Anda di halaman 1dari 2

TEHNIK BUDIDAYA PADI HIBRIDA PENDAHULUAN Pengertian dari padi hibrida adalah turunan pertama (F1) dari persilangan

antara dua galur murni. Varietas padi hibrida yang akan dikembangkan merupakan generas i F1 hasil persilangan antara galur mandul jantan (A) dengan restorer (R). Ada 2 varietas yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Padi, yaitu v arietas Rokan dan Maro. Kedua varietas ini mempunyai daya hasil tinggi, di lokas i yang sesuai dapat menghasilkan 1,0 s.d. 1,5 ton / hektar ebih tinggi daripada varietas IR 64. Namun demikian, kedua varietas hibrida ini tidak selalu memberik an hasil yang tinggi daripada IR 64 di semua lokasi. Artinya, tidak semua lokasi sesuai untuk budidaya padi hibrida tersebut. Dan yang terbaru ada 2 padi hibrida hasil penelitian Balai Besar Penelitian Tanm aan Padi Sukamandi bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Ja wa Tengah yang akan dikembangkan adalah : IR 58025A / IR 168 dan IR 62829A / B 8 049F masing-masing dilepas oleh Menteri Pertanian tanggal 7 Pebruari 2007 dengan nama HIPA 5 CEVA dan HIPA 6 JETE dengan potensi hasil 8,4 ton 10,6 ton per hekt ar GKG. Dengan sifat sifat seperti diuraikan di atas, kedua padi hibrida tersebut dianju rkan untuk dibudidayakan di lokasi yang sesuai pada lahan sawah yang subur denga n irigasi terjamin dan bukan daerah endemik hama wereng coklat dan penyakit viru s tungro. TEHNIK BUDIDAYA 1. Benih Benih padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu kali musim pertanaman. Karen a benih dari hasil pertanaman padi hibrida tidak dapat ditanam kembali, maka set iap kali menanam harus menggunakan benih baru. Untuk 1 hektar areal pertanaman m embutuhkan antara 10 20 kg benih. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam selama 24 jam ditempat yang aman. 2. Pesemaian - Areal untuk lahan pesemaian diusahakan bukan bekas tanaman padi atau bero untu k menghindari benih tercampur dengan padi varietas lain. - Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam kondisi macak-macak sela ma minimal 7 hari agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh sehingga bisa dibersihk an sebelum benih disebar. - Buat bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang disesuaikan deng an ukuran petak dan kebutuhan. - Pupuk pesemaian dengan urea, TSP dan KCl masing-masing sebanyak 5 gr/m2. - Sebar benih yang telah diperam dengan merata. 3. Persiapan Lahan. - Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak I, dibiarkan selama 5-7 hari dalam keadaan macak-macak kemudian dibajak II dan digaru untuk melumpurkan dan meratak an tanah. Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan her bisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari. 4. Penanaman. - Penanaman dilakukan saat bibit berumur 21 hari. - Jarak tanam 20 x 20 cm, satu tanaman per rumpun.

- Biasanya pada umur 21 hari ada sebagian bibit yang telah mempunyai anakan kare na populasi bibit dipesemaian lebih jarang dari yang biasa dipraktekan petani. B ibit yang telah mempunyai anakan tidak boleh dipisahkan pada saat menanam. 5. Pemupukan. a. Musim kemarau - Takaran pupuk : 300 kg urea, 100 kg SP 36 dan 150 kg KCl/ha. - Waktu pemberian : 1. Saat tanam : 60 kg urea + 100 kg SP 36 + 100 kg KCl/ha. 2. 4 MST : 90 kg urea /ha. 3. 7 MST : 75 kg urea + 50 kg KCl/ha. 4. 5% berbunga : 75 kg urea/ha. b. Musim hujan - Takaran pupuk : 250 kg urea, 100 kg SP 36 dan 150 kg KCl/ha. - Waktu pemberian : 1. Saat tanam : 50 kg urea + 100 kg SP 36 + 100 kg KCl/ha. 2. 4 MST : 75 kg urea /ha. 3. 7 MST : 75 kg urea + 50 kg KCl/ha. 4. 5% berbunga : 50 kg urea/ha. 6. Pemeliharaan Tanaman - Penyiangan dilakukan secara intensif paling sedikit 2 kali menjelang pemupukan 2 dan 3 - Padi hibrida peka terhadap penyakit tungro dan hama wereng coklat, oleh karena itu hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakit, terapkan PHP deng an monitoring keberadaan tungro dan populasi wereng coklat. Perhatikan juga sera ngan hama tikus dan penerbangan ngengat penggerek batang. - Insektisida yang manjur mengendalikan hama wereng coklat dan wereng punggung p utih diantaranya fipronil dan imidakloprid. Insektisida buprofezin juga dapat di gunakan untuk mengendalikan. Untuk mengendalikan penyakit tungro dapat digunakan insektisida imidakloprid, tiametoksan, etofenproks dan karbofuran. 7. Panen - Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau seki tar 90 % malai telah menguning. - Setelah dipanen, gabah harus segera dikeringkan agar diperoleh rendemen dan mu tu beras yang baik. - Pada prinsipnya cara panen dan pengolahan hasil padi hibrida tidak berbeda den gan padi biasa (padi inbrida).

Anda mungkin juga menyukai