Facebook,
Twitter,
#wikipedia-idconnect
[tutup]
Kepribadian
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemilihan pakaian dan gaya rambut adalah bagian dari ekspresi kepribadian.
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain.[1] Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur
yang ditunjukkan oleh seseorang.[1]
Daftar isi
3 Ciri-ciri kepribadian
5 Sifat-sifat kepribadian
7 Menilai kepribadian
8.2 Machiavellianisme
8.3 Narsisisme
9 Referensi
10 Pranala luar
Ciri-ciri kepribadian
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian.
Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan
Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda.
Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang
kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang
unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian
adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu proses
respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta
memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)
lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat
dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan
struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif
dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas
tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah
banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl
Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi
dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori StimulusRespons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang
di dalamnya mencakup :
Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya
dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan
atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan,
atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan
kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf,
2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan
yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau
kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi,
tetapi dengan sikap optimistik.
Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel
dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan
terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi
korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar
dari keyakinan agama yang dianutnya.
Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktorfaktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau
terhadap binatang
Kebiasaan berbohong
Hiperaktif
Sulit tidur
Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak
kembar ternyata terkait dengan faktor genetis.[1] Penelitian ini juga memberi kesan bahwa
lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata
lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata
lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik
dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.[1]
Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah
lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.[1] Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.[1] Sebagai contoh,
budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang
secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang
lain.[1] Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui
buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius
dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan
hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan
karier.[1]
Sifat-sifat kepribadian
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk
mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu
seseorang.[1] Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu,
agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.[4] Karakteristik-karakteristik tersebut jika
ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.[4] Sifat kepribadian menjadi
suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa
sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan
dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.[4]
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)[6] adalah tes kepribadian menggunakan empat karakteristik
dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan
jawaban yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik
ekstraver atau introver, [sensitif]] atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau
menilai[5]. Instrumen ini adalah instrumen penilai kepribadian yang paling sering digunakan.[7]
MBTI telah dipraktikkan secara luas di perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers,
AT&T, Citgroup, GE, 3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan
bersenjata AS.[7]
Menilai kepribadian
Alasan paling penting mengapa manajer perlu mengetahui cara menilai kepribadian adalah
karena penelitian menunjukkan bahwa tes-tes kepribadian sangat berguna dalam membuat
keputusan perekrutan.[1] Nilai dalam tes kepribadian membantu manajer meramalkan calon
terbaik untuk suatu pekerjaan.[1]
Terdapat tiga cara utama untuk menilai kepribadian[1]:
Survei mandiri
Survei peringkat oleh pengamat
Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak
emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.[9] Karakteristik kepribadian
Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang
menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.[9]
Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang
berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri.[1] Sebuah
penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang
lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai
mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk.[1] Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan
pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis
cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam
mereka.[1] Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan
sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya [1].
Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor
situasional eksternal.[10] Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan
kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional
eksternal[10]. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.[10]
Kepribadian tipe A
berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang
bisa mereka peroleh.
Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan
tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan
positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.[1]
Referensi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
^ a b c Friedman, A. Type A Behavior and Your Heart, New York: Alfred A. Knopf,
1974, hal. 84.
Pranala luar