Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tugas utama Pendidikan adalah membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya,yaitu pengembangan semua potensi,kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah positif,baik bagi diri maupun lingkungannya. Pendidikan sejatinya memiliki peranan penting khususnya sebagai salah satu kunci pembangunan negara. Bukan hanya karena sebatas pendidikan akan melahirkan sumber daya manusia yang nantinya berorientasi dalam memasuki pasar kerja saja. Lebih dari itu, karena dengan pendidikan itulah diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter sebagai hasil dari pendidikannya dalam proses transformasi sosial-yang membawa manusia dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society), dimana peranan ilmu pengetahuan, teknologi komunikasi dan informasi lebih dominan dimanfaatkan. Sudarman (2005:68) menjelaskan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak diarahkan membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif. Ketidakberhasilan dalam proses pembelajaran tidak cukup hanya melibatkan siswa sebagai penyebab utamanya. Guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan hak belajarnya dalam membangun gagasan sehingga siswa menjadi aktif. Guru berkewajiban menciptakan situasi yang mendorong siswa aktif,kreatif,dan inovatif. Disadari atau tidak belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi seluruh aspek kepribadian,mencakup perubahan fisik dan psikis seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan masalah, sikap, ketrampilan, kebiasaan, kecakapan,

pengetahuan dan sebagainya.


1

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan sendiri di era kemajuan sekarang ini tidak diartikan sebatas sebuah ritual pembelajaran di dalam kelas dengan guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Peranan siswa pun dilibatkan secara aktif satu sama lainnya untuk keberlangsungan tranfer ilmu dan nilai dalam suatu pembelajaran. Maka dari itu, kami selaku penulis mencoba memaparkan salah satu metode pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / metode teman sebaya dalam keberlangsungan suatu proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dan makna model pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT)?. 2. Apakah karakteristik model pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT)?. 3. Bagaiamana model pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT) diterapkan dalam suatu kelas pembelajaran?. 4. Apakah kekurangan dan kelebihan model pembelajran Wide Peer Tutoring (CWPT)?.

C. Tujuan 1. Memahami pengertian dan makna metode pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT). 2. Mengetahui karakteristik model pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT)?. 3. Mengetahui penerapan metode pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT) dalam suatu kelas pembelajran. 4. Mengetahui aspek kekurangan dan kelebihan pada metode pembelajran Wide Peer Tutoring (CWPT).

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) Class Wide Peer Tutoring (CWPT) is a comprehensive instructional procedure or teaching strategy based on reciprocal peer tutoring and group reinforcement wherein an entire classroom of students is actively engaged in the process of learning and practicing basic academic skills simultaneously in a systematic and fun way. Pengertian di atas mengandung arti bahwa CWPT merupakan prosedur pengajaran menyeluruh atau strategi pengajaran berbasis pengajaran timbal balik oleh teman sebaya dan penguatan kelompok dimana seluruh siswa di kelas serempak disibukkan dalam proses pembelajaran dan latihan dasar kemampuan akademis secara sistematis dan menyenangkan. (Terry,1999) Pengajaran tutoring merupakan pengajaran melalui kelompok yang terdiri atas satu siswa dan satu pengajar (tutor, mentor) atau boleh lebih seorang siswa mampu memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat menjadi tutor. Greenwood,Maheady & Delquadri dalam Hall (1999), menyatakan bahwa Manfaat utama penggunaan metode ini adalah agar guru dapat mengaktifkan seluruh siswa secara serempak sambil mengawasi kemajuan mereka. Menurut Zaini (dalam Suyitno, 2004:36) metode belajar yang paling baik adalah mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai bagian dari pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan materi kepada teman-temannya. Bantuan tersebut dapat dilakukan teman-teman di luar sekolah. Mengingat bahwa siswa merupakan elemen pokok dalam pengajaran, yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran.
3

Dengan memperhatikan pengertian tutor sebaya, maka dapat disimpulkan bahwa model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / tutor sebaya ialah pemanfaatan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian dan kecakapan di dalam kelas untuk membantu memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang usianya hampir sama atau sekelas. Kuswaya Wihardit dalam Aria Djalil (1997:3.38) menuliskan bahwa pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. CWPT atau disebut juga pengajaran berpasangan seluruh kelas merupakan salah satu model pembelajran kooperatif yang melibatkan dua orang siswa untuk saling menyamapikan materi. Model pembelajaran ini mengharuskan siswa berperan sebagai tutor dan tutee secara bergantian selama sesi tutoring, sehingga tutor maupun tutee akan menunjukkan peningkatan kemampuan penguasaan materi. Model pembelajaran CWPT juga mampu memperbaiki sikap siswa dalam proses pembelajaran karena pada sesi tutoring siswa dituntut untk aktif baik berlaku sebagai tutor maupun tutee secara bergantian. Peer Tutoring (Tutor Sebaya) merupakan bagian dari cooperative learning atau belajar bersama. Dalam model ini siswa yang kurang mampu dibantu belajar oleh teman-teman sendiri yang lebih mampu dalam satu kelompok. Bentuknya adalah satu tutor membimbing satu teman, atau satu tutor membimbing beberapa teman dalam kelompok. Dari banyak pengalaman model peer tutoring lebih jalan daripada tutor oleh gurunya karena situasi siswa dengan tutornya lebih dekat, sedangkan dengan guru agak jauh. Cara piker teman dan cara penjelasan teman biasanya mudah ditangkap dan tidak menakutkan. (Suparno Paul. 2007)

B. Karakteristik Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) Menurut Hall dan Stegila (2003), karakteristik umum yang dijumpai pada tipe model pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT) adalah sebagai berikut:
4

1. Dipasangkan oleh guru. 2. Siswa diajarkan peran, yaitu sebagai tutor dan /atau tutee. 3. Siswa mengajar satu sama lain. 4. Guru mengawasi dan memfasilitasi. 5. Tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan akademik dan sosial

Sekiranya ada beberapa hal yang menjadi karakteristik tersendiri bagi model Class Wide Peer Tutoring (CWPT). Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menyusun rencana pembelajaran dan strategi pembelajaran yang lebih efektif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa 2. Melakukan tes untuk mengelompokkan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa dan kreatifitas siswa dalam cara mengerjakan tes. 3. Membuat kelompok siswa yang dijadikan sebagai tutor (siswa yang dianggap sudah mengerti/pandai) dan kelompok siswa yang menjadi teman sebaya dalam pembelajaran. Pembagian kelompok berdasarkan kemampuan siswa ini dilakukan untuk beberapa kali pertemuan atau yang selanjutnya akan dikelompokkan secara acak pada pertemuan terkahir.

C. Penerapan Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) Model pembelajaran CWPT diarahkan pada siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam terhadap suatu mata pelajaran dapat menjadi tutor bagi siswa-siswa yang lain yang kurang mampu dalam pelajaran tersebut. Selanjutnya, siswa bisa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi. Sementara guru menempatkan diri sebagai fasilitator, pendamping, dan sekaligus teman belajar. Peran guru lebih pada memfasilitasi proses pembelajaran daripada menjadi sumber dominan dari proses tersebut. Sebagai fasilitator guru berperan dalam menyiapkan materi, serta membantu dalam pembagian kelompok agar merata dan berimbang, sehingga proses tersebut bisa berjalan dengan lancar. Selain itu, guru juga berperan sebagai pengamat proses, dan sekaligus tempat rujukan bagi siswa. Guru harus hadir setiap kali kelompok membutuhkannya sebagai teman diskusi, sumber rujukan atau untuk memberikan peneguhan atas hasil yang dicapai kelompok. Dengan pembagian peran seperti ini, guru dengan sendirinya dituntut untuk aktif.
5

Hal ini penting sekali, karena jika guru bersikap pasif maka proses pembelajaran dengan model ini tidak akan berjalan dengan lancar. Jika bisa berjalanpun, bisa dipastikan proses itu tidak akan berjalan secara optimal. Menurut Miller (1989) dalam Aria Djalil ( 1997:3.34) berpendapat bahwa Setiap saat murid memerlukan bantuan dari murid lainnya, dan murid dapat belajar dari murid lainnya. Jan Collingwood (1991:19) dalam Aria Djalil (1997:3.34) juga berpendapat bahwa Anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan karena dia bergaul dengan teman lainnya. Menurut Greenwood (1998) dalam DuPaul et al (1998:583), prosedur pelaksanaan CWPT adalah sebagai berikut: 1. Grouping (Pengelompokan) a. Seluruh siswa di kelas dibagi menjadi dua kelompok b. Dipasangkan menjadi tutor dan tutee yang duduk berdekatan c. Tutor dilengkapi naskah berisi materi akademik sesuai konten yang akan diajarkan 2. Explanation (Penjelasan) 1) Tutor mengajarkan satu bagian dari naskah kepada tutee dalam waktu tertentu 2) Tutee merespon secara lisan bagian yang diajarkan 3) Tutor melakukan perhitungan point berdasarkan jawaban yang diberikan tutee 3. Substitution (Pergantian) a. Kedua sisa bertukar peran saaat waktu yang ditentukan habis b. Pada sesi tutoring guru mencatat perolehan point setiap siswa 4. Achievement (Penghargaan) 1) Guru menjumlahkan seluruh poin yang dihasilkan oleh masing-masing kelompok 2) Tim dengan perolehan poin terbanyak diumumkan sebagai pemenang dan diberi penghargaan oleh anggota dari tim lain Agar model pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / tutor sebaya mancapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, Miller (dalam Aria Djalil 1997:2.48) menuliskan saran penggunaan tutor sebagai berikut: 1. Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai. 2. Jelaskan tujuan itu kepada seluruh siswa (kelas).
6

3. Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai. 4. Gunakan cara yang praktis. 5. Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru. 6. Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan tutor. 7. Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor. 8. Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya. 9. Jagalah agar siswa yang menjadi tutor tidak sombong. D. Kelebihan dan Kekuarangan Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) 1. Kelebihan model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / Tutor Sebaya Menurut Suryo dan Amin (1982: 51), beberapa kelebihan mdel tutor sebaya adalah sebagai berikut : a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu. b. Bagi tutor sendiri, kegiatan ini merupakan kesempatan untuk belajar berkomunikasi. c. Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu. d. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri. e. Tidak hanya berlaku bagi siswa-siswa yang normal saja akan tetapi menurut Herring-Harrison (2007) juga berlaku bagi siswa yang tuli atau yang mengalami kesulitan pendengaran f. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan CWPT dapat meningkatkan keterlibatan akademik dan kemahiran siswa dalam berbagai lintas wilayah muatan akademik 2. Kekurangan model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / Tutor Sebaya Menurut Suryo dan Amin (1982: 51), beberapa kekurangan model tutor sebaya adalah sebagai berikut :
7

1) Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu. 2) Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Pengertian Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) Pengertian CWPT /tutor sebaya merupakan prosedur pengajaran menyeluruh atau strategi pengajaran berbasis pengajaran timbal balik oleh teman sebaya dan penguatan kelompok dimana seluruh siswa di kelas serempak disibukkan dalam proses pembelajaran dan latihan dasar kemampuan akademis secara sistematis dan menyenangkan. (Terry,1999) CWPT atau disebut juga pengajaran berpasangan seluruh kelas merupakan salah satu model pembelajran kooperatif yang melibatkan dua orang siswa untuk saling menyampaikan materi. Model pembelajaran ini mengharuskan siswa berperan sebagai tutor dan tutee secara bergantian selama sesi tutoring, sehingga tutor maupun tutee akan menunjukkan peningkatan kemampuan penguasaan materi. Dengan memperhatikan pengertian tutor sebaya, maka dapat disimpulkan bahwa model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / tutor sebaya ialah pemanfaatan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian dan kecakapan di dalam kelas untuk membantu memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang usianya hampir sama atau sekelas.

2. Karakteristik Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) Menurut Hall dan Stegila (2003), karakteristik umum yang dijumpai pada tipe model pembelajaran Class Wide Peer Tutoring (CWPT) adalah sebagai berikut: 1. Dipasangkan oleh guru. 2. Siswa diajarkan peran, yaitu sebagai tutor dan /atau tutee. 3. Siswa mengajar satu sama lain. 4. Guru mengawasi dan memfasilitasi.
9

5. Tujuan yang ingin dicapai adalah tujuan akademik dan sosial

3. Penerapan Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) Model pembelajaran CWPT diarahkan pada siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam terhadap suatu mata pelajaran dapat menjadi tutor bagi siswa-siswa yang lain yang kurang mampu dalam pelajaran tersebut. Menurut Greenwood (1998) dalam DuPaul et al (1998:583), prosedur pelaksanaan CWPT adalah sebagai berikut: a. Grouping (Pengelompokan) 1) Seluruh siswa di kelas dibagi menjadi dua kelompok 2) Dipasangkan menjadi tutor dan tutee yang duduk berdekatan 3) Tutor dilengkapi naskah berisi materi akademik sesuai konten yang akan diajarkan b. Explanation (Penjelasan) 1) Tutor mengajarkan satu bagian dari naskah kepada tutee dalam waktu tertentu

2) Tutee merespon secara lisan bagian yang diajarkan 3) Tutor melakukan perhitungan point berdasarkan jawaban yang diberikan tutee c. Substitution (Pergantian) 1) Kedua sisa bertukar peran saaat waktu yang ditentukan habis

2) Pada sesi tutoring guru mencatat perolehan point setiap siswa d. Achievement (Penghargaan) 1) Guru menjumlahkan seluruh poin yang dihasilkan oleh masing-masing kelompok 2) Tim dengan perolehan poin terbanyak diumumkan sebagai pemenang dan diberi penghargaan oleh anggota dari tim lain

4. Kelebihan dan Kekuarangan Model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) a. Kelebihan model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / Tutor Sebaya Menurut Suryo dan Amin (1982: 51), beberapa kelebihan mdel tutor sebaya adalah sebagai berikut :

10

1) Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu. 2) Bagi tutor sendiri, kegiatan ini merupakan kesempatan untuk belajar berkomunikasi. 3) Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu. 4) Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri. 5) Tidak hanya berlaku bagi siswa-siswa yang normal saja akan tetapi menurut Herring-Harrison (2007) juga berlaku bagi siswa yang tuli atau yang mengalami kesulitan pendengaran 6) Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan CWPT dapat meningkatkan keterlibatan akademik dan kemahiran siswa dalam berbagai lintas wilayah muatan akademik b. Kekurangan model Class Wide Peer Tutoring (CWPT) / Tutor Sebaya Menurut Suryo dan Amin (1982: 51), beberapa kekurangan model tutor sebaya adalah sebagai berikut : 1) Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu. 2) Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.

B. Saran Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah referensi bagi pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan yang membangun dari pembaca.

11

DAFTAR PUSTAKA

Hall,Tracey.

1999.

Peer

Mediated

Intruction

And

Intervention.

http://www.cast.org/publications/ncac/ncac_peermii.html, diakses 9 Mei 2013 Terry,Barbara. 1999. An Introduction to ClassWide Peer Tutoring.

http://www.specialconnections.ku.edu/cgi-bin/cgiwrap/specconn/main, diakses 9 Mei 2013 Paul Suparno, 2007, Darma Press Joyce, B. & M. Weil. (1980). Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon. Greenwood, Meyer, & Terry. (2001). ClassWide Peer Tutoring Learning Management System. Journal of Remedial and Special Education. Vol. 22, No. 1, pp. 34-47. DuPaul, G. J., Ervin, R. A., Hook, C. L., dan McGoey, K. E. (1998). Peer Tutoring for Children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder: Effects on Classroom Behavior and Academic Performance. Journal of Applied Behaviour Analysis. Vol. 31, No. 4, pp. 579-592. Miller (dalam Aria Djalil 1997:2.48) Menurut Miller (1989) dalam Aria Djalil ( 1997:3.34) Sudarman (2005:68) Kuswaya Wihardit dalam Aria Djalil (1997:3.38) Menurut Hall dan Stegila (2003),
Zaini (dalam Suyitno, 2004:36)

Metodologi Pembelajaran Fisika, Yogyakarta: Universitas Sanata

Jan Collingwood (1991:19) dalam Aria Djalil (1997:3.34) Menurut Greenwood (1998) dalam DuPaul et al (1998:583), Miller (dalam Aria Djalil 1997:2.48) Menurut Suryo dan Amin (1982: 51),

12

Anda mungkin juga menyukai