Anda di halaman 1dari 3

E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Banyak pakar pendidikan memberikan defenisi mengenai E- Learning , seperti yang dipaparkan oleh

Siahaan (2004) dalam Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran (Yani : 2007) bahwa E-Learning merupakan suatu pengalaman belajar yang disampaikan m elalui teknologi elektronika. Secara utuh E-Learning (pembelajaran elektronik) d apat didefenisikan sebagai upaya menghubungkan pebelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi at au berkolaborasi secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchron ous. E-Learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaa tkan teknologi telekomunikasi dan informasi , misalnya internet,video/audio broa dcasting, video/audio conferencing, CD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung) . Jaya Kumar C dalam (Suyanto : 2005) , mendefinisikan E-Learning sebagai sembaran g pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, a tau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ro senberg dalam (Suyanto : 2005) juga menekankan bahwa E-Learning merujuk pada pe nggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meni ngkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo menjelaskan bahwa is tilah E atau singkatan dari elektronik dalam E-Learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lew at teknologi elektronik internet (Suyanto : 2005). Rosenberg mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam E-Learning, yaitu: E-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, me nyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam E-Learning, sehingga Rosenbe rg menyebutnya sebagai persyaratan absolut. E-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standa r teknologi internet. CD-ROOM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu d igital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai E-Learning. E-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembela jaran yang mengungguli paradigma tradisional dalam pelatihan (Suyanto : 2005). Saat ini E-Learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang ber basis Teknologi Informasi dan Komunikasi seperti: CBT (Computer Based Training) , CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE ( Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Lea rning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Bas ed Training). E-Learning merupakan metode pembelajaran yang berfungsi sebagai pe lengkap metode pembelajaran konvensional dan memberikan lebih banyak pen galaman afektif bagi pelajar. Singkatnya, E-Learning menggunakan teknologi untuk mendukung proses belajar. Inti dari E-Learning ialah metode dimana peserta didik diposisikan sebagai prioritas utama dengan meletakan semua sumber bahan ajar di genggamannya. Peserta didik akan dapat mengatur durasi mata kulia h dalam mempelajarinya dan akan mampu menyerap serta mengembangkan penge tahuan dan keahlian dalam sebuah lingkungan yang telah dibentuk khusus bagi diri nya. Perbedaan Pembelajaran konvensional dengan E-Learning yaitu pada pembelajaran ko nvensioanal guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk men yalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam E-Learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung ja wab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran E-Learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat peranc angan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri. Dalam pendidikan konvensional fungsi E-Learning bukan untuk mengganti, melainkan

memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelas kan filosofis E-Learning sebagai berikut: E-Learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan sec ara online. E-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar seca ra konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROOM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi E-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaancontent dan pengemban gan teknologi pendidikan. Kapasitas siswa sangat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaia nnya. Makin baik keselarasan antar content dan alat penyampai dengan gaya belaja r, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik E-Learning bukan hanya sekedar kursus online, akan tetapi juga membantu memperluas wawasan. Metode ini memberikan akses kepada informasi online, juga tersedia jari ngan dimana para individu dapat saling memecahkan masalah, disana terdapat p ara pengajar yang hadir untuk menyediakan bimbingan dan nasihat. Menurut Reza Sy aeful (2007), E-Learning menawarkan kesempatan akademis yang unik untuk m emperluas pengetahuan peserta didik. Dalam dunia pembelajaran elektonik, ada keuntungan langsung yang diperoleh melal ui E-Learning seperti : Membantu munculnya pertanyaan yang lebih interaktif dan berlingkup luas. Mendukung dan memfasilitasi kolaborasi tim dan juga memperluas kemudahan untu k mengakses pendidikan melampaui batasan institusi, geografis dan budaya. Catatan kelas dan materi langsung tersedia di Internet dimana para pel ajar dapat mengakses situs tersebut dari belahan dunia manapun. Ini berbeda dengan pembelajaran jarak jauh (distance learning) dima na peserta didik diberikan materi kelas dan mempelajarinya sendiri sampai den gan waktu ujian E-Learning sangat interaktif, software yang tesedia memungkinkan peserta di dik untuk berkomunikasi, tidak hanya dengan pengajar tetapi juga dengan sesama p eserta didik. E-Learning memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara konsisten pada peserta didik dengan menyediakan informasi dan konsep yang sama, berbeda dengan pembelajaran di kelas dimana instruktur yang berbeda mungkin tidak akan mengiku ti kurikulum yang sama atau bahkan mengajarkan hal yang berbeda di dalam kurikul um. E-Learning merupakan solusi murah dalam hal jumlah peserta didik tiap i nstruktur. Sebagai tambahan, ini juga mengurangi waktu belajar di kelas dan san gat berguna bagi peserta didik yang memiliki pekerjaan tetap. Peserta didik, instruktur dan penilai dapat mengawasi hasil belajar dengan mudah . Menurut Siahaan (2004) dalam (Yani : 2007), setidaknya ada tiga fungsi E-Learnin g terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) Suplemen (tambahan). Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektr onik atau tidak. Dalam hal ini tidak ada keharusan bagi peserta didik untuk meng akses materi. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya te ntu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Komplemen (pelengkap). Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pemb elajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diter ima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatak an sebagai pengayaan (enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat denga n cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pada saat tatap mu ka diberi kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang

secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan ting kat penguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan memah ami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk memanfaatka n materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk merek a. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran yang dis ajikan di kelas. Substitusi (pengganti). Dikatakan sebagai substitusi apabila E-Learningdilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan menggunakan model-model keg iatan pembelajaran. Ada tiga model yang dapat dipilih, yakni : (1) sepenuhnya se cara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau (3) sepenuhnya melalui internet. http://bagusbayubaskara.blogspot.com/2012/04/e-learning-sebagai-media-pembelajar an.html

Anda mungkin juga menyukai