Anda di halaman 1dari 27

Nina Apriyana406117031

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 1

Nina Apriyana406117031

Masalah aktif Tuberkulosis Paru Batuk berdahak Sesak Napas Nafsu makan menurun Penurunan berat badan Malaise Febris

Tanggal 30 November 2012

Masalah pasif

Tanggal

30 November 2012

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 2

Nina Apriyana406117031

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Jenis kelamin Agama Status Pendidikan Alamat Nomor CM Dirawat di ruang Masuk bangsal Keluar bangsal Dikasuskan : Tn.T : 27 tahun : laki-laki : Islam : menikah : tamat SD : Margorejo Dawe : 645228 : Bougenvile lantai 2 : 27 November 2012 : 4 Desember 2012 : 30 November 2012

II.

ANAMNESIS
Anamnesis secara November 2012 Keluhan utama : autoanamnesa dengan penderita pada tanggal 30

: demam

Riwayat penyakit sekarang : Pasien dibawa ke IGD RSUD Kudus dengan keluhan demam sejak 3 minggu yang lalu. Demam hilang timbul terutama pada malam hari dan berlangsung setiap hari. Demam membaik jika pasien meminum obat yang diperoleh dari Puskesmas, tetapi demam kembali jika efek obat telah habis. Pasien juga mengaku batuk berdahak sejak 1 tahun yang lalu. Dahak berwarna putih. Selain itu pasien mengaku berkeringat pada malam hari pada waktu tidur, badan sakit, nafsu makan berkurang dan mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg dalam satu bulan terakhir.

Riwayat penyakit dahulu:

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 3

Nina Apriyana406117031

Riwayat menjalani pengobatan Tuberkulosis Paru selama 1 bulan, 1 tahun yang lalu Riwayat asma disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat penyakit keluarga: Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat social ekonomi: Pasien adalah seorang pekerja proyek. Pasien mendapat bantuan biaya dari jamkesmas. Kesan ekonomi: kurang

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Denyut nadi Laju pernafasan Suhu Berat badan Tinggi badan IMT Kulit Kepala : baik : compos mentis : 110/70 mmHg : 92 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup : 32 x/menit : 38,60C (aksila) : 42 kg : 165 cm : 42/(1,65)2 = 15,43 (underweight) : anemis(-),sianosis(-),ikterik(-),turgor baik : bentuk normal, benjolan (-), rambut tidak mudah dicabut

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 4

Nina Apriyana406117031

Mata THT Mulut Leher

: konjungtiva palpebra pucat (-/-), Sclera ikterik (-/-), reflex pupil (+), isokor, diameter 3 mm : otorrhea (-), rinorrhea (-), epistaksis (-) : sulcus nasolabialis simetris, bibir kering (-), sianosis (-) : JVP normal, trachea di tengah, pembesaran KGB leher (-), pembesaran tiroid (-)

Paru depan Inspeksi Kanan Kiri Palpasi Kanan Kiri Perkusi Kanan Kiri Auskultasi Kanan Kiri Suara dasar vesikuler meningkat di lapang paru kiri, suara tambahan wheezing (-), ronki basah (+/+) di daerah apex Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri

Paru belakang Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri

Suara dasar vesikuler, suara tambahan wheezing (-), ronki basah (+/+) di daerah apex

Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : tidak tampak pulsasi ictus cordis di ICS V MCLS : teraba pulsasi ictus cordis di ICS V MCLS : redup Batas atas ICS III PSLS Batas kanan ICS IV PSLS Batas kiri ICS V MCLS Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 5

Nina Apriyana406117031

Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi

: datar dan tidak ada benjolan : bising usus (+) normal : timpani, pekak alih (-) : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen (-)

Ekstremitas Pembesaran kel. Limfe axiler Pembesaran kel. Limfe inguinal Edema Sianosis Ptechiae Refleks fisiologis Reflex patologis Kekuatan motorik Tonus

superior -/-/-/-/-/+/+ -/5/5 N/N

inferior -/-/-/-/-/+/+ -/5/5 N/N

Genetalia, anus, dan rectum : tidak diperiksa

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan widal tanggal 28 November 2012 negatif

Kimia darah dan elektrolit darah tanggal 28 November 2012

Bilirubin Total

0,5 mg/dl

(N) 0,1-1,2

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 6

Nina Apriyana406117031

Direk Indirek SGOT SGPT

0,2 mg/dl 0,2 mg/dl 28 mg/dl 40 mg/dl

(N) 0,0-0,2 (N) 0,0-1,0 (N) <37 (N) <41

Lab darah rutin tanggal 28 November 2012

WBC RBC HBG HCT PLT

16,5

103/mm3

(N) 3,5 10,0 (N) 3,80 5,80 (N) 11,0 16,5 (N)35,0 50,0 (N) 150 390

4,45 103/mm3 11,9 gr/dl 35,5 % 300 L . 103/mm3

Gambaran Foto Toraks 28 November 2012

Kesan: Tuberkulosis paru aktif

Pemeriksaan Malaria tanggal 28 November 2012 negatif

Pemeriksaan Urine dan Sedimen tanggal 29 November 2012


KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 7

Nina Apriyana406117031

Warna Kekeruhan PH (4,6-8) BD (1,001 1,030) Albumen Reduksi Bilirubin Urobilin Leukosit Eritrosit Epitel Silinder Bakteri Kristal Pemeriksaan BTA pada tanggal: 1. 30 November 2012 negatif 2. 1 Desember 2012 positif

Kuning muda Jernih 6,0 1,020 Negatif Negatif Negatif Negatif 3,5 Negatif + -

Daftar Masalah: 1. Febris 2. Underweight 3. Pemeriksaan paru: a. Depan: stem fremitus kanan lebih lemah dari kiri, perkusi redup pada lapang paru kanan, auskulatasi suara dasar vesikuler meningkat pada paru kanan, terdapat suara tambahan ronki pada kedua lapang paru b. Belakang: stem fremitus kanan lebih lemah dari kiri, perkusi redup pada lapang paru kanan, auskultasi terdapat suara tambahan ronki pada kedua lapang paru 4. Leukositosis 5. Pemeriksaan sputum BTA + 6. Pemeriksaan foto thorax: Tuberkulosis paru aktif

Problem:
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 8

Nina Apriyana406117031

1. Febris lebih dari 3 minggu 2. Tuberkulosis paru

Rencana awal

I.

Febris lebih dari 3 minggu Assessment: Menentukan penyebab terjadinya demam

Initial plan: o Ip. Diagnostic: o Anamnesis, pemeriksaan fisik, TTV, lab darah rutin, uji serologi

o Ip. Terapi: o Paracetamol 3 x 500 mg o Ceftriaxone 1 x 2 gr o Ip. Monitoring: o Keluhan subjektif o TTV o Ip. Edukasi: o Menganjurkan pasien untuk tirah baring o Menganjurkan pasien untuk minum banyak cairan II. Tuberkulosis Paru Kategori Putus Berobat Assessment : o Meminimalkan komplikasi akibat tuberkulosis paru

Initial plan: o Ip diagnostic: o Anamnesis o Pemeriksaan fisik


KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 9

Nina Apriyana406117031

o Pemeriksaan BTA mikroskopik o Foto Rontgen thorax o Ip terapi: o Salbutamol 3 x 2mg o Ambroxol 3 x 30 mg o B kompleks 1 x 3 tab o Ip monitoring: o Keluhan subjektif o Pemeriksaan fisik o TTV o BTA mikroskopik o Pemeriksaan SGOT, SGPT o Ip edukasi: o Menjelaskan pada pasien tentang penyakit dan komplikasinya o Menganjurkan pasien untuk rutin minum OAT

PROGRESS NOTE Tanggal 30 November 2012 Problem 1: Febris lebih dari 3 minggu S O Suhu Nadi : demam : : 38, 50C : 80

Tekanan darah: 110/70 Laju nafas : 22

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 10

Nina Apriyana406117031

Problem 2: tuberkulosis paru kategori putus berobat S: batuk, dahak tidak bisa keluar, sesak, badan terasa sakit O: Paru depan Inspeksi Kanan Kiri Palpasi Kanan Kiri Perkusi Kanan Kiri Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler meningkat di lapang paru kiri, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/ +) Suara dasar vesikuler, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/+) Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri Paru belakang Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri

: infuse RL 20 tpm Paracetamol 3 x 500 mg Salbutamol 3 x 2mg Ambroxol 3 x 30 mg Ceftriaxone 1 x 2 gr

Tanggal 1 Desember 2012 Problem 1: febris lebih dari 3 minggu S O Suhu Nadi : demam : : 38,30C : 80 x/menit

Tekanan darah : 120/ 70 mmHg Laju Nafas : 24 x/menit

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 11

Nina Apriyana406117031

Problem 2: tuberkulosis paru kategori putus berobat S: batuk, sesak napas, dahak tidak bisa keluar O: Paru depan Inspeksi Kanan Kiri Palpasi Kanan Kiri Perkusi Kanan Kiri Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler meningkat di lapang paru kiri, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/ +) Suara dasar vesikuler, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/+) Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri Paru belakang Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri

Pemeriksaan BTA + P : infuse RL 20 tpm Paracetamol 3 x 500 mg Salbutamol 3 x 2mg Ambroxol 3 x 30 mg 3 tablet 4KDT + 750 mg Streptomisin inj. Ceftriaxone 1 x 2 gr B Kompleks 3 x 1 tab Tanggal 2 Desember 2012 Problem 1: febris lebih dari 3 minggu S O Suhu : demam : : 37,80C

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 12

Nina Apriyana406117031

Nadi

: 84 x/menit

Tekanan darah : 120/70 mmHg Laju nafas : 20 x/menit

Problem 2: tuberkulosis paru kategori putus berobat S: batuk, dahak tidak bisa keluar O: Paru depan Inspeksi Kanan Kiri Palpasi Kanan Kiri Perkusi Kanan Kiri Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler meningkat di lapang paru kiri, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/ +) Suara dasar vesikuler, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/+) Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri Paru belakang Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri

: infuse RL 20 tpm Paracetamol 3 x 500 mg 3 tablet 4KDT + 750 mg Streptomisin inj. B Kompleks 3 x 1 tab Ambroxol 3 x 30 mg Ceftriaxone 1 x 2 gr

Tanggal 3 Desember 2012 Problem 1: febris lebih dari 3 minggu


KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 13

Nina Apriyana406117031

S O Suhu Nadi

:: : 37,10C : 80 x/menit

Tekanan darah : 110/80 mmHg Laju Nafas : 20 x/menit

Problem 2: tuberkulosis paru kategori putus berobat S: sedikit batuk, dahak tidak bisa keluar O: Paru depan Inspeksi Kanan Kiri Palpasi Kanan Kiri Perkusi Kanan Kiri Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler meningkat di lapang paru kiri, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/ +) Suara dasar vesikuler, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/+) Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri Paru belakang Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri

: infuse RL 20 tpm Paracetamol 3 x 500 mg Ambroxol 3 x 30 mg B kompleks 3 x 1 tab 3 tablet 4KDT + 750 mg Streptomisin inj.

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 14

Nina Apriyana406117031

Tanggal 4 Desember 2012 Problem 1: febris lebih dari 3 minggu S O Suhu Nadi :: : 36,90C : 80 x/menitt

Tekanan darah : 120/80 mmHg Laju nafas : 22 x/menit

Problem 2: tuberkulosis paru kategori putus berobat S: sedikit batuk O: Paru depan Inspeksi Kanan Kiri Palpasi Kanan Kiri Perkusi Kanan Kiri Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler meningkat di lapang paru kiri, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/ +) Suara dasar vesikuler, suara tambahan wheezing (-), ronki (+/+) Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri Paru belakang Pergerakan kedua paru simetris, retraksi intercostal (-) Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri lebih kuat dari kanan Redup di lapang paru kiri

: infuse RL 20 tpm Ambroxol 3 x 30 mg 3 tablet 4KDT + 750 mg Streptomisin inj.

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 15

Nina Apriyana406117031

B Kompleks 3 x 1 tab

PEMBAHASAN

TUBERKULOSIS
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis.

Klasifikasi
Berdasar hasil pemeriksaan dahak mikroskopik, TB paru dibagi atas: a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif. b. Tuberkulosis paru BTA (-) 1) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif. 2) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, TB paru dibagi atas: 1) Kasus baru
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 16

Nina Apriyana406117031

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). 2) Kasus kambuh (Relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). 3) Kasus setelah putus berobat (Default ) Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. 4) Kasus setelah gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. 5) Kasus Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

Diagnosis
a) Gejala klinik Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. B. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tandatanda penarikan paru, diafragma & mediastinum. C. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 17

Nina Apriyana406117031

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS): a. Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan) b. Pagi ( keesokan harinya ) c. Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) Pemeriksaan mikroskopik: Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening) lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila : 1) 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negative : BTA positif 2) 1 kali positif, 2 kali negative : ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasilitas foto toraks, kemudian o bila 1 kali positif, 2 kali negatif : BTA positif o bila 3 kali negatif : BTA negatif Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif 1) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan. 2) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+). 3) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+). 4) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+). Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, toplordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : 1. Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah. 2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular. 3. Bayangan bercak milier. 4. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 18

Nina Apriyana406117031

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif 1. Fibrotik 2. Kalsifikasi 3. Schwarte atau penebalan pleura Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA negatif) : 1. Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kavitas 2. Lesi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 19

Nina Apriyana406117031

Alur Diagnosis TB Paru

Penatalaksanaan
A. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 1. Prinsip pengobatan a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Tahap awal (intensif) a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Tahap Lanjutan a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan Tabel 1. Jenis dan Dosis OAT
Dosis (mg) / BB (kg) Obat Dosis (mg/kgBB/Hari) Dosis yang dianjurkan Harian (mg/kgBB/Hari) Intermitten (mg/kgBB/Hari) Dosis Maksimum < 40 40-60 > 60

R H Z

8-12 4-6 20-30

10 5 25

10 10 35

600 300

300 150 750

450 300 1000

600 450 1500

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 20

Nina Apriyana406117031

E S

15-20 15-18

15 15

30 15

750 1000
Sesuai BB

1000 750

1500 1000

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: a. Pasien baru TB paru BTA positif. b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif c. Pasien TB ekstra paru

Tabel 2. Dosis untuk paduan OAT KDT untuk Kategori 1 Berat Badan 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg 71 kg Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) 2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 2 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT

Tabel 3. Dosis paduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1 Dosis per hari / kali Tahap Lama Tablet Kaplet Pengobatan Pengobatan Isoniasid Rifampisin @ 300 mg @ 450 mg Intensif 2 bulan 1 1 Lanjutan 4 bulan 2 1 Tablet Pirazinamid @ 500 mg 3 Tablet Etambutol @ 250 mg 3 Jumlah hari/kali menelan obat 56 48

Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3) Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya: a. Pasien kambuh b. Pasien gagal c. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 21

Nina Apriyana406117031

Tabel 4. Dosis untuk paduan OAT KDT Kategori 2 Berat Badan 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg 71 kg Tahap Intensif Tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S Selama 56 hari 2 tablet 4KDT + 500 mg Streptomisin inj. 3 tablet 4KDT + 750 mg Streptomisin inj. 4 tablet 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj. 5 tablet 4KDT + 1000 mg Streptomisin inj. Tahap Lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) + E (400) Selama 20 minggu 2 tablet 2KDT + 2 tablet Etambutol 3 tablet 2KDT + 3 tablet Etambutol 4 tablet 2KDT + 4 tablet Etambutol 5 tablet 2KDT + 5 tablet Etambutol

Selama 28 hari 2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT

Tabel 5. Dosis paduan OAT Kombipak untuk Kategori 2


Tahap Pengobatan Tahap Intenif (dosis harian Tahap Lanjutan (dosis 3x seminggu) Lama Pengobatan 2 bulan 1 bulan 4 bulan Tablet Isoniasid @ 300 mg 1 1 2 Kaplet Rifampisin @ 450 mg 1 1 1 Tablet Pirazinamid @ 500 mg 3 3 Etambutol Tablet @ 250 mg 3 3 1 Tablet @ 400 mg 2 Streptomisin Injeksi 0,75 gr Jumlah/ kali menelan obat 56 28 60

Catatan: a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan. b. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus. c. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg). OAT sisipan Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari) Tabel 6. Dosis KDT untuk Sisipan Berat Badan 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari RHZE (150/75/400/275) 2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 22

Nina Apriyana406117031

71 kg

5 tablet 4KDT

Tabel 7. Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan Tahap Lamanya Tablet Pengobatan Pengobatan Isoniasid @ 300 mg Tahap Intensif 1 bulan 1 (dosis harian) Kaplet Tablet Tablet Jumlah Rifampisin Pirazinamid Etambutol hari/kali @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg menelan obat 1 3 3 28

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 23

Nina Apriyana406117031

FEBRIS

Definisi
Febris adalah keadaan dimana suhu tubuh di atas 37,20C.

Tipe
Demam septik, yaitu suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik Demam remiten, yaitu suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapi suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. Demam intermiten, yaitu suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana. Demam kontinyu, yaitu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derjat. Pada tingkat demam yang terus menerut tinggi sekali disebut hiperpireksia/ Demam siklik, yaitu terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian dikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Demam Belum Terdiagnosis


Demam belum terdiagnosis adalah keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan di atas 38,30C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya. Penyebab demam belum terdagnosis, sesuai golongan penyakitnya antara lain: infeksi (40%), neoplasma (20%), penyakit kolagen (20%), penyakit lain (10%), dan yang tidak diketahui penyebabnya (10%) Demam belum terdiagnosis dapat dibagi dalam 4 kelompok: FUO Klasik: Penderita telah diperiksa di rumah sakit atau klinik selama 3 hari beturut-turut tanpa dapat ditetapkan penyebab demam. Definisi lain yang juga digunakan adalah demam untuk lebih
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 24

Nina Apriyana406117031

dari 3 minggu dimana telah diusahakan diagnostik non-invasif maupun invasif selama satu minggu tanpa hasil yang dapat menetapkan penyebab demam.

FUO Nosokomial: Penderita yang pada permulaan dirawat tanpa infeksi di rumah sakit dan kemudian menderita demam >38,30C dan sudah diperiksa secara intensif untuk menentukan penyebab demam tanpa hasil yang jelas.

FUO Neutropenik: Penderita yang memiliki hitung jenis neutrofil <500ul dengan demam >38,3 0C dan sudah diusahakan pemeriksaan intensif sselama 3 hari tanpa hasil yang jelas.

FUO HIV: Penderita HIV yang menderita demam >38,30C selama 4 minggu pada rawat jalan tanpa dapat menentukan penyebabnya atau pada penderita yang dirawat di RS yang mengalami demam selama lebih dari 3 hari dan telah dilakukan pemeriksaan tanpa hasil yang jelas.

Diagnosis
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi, atau scanning, masih dapat diperiksa beberapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan sinar tembus rutin. Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsi. Juga dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti angiografi, artografi atau limfangiografi.

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 25

Nina Apriyana406117031

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV, jl III. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2006 Departemen Kesehatan Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis ed II. Depkes RI. Jakarta: 2007

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 26

Nina Apriyana406117031

KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSUD KUDUS Page 27

Anda mungkin juga menyukai