Anda di halaman 1dari 88

Presentasi Kasus Kejiwaan Gangguan Somatisasi

Oleh: Tiara Nien Paramita, dr

Program Internsip RSUD Kabupaten Bekasi 2013

Identitas Pasien
Nama

: Ny PA Jenis kelamin : Wanita Usia : 35 tahun Alamat : Cikarang Barat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status Marital : Menikah Agama : Islam Suku : Sunda Tanggal pemeriksaan : 29 September 2012

Anamnesis
Keterangan didapat dari: Pasien dan suami

(dapat dipercaya) Keluhan utama:


Nyeri ulu hati

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh nyeri perut di bagian ulu hati

sejak dua bulan yang lalu. Nyeri dirasakan menusuk-nusuk dan merambat ke dada. Nyeri dirasakan lebih berat saat pasien sedang banyak pikiran. Nyeri yang muncul tidak dipengaruhi dengan frekuensi makan pasien. Pasien juga mengeluh mual, nyeri kepala, sesak, nyeri punggung dan nyeri kaki yang hilang timbul. Keluhan pasien membuat pasien sulit untuk beraktivitas mengurus rumah. Dalam dua bulan terakhir pasien telah berulang kali berobat ke berbagai dokter dan mantri, namun tidak sembuh-sembuh.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien sudah menikah dengan dua orang anak,

anak pertama laki-laki kelas 2 SMP dan anak kedua perempuan kelas 3 SD. Pernikahan pasien dengan suami diakui pasien dan suaminya cukup harmonis dan jarang ada pertengkaran. Selama setahun terakhir, anak laki-laki pasien mulai merokok, sering membolos sekolah, menolak mengaji, jarang sholat dan pulang malam. Pasien merasa sedih dan menjadi sering sakit setelahnya. Pasien merupakan orang yang tertutup, terkadang pasien bercerita ke suami namun merasa suami tidak mengerti beban yang dialami

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien menyangkal melihat sesuatu yang tidak bisa

dilihat oleh orang lain, mendengar suara bisikan dari orang-orang tertentu, mencium bau-bauan yang aneh, maupun perasaan ada orang yang tidak senang dengan dirinya. Pasien belum pernah berobat ke poliklinik kesehatan jiwa sebelumnya

Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien memiliki riwayat sakit maag yang berulang

kali kambuh sejak masa remaja Pasien memiliki riwayat sering jatuh sakit jika sedang banyak pikiran, gejalanya berkisar antara demam, nyeri perut, nyeri tangan dan kaki, nyeri dada, nyeri kepala dan sesak

Riwayat Keluarga
Ayah pasien juga memiliki gejala yang sama

seperti pasien dan memiliki sifat yang sama, yaitu tertutup dan tidak mudah bercerita kepada orang lain

Riwayat Hidup Pasien


Pasien merupakan anak ketiga dari lima

bersaudara. Sejak kecil pasien merupakan anak yang pemalu dan sulit bergaul. Jika memiliki masalah, pasien jarang bercerita kepada orang lain dan biasanya menyimpannya sendiri. Pasien hanya bersekolah hingga SMA dan memiliki keinginan untuk kuliah, namun tidak tersampaikan karena kondisi keuangan keluarga. Pasien merasa anak-anaknya harus bersekolah hingga setinggi-tingginya agar tidak seperti pasien.

Riwayat Hidup Pasien


Pasien menikah dengan suami pada usia 19

tahun dengan perbedaan usia 10 tahun dengan suami, oleh karena itu pasien terkadang tidak merasa nyaman bercerita pada suami. Pasien lebih dekat dengan ayahnya dibandingkan dengan ibu. Ayah pasien meninggal 1 tahun yang lalu karena stroke dan membuat pasien terpukul dan merasa sedih hingga sekarang.

Riwayat Pekerjaan
Setelah lulus SMA pasien sempat bekerja

sebagai buruh pabrik namun berhenti bekerja setelah menikah

Kepribadian Sebelum Sakit


Pasien merupakan seseorang yang pemalu dan

pendiam, namun memiliki hubungan yang baik dengan suami, kerabat dan tetangga.

Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak sakit ringan, Composmentis. Tanda Vital Tekanan Darah : 110/70 mmHg. Nadi : 84 kali/menit. Respirasi : 20 kali/menit. Suhu : 37,0C. Kepala : Dalam batas normal. Leher : Dalam batas normal. Thorax : Dalam batas normal. Abdomen : Nyeri epigastrium (+). Ekstremitas : Dalam batas normal.

Status Psikiatrikus
Roman muka Kesadaran Kontak Rapport Orientasi : Biasa : Komposmentis. : (+) : Adekuat. : Tempat : Baik. Orang: Baik. Waktu : Baik. : Immediate : baik. Recent : baik. Remote : baik.

Memori

Perhatian : Adekuat

Status Psikiatrikus
Persepsi Halusinsi Ilusi Pikiran : Bentuk Jalan Isi pikiran gangguannya : : (-). : (-). : Realistik. : Relevan. : Preokupasi terhadap

Status Psikiatrikus
Emosi

: Mood : Cemas Afek : Appropiate : Lack of insight. Normoaktif. Relevan. Sopan santun

Insight of illness Tingkah laku : Bicara : Dekorum : Baik.

Kebersihan : Baik. Cara berpakaian : Baik.

Psikodinamika
Pasien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Sejak kecil pasien merupakan anak yang pemalu dan sulit bergaul. Jika memiliki masalah, pasien jarang bercerita kepada orang lain dan biasanya menyimpannya sendiri. Pasien hanya bersekolah hingga SMA dan memiliki keinginan untuk kuliah, namun tidak tersampaikan karena kondisi keuangan keluarga. Pasien merasa anak-anaknya harus bersekolah hingga setinggitingginya agar tidak seperti pasien.
Pasien lebih dekat dengan ayahnya dibandingkan

dengan ibu. Ayah pasien meninggal 1 tahun yang lalu karena stroke dan membuat pasien terpukul dan merasa sedih hingga sekarang

Psikodinamika
Pasien sudah menikah dengan dua orang anak,

anak pertama laki-laki kelas 2 SMP dan anak kedua perempuan kelas 3 SD. Selama setahun terakhir, perilaku anak laki-laki yang memburuk membuat pasien merasa sedih dan menjadi sering sakit setelahnya. Pasien jarang bercerita kepada suami atau siapapun sehingga pasien merasa tertekan dengan masalahnya

Diagnosa Multiaksial
Aksis I : Gangguan Somatisasi Aksis II : Gambaran kepribadian introvert Aksis III : Penyakit Sistem Pencernaan (Gastritis) Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga) Aksis V :GAF saat pemeriksaan:70-61 (Gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi , secara umum masih baik)

Rencana Pemeriksaan Lanjutan


Konsul ke dokter spesialis penyakit dalam dan

saraf

Pengobatan
1. Farmakoterapi : - Alprazolam 1x1 mg/hari (malam hari) - Ranitidin 2x150 mg - Domperidon 3x10 mg 2. Psikoterapi suportif individu 3. Konseling keluarga

Usulan Terapi
Psikoterapi

- Terapi kognitif perilaku. - Terapi suportif.

Pembahasan

Pendahuluan
Definisi: adanya tanda-tanda fisik dan gejala-

gejala yang mensugestikan kondisi medis, namun pada pemeriksaan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan dengan penyakit medis yang ada. Gejala yang timbul cukup parah dan menyebabkan distress yang signifikan pada pasien atau gangguan fungsional. Ciri utama: adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.

DSM IV
Terdapat lima gangguan somatoform spesifik
gangguan somatisasi gangguan konversi Hipokondriasis gangguan dismorfik tubuh

gangguan nyeri.

DSM IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual, yaitu (1) gangguan somatoform tidak terdiferensiasi dan (2) gangguan somatoform yang tidak dapat ditentukan

Gangguan Somatisasi

Pendahuluan
Ditandai oleh banyak gejala somatik yang tidak

dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan sistem organ multipel. Bersifat kronis dan disertai distres psikologis bermakna, gangguan fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan

Epidemiologi
Prevalensi penderita gangguan somatisasi pada

populasi umum diperkirakan mendekati 0,5 %. Wanita berjumlah 5 sampai 20 kali lebih banyak daripada pria. Dengan rasio pria : wanita sebesar 1 : 5, maka prevalensi gangguan somatisasi pada wanita pada populasi umum diperkirakan sekitar 1 atau 2 %. Lebih sering pada orang yang kurang berpendidikan dan status sosial ekonomi yang rendah. Biasanya berawal sebelum usia 30 tahun dan biasanya terjadi zaman remaja

Etiologi
Faktor psikososial

Faktor biologis
Faktor genetika Faktor sitokin

Diagnosis (DSM-IV TR)


A. Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak sebelum usia 30 tahun yang muncul dalam banyak periode selama beberapa tahun dan terdapat perburukan berat dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.

Diagnosis (DSM-IV TR)


B. Setiap kriteria di bawah ini harus ada, dengan gejala individual dapat timbul kapan saja selama perjalanan penyakit :
empat rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal empat bagian

atau fungsi tubuh (contoh : kepala, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau ketika buang air kecil) dua gejala gastrointestinal : riwayat minimal dua gejala gastrointestinal selain rasa nyeri (contoh : mual, kembung, muntah di luar kehamilan, diare, atau intoleransi jenis makanan tertentu) satu gejala seksual : riwayat minimal satu gejala seksual atau reproduksi selain rasa nyeri (contoh : indiferensiasi seksual, disfungsi ereksi atau ejakulasi, menstruasi ireguler, pendarahan menstrual yang banyak, muntah terus-menerus sepanjang periode kehamilan) satu gejala pseudoneurologikus : riwayat minimal satu kali gejala atau defisit yang menandakan gangguan neurologis, tidak terbatas pada rasa nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan lokal, sulit menelan atau terdapat pembengkakan pada tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri,

Diagnosis (DSM-IV TR)


C. Terdapat salah satu dari di bawah ini :
setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada

poin B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek zat tertentu (contoh : penyalahgunaan obat, medikasi). bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari yang diharapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium.

D. Gejala-gejala yang ada bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat (factitious

Gambaran Klinis
Mengeluhkan banyak gejala somatik dan memiliki

riwayat medik yang panjang, kompleks. Mual muntah (di luar kehamilan), sulit menelan, nyeri pada lengan dan tungkai, nafas pendek tidak berhubungan dengan aktivitas fisik, amnesia, dan komplikasi pada kehamilan atau menstruasi adalah gejala yang paling sering didapat. Pasien biasanya percaya bahwa mereka sakit hampir sepanjang masa hidupnya. Gejala pseudoneurologikus mendukung, namun tidak patognomonik sebuah gangguan neurologis. Distres psikologis dan masalah interpersonal menonjol; cemas dan depresi adalah kondisi psikiatri yang paling sering ditemukan.

Gambaran Klinis
Riwayat medik pasien seringkali tidak jelas, tidak

tepat, inkonsisten, dan disorganisasi. Pasien menggambarkan keluhannya secara dramatis, emosional, dan melebih-lebihkan, dengan bersemangat; mereka keliru dengan urutan waktu dan tidak dapat membedakan dengna tepat gejala saat ini dengan gejala sebelumnya. Pasien dapat merasa bergantung, egosentris, haus akan pujian atau rasa bangga, dan manipulatif. Gangguan somatisasi biasanya berhubungan dengan gangguan mental lainnya, termasuk gangguan depresi mayor, gangguan kepribadian, gangguan akibat penggunaan zat, gangguan cemas generalisata, dan fobia. Kombinasi dari gangguan ini dan gejala yang kronis mengakibatkan peningkatan insidensi masalah perkawinan, pekerjaan, dan sosial.

Diagnosis Banding
Multiple sclerosis Chronic Fatigue Syndrome : disebabkan oleh

EBV Porphyria : nyeri abdomen dan kencing berwarna merah Skizofrenia : thought disorder, hallusinasi. Panic attacks : intermitten dan episodic. gangguan konversi factitious disorder : berpura-pura gejala secara sadar untuk mencapai peran pasien, dan biasanya ingin berada di rumah sakit pain disorder : Cuma ada keluhan nyeri

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Kronis dengan beberapa remisi, namun tingkat

keparahan dari keluhan berfluktuasi. Komplikasi: operasi yang tidak perlu, pemeriksaan medis yang berulang, ketergantungan zat, dan efek samping obat yang diresepkan. Pasien sering depresi.

Terapi
Penanganan terbaik gangguan ini dilakukan oleh satu

orang dokter, karena jika dipertemukan dengan orang yang berbeda maka pasien akan mengeluhkan gejala yang lain. Tujuan terapi: menyadarkan pasien bahwa kemungkinan besar keluhan tersebut disebabkan oleh faktor psikologis. Sehingga pada akhirnya pasien mau memeriksakan kesehatan mentalnya. Psikoterapi individu dan kelompok dapat menurunkan biaya pengobatan. Dimana pasien akan dibantu untuk menanggulangi gejala-gejalanya, mengekspresikan emosi yang melatarbelakangi penyakitnya, serta memberikan alternatif cara untuk mengekspresikan perasaannya tersebut. Farmakoterapi diberikan harus dengan indikasi, yaitu jika ada gangguan mental yang menyertai. Tindakan ini harus disertai monitoring yang ketat karena pasien sering tidak disiplin dalam menjalani pengobatan dan menjadi tidak efektif.

Terimakasih

Gangguan Konversi

Pendahuluan
Ditandai dengan perubahan yang tidak sengaja

atau pembatasan fungsi fisik sebagai akibat konflik atau kebutuhan fisiologis (sebelumnya dikenal sebagai histeria)

Epidemiologi
Insidensi dan prevalensi : 10% dari jumlah pasien

rawat inap dan 5 15% dari jumlah pasien rawat jalan. Usia : dewasa, pertengahan atau usia tua Rasio wanita terhadap pria adalah 2 berbanding 1 Riwayat keluarga : lebih sering pada anggota keluarga Lebih sering pada orang dengan status sosioekonomi rendah dan berpendidikan rendah

Etiologi
Faktor biologis

Faktor psikologis
Faktor psikodinamika

Faktor Biologis
Gejala berdasarkan aktivasi dari mekanisme

inhibisi otak. Rangsangan mekanisme inhibisi otak pada sistem saraf pusat yang berlebihan di synapses, batang otak, dan reticular activating system menyebabkan defisit sensoris. Kerentanan meningkat pada pasien dengan trauma lobus frontal atau defisit neurologis yang lain.

Faktor Psikologis
Konflik psikologis yang ditekan, diekspresikan

tanpa sadar. Premorbid Personality Disorder : seperti menghindar, histrionic Impuls (sebagai contoh : seks atau aggresivitas) yang tidak dapat diterima ego dan bisa disamarkan melalui gejala-gejala Identifikasi dengan ahli keluarga dengan gejala yang sama disebabkan oleh penyakit yang sebenar dan dipelajari sewaktu kecil.

Faktor Psikodinamika
La belle indifference adalah kurangnya perhatian

terhadap penyakit dan gejala ini hadir pada beberapa pasien. Primary gain merujuk kepada pengurangan kegelisahan dengan represi impuls yang tidak dapat diterima. Simbolisasi impuls kepada gejala adalah seperti tangan yang paralisis tidak dapat digunakan untuk menunjukkan impuls yang aggressif. Secondary gain merujuk kepada manfaat dari penyakit seperti kompensasi dari tuntutan hukum, menghindari kerja, dan ketergantungan pada keluarga. Pasien sering tidak mempunyai

Diagnosa (DSM-IV TR)


A. Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi fungsi sensorik atau motorik volunter yang mendukung kondisi neurologis atau kondisi medis umum lainnya. B. Faktor psikologis diduga berhubungan dengan timbulnya gejala atau defisit tersebut karena inisiasi atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh konflik atau stresor lainnya. C. Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat (seperti pada factitious disorder atau malingering)

Diagnosa (DSM-IV TR)


D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah pemeriksaan yang tepat, dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum, atau sebagai akibat langsung penggunaan zat, atau tingkah laku atau pengalaman sanksi kultural. E. Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya atau memerlukan evaluasi medik. F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada rasa nyeri atau disfungsi seksual, tidak muncul semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak lebih baik dijelaskan pada gangguan mental lainnya. Spesifikasi tipe : Dengan gejala atau defisit motorik Dengan gejala atau defisit sensorik Dengan kejang Dengan gambaran campuran

Gambaran Klinis
Kelainan motorik: paralisis, ataksia, disfagia,

muntah, afonia Gejala kejang : pseudokejang, tidak sadarkan diri Kelainan sensoris : buta, tuli, anosmia, anesthesia, analgesia, diplopia, glove-andstocking anesthesia (tidak mengikut perjalanan sensoris) Mempunyai kaitan temporal di antara gejala dan stress atau emosi yang intens Gejala bagian kiri adalah lebih lazim dari gejala bagian kanan

Diagnosis Banding
Paralisis

: paralisis adalah inkonsisten pada gangguan konversi. Tidak ada refleks patologis. Paralisis spastik, klonus, dan cogwheel rigidity tidak ada pada gangguan konversi. Ataksia : pergerakan yang aneh pada gangguan konversi. Pada kelainan organik, kaki akan diseret dan tidak bisa disirkumduksi. Astasia-abasia adalah gaya berjalan yang tidak stabil tapi tibat menyebabkan pasien dengan gangguan konversi untuk jatuh atau cedera. Buta : tiada refleks pupil pada pasien dengan kebutaan neurologis. Tuli : bunyi yang kuat akan menyebabkan pasien dengan gangguan konversi untuk bangun dari tidur tetapi tidak pada pasien dengan ketulian organik. Sensoris : kehilangan fungsi sensoris tidak mengikut dermatom ; kehilangan hemisensoris akan berhenti di tengah atau glove-and-stocking anesthesia pada pasien dengan gangguan konversi

Diagnosis Banding
Histeris

: nyeri biasanya terjadi pada kepala, muka, punggung, dan abdomen. Tidak ada kelainan organik yang menyebabkan nyeri. Pseudoseizure : inkontinensia, kehilangan kontrol motorik, dan menggigit lidah adalah jarang pada pasien dengan pseudopseizure. Aura sering terjadi pada pasien dengan epilepsy disebabkan kelainan organic. Skizofrenia : gangguan pikiran Gangguan mood : depressi atau mania Malingering dan factitious disorder dengan gejala fisik : sukar untuk ditentukan, tetapi malingers sadar yang mereka berpura-pura dengan gejala yang timbul, dan mereka sadar apa yang sedang dilakukan. Mereka melakukan sedemikian karena ingin menjadi pasien, dan ingin dirawat di RS.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset mendadak

Gangguan mental komorbid

Stress jelas diidentifikasi pada onset Litigasi yang sedang berlangsung Waktu yang pendek antara onset dan Gejala tremor, kejang

pengobatan
IQ tinggi dari rata-rata Gejala paralisis, afonia, buta

Terapi
Gangguan Konversi biasanya hilang secara spontan,

terutama jika didukung oleh tilikan diri yang baik dan terapi perilaku. Proses psikoterapi hanya difokuskan untuk mengurangi faktor stres. Yakinkan pula bahwa gejalagejala yang timbul akan semakin memperberat penyakitnya. Terapi Hipnotis, obat-obatan anxyolitik, serta pelatihan relaksasi tingkah laku ternyata cukup efektif. Obat-obatan parenteral seperti Amobarbital atau Lorazepam juga efektif. Terapi psikodinamik dilakukan untuk menganalisa dan menggali konflik psikis serta simbolisasi dari gejala gangguan konversinya.

Hipokondriasis

Definisi
Ketakutan morbid atau keyakinan bahwa

seseorang memiliki penyakit serius meski pun tidak ada.

Epidemiologi
Prevalensi

: 10% dari semua pasien medic Pria : Wanita adalah 1:1 Terjadi pada semua peringkat usia, meningkat pada usia 30 bagi pria dan 40 bagi wanita Lebih banyak pada kembar monozigot dan firstdegree relatives

Etiologi
Hipersensitivitas bawaan kepada fungsi tubuh

dan sensasi. Pasien juga mempunyai pain threshold yang rendah atau ketidaknyamanan fisik. Psikogenik : represi kemarahan terhadap orang lain ; memindahkan kemarahan terhadap diri sendiri dengan munculnya keluhan fisik ; rasa sakit dan penderitaan digunakan sebagai hukuman untuk impuls bersalah yang tidak dapat diterima

Diagnosis (DSM-IV TR)


A. Preokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide bahwa seseorang mempunyai, penyakit serius berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai gejala tubuhnya. B. Preokupasi tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil evaluasi medis yang tepat dan pengyakinan kembali oleh klinisi. C. Keyakinan yang disebutkan pada poin A tidak pada intensitas waham (seperti gangguan waham, tipe somatik) dan tidak terbatas pada perhatian akan penampilan (seperti gangguan dismorfik tubuh).

Diagnosis (DSM-IV TR)


D. Preokupasi tersebut mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. E. Durasi minimal 6 bulan. F. Preokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan sebagai akibat gangguan kecemasan generalisata, gangguan obsessif-kompulsif, gangguan panik, episode depresi berat, cemas akan perpisahan, atau gangguan somatoform lainnya. Spesifikasi bila : Dengan poor insight : bila, hampir sepanjang waktu selama episode kini, penderita tidak menyadari bahwa keyakinannya memiliki penyakit serius tersebut berlebihan atau tidak beralasan.

Gambaran Klinis
Semua organ atau system fungsional dapat

terlibat Pasien percaya bahwa penyakit atau malfunction hadir Hasil negatif pada pemeriksaan fisik atau laboratorium meyakinkan pasien tetapi hanya sebentar. Gejala akan kembali. Gangguan berlangsung minimal 6 bulan Keyakinan bukan dengan intensitas waham

Diagnosis Banding
Depressi

Gangguan anxietas
Gangguan somatisasi Gangguan nyeri Malingering and factitious disorders Disfungsi seksual

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Hipokondriasis bersifat kronis dengan remisi.

Eksaserbasi dikaitkan dengan stress kehidupan. Prognosis dianggap baik jika ditemukan personaliti premorbid yang minimal. Prognosis dianggap buruk jika ditemukan gangguan fisik yang lainnya

Terapi
Farmakologis : obat anti-anxietas dan

antidepressi Psikoterapi : insight-oriented dynamic psychotherapy, hipnosis dan behavior therapy.

Gangguan Dismorfik Tubuh

Definisi
Adanya keyakinan seseorang memiliki cacat

sebagian atau seluruh tubuh yang tidak benar.

Epidemiologi
Onset dari remaja hingga dewasa muda. Pria

sama dengan wanita.

Etiologi
Biologis

: Patofisiologi gangguan mungkin melibatkan serotonin dan dapat berhubungan dengan gangguan mental lain. Psikologis : unconscious conflict relating to a distorted body part Psikodinamik :mekanisme pertahanan termasuk repressi konflik yang tidak disadari, distorsi dan simbolisasi tubuh, dan projeksi (percaya bahwa orang lain juga melihat deformitas pasien)

Diagnosis (DSM-IV TR)


A. Preokupasi akan defek khayalan pada penampilan. Bila terdapat anomali fisik kecil, maka pasien menanggapinya secara berlebihan. B. Preokupasi mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. C. Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya (contoh : ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa).

Gambaran Klinis
Pasien mengeluh defek pada fisik

(keriput,kehilangan rambut, payudara kecil, penis kecil, bentuk tubuh). Keluhan pasien sering melebihi abnormalitas objektif. Bila ada anomali fisik yang kecil, perhatian pasien terhadap keluhan itu melebihi yang sewajarnya, tetapi bukan pada tahap waham. Pasien mungkin sadar bahwa pasien membesarbesarkan keluhan atau sebenarnya tidak ada keluhan sama sekali.

Diagnosis Banding
Skizofrenia

Gangguan mood
Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan obsessif-kompulsif Gangguan indentitas terkait gender

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Gangguan bersifat kronis dengan kunjungan

berulang ke dokter, dokter bedah plastik, atau spesialis kulit kelamin. Depresi sekunder bisa terjadi.

Terapi
Farmakologis : obat serotoninergic (fluoxetine,

clomipramine)

Gangguan Nyeri

Definisi
Preokupasi dengan nyeri tidak disebabkan oleh

penyakit fisik yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan. Tidak mengikut distribusi neuroanatomis. Inisiasi atau eksaserbasi gejala timbul bila terdapat stress atau konflik.

Epidemiologi
Gangguan nyeri dua kali lebih sering pada wanita

dibandingkan pria. Onset usia puncaknya pada dekade ketiga dan keempat. Gangguan depresi, gangguan cemas, dan minum alkohol juga lebih sering ditemukan pada keluarga pasien dengan gangguan nyeri dibandingkan populasi umum.

Etiologi
Perilaku : perilaku nyeri diperkuat bila pasien

dihargai Interpersonal : nyeri adalah cara untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam suatu hubungan Biologis : beberapa pasien mungkin memiliki gangguan nyeri akibat kelainan struktural limbik dan sensorik atau abnormalitas kimia yang mempengaruhi mereka untuk merasakan nyeri Psikodinamika : pasien mungkin mengungkapkan konflik intrapsikis secara simbolik menggunakan tubuhnya

Diagnosa (DSM-IV TR)


A. Rasa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis adalah fokus utama dan cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis. B. Rasa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya. C. Faktor psikologis diduga memegang peranan pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya nyeri. D. Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuatbuat. E. Nyeri tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mood, kecemasan, atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.

Gambaran Klinis
Pasien dengan gangguan nyeri bukan merupakan

kelompok yang uniform tapi merupakan kumpulan heterogen dari penderita dengan keluhan nyeri pinggang bawah, sakit kepala, nyeri wajah atipikal, nyeri pelvis kronis, dan nyeri lainnya. Keluhan nyeri pasien dapat paskatrauma, neuropati, neurologik, iatrogenik, atau muskuloskeletal. Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat panjang akan perawatan medik dan bedah. Beberapa pasien mengingkari sebab lain dari disforia yang dialami dan meyakinkan bahwa hidupnya sangat bahagia kecuali untuk nyeri yang diderita. Komplikasi dapat berupa gangguan akibat penggunaan zat, karena pasien berusaha mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan zat lainnya.

Diagnosa Banding
Nyeri disebabkan oleh kondisi medis : nyeri tidak

berkurangan setelah minum obat analgesik dan tiada kondisi medis atau bedah yang sesuai dengan nyeri yang dialami pasien Hipokondriasis Gangguan konversi

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Perjalanan penyakitnya bervariasi tetapi

cenderung menjadi kronis Pasien dengan komorbid depresi atau yang inginkan keuntungan sekunder (litigasi) memiliki prognosis buruk

Terapi
Farmakoterapi Antidepressan : SSRI Dosis amfetamin yang kecil Psikoterapi Pasien yang memiliki motivasi, diberikan terapi psikodinamik Terapi kognitif : mengurangkan sikap negatif terhadap hidup Hipnosis, biofeedback acupuncture, massage.

Gangguan Somatoform Tidak Terdiferensiasi

Definisi
Merupakan kelompok gangguan dengan keluhan

fisik berlangsung kurang dari 6 bulan yang tidak dapat dijelaskan dan gejala yang ada di bawah kriteria untuk diagnosis gangguan somatisasi.

Diagnosa (DSM-IV TR)


A. Satu atau lebih keluhan fisik (contoh : lelah, hilang nafsu makan, keluhan gastrointestinal atau urinarius) B. Terdapat salah satu dari di bawah ini :
setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat efek zat tertentu (contoh : penyalahgunaan obat, medikasi). bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka terdapat keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari yang diharapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium.

C. Gejala mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.

Diagnosa (DSM-IV TR)


D. Durasi minimal 6 bulan. E. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya (seperti gangguan somatoform lainnya, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan cemas, gangguan tidur, atau gangguan psikotik). F. Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.

Gangguan Somatoform yang Tidak Dapat Ditentukan

Definisi
Merupakan kategori residual untuk pasien

dengan gejala gangguan somatoform namun tidak memenuhi kriteria diagnostik yang spesifik untuk salah satu gangguan somatoform.

Jenis
1. Pseudocyesis : keyakinan yang salah bahwa mengalami kehamilan yang berhubungan dengan tanda objektif kehamilan, meliputi pembesaran abdomen (walaupun umbilikus tidak eversi), berkurangnya aliran darah menstruasi, amenore, perasaan subjektif adanya gerak janin, nual, pembesaran dan sekresi mammae, dan nyeri persalinan pada hari ynag diharapkan. Perubahan endokrin dapat terjadi, namun gejala yang ada tidak dapat dijelaskan dengan kondisi medik umum yang menyebabkan perubahan endokrin. 2. Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal nonpsikotik dengan durasi kurang dari 6 bulan. 3. Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (contoh : kelelahan atau badan lemah) dengan durasi kurang dari 6 bulan yang tidak

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai