Anda di halaman 1dari 4

a. b. c. d. e. f. g. h.

Tentukan peluang kejadian A atau B. Apakah kejadian A dan kejadian B saling lepas? Tentukan peluang B atau C. Apakah kejadian B dan kejadian Csaling lepas? Tentukan peluang kejadian C dan D. Apakah kejadian C dan kejadian D saling bebas stokastik? Tentukan peluang kejadian A dan D. Apakah kejadian A dan kejadian D saling bebas stokastik.

Teka Teki Matematika: Sebuah bus kota membawa penumpang sebanyak 8 orang. Di tengah perjalanan, 3 orang penumpang turun, kemudian 2 orang naik lagi. Jangka beberapa waktu, 1 orang turun lagi. Tetapi, setelah di hitung kembali oleh kondektur bus tersebut, banyaknya penumpang ternyata tetap berjumlah 8 orang. Mengapa demikian?

5. peluang kejadian Bersyarat Misalkan, A dan B adalah dua kejadian dalam ruang sampel S. kejadian A dengan syarat B adalah kejadian munculnya A yang di tentukan oleh persyaratan kejadian B telah muncul. Kejadian munculnya A dengan syarat B, ( ditulis A/B ). Demikian juga sebaliknya, kejadian B dengan syarat A (ditulis A/B)adalah kejadian munculnya B dngan syarat kejadian A tlah muncul. Adapun peluang kejadian bersyarat dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Peluang munculnya kejadian A dengan syarat kejadian B telah muncul adalah. P(A/B)= ,dengan P(B) 0.

b. peluang munculnya kejadian B dengan syarat kejadian A telah muncul adalah P(B/A)= , dengan P(A) Untuk lebih memahami peluang kejadian bersyarat,simaklah contoh-contoh berikut ini. Penyelesaian: Misalkan, A adalah kejadian jumlah angka yang muncul dalam kedua kubus adalah 6 dan B kejadian salah satu kubus muncul angka 2. Oleh karna itu, A, dan A B adalahsebagai berikut. } A= { } B= { } A ={

Berarti, P(B/A) =

= .

2. Dua kubus berangka dilemparkan secara bersama-sama jika salah satu kubus muncul angka 1 tentukan peluang bahwa jumlah angka muncul pada kedua kubus adalah 4. Penyelesaian: Misalkan, A adalah kejadian jumlah angka yang muncul dalam kedua kubus adalah 4 dan B adalah kejadian salah satu kubus muncul angka 1. Oleh karena itu, A,B, dan A A={ (1,3), (2,2), (3,1) } B={ (1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (1,5), (1,6),(2,1), (3,1), (4,1), (5,1), (6,1) } A B= { (1,3) } = B adalah sebagai berikut.

Berarti, P(.A/B) =

6. Aturan Perkalian Kejadian Bersyarat Misalkan, terdapat sembarang bilangan a,b, dan c, dengan c kita masih ingat jika= ,berlaku b B =B A. dengan

=a disamping itu, di dalam operasi irisan dua himpunan A dan B berlaku A demikian rumus peluang kejadian bersyarat di atas dapat di tulis sebagai berikut. a. Karena P(A/B)= , dengan P(B) 0 dan A B=B A maka P(B A)= P(B)

P(A/B)

MOTIVASI

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar masalah matematika yang kita temui biasanya berupa bilangan-bilangan . bilangan tersebut ada yang di terapkan langsung dalam perhitungan ,tetapi ada pula bilangan yang membentuk suatu aturan atau pola yang tertentu. Pernahkah kalian memperhatikan seorang pedagang buah jeruk menyusun dagangannya? Atau susunan kaleng susu maupun minuman kaleng. Yang ada di supermarket? Sengaja ataupun tidak sebenarnya mereka telah menerapkan keunikan dari suatu barisan atau pola bilangan. Tampa kita sadari, masalah-masalah dalam kegiatan sehari-sehari terutama dalam kegiatan ekonomi merupakan masalah penerapan pola barisan atau deret. Pada bab ini kita akan mempelajari pola, barisan dan deret. A. POLA BILANGAN

a. b. c. d.

1,2,3,4,..50 2,4,6,8,.100 1,3,5,7,.99 1,4,9,16,.100 Jika diperhatikan bentuk-bentuk di atas terlihat bahwa bilangan-bilangan tersebut ditulis berdasarkan pola atau aturan tertentu. Pada contoh a barisan bilangan yang terbentuk berdasarkan pola bilangan berikutnya diperoleh dengan menambahkan satu. Pada contoh B dan c, didapat pola bilangan berikutnya diperoleh dengan menambahkan 2. Sedangkan pada contoh d, dapat di ketahui bahwa barisan bilangan merupakan hasil kuadrat sepuluh bilangan asli pertama. Susunan bilangan dengan aturan atau ketentuan-ketentuan tertentu seperti bentuk-bentuk di atas disebut sebagai barisan bilangan. Sedangkan apabila barisan tersebut kita tuliskan dalam bentuk jumlah disebut deret bilangan. Perhatikan contoh deret bilangan berikut. U1+U2+U3+U4+..+ Un Dengan U1,U2,U3..,Un disebut suku. U1=suku ke-1. U2=suku ke 2,demikian seterusnya Aktifitas Kelas 1. Perhatikan pola barisan berikut,lalu tentukan tiga suku berikutnya. a. 1,3,5,7,9,11,.. b. 0,5,10,15, c. 2,8,32,. d. 24,12,6,. e. , 1,2,..

2. Perhatikan pola bilangan pada deret berikut, lalu tentukan tiga suku berikutnya. a. 0+2+4+8+++ b. 5+14+23+32+..++. c. 4+12+36+..++. B. NOTASI SIGMA Perhatikan bentuk penjumlahan sepuluh bilangan asli pertama yaitu : 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 Jika yang dijumlahkan bukan sepuluh bilangan melainkan seratus bilangan asli pertama, menuliskannya secara lengkap tentu akan terlalu panjang dan memakan waktu lama. Dalam matematika komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan symbol. Misalnya jumlah seratus bilangan asli pertama jika ditulis lengkap akan sangat panjang, maka cukup di singkat dengan menyisipkan tanda seprti berikut. 1+2+3++99+100

Suatu cara untuk menuliskan penjumlahan beruntun secara singkat ialah dengan menggunakan tanda (dibaca sigma)dan dinamakan tanda sigma. Notasi sigma yaitu huruf besar yunani untuk S dari perkataan sum yang berarti jumlah.

Anda mungkin juga menyukai