Anda di halaman 1dari 1

ARTIKEL - DAMARSANTRI EDISI 4 / DESEMBER 2008 VOL 2 | Organisasi Santri Wahid Hasyim

Etika Berdoa (Doa Ngaji)


Oleh : Kang Basith Ab

Manusia adalah makhluk yang lemah, karenanya ia selalu membutuhkan Dzat yang menjadi penopang
kehidupannya. Manusia berada dalam kesesatan, hingga dia mendapatkan petunjuk, lapar hingga ada yang
memberinya makan, telanjang hingga ada yang memberinya pakaian dan seterusnya. Allah adalah Dzat yang
menjamin semua kebutuhan itu. Oleh karenanya, kita diperintahkan untuk memohon kepada Nya dengan
berdoa. (QS. Ghafir: 60).

“Doa adalah ibadah”. Begitulah sabda Nabi saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Nu‟man bin Basyir (Abu
Daud: as-Sunan: IV/278). Oleh karena itu, dalam berdoa dan juga dzikir harus mengikuti tuntutan syari‟at karena
semua ibadah harus didasarkan pada ittiba‟, bukan berdasarkan hawa nafsu dan bid‟ah, kecuali doa-doa yang
bersifat temporal dan bukan sebagai wirid yang dijadikan amalan bagi orang banyak. (Ibnu Taimiyah: Majmu
Fatawa: V/228).

Setidaknya ada dua syarat agar sebuah doa dikabulkan oleh Allah. Pertama: keikhlasan/ketulusan kepada Allah
dan kedua adalah mutaba‟ah rasul (mengikuti petunjuk Rasulullah saw.). Kedua hal ini juga yang menjadi
sebuah amal apapun dapat diterima di sisi Allah swt. Imam Fudhail bin „Iyadl pernah mengatakan: “ Jika sebuah
amal itu ikhlas, tapi tidak benar maka ia tak akan diterima. Sebaliknya, jika amal itu benar, tapi tidak ikhlas maka
ia juga tidak akan diterima sehingga amal itu ikhlas dan benar. Ikhlas adalah apabila amal itu benar-benar
ditujukan kepada Allah, bukan yang lain. Sedangkan benar adalah apabila amal itu mengikuti sunnah rasulullah.
(Ibnu Abi Dunya, al-Ikhlas wan Niyat: I/20).

Al-Allamah al-Mu‟allimi rahimahullah mengatakan: “ Alangkah rugi, seseorang yang meninggalkan doa-doa yang
sudah ditetapkan dalam Kitabullah ataupun sunnah rasulullah. Hampir ia tidak pernah mengamalkannya dan
malah berpaling kepada doa-doa yang lain dan melanggengkannya. Bukankah ini sebuah kedhaliman ?” (Abdur
Razaq al-Badr, Fiqhul Ad‟iyah Wal Adzkar: II/47).

Atas dasar semua itulah dan juga usulan dari seorang santri kepada pengurus, mulai 15 Desember 2008 yang
lalu, Madrasah Diniyah menetapkan sebuah doa yang harus dibaca sebelum dan sesudah belajar. Tapi jika kita
perhatikan, dalam doa tersebut tidak terdapat doanya. Memang, betul. Lalu ? Jangan khawatir karena dalam
sebuah hadis qudsi, Allah swt berfirman: “ Siapa yang sibuk membaca al-Qur‟an dan berdzikir kepada ku
(hingga ia lupa untuk) meminta kepada Ku maka akan Aku berikan padanya sesuatu yang lebih yang Aku
berikan kepada orang-orang yang meminta. (Tirmidzi: as-Sunan: X/169). Jadi, amalkan saja, Allah Maha Tahu
apa yang kita mau. Nuwun.

*)Semua rujukan dalam tulisan ini mengacu pada kitab-kitab yang terdapat dalam program Maktabah Syamilah
Ver. 3.15 atau www.shamela.ws

Buletin Damar Santri diterbitkan oleh Organisasi Santri Wahid Hasyim (OSWAH)Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim.

Sekretariat : Jl. KH. Wahid Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta 55283 Tlp. (0274) 484284. Email Redaksi
Damarsantri: damarsantri@yahoo.com, oswah@journalist.com

ORGANISASI SANTRI WAHID HASYIM (OSWAH)

Organisasi Santri Wahid Hasyim (OSWAH) merupakan lembaga yang bergerak secara praktis dalam bidang pelayanan,
pembinaan dan pengembangan potensi santri. Program utama OSWAH antara lain: pengembangan intelektual, keterampilan
dan kreativitas santri, pembudayaan 9K (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Kesehatan, Keamanan, Kedisiplinan,
Kekeluargaan dan Kemandirian), olahraga, bakti sosial dan penyelenggaraan UKSH (Unit Kesehatan Santri Husada) atau
poliklinik pesantren.

Anda mungkin juga menyukai