Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FARMAKOLOGI OBAT

Drs. Admar Jas Apt, M.Sc. Apt.

Depart. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara- Medan

FAKTOR-FAKTOR Y MEMPENGARUHI FARMAKOLOGI OBAT I. PENDAHULUAN Farmakologi obat sangat dipengaruhi oleh: -kondisi fisiologik, -patologik, genetik -interaksi obat, -toleransi, -bioavailabilitas, -efek plasebo dan pengaruh lingkungan. Latar Belakang pentingnya mengetahui faktor-faktor yg mempengaruhi farmakologi obat.

Tujuan mengetahui faktor-faktor tersebut diatas: -pemberian obat lebih aman -efek terapi optimal, ada kepastian dalam tujuan pemberian obat -terhindar dari efek samping yang fatal -terhindar dari resistensi -terhidar dari keadaan fatal

II. PERTIMBANGAN EFEK FARMAKOLOGI DLM PEMBERIAN OBAT


Kondisi Fisiologik Anak Dewasa Orang tua (geriatri) Anak usia 1 3 bulan, keadaan organ tubuhnya, seperti darah, hati dan ginjal belum matang menghadapi, melakukan metabolisme, mengeliminasi, mengi kat, menginaktivasi dan mengekskresi sebagian besar zat aktif obat. Perlu di pertimbangkan secara matang jenis obat dan struktur zat aktif obat (spesifik atau non spesifik), antara lain: Jenis obat Struktur obat Dosis obat Bentuk sediaan obat Rute pemberian Orang dewasa: usia dibawah 65 tahun Dianggap organ tubuhnya sudah matang dan mampu menghadapi sebagian besar zat aktif obat dari berbagai jenis obat dan struktur obat. Orang tua: usia 65 85 tahun, perlu dipertimbangkan, a.l: Kondisi fisiologis Patofisiologik

FARMKOGENETIK DAN RUMUS DOSIS OBAT ANAK-ANAK 1. Luas permukaan badan dari anak: Cara ini sebetulnya paling tepat, tetapi kurang praktis 2. Berdasarkan bobt badan anak: Clark : W / 70 x Dosis dewasa (W = berat dlm Kg ) 3. Untuk praktek sehari-hari rumus ini sering dipakai. Umur anak dipakai bbrp rumus, a.l: Rumus a. Rumus Young = Dosis anak n/ n + 12 x D D = dosis dewasa, n = umur dalam tahun Hanya berlaku untuk anak: 1 8 tahun b. Rumus Dilling: Dosis anak n/20 x D D = dosis dewasa, n = umur dalam tahun Hanya berlaku untuk anak : 8 20 tahun c. Cowling: n + 1 / 24 x dosis dewasa ( n = umur dlm tahun) di Indonesia rumus ini tidak banyak dipergunakan. d. Fried : m / 150 x dosis dewasa ( m = umur dalam bulan) Rumus ini dipakai untuk bayi 1 tahun kebawah.

e. Rumus Ausberger: Rumus berdasarkan luas permukaan badan, agak tepat. Untuk anak, 2 12 tahun: (m + 13) % dari D Untul anak, 1 11 tahun: (4n + 20) % dari D Untuk anak 12 16 tahun: (5n + 10) % dari D M = umur dalam bulan; n = umur dalam tahun. f. Berat badan Perhitungan dosis anak berdasarkan BB, hasil lebih baik, yaitu memakai rumus Clark: Dosis anak W / 68-70 x D W = berat badan dalam kg Dosis obat dinyatakan dalam mg obat per- kg BB, ini juga cukup baik. BB orang Barat rata-rata: 68-70 Kg

4. Dosis Maximalis: Dosis bahan obat yang diperhitungkan dari dosis maximal orang dewasa dengan menggunakan rumus Young: n / 1 + 12 x Dosis Maximal ( n = umur anak dalam tahun) 5. Interval waktu pakai: Pemakainnya obat setiap jam dan seterusnya, dapat dihitung interval waktunya sebagai berikut, rumus:

16 + 1 (n =umur dalam th) = mendapatkan interval waktu pemakaian. n


Angka 16 dianggap waktu bangun. (24 jam 8 jam = 16 Jam). Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis Obat: 1. Zat aktif obat -Sifat fisika-kimia obat dan toksisitas

Beberapa gol. Obat, dosis untuk anak tidak dapat diperhitungkan dari dosis orang dewasa (mempergunakan salah satu rumus diatas), a.l: 1. Antibiotika dan preparat sulfa atau khemoterapeutika lainnya, ada dosis tersendiri untuk anak-anak

2. Anak-anak sensitive sekali terhadap: - Morfin dan obat bius lainnya - terhadap laxant yang kuat atau bahan yang bersifat laxant. Dosis obat hrs lbh rendah dari yg dihitung dg salah satu rumus diatas
3. Sebaliknya anak-anak lebih tahan terhadap obat tidur, seperti: -Phenobarbital dan barbiturat lainnya. -Diazepam dan derivatnya -Chloralhidrat -Belladonna, atropin dan derivatnya. Dosis obat dpt lebih tinggi dari pd kalau dihitung dg salah satu rumus diatas. Untuk terapi dibuku maupun di brosur (leaflet) obat. bayi dan anak-anak, seperti pada: -Farmakope Indonesia -Martindale -brosur di setiap obat yang dipasarkan menyangkut untuk anak-anak.

2. Cara /rute pemberian a. Per-oral b. Parenteral c. Rektal, vaginal, urethral d. Topikal e. Inhalasi dll 3. Kondisi pasien a. Umur b. Berat badan c. Jenis kelamin d. Ras e. Toleransi f. Obesitas g. Sensitivitas 4. Patofisiologis tubuh a. Keadaan organ tubuh b. Efek non terapi / hireditas

Kombinasi Obat Tujuan kombinasi pemberian obat a.l: -mengurangi dosis, -mengatasi infeksi sekunder, -mencegah resistensi dan untuk mengoptimalkan terapi.

Dosis orang tua / lnjut usia Orang tua dosis obatnya dianjurkan sbb.: Umur 65 74 tahun : dosis lazim 10 % Umur 75 84 tahun : dosis lazim 20 % Umur diatas 85 tahun : dosis lazim 30 %
Penggunaan dua atau lebih obat yang bisa saling mempengaruhi khasiat dan juga dosis masing-masing obat. Sifat kerja sama obat disebut sinergisme. Akibat interaksi obat dapat terjadi, a.l: 1. Adisi atau sumasi 2. Potensiasi 3. Sinergisme 4. Antagonisme

Peristiwa akumulasi obat pada jaringan tertentu disebabkan oleh afinitas (daya gabung) dari obat terhadap jaringan tersebut. Konsentrasi obat dalam jaringan/ organ menjadi demikian tinggi sehingga sifat komulasi bermanfaat untuk mengobati penyakit organ bersangkutan.

Contoh: Amoxicillin: dosis untuk anak-anak pada kasus: Infeksi sal. Nafas atas: 20 40 mg /kg BB/ 3 dosis selama 4 hari 7 hari Infeksi tifoid dan paratifoid: 100 mg/kg BB/hari selama 14 21 hari Meningitis: Dewasa, 150 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi, sec. I.V. Anak-anak, 100- 150 mg /kg BB/hari dlm dosis terbagi, selama 14-21 hari. Catatan: Duration of action Amoxicillin 8 jam. Ampicillin 6 jam

Erythromycin: Dosis untuk anak-anak: 30 50 mg/kg BB/hari (3-4 dosis) Untuk infeksi sal. Nafas, kulit dan jaringan lunak. Selama 5- 7 hari. Cefadroxil: Dosis untuk anak-anak: Sehari 25 50 mg/kg BB, dibagi dalam dua dosis Pengobatan selama 7 10 hari. Acetaminofenum : 5-10 th, sehari 400 800 mg dibagi dalam 3- 4 dosis Acetosal : 6-12 th, dosis 1 x p = 30 40 mg /th Codein HCl / fosfat : 6-12 th, dosis 1 mg / th Dionin : 1 6 th, dosis 1 x p = 3-5 mg Chlorpheniramini mal. : dosis anak-anak, 0,35 mg / kgBB/sehari Diazepam, untuk sedatif : anak 1-6 th 0,12 mg 0,8 mg/Kg / sehari

Laksanakan perhitungan dosis: Pasien: Ali Umur : 4 tahun BB: 12 kg Diagnosa : infeksi sal. Nafas atas, disertai demam dan batuk Terapeutik: 1. Obat bentuk sirup: Amoxicillin Amoxicillin sir 125 mg/ 5 ml (Cth. I) Amoxicillin 250 mg / 5 ml (Cth. ) Kemasan: btl 60 ml Cara pakai: sehari 3 x Lama pengobatan: 5 hari 2. Pulveres: - Acetaminophenum - Codein HCl - CTM Cara pakai: sehari 4 x Lama pemakaian: 3 hari

CARA PEMBERIAN OBAT 1. Per-oral, artinya melalui mulut oesophagus (kerongkongan) menuju ke lambung, selanjutnya ke usus (gitract. = gastro intestinal tractus). Disebut obat dalam, dan ditandai dengan etiket putih. Selain dari itu disebut pan-enteral, sebagai obat luar dan ditandai dengan etiket biru. 2. Bukal / sublingual, obat ditaruh diantara gusi-pipi / dibawah lidah. Sediaan pellet akan pecah, zat aktif terpisah dari pembawa dan larut dalam selaput lendir dan saliva, kemu dian masuk lang sung ke dalam sirkulasi sistemik tanpa mengalami fisrt pass effect . Obat kumur dimaksud kan untuk membasmi mikroorganisme pada mulut, gigi dan teng gorokkan serta menghilangkan bau mulut. Mekanisme kerja obat secara topical. 3. Parenteral, yaitu penggunaan obat dengan cara merobek atau menusuk kulit dengan jarum yang tajam dan melalui jarum tersebut dialirkan obat masuk ke dalam tubuh. Ada berbagai jenis pemberian secara parenteral. 4. Melalui rectum ada dua tujuan, pertama untuk obat haemorroid (ambeian) efeknya local, sedangakan untuk analgetik- antipiretik & antikonvulsi memberikan efek sistemik onset of action cukup cepat hanya dalam tempo 5 10 menit. Teknik pemberian untuk efek sistemik lebih dalam dimasukkan ke rectum, sedangkan untuk haemorroida cukup dibagian dalam agak kedepan sediaan diletakkan. 5. Melalui vagina, sediaan disisipkan atau dimasukkan ke dalam liang vagina, tujuan untuk membersihkan dan membasmi mikroorganisme, terutama jamur dan sekaligus menghilangkan bau tidak enak. Sediaan ini khusus untuk wanita.

6. Urethral, yaitu pemberian obat ke dalam urethra laki-laki mau pun wanita, tujuan untuk membasmi mikroorganisme dan meng hilangkan radang pada urethra.

7. Inhalasi terbagi dua: pertama oral inhalasi dan kedua nasal inhalasi. Untuk oral inhala si umumnya digunakan sebagai obat bron chodilator dan anti inflamasi. Untuk nasal, biasnya digunakan untuk mengatasi hidung manpat pada kasus pilek, flu dan sinusitis. Dalam pemberian sebaiknya signa prn (bila perlu = bila kumat), karena obat ini hanya menghilangkan symptom, mengatasi keadaan yang gawat atau kesulitan bernafas. Untuk sediaan aerosol yang mengandung kortikosteroid, bagi pemakai sebaiknya menggunakan obat kumur setelah pemakaian obat tersebut, kalau tidak dapat merang sang pertumbuhan jamur di mulut dan tenggorokkan.
8. Intra nasal (nebula), pemberian dengan memasukkan sediaan obat ke dalm lobang hidung pada kasus pilek, flu atau sinusitis. Sediaan ada yang berupa tetes dan spray (semprot = konvensio nal), ada juga berupa aerosol. 9. Topikal, penggunaan obat melalui kulit superficial epidermis, obat diberikan untuk mempercepat sembuh, bila pemberian per-oral tidak mencapai superficial epidermal yang miskin pembuluh kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan. Bila kulit rusak, kemung kinan besar efek sistemik akan terjadi. 10. Intra dermal (transdermal), pemberian melalui kulit untuk tuju an sistemik dengan me nempelkan sediaan yang diberi penyang gah kain/ kasa, missal obat jantung (nitradisct, nicotinell fluc). Inplantasi, penggunaan obat dengan memasukkan pellet ke bawah kulit, dilakukan operasi kecil secara steril. Misal: obat keluarga berencana me ngandung hormone. Prinsipnya obat didepot dan dilepas secara perlahan sampai 6 bulan atau lebih

Anda mungkin juga menyukai