Anda di halaman 1dari 11

Oleh Kelompok 8:

Afif Rizqo Roviki ( 09600003 ) ( 09600018 ) Dodik Wijanarko Lely Alvianita ( 09600033 ) ( 09600044 )

M. Syahrul Nizam Nina Widya Ningrum ( 09600048 )

Oky Fardianingsih Sita Awallunisa ( 09600065 )

( 09600055 )

Molahidatidosa

Definisi

Jonjot- jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembunggelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hami langgur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna).

Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah : Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. Imunoselektif dari tropoblast Keadaan sosio-ekonomi yang rendah Paritas tinggi Kekurangan protein Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Mochtar, Rustam, 1998:238) Faktor Usia ( kehamilan pada wanita > 45 tahun)

Patologi
Faktor Ovum, Imunoselektif dari Tropoblas, Sosial ekonomi yang rendah, Pariatas tinggi, Kekurangan protein, Infeksi virus, Faktor kromosom yang belum jelas. Chorionic villi berganda Membentuk gelembung-gelembung berisi cairan menyerupai buah anggur Diferensiasi Proliferasi Gastrula + Blastula Blastocyt

Uterus menjadi besar

Gelembung mola keluar beserta darah

Komplikasi
Pendarahan yang hebat sampai ditolong dapat berakibat fatal. Pendarahan berulang-ulang yang Infeksi sekunder. Perforasi karena keganasan dan Menjadi ganas (PTG) pada kiramenjadi mola destruens atau koriokarsinoma.

syok, kalau tidak segera dapat menyebabkan anemia. karena tindakan. kira 18-20% kasus, akan

Terapi
a. Kalau pendarahan banyak dan keluar jaringan mola,atasi syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan transfuse darah. b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil: Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam. Setelah itu pasang infus dextrose 5% yang berisi 50 satuan oksitosin (pitosin

atau sintosinon); cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi kavum
uteri dengan hati- hati. c. Berikan obat obatan antibiotika, uterus tonika dan perbaikan keadaan umum penderita d. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan, ada beberapa institute yang melakukan histerotomia untuk mengeluarkan isi Rahim (mola).

Tanda dan Gejala


a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan b. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.

c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan pada umumnya.


Sehingga pada keadaan ini harus dibedakan dari pada kehamilan gemmelli. d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

Tes Diagnostik
a. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin b. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hatihati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan,

kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)


c. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 34 bulan d. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janin e. Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara f. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis

Penatalaksanaan Medik
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah : a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada dimana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan fokus pada : - Riwayat haid terakhir dan kehamilan - Perdarahan tidak teratur atau spotting

- Pembesaran abnormal uterus


- Pelunakan serviks dan korpus uteri - Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin - Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson c. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera d. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus) e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.

Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai