda kehormatannya. Tetapi, ilmu itu tidak mungkin
memenuhi tujuan-tujuan tersebut kecuali jika diamalkan.
Jadi masalahnya bukan masalah berilmu atau tidak berilmu, tetapi
masalah perbaikan akhlak atau amal yang didorong oleh ilmu.
Q.S. Al-Zalzalah (99) : 7-8
"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah
sekalipun, ia pasti akan melihatnya, dan barangsiapa mengerjakan
keburukan seberat zarrah sekalipun, ia pasti akan melihatnya."
(137) Imam Syafii berkata, "Aku kenyang sejak umur enam belas
tahun, dan sejak itu aku menjadi pelupa. Sebabnya, banyak makan
menyebabkan banyak minum; banyak makan dan banyak minum
menyebabkan banyak tidur, kedunguan, keterbatasan pikiran,
kejenuhan indra, dan rasa malas pada fisik."

Anda mungkin juga menyukai