Anda di halaman 1dari 88

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kehadiran bayi yang baru saja lahir merupakan saat paling membahagiakan buat pasangan suami istri, tentu banyak hal harus disiapkan, dan salah satu terpenting adalah memberinya Air Susu Ibu (ASI)/menyusui. Menurut pernyataan bersama World Heald Organization (WHO)/United Nations International Children Emergency Fund

(UNICEF) menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik terhadap kesehatan Ibu dan bayi (Perinasia, 1994). ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000). Pemberian ASI sangat bermanfaat, menurut UNICEF dalam siaran persnya tahun 2004 mengatakan, ASI bukanlah sekedar makanan tetapi juga penyelamat kehidupan. Setiap tahun lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI eksklusif. Kajian WHO, lebih dari 3000 penelitian menunjukkan pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Hal ini karena ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bagi bayi untuk bertahan

hidup pada 6 bulan pertama, mulai dari hormon, antibodi, faktor kekebalan hingga antioksidan (Nadhiroh, 2008). UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak Balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara Eksklusif selama enam bulan sejak kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi (Rahmi, 2007). Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah menyusui secara dini dengan posisi yang benar , teratur dan Eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang harus diperhatikan adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara Eksklusif dari 0 6 bulan tanpa makanan pendamping, dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 ( dua ) tahun. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/ 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu ( ASI ) secara Eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI ( PP-ASI ) khususnya ASI Eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi (Nadhiroh, 2008). Akhir-akhir ini wanita Indonesia, khususnya para ibu muda, gencar menggalakkan ASI Eksklusif. Hal ini merupakan tindakan yang positif. Namun fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih belum maksimal. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif

dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan susu formula. Menurut Adelia, iklan-iklan tersebut bisa mengarahkan para ibu untuk berfikir bahwa ASI yang diberikan kepada bayi belum cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi (Prasetyono, 2009). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan akan bersifat positif atau langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 4 bulan sedikit meningkat dari 52% tahun 1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI Eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun

seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Nadhiroh, 2008). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta Balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak. Apabila dikaitkan dengan pemberian air susu ibu (ASI) Eksklusif, saat ini praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan (Depkes RI, 2007). Menurut Pekan ASI Sedunia (2009), bahwa gambaran data pemberian ASI berdasarkan SDKI 2007, Angka Cakupan ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3% (SDKI 2007), masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu, saat ini jumlah bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007. Berdasarkan data dari Dinas kesehatan Kepri pada tahun 2008, pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih dibawah rata-rata. berikut ini merupakan tabel cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Kepri.

Tabel 1.1 Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008 Kabupaten / Jumlah Kota Bayi Karimun 5092 Lingga 2239 Bintan 3233 Batam 21806 Tanjungpinang 4705 Natuna 2695 (Sumber: data sekunder) Jumlah Bayi yang mendapat ASI Eksklusif 3689 1236 1198 7905 1597 319 % 72,45 55,20 37,06 36,25 33,94 11,83

Dari tabel diatas terlihat bahwa cakupan ASI eksklusif yang tertinggi adalah di kabupaten Karimun yaitu 3689 dari 5092 bayi yang ada atau 72,45 %. Sedangkan cakupan ASI eksklusif yang terendah terdapat di 2 kota yaitu di kecamatan Natuna 319 dari 2695 bayi yang ada atau 11,83 %, dengan kota Tanjungpinang 1597 dari 4705 bayi yang ada atau 33,94%. Berdasarkan dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang pada Tahun 2009 pemberian ASI eksklusif di kota Tanjungpinang masih terendah karena belum sesuai dengan target yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2005-2010 yaitu 60% bayi mendapatkan ASI Eksklusif. Berikut Ini merupakan tabel cakupan ASI Eksklusif di Kota Tanjungpinang pada tahun 2009.

Tabel 1.2

Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tanjungpinang Tahun 2009

Kecamatan Tanjungpinang Barat Tanjungpinang Timur Tanjungpinang Kota Bukit Bestari Kota Tanjungpinang (Sumber: data sekunder)

Jumlah Bayi 1582 140 577 1586 953

Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif 54 38 329 134 248

% 3,4 27 57 8,4 26

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa cakupan ASI Eksklusif yang tertinggi adalah kecamatan Tanjungpinang Kota yaitu : 57%, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Tanjungpinang Barat yaitu sekitar 3,4 % pada tahun 2009. Tabel 1.3 Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif Di Puskesmas Tanjungpinang
Tahun 2009

Kelurahan Tanjungpinang Barat Kamboja Kampung Baru Bukit Cermin (Sumber: data sekunder)

Jumlah Bayi 546 434 311 291

Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif 26 15 9 4

% 4,8 3,5 2,9 1,4

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang pada tahun 2009 cakupan ASI Eksklusif yang terendah adalah Kelurahan Bukit Cermin yaitu 1,4 %.

Tabel 1.4 Rekapitulasi Cakupan ASI Eksklusif Di Puskesmas Tanjungpinang


Tahun 2010

Kelurahan Tanjungpinang Barat Kamboja Kampung Baru Bukit Cermin (Sumber: data sekunder)

Jumlah Bayi
534 497 502 478

Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif 28 16 22 14

%
5,2 3,2 4,4 2,9

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang pada tahun 2010 cakupan ASI Eksklusif yang terendah berada di Kelurahan Bukit Cermin yaitu 2,9 %. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin untuk mengetahui Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat Terhadap Perilaku Ibu Menyusui Bayi 0-6 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada Bulan April 2011 . 1.2. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah Bagaimana pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap perilaku ibu yang mempunyai ASI eksklusif bayi 0-6 dalam pemberian

di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjungpinang pada Bulan April 2011 .

1.3.

Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan faktor penguat terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011.

b.

Tujuan Khusus i. Mengetahui faktor predisposisi, pendukung dan penguat ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Pada Bulan April 2011. ii. Mengetahui perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Pada Bulan April 2011. iii. Mengetahui pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjungpinang Pada Bulan April 2011. 1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan informasi tentang pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjungpinang Pada Bulan April 2011, kepada Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang dan Puskesmas Tanjungpinang untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0 6 bulan. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang perilaku pemberian ASI eksklusif. c. Bagi Ibu menyusui Diharapkan dapat menjadi referensi bagi ibu untuk meninjau kembali agar bersedia memberikan ASI Ekskusif pada bayinya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini peneliti membatasi mengenai pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang pada bulan April Tahun 2011.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengetahuan Pengetahuan menurut kamus besar Indonesia berasal dari kata Tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui indra mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu ( Know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami ( Comprehension ) Sebagai Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat meginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Analisis ( Analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

d. Sintesis ( Synthesis ) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. e. Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian tehadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang yang telah ada. Menurut Hurlock (1998), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan (formal dan informal), umur, dan pekerjaan. Pendidikan merupakan salah satu prasyarat utama untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam proses pembentukan prilaku yang akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir individu (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan seseorang, maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang di lakukan dan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang. (Hurlock, 1998). Menurut Kontjoningrat yang dikutip oleh Nursalam, (2003) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Begitu juga dengan umur, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuasaan seseorang maka semakin tinggi pula

pengetahuan yang dimiliki. Akibat dari pengetahuan dan kematangan jiwa adalah kemampuan mental yang diperlukan untuk mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari. Penalaran analogis berpikir kreatif dan mencapai puncaknya dalam usia 20-an dan sedikit demi sedikit akan turun dalam usia 40-an (Hurlock, 1998). Sedangkan pekerjaan merupakan

pengelompokan masyarakat pada jenis pekerjaan atau profesi, biasanya berkaitan dengan keterampilan khususnya. Misalnya guru, dokter pedagang, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya (Siregar, 2004). 2.2 Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut

teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : a. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasankawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari : 1. Pengetahuan (knowlegde) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang : a) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik. b) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

c) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : a) b) c) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

3. Praktik atau tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan : a) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b) Respon terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

c) Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga. d) Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Dalam hal ini perilaku dapat diukur dengan menggunakan skala likert. Menurut Hidayat (2007), bahwa skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat dan dialaminya. Beberapa bentuk pertanyaan atau pernyataanyang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut: Sangat Setuju/ Selalu/ sangat positif Setuju/ Sering/ positif Ragu-ragu/ Kadang-kadang/ Netral Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ Negatif Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor diberi skor diberi skor diberi skor diberi skor 5 4 3 2 1

Skala likert dapat dibuat /disusun dalam bentuk chek-list dan pilihan berganda. Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip

Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

a. Kesadaran (awareness) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) b. Tertarik (interest) Dimana orang mulai tertarik pada stimulus c. Evaluasi (evaluation) Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Mencoba (trial) Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Menerima (Adoption) Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.

Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut : Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosio-budaya Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehedak Motivasi niat Bagan 2.1. Determinan terbentuknya perilaku Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain : 1. Teori Lawrence Green (1980) Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh 3 domain utama, yaitu: a. Faktor predisposisi (predisposing factor), adalah proses sebelum perubahan perilaku yang memberikan rasional atau motivasi perilaku

terjadinya

perilaku individu terwujud

atau kelompok. Faktor yang dalam pengetahuan, sikap,

mempengaruhinya

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya. c. Faktor penguat (reinforcing factor) adalah faktor pendorong yang memberikan dukungan secara terus menerus untuk kelangsungan perilaku individu atau kelompok seperti keluarga, teman dan petugas kesehatan. 2. Teori Snehandu B. Kar (1983) Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari : a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention). b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support). c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information). d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation). 3. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah : a. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan). i. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain. ii. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan

keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. iii. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya

pengalaman seseorang. b. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

c. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. d. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumbersumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia. 2.3 Sikap Sikap adalah suatu predisposisi umum untuk merespons atau bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang disertai emosi positif atau negatif. Dengan kata lain, sikap perlu penilaian seseorang terhadap objek kemudian melakukan evaluasi (Maramis,2006). Sikap selalu bisa dinilai sebagai positif atau negatif. Menurut Purwanto (1999), sikap yang positif yaitu kecenderungan pendidikan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu dan sikap negatif yaitu kecenderungan pendidikan untuk menjalani menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Menurut Secord dan Backman dikutip Azwar (2007) sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi),dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologisosial yang dikutip Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan. Menurut Notoatmodjo (2003), seperti halnya dengan

pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : a. Menerima Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespons Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggungjawab Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Menurut Walgito (2003), bahwa ciri-ciri sikap adalah :

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objeknya b. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada seseorang tersebut. c. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap sesuatu d. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. 2.4 Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lainlain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu : a. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respons terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh ibu dapat mempraktekkan cara menyusui dengan benar, merupakan indicator praktek tingkat dua. c. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapi praktek tingkat tiga. d. Adopsi Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.5 ASI Eksklusif ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sampai berusia 6 bulan kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup ( WHO, 2007 ). ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. (Purwanti, 2004).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan kecuali obat dan vitamin (Depkes RI, 2005).

Manfaat pemberian ASI Eksklusif antara lain : a. Bagi Bayi i. ASI sebagai nutrisi terbaik ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia enam bulan (Roesli, 2001). Dengan demikian, bayi yang mendapatkan ASI ekslusif mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal. Sebaliknya bayi yang tidak mendapatkan ASI secara Ekslusif berat badannya menjadi tidak normal (Huliana, 2003). ii. ASI meningkatkan daya tahan tubuh Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Zat kekebalan ini akan dapat digantikan jika ibu

menyusui bayinya karenam ASI merupakan cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10 17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit diare. Pada suatu penelitian di Brazil Selatan bayi bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak dari pada bayi ASI Eksklusif. ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi (Roesli, 2000). Sudah menjadi kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka terkena penyakit) bayi penerima ASI eksklusif jauh lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif (Roesli, 2001). iii. ASI meningkatkan kecerdasan Kecerdasan sedangkan seorang anak berkaitan dengan otak

pertumbuhan

otak tergantung pada nutrisi yang

diberikan. Jika seorang bayi menderita gizi buruk pada masa pertumbuhan otak cepat pertama, maka akan terjadi pengurangan jumlah sel otak sebanyak 15 20 %. ASI mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain :

* Taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang terdapat dalam ASI, berfungsi sebagai neuro transmiter dan berperan dalam proses maturasi sel otak. * Laktosa Merupakan hidrat arang yang utama yang hanya terdapat sedikit sekali dalam susu sapi. * Asam Lemak Ikatan Panjang ( DHA, AA, Omega 3, Omega 6 ) Hasil penelitian Lucas ( 1993 ) pada 300 bayi menunjukkan bahwa bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna ( 8,3 poin lebih tinggi ) dibandingkan dengan bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pemberian ASI dapat memberikan keuntungan pada ibu dan anak terutama dalam meningkatkan kecerdasan anak. iv. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu pada waktu menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya, serta akan merasakan rasa aman dan tenteram, terutama karena masih mendengar detak jantung ibu yang dikenal sejak ia dalam kandungan ibunya.(Roesli, 2001) b. Bagi Ibu Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui jelas memberikan keuntungan pada ibu. Berikut beberapa manfaat bagi ibu. i. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berfungsi untuk konstriksi/

penutupan pembuluh darah sehingga pendarahan lebih cepat berhanti ii. Mengurangi terjadinya anemia iii. Menjarangkan kehamilan. Ibu yang memberikan ASI eksklusif dan belum haid selama 6 bulan pertama setelah melahirkan, 98% tidak akan mengalami kehamilan dan 96% sampai bayi berusia 12 bulan. Lactational Amenorrhea (LAM) merupakan metode kontrasepsi yang efektif dalam 6 bulan pertama postpartum dan dapat mencegah timbulnya ovulasi. Hal ini dapat terjadi apabila pemberian ASI eksklusif dengan interval tidak lebih dari 6 jam ( Nindya, 2001) iv. Mengecilkan rahim, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang dapat membantu rahim kembali ke ukuran semula. v. Mempercepat penurunan berat badan, karena ibu menyusui memerlukan energi yang tinggi sehingga untuk mencukupinya diambil dari lemak yang tertimbun selama hamil. vi. Mencegah kanker payudara dan indung telur. vii. Ekonomis, hemat waktu dan praktis. c. Manfaat lain dari pemberian ASI antara lain : i. Tidak mudah tercemar ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangkan susu formula mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara pembuatan susu formula yang benar dan baik.

Bila botol tidak bersih, maka bakteri akan cepat tumbuh. Selain itu, susu sudah berbahaya bagi bayi walaupun belum tercium basi. ii. Melindungi bayi dari infeksi ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur, dan parasit yang menyerang manusia.susu sapi tidak mengandung antibodi terhadap penyakit manusia, sehingga bayi susu formula lebih sering terserang muntah berak dan batuk filek dan infeksi saluranpernafasan. iii. Lebih murah / ekonomis Memberikan ASI jauh lebih murah dibanding memberikan susu formula. Ibu tidak perlu membeli susu kaleng dan peralatan susu botol. Ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu kaleng dan memasak air untuk susu dan peralatan membuat susu. Ibu dari kelompok ekonomi lemah yang tidak mampu membeli susu formula untuk bayinya sering kali mengencerkan takaran susu formula sehingga bayi mereka sering menderita kekurangan gizi. iv. Mengandung vitamin yang cukup Vitamin, mineral, dan zat besi yang terdapat dalam ASI akan diserap dengan baik oleh usus bayi, sedangkan pada susu sapi zatzat tersebut hanya sebagian saja yang diserap oleh usus bayi. v. Mencegah anemia akibat kekurangan zat besi Zat besi dari susu sapi tidak diserap secara sempurna, sehingga bayi susu formula sering menderita anemia karena kekurangan zat

besi. Penelitian membuktikan, bahwa tingkat kecerdasan pada bayi atau anak yang kekurangan zat besi akan menurun. vi. Mudah dicerna ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak mengandung enzim pencerna. Selain itu, komponen kasein yang banyak terdapat pada susu formula membentuk gumpalan susu tebal sehingga sukar untuk dicerna. Akibatnya akan terdapat banyak zat sisa yang tidak dicerna oleh bayi. Selain itu, bayi akan menderita sembelit (sukar buang air besar). vii. Menghindari bayi dari alergi Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma dan eksim (Roesli, 2001). Menurut Roesli (2000) komposisi ASI terbagi berdasarkan 3 stadium yaitu a. Kolostrum Merupakan cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan tinggi protein. Cairan yang berwarna kuning kental yang keluar dari payudara pada hari pertama pasca persalinan. Mengandung zat kekebalan (Antibodi) (Subakti, 2007). Kolostrum ini dapat membunuh kuman dan sebagai pencahar untuk mempersiapkan saluran pencernaan. Volume kolostrum sangat sedikit antara 150 300 ml/24jam, akan tetapi sesuai dengan kapasitas volume usus bayi. Kolostrum mengandung protein dan zat anti infeksi 10 17 kali dibandingkan dengan ASI yang matang, tetapi mempunyai kadar karbohidrat dan lemak yang rendah. b. ASI Transisi / peralihan

ASI yang keluar sejak hari ketiga hingga kesepuluh pasca persalinan (Subakti, 2007). Merupakan ASI peralihan dari kolostrum manjadi ASI Mature. i. Disekresi dari hari keempat hingga hari kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5. ii. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. iii. Volume semakin meningkat (Baskoro, 2008) c. ASI Matur/Matang i. ASI yang keluar sejak hari kesepuluh pasca persalinan. Komposisinya stabil tidak akan berubah (Subakti, 2007). ASI merupakan makanan satu satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. ASI yang disekresikan pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relative konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke-3 sampai ke5 ASI komposisinya baru konstan. ii. Merupakan cairan putih kekuning kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum, dan carotene. iii. iv. v. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Volume : 300 850 ml / 24 jam Terdapat anti mikrobakterial factor , yaitu antibody terhadap bakteri dan virus.

vi.

Cell ( phagocyle, granulocyle, macrophage, lymhocycle, type T ), Enzim ( lysozime, lactoperoxidese ),

vii.

Protein ( lactoferin, B12 Ginding Protein ), Factor resisten terhadap staphylococcus,

viii. Complecement (C3 dan C4 ). (Baskoro, 2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif a. Pengaruh sosial budaya yang negatif, seperti : i. Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari susu ibu setelah meahirkan) karena asumsi masyarakat yang menganggap kolostrum adalah susu basi. ii. Kepercayaan pengalaman masa lalu yang membuktikan bahwa pemberian makanan/minuman secara dini tidak menimbukan kerugian yang berarti. b. Gencarnya promosi susu formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui media massa, bahkan dewasa ini secara langsung kepada ibu-ibu. c. Minimnya RS/RB yang menerapkan ASI eksklusif. d. Masa cuti bersalin yang relatif singkat. e. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi yang memberi kemudahan kemudahan seperti pembuatan makanan bayi serta susu buatan untuk bayi mengakibatkan ibu-ibu yang bekerja menganggap lebih praktis membeli dan memberikan susu botol dari pada menyusui.

f. Sikap petugas kesehatan yang kurang mendukung tercapainya keberhasilan PP-ASI. g. Lemahnya perencanaan terpadu dalam program PP-ASI. h. Kurangnya intensitas dan kontinuitas dari kegiatan PP-ASI di tingkat pelayanan maupun di masyarakat (Depkes RI, 2007).

Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Dan Faktor Faktor Yang Berkonstribusi Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan demikian maka perilaku merupakan respons atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons individu ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 2004). Untuk itu dalam melakukan rencana teknik perubahan perilaku sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat perlu memperhatikan aspek perilaku yang ada dalam masyarakat ( Machfoedz dan Suryani, 2006 ).

Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : 1. Faktor predisposing merupakan pencetus perilaku yang memberikan alasan atau motivasi dikeluarkannya perilaku misalnya pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap, keyakinan dan keterampilan yang dimiliki, 2. Faktor enabling, yaitu kondisi dalam lingkungan yang memudahkan terwujudnya motivasi, 3. Faktor reinforcing, yaitu faktor yang muncul sesudah perilaku, memberikan suatu imbalan atau insentif yang berkelanjutan dan ikut berkonstribusi dalam keberlangsungan atau pengulangan perilaku

misalnya sikap petugas kesehatan, keluarga, teman sebaya. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat

memberikan ASI eksklusif. Salah satu penyebabnya adalah karena dikondisikan oleh jaring pemasaran susu formula, baik melalui iklan maupun langsung ke rumah sakit atau rumah bersalin ( Arisman, 2004 ). Hasil penelitian yang dilakukan Yuniar (2007) menunjukkan bahwa, tingkat kesejahteraan ibu berpengaruh terhadap rendahnya pemberian ASI eksklusif karena ibu dapat memilih cara yang efisien, yaitu dengan memberi susu formula. UNICEF (2006) menyatakan bahwa, ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui yang benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI eksklusif. Meskipun aturan pemasaran produk pengganti ASI terdapat dalam kode etik internasional, tetapi tetap saja para produsen

susu bayi melakukan promosi secara gencar, bahkan sampai menyediakan susu formula di rumah sakit ataupun klinik klinik bersalin.

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESA PENELITIAN


3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topic yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya. Menurut teori Lewrence Green, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-niai,

dansebagainya. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Faktor pendorong (renforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan.(Notoadmodjo,2003) Keberhasilan perilaku ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif ditentukan oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor penguat. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependen dan variabel inependen, maka pengukurannya dilakukan bersama sama pada saat penelitian dengan menggunakan kuesioner secara kuantitatif (Sugiono, 2005).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent

Predisposing Pengetahuan Sikap

Enabling Ketersedian sumber daya kesehatan Prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan

Perilaku Ibu Yang Mempunyai bayi 0-6 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif

Reinforcing Keluarga Petugas Kesehatan

3.2

Definisi Operasional Variabel Independen 1. Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang diasumsikan dapat mempengaruhi Ibu yang mempunyai bayi 0 6 bulan untuk memberikan ASI eksklusif, yang dalam hal ini dibatasi pada faktor pengetahuan dan sikap. a. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan tentang ASI Eksklusif meliputi pengertian ASI

Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif, jenis-jenis ASI, jadwal pemberian ASI, dan teknik menyusui. b. Sikap adalah kecendrungan Ibu yang mempunyai bayi 0 6 bulan untuk memberikan pendapat setuju dan tidak setuju tentang pemberian ASI eksklusif 2. Faktor Pendukung adalah faktor yang mendukung Ibu yang mempunyai bayi 0 6 bulan untuk memberikan ASI eksklusif a. Ketersedian sumber daya kesehatan adalah ada tidaknya petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan tentang manfaat

pemberian ASI eksklusif b. Prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan adalah ada tidaknya peran pemerintah untuk mensosialisasikan program pemberian ASI eksklusif 3. Faktor penguat adalah faktor pendorong Ibu yang mempunyai bayi 0 6 bulan dalam memberikan ASI eksklusif a. Keluarga adalah pendapat responden tentang ada tidaknya peran serta keluarga dalam pemberian ASI secara eksklusif baik secara langsung menyarankan atau mengharuskan Ibu menyusui untuk memberikan ASI secara eksklusif b. Petugas Kesehatan adalah pendapat responden tentang ada tidaknya keterlibatan petugas dalam menyarankan pemberian ASI eksklusif dan memberikan informasi tentang pemberian ASI eksklusif secara terus menerus.

4.

Variabel Dependen Perilaku pemberian ASI Eksklusif adalah tindakan atau aktivitas ibu dalam memberikan ASI pada bayi usia 0-6 bulan tanpa makanan tambahan.

Metode Pengukuran 1. Pengetahuan Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala ordinal dengan cara wawancara kepada responden. Jumlah pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan ada 8. Dari setiap pertanyaan masing-masing jawaban a nilai 1, b nilai 1 dan c nilai 1, bila responden menjawab sekaligus a, b dan c diberi nilai 3, jika 2 jawaban nilai 2 dan jika hanya 1 jawaban nilai 1. Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 24 dan nilai terendah 8. Kemudian variabel pengetahuan dikategorikan sebagai % yang menjawab setuju nilai skor 4 6 (40 75%) dikategorikan 2 dan responden yang menjawab setuju nilai skor <4 (<40%) dikategorikan 1. Kemudian variabel sikap dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1990) : a. Sikap kurang, apabila total skor responden < 4 (<40%) b. Sikap sedang, apabila total skor responden 4 6 (40-75%) c. Sikap baik, apabila total skor responden 7 9 (>75%) 2. Sikap Untuk mengukur sikap digunakan skala ordinal dengan cara wawancara kepda responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8 buah. Jawaban setuju diberi nilai 1 dan tidak setuju nilai 0. Selanjutnya ditetapkan nilai skor tertinggi 9 dan terendah 0. Responden yang menjawab setuju nilai skor > 6 (>75%) dikategorikan 3, responden yang

menjawab setuju nilai skor 4-6 (40-75%) dikategorikan 2 dan responden yang menjawab setuju nilai skor <4 (<40%) dikategorikan 1. Variabel sikap dikategorikan sebagai berikut ( Pratomo, 1990) : a. b. c. 3. Sikap kurang, apabila total skor responden < 4 (< 40%) Sikap sedang, apabila total skor responden 4-6 (40-75%) Sikap baik, apabila total skor responden 7-9 (>75%)

Ketersediaan sumber daya kesehatan Untuk mengukur ketersediaan sumber daya kesehatan digunakan skala ordinal dengan cara wawancara kepada responden. Untuk ketersediaan sumber daya kesehatan disusun 4 pertanyaan. Responden yang menjawab ya diberi nilai 1 dan menjawab tidak nilai 0. Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 0. Untuk menentukan ketersediaan sumber daya kesehatan dikategorikan berdasarkan nilai median sebagai berikut : a. Tidak tersedia jika skor < 3 b. Tersedia jika skor 3

4.

Prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan Untuk mengukur dukungan masyarakat/ pemerintah

digunakan skala ordinal dengan cara wawancara dengan jumlah pertanyaan sebanyak 5. Responden yang menjawab ya diberi nilai 1 dan yang menjawab tidak diberi nilai 0. Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 0. Untuk mengukur dukungan

masyarakat/ pemerintah dikategorikan berdasarkan nilai median sebagai berikut: a. Tidak adanya dukungan masyarakat/ pemerintah jika skor < 3 b. Adanya dukungan masyarakat/ pemerintah jika skor 3 5. Keluarga Untuk mengukur dukungan keluarga digunakan skala ordinal dengan cara wawancara. Pertanyaan sebanyak 5, responden yang menjawab ya diberi nilai 1 dan menjawab tidak nilai 0. Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 0. Untuk mengetahui ada atau tidak ada dukungan petugas kesehatan dikategorikan berdasarkan nilai median sebagai berikut : a. Tidak ada dukungan petugas kesehatan jika skor < 3 b. Ada dukungan petugas kesehatan jika skor 3 6. Petugas Kesehatan Untuk mengukur dukungan petugas kesehatan digunakan skala ordinal dengan cara wawancara. Pertanyaan sebanyak 5, responden yang menjawab ya diberi nilai 1 dan menjawab tidak nilai 0. Selanjutnya ditetapkan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 0. Untuk mengetahui ada atau tidak ada dukungan petugas kesehatan dikategorikan berdasarkan nilai median sebagai berikut : a. Tidak ada dukungan petugas kesehatan jika skor < 3 b. Ada dukungan petugas kesehatan jika skor 3

7.

Tindakan Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0 6 bulan dalam memberikan ASI eksklusif Variabel tindakan Ibu yang menyusui bayi 0 6 bulan dalam memberikan ASI eksklusif dikategorikan sebagai berikut dengan kategori : a.Ya : bila menjawab selalu memberikan ASI eksklusif kepada bayi

b.Tidak : bila menjawab tidak selalu memberikan ASI eksklusif kepada bayi Dilakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan skala ukur adalah ordinal. 3.3 Hipotesa Ada pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survey yang bersifat analitik yang bertujuan untuk memperoleh Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat Terhadap Perilaku Ibu Yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif. Metode pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel efek diobservasi pada waktu yang sama (point time approach). Dimana faktor predisposisi, pendukung dan penguat sebagai variabel bebas (Independen) dan perilaku pemberian ASI eksklusif sebagai variabel terikat (Dependen) dilihat dan diukur dalam waktu yang sama. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan desain sekat silang (cross sectional study), yaitu penelusuran sesaat, artinya subjek diamati hanya sesaay atau satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependen dan variabel independen maka pengukurannya dilakukan bersama-sama pada saat penelitian dengan menggunakan kuesioner secara kuantitatif (Sugiyono, 2005). 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Tempat penelitian dilakukan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang.

b. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April Tahun 2011.

4.3 Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu mempunyai bayi 0-6 bulan di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan april tahun 2010 sebanyak 61 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian yang sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Cara pengambilan sampel ini adalah semua anggota populasi menjadi sampel (total sampling) yaitu seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan baik yang memberikan atau tidak memberikan ASI Eksklusif yang berjumlah 61 ibu. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu : i. Ibu yang sedang menyusui anaknya yang berumur 0 6 bulan dikelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang. ii. Ibu-ibu yang bisa membaca dan menulis huruf latin iii. Ibu-ibu yang bisa berkomunikasi dengan baik iv. Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden 4.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah dengan data menggunakan kuesioner yang dibuat secara sederhana agar dipahami oleh ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah kerja

Puskesmas Tanjungpinang yang terdiri dari 35 butir pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan tentang faktor predisposisi, pendukung dan penguat terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif dan pernyataan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif. 4.5 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh langsung dari ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang dengan menggunakan kuisioner. 4.6 Pengolahan Data Pengolahan data terkumpul dari hasil pengumpulan data dalam sebuah penelitian, maka menurut Hidayat (2007) diakukan tahap pengelolaan yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembal kebenaran data yang dipeoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c.

Data Entry Data entry adalah kegiatan memasukkan dat yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat tabel kontingensi.

d.

Melakukan Teknik Analisis Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis.

4.7 Analisa Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat dan Analisis Bivariat. Untuk mempermudah penelitian daam menganalisis data maka peneliti menggunakan program komputer. d. Analisa Univariat Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan presentasi dari setiap variabel penelitian yaitu faktor predisposisi, pendukung dan penguat ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Rumus : P=

x 100 % N P : Persentase % F : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah soal (Arikunto, 2006)

Keterangan :

Hasil dari setiap item yang benar diberi skor 1 dan yang salah skor 0 dengan kategori peniaian : i. * Tinggi * Rendah ii. Variabel Pengetahuan : Bila hasil > 50 % : Bila hasil 50% Variabel pemberian Eksklusif * Perilaku positif * Perilaku negatif e. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi. (Notoadmodjo, 2005). Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu faktor predisposisi, pendukung dan penguat ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI eksklusif dengan variabel dependen yaitu perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif. Adapun uji hipotesis yang digunakan adalah Chi-square Test dengan tingkatan kepercayaan 95%. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05. Sehingga bila P 0,05 maka hasil : jika hasilnya > mean : jika hasilnya mean perilaku ASI

statistik terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variable, dan bila p > 0,05 berarti tidak bermakna (Hasan, 2006).

Chi-Square dengan Rumusan : X2 = Keterangan : X2 O E = Chi-Squere = Jumlah Data = Hasil Observasi = Hasil Diharapkan = Tingkat Signifikan untuk Bidang

Kesehatan biasanya digunakan 0,05. Sementara itu untuk mengetahui derajat hubungan yang dikenal dengan ukuran resiko relatif (RR) dan Odds Rasio (OR). Rasio Odds (Odds Rasio) membandingkan odds pada kelompok ter-ekspose

dengan odds keompok tidak ter-ekspose (Hastono,2006). Rasio Odds dapat diakukan pengujian hubungan antara sebab (Pajanan) dengan akibat (Hasiljadi). Rasio Odds dapat ditulis dengan huruf latin (psi) dengan Rumus : Rasio Odds = Proporsi kelompok sebab (pajanan) Proporsi kelompok akibat (hasil jadi) Atau

A.D B.C

Menarik kesimpulan nilai Rasio Odds dapat dilihat dari bagan ini : OR > 1, artinya mempertinggi resiko OR = 1, artinya tidak terdapat asosiasi/hubungan OR < 1, artinya mengurangi resiko (Riwidikdo, 2008).

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011

PROPOSAL TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Program Pendidikan Pasca Sarjana

OLEH : NURNIATI TIANASTIA RULLYNI, S.ST

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU PROGRAM STUDI KEBIDANAN TANJUNGPINANG 2011

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis. Edisi Revisi ke VI. Jakarta : PT. Rineka Cipta Arisman, M. B. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Azwar, S. (2007). Sikap Manusia. Edisi II, Cetakan X. Yogyakarta Baskoro, A. (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu Media Dinkes Provinsi Kepulauan Riau. (2008). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. Dinkes kota Tanjungpinang. (2009). Profil Tanjungpinang. Kota Tanjungpinang Dinas Kesehatan Kota

Depkes RI. (2007). Cuti Melahirkan dan Memberikan ASI Eksklusif . , http://www.depkes.go.id Green, L.W dan Kreuter, W. (2000). Health Promotion Planning An Educational and Enviromental Approach. USA. Mayfield Publishing Company Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta : PT Bumi Aksara Hastono, S. P. (2006). Modul pertama : Pengolahan Data Uji Instrumen. Depok. . (2006). Modul Kedua : Analisis Univariat Analisis Bivariat. Depok. Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Hurlock, E. (1998). Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta. Machfoedz, I dan Suryani, E. (2006). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya Maramis, W. F. (2006). Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Cetakan Pertama, Airlangga University Press Surabaya. Nadiroh, R. (2008). Menanti Perda ASI Eksklusif. http : // www.Wordpress.com Nindya, S. (2001). Dampak Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Penurunan Kesuburan Seorang Wanita. Cermin Dunia Kedokteran, Hal. 44-47 Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Citra . (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pekan ASI Sedunia. (2009). Menyusui: Sebuah Respon yang Sangat Penting dalam Situasi Darurat. http://www.menegpp.go.id Perinasia, (2007). Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.Cetakan ke-3. Jakarta Prasetyono. D. S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogjakarta Pratomo, S. (1990). Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kependudukan, Depdikbud RI PMU Pengembangan FKM, Indonesia. Puskesmas Tanjungpinang. (2010). Laporan Tahunan Cakupan ASI Eksklusif 2009. Puskesmas Tanjungpinang. Purwanti. H.S. 2004. Konsep penerapan ASI Eksklusif : Buku Saku Untuk Bidan. Jakarta : EGC Rahmi. (2007). ASI Eksklusif Turunkan 41 % Angka Kematian Bayi. http : // www.halohalo.co.id Roesli, U. (2000). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya . (2001). Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta : Elex Media Komputindo Sarwono, S. (2004). Sosiologi Kesehatan. Cetakan Ketiga, Penerbit Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Siregar, A. M. (2004). Pemberian ASI Eksklusif Mempengaruhinya. http://www.library usu.ac.id dan Faktor yang

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta UNICEF. (2006). ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian bayi Indonesia. http ://www.kespro.info/kia/2006 Walgito, B. (2003). Psikologi Pengantar (Suatu Pengantar). Yogyakarta, Edisi IV, Penerbit Andi WHO. (2007). What is the Recommended Food for Children in Their Very Early Years. http//www.who.int/features/index/html Yuniar, R. (2007). Pemberian ASI Berkorelasi Negatif dengan Kemapanan Ekonomi. Insan Hitawasana Sejahtera (IHS) Social Science Research & Consulting

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI Nama : NURNIATI TIANASTIA RULLYNI

Tempat / Tanggal Lahir : Padang, 03 Oktober 1979 Agama Jenis Kelamin Alamat : Islam : Perempuan : Jl. Arief Rahman Hakim No. 1 Rt 004/002 Kel. Tanjung Ayun Sakti Kec. Bukit Bestari Tanjung Pinang - Kepri Nama Suami : Zakir Sofyan

II. PENDIDIKAN 1. TK Perwari II Padang Tahun 1984-1986, Sumbar 2. SD Negeri No.10 Ganting Tahun 1986-1992, Sumbar 3. SMP Negeri No. 26 Padang Tahun 1992-1995, Sumbar 4. SPK Negeri Bukittinggi Tahun 1995-1998, Sumbar 5. Akademi Kebidanan (DIII) Depkes Bukittinggi Tahun 1998-2001, Sumbar 6. Akademi Kebidanan (DIV) Fak. Kedokteran UNPAD Bandung Tahun 2002-2003, Jawa Barat

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan proposal tesis ini sebagai salah satu syarat mengikuti program pendidikan pasca sarjana Fakultas Kedokteran Prodi Kebidanan Universitas Padjadjaran Bandung dengan judul PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011. Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih banyak kekurangan dan masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan proposal ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah berserah diri. Semoga segala bentuk yang telah diberikan mendapat imbalan dari-Nya dan semoga proposal tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Tanjungpinang,

April 2011

Penulis

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 1.1

Halaman Rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008 .......................................................................................................... 5 Rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Tahun 2009 .......................................................................................................... 6 Rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2009 .......................................................................................................... 6

Tabel 1.2

Tabel 1.3

DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan 2.1 Bagan 3.1 Halaman Determinan Terbentuknya Perilaku........................................................ 17 Kerangka Konsep.................................................................................... 35

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 kisi-kisi Lampiran 2 Kuisioner Lampiran 3 Surat Permintaan Menjadi Responden Lampiran 4 Surat Izin Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 1 KISI KISI KUESIONER


PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011

Variabel Pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang

Sub Variabel Pengertian ASI Eksklusif Jadwal pemberian ASI Eksklusif Manfaat pemberian ASI Eksklusif Jenis ASI Eksklusif Tekhnik pemberian ASI Eksklusif

Jumlah Pertanyaan 1 1 3 1 2

No Pertanyaan 1 2 3.4,5 6 7.8

Variabel Sikap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang

Sub Variabel Wujud pemberian ASI Eksklusif Jadwal pemberian ASI Eksklusif Tekhnik pemberian ASI Eksklusif Manfaat pemberian ASI Eksklusif

Jumlah Pertanyaan 2 2 2 2

No Pertanyaan 1,2 3.4 5.6 7.8

Variabel Ketersediaan sumber daya kesehatan terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang

Sub Variabel Ketersediaan petugas kesehatan Informasi yang diperoleh Informasi lain yang diperoleh

Jumlah No Pertanyaan Pertanyaan 1 2 1 1 2,3 4

Variabel Prioritas dan komitmen masyarakat/ pemerintah dalam kesehatan terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang Variabel Dukungan keluarga terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang

Sub Variabel Peraturan pemerintah LSM yang berperan Prioritas dan komitmen mensosialisasikan ASI Aplikasi dari komitmen yang dibuat Sub Variabel Pemahaman tentang ASI Eksklusif Informasi yang diperoleh Perbedaan pendapat dan alternatif

Jumlah No Pertanyaan Pertanyaan 1 2 1 1 1 2,3 4 5

Jumlah No Pertanyaan Pertanyaan 1 1 2 1 2 3,4

Variabel

Sub Variabel

Jumlah

No

Pertanyaan Pertanyaan Dukungan Petugas kesehatan terhadap ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang Keberadaan petugas Kesehatan Informasi yang diperoleh Jadwal pemberian informasi 1 3 1 1 2,3,4 5

Variabel Perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang

Skala pengukuran

Keterangan

Hampir selalu : skor 2 Skala likert Kadang-kadang : skor 1 Hampir tidak pernah : skor 0

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011

1. Petunjuk 1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti 2. Pilih salah satu jawaban yang menurut ibu benar 3. Beri tanda ( x ) pada jawaban yang di anggap benar 2. Identitas Umur : < 20 Tahun 21- 40 Tahun > 41 Tahun Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak sekolah

Pekerjaan

Pegawai Negeri Swasta Ibu Rumah Tangga Lain-lain

KUESIONER PENGETAHUAN

Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x) 1. Apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif? a. Pemberian ASI pada bayi selama 2 bulan b. Pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan tanpa makanan tambahan c. Pemberian ASI pada bayi selama 3 bulan d. Pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan ditambah madu dan susu formula 2. Sampai usia berapa bulan kah bayi diberikan ASI Eksklusif? a. 6 bulan b. 4 bulan c. 3 bulan d. 2 bulan 3. Dibawah ini adalah manfaat ASI Eksklusif pada bayi, kecuali a. Untuk meningkatkan kecerdasan bagi bayi b. sebagai nutrisi yang baik c. Sebagai daya tahan tubuh d. Membuat bayi diare 4. Dibawah ini adalah manfaat ASI Eksklusif pada ibu, kecuali a. Untuk menjarangkan kehamilan b. Menghindari bayi dari alergi c. Lebih cepat langsing kembali d. Mengurangi perdarahan 5. Kolostrum adalah: a. ASI yang keluar pertama kali,berwarna kuning kental b. ASI yang keluar pada hari ke sepuluh setelah persalinan. c. Semua salah d. Semua benar 6. Mengapa ASI yang keluar pertama kali sangat penting bagi bayi?

a. Karena mengandung zat kekebalan bagi bayi b. Karena rasanya enak c. Semua salah d. Semua benar 7. Berapa lama sebaiknya bayi disusui dalam satu kali pemberian ASI : a. 10 15 menit b. 15 20 menit c. 20 25 menit d. 5 10 menit 8. Bagaimanakah posisi ibu yang benar pada saat menyusui bayi : a. Duduk atau berbaring dengan santai b. Berdiri c. Berjalan jalan d. Jawaban a, b, dan c salah

KUESIONER SIKAP

Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x) 1. ASI Eksklusif diberikan pada bayi sampai umur 2 tahun, bagaimana pendapat ibu dengan hal ini ? a. Setuju b. Tidak Setuju

2. Bagaimanakah pendapat ibu dengan waktu yang tepat untuk pemberian ASI Eksklusif pertama kali pada bayi adalah dua (2) jam setelah persalinan a. Setuju b. Tidak Setuju

3. Bayi mendapatkan ASI dalam satu (1) hari adalah sebanyak 2-3 jam sekali. Setujukah ibu tentang pernyataan tersebut diatas ? a. Setuju b. Tidak Setuju

4. Setujukah Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi ditambahkan dengan makanan lain? a. Setuju b. Tidak Setuju

5. Cara menyusui yang benar adalah dengan posisi ibi duduk atau berbaring santai. Bagaimana menurut pendapat ibu tentang hal ini ? a. Setuju b. Tidak Setuju

6. Posisi bayi yang benar pada saat menyusui adalah tubuh bayi menempel dan menghadap tubuh ibunya. Bagaimana menurut pendapat ibu? a. Setuju b. Tidak Setuju

7. Pemberian ASI Eksklusif sangat bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan bayi. Setujukah ibu dengan hal tersebut ? a. Setuju b. Tidak Setuju

8. ASI yang keluar pertama kali mengandung zat kekebalan yang penting bagi bayi . Bagaimana pendapat ibu ? a. Setuju b. Tidak Setuju

KUESIONER KETERSEDIAAN SUMBER DAYA KESEHATAN Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x) 1. Apakah ada petugas kesehatan diwilayah tempat tinggal ibu ? a. Ya b. Tidak

2. Apakah ibu mendapatkan informasi tentang pemberian dan manfaat ASI oleh petugas kesehatan setempat ? a. Ya b. Tidak

3. Apakah informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan bisa ibu mengerti ? a. Ya b. Tidak

4. Apakah ada informasi lain yang ibu dapat selain pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif ? a. Ya b. Tidak

KUESIONER PRIORITAS DAN KOMITMEN MASYARAKAT/ PEMERINTAH DALAM KESEHATAN Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x) 1. Adakah peraturan dari pemerintah mengenai program pemberian ASI Eksklusif yang ibu ketahui ? a. Ada b. Tidak

2. Apakah ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan dalam mensosialisasikan ASI Eksklusif ? a. Ada b. Tidak

3. Apakah ada prioritas utama dari pemerintah/ masyarakat kepada ibu memberikan ASI Eksklusif ? a. Ada b. Tidak

4. Apakah komitmen yang dibuat oleh masyarakat/ pemerintah sudah ibu rasakan manfaatnya ? a. Ada b. Tidak

5. Adakah wujud dari komitmen masyarakat khususnya pemerintah yang sudah ibu liat ? a. Ada b. Tidak

KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x) 1. Apakah keluarga ibu memahami tentang ASI Eksklusif ? a. Ya ini ? a. Ya b. Tidak b. Tidak 2. Apakah ada keluarga yang mendukung ibu dalam pemberian ASI Ekslusif

3. Apakah ibu mendapatkan informasi juga tentang pemberian dan manfaat ASI dari keluarga ibu ? a. Ya b. Tidak

4. Bisakah ibu menerima pendapat keluarga yang bertentangan dengan keinginan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif ini ? a. Ya b. Tidak

5. Apakah ada dukungan dari keluarga yang menganjurkan pemakaian susu formula pengganti ASI ? a. Ya b. Tidak

KUESIONER PETUGAS KESEHATAN Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (x) 1. Apakah wilayah tempat tinggal ibu ada petugas kesehatan/ bidan ? a. Ada b. Tidak

2. Apakah ibu mendapat informasi tentang anjuran pemberian ASI Eksklusif dari petugas kesehatan/bidan ? b. Ada b. Tidak

3. Adakah diposyandu ibu juga mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pemberian ASI Eksklusif ? c. Ada b. Tidak

4. Apakah ada lembaga lain selain petugas kesehatan/ bidan setempat yang menginformasikan tentang ASI Eksklusif ? a. Ada b. Tidak

5. Apakah ada jadwal khusus dari petugas kesehatan/ bidan untuk memberikan informasi tentang ASI Eksklusif ? a. Ada b. Tidak

KUISIONER PERILAKU

N O

Perilaku pemberian ASI Eksklusif

Hampir Selalu

Kadangkadang

Hampir tidak pernah

1.

Saya memberikan ASI kepada bayi saya tanpa makanan tambahan apapun seperti : pisang, pepaya, bubur nasi, dan nasi tim, atau susu formula, madu, dan teh sampai usia 6 bulan. Saya memberikan ASI kepada bayi saya setiap saat bayi saya menginginkannya. Saya memberikan ASI kepada bayi saya walaupun saya bekerja Saya menyusui bayi saya selama 15-20 menit. Saya membersihkan puting susu saya dengan kapas basah atau kain basah, kemudian saya mengoleskan ASI pada puting susu sebelum menyusui bayi. Saya memasukkan putting susu setelah mulut bayi terbuka lebar sehingga bagian hitam pada payudara masuk sebagian kemulut bayi Saya menyusui bayi saya tidak hanya dari satu payudara, tetapi saya menyusui bayi saya pada kedua payudara Saya menyusui bayi dengan cara mendekap bayi hingga dagu bayi menempel pada payudara dan perut bayi menempel pada perut ibU Saya mengelus-elus punggung bayi agar bayi bersendawa setelah menyusui

2.

3. 4.

5.

6.

7.

8.

9.

Saya mengkonsumsi makanan yang memperlancar pengeluaran ASI seperti: 10. sayur-sayuran, daun katu, kacang hijau, dan lain-lain.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................... i KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iv DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian

................................................................................................................... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ................................................................................................................... 10 2.2 Perilaku ................................................................................................................... 12 2.3 Sikap ................................................................................................................... 20 2.4 Tindakan ................................................................................................................... 22 2.5 ASI Eklusif ................................................................................................................... 23

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................................... 34 3.2 Definisi Operasional

................................................................................................................... 35 3.3 Hipotesa ................................................................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ................................................................................................................... 41 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................................................... 41 4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................................................... 42 4.4 Instrumen Penelitian ................................................................................................................... 42 4.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................................................................... 43 4.6 Pengolahan Data ................................................................................................................... 43 4.7 Analisa Data ................................................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 3

LEMBAR PERMINTAAN RESPONDEN


Tanjungpinang, Kepada : Yth. Ibu-ibu Calon Responden di Kelurahan Bukit Cermin Dengan hormat, Berkenaan dengan salah satu syarat mengikuti Program Pendidikan Pasca sarjana Program studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan ini saya : Nama : Nurniati Tianastia Rullyni April 2011

Mohon bantuan ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan untuk menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan, dengan judul PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALaM

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011 Jawaban yang ibu-ibu isi dalam kuesioner yang tersedia hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Kerahasiaan responden akan dijaga dan tidak akan disebarluaskan. Untuk itu saya mohon responden bersedia menandatangani lembar persetujuan yang saya berikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih. Penulis

Nurniati Tianastia Rullyni Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)


Setelah membaca penjelasan yang ada pada lembar surat permohonan, maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan judul PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DIKELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011, saya berjanji akan memberikan informasi dengan sesungguhnya yang saya ketahui tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, semoga dapat digunakan seperlunya.

Tanjungpinang,

April 2011

Responden

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengumpulan data penelitian Faktor Predisposisi, pendukung dan penguat terhadap Perilaku Ibu Mempunyai Bayi 06 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang dilaksanakan 2428 April 2011 terhadap 61 orang responden yaitu ibuibu yang mempunyai bayi 06 pada bulan April 2011 di Kelurahan Bukit Cermin. Penelitian dilakukan dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah. Hasil yang didapatkan sebagai berikut : 5.1.1 Data Umum Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011

No 1 2 3

Umur < 20 tahun 2035 tahun >35 tahun Jumlah

Frekuensi 11 50 0 61

% 18.03 81.97 0 100

( Sumber : Data Primer )

Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 61 responden, mayoritas 50 responden (25,0%) berumur 20-35 tahun, dan minoritas 11 responden (18,03%) berumur < 20 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang bulan April 2011

SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total ( Sumber : Data Primer )

No 1 2 3 4

Pendidikan

Frekuensi 7 13 33 8 61

% 11.5 21.3 54.1 13.1 100

Dari Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 61 responden, 7 responden (11,5%) berpendidikan SD, 13 responden (21,3%) berpendidikan SMP, 33 responden (54,1%) berpendidikan SMU, dan 8 responden (13,1 %) berpendidikan di Perguruan Tinggi. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011

Pekerjaan Pegawai Negeri 1 Swasta 2 Ibu Rumah Tangga 3 Jumlah ( Sumber : Data Primer )
No

Frekuensi 6 7 48 61

% 9.8 11.5 78.7 100

Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas 48 responden (78,7%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, minoritas 6 responden (9,8%)

bekerja sebagai Pegawai Negeri, dan 7 Responden (11,5%) bekerja dibidang Swasta.

5.1.2 Data Khusus 5.1.2.1. Analisis Univariat Setelah data di Entry, dilakukan analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif, dan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Bukit Cermin bulan April 2011, seperti pada tabel berikut ini : Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011

Pengetahuan Tinggi Rendah Jumlah ( Sumber : Data Primer )

No 1. 2.

Frekuensi 37 24 61

% 60.7 39.3 100

Berdasarkan tabel 5.4, diperoleh distribusi frekuensi bahwa pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif sebagian besar responden dengan kategori Tinggi yaitu 37 Responden (60.7%) dan sebagian kecil responden dengan kategori Rendah yaitu 24 responden (39,3%). Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu yang Mempunyai BAyi 0-6 Bulan dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011

No 1. Positif 2. Negatif

Perilaku

Jumlah ( Sumber : Data Primer )

Frekuensi 34 27 61

% 55.7 44.3 100

Berdasarkan

tabel 5.5, diperoleh distribusi frekuensi bahwa sebagian

besar responden mempunyai perilaku positif dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 34 responden (55.7%) dan sebagian kecil responden mempunyai perilaku negatif dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 27 responden (44.3%). 5.1.2.2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan secara komputerisasi dengan uji chi-square pada confident interval 95% dengan 0,05. Untuk melihat kemaknaan antara

variabel independen dan variabel dependen, dilihat pada nilai p yang diperoleh. Apabila nilai p 0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif, dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Yang mempunyai Bayi 0-6 Bulan Tentang ASI Eksklusif Dengan Perilaku Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011

Perilaku Pengetahuan No. 1. 2.


2

Tinggi Rendah

Positif F % 32 86,5 2 8,3 34 55,7

Negatif F % 5 13,5 22 91,7 27 df = 1 44,3

Total F 37 24 % 100 100

Total X = 36,190

61 100 p = 0,000

Berdasarkan tabel 5.6 diperoleh hasil uji Chi Square pada penelitian yang dilakukan secara komputerisasi, p 0,05 yaitu p = 0,000. Ini dapat diartikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan

tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang bulan April 2011. Sedangkan untuk melihat derajat hubungan didapat OR = 70,400 yang artinya ibu yang pengetahuan tinggi tentang ASI eksklusif cendrung 70,4 kali lebih positif dalam perilaku pemberian ASI eksklusif dibandingkan ibu yang pengetahuannya rendah tentang ASI eksklusif. 5.2 Pembahasan Berdasarkan tabel 5.4, diperoleh distribusi frekuensi bahwa pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif sebagian besar responden dengan kategori Tinggi yaitu 37 Responden (60.7%) dan sebagian kecil responden dengan kategori Rendah yaitu 24 responden (39,3%). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain

(Notoadmodjo,2005). Menurut Hurlock(1998), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain umur, pendidikan, dan pekerjaan. Pada hasil pengukuran perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dapat dilihat pada tabel 5.5 bahwa bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku positif dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 34 responden (55.7%) dan sebagian kecil responden mempunyai perilaku negatif dalam pemberian ASI eksklusif yaitu 27 responden (44.3%). Menurut Teori Green yang terdapat dalam buku Notoadmodjo(2003), mengatakan bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor, yaitu

faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai), faktor pendukung (ketersediaan sumber-sumber/fasilitas), dan faktor pendorong (sikap dan perilaku petugas/ tokoh masyarakat). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden

(100%) yang mempunyai pengetahuan tinggi terdapat 32 responden (86,5%), yang mempunyai perilaku positif dan 5 responden (13,5%), yang mempunyai perilaku negatif. Sedangkan 24 responden (100%) yang mempunyai pengetahuan rendah, terdapat 2 responden (8,3%) yang mempunyai perilaku positif dan 22 responden (91,7%) yang mempunyai perilaku negatif. Pada penelitian ini hasil uji Chi-Square yang dilakukan secara komputerisasi, bahwa p 0,05 yaitu p = 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang bulan April 2011. Menurut Notoadmodjo (2003), apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan akan bersifat positif atau langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Dilihat dari hasil penelitian di Kelurahan Bukit Cermin wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang bahwa derajat hubungan antara ibu yang pengetahuan tinggi tentang ASI eksklusif cendrung 70,4 kali lebih positif dalam perilaku

pemberian ASI eksklusif dibandingkan ibu yang pengetahuannya rendah tentang ASI eksklusif. Hasil penelitian ini dapat memperkuat teori Rogers (1974) dalam buku Notoadmodjo(2003), bahwa jika pengetahuan yang diperoleh positif maka responden lebih cendrung berperilaku positif dan sebaliknya jika pengetahuan yang diperoleh negatif maka responden lebih cenderung berperilaku negatif. Dalam hal ini pengetahuan yang tinggi tentang ASI Eksklusif dapat menunjang perilaku ibu yang positif dalam pemberian ASI Eksklusif.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan Antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI Eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI Ekklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011 dapat disimpulkan bahwa : a. Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011 sebagian besar responden dengan kategori Tinggi yaitu 37 responden (60,7%) dan sebagian keci responden dengan kategori Rendah yaitu 24 responden (39,3%).

b.

Perilaku responden dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011 sebagian besar responden berada dalam kategori Positif yaitu 34 responden (55,7%) dan sebagian kecil responden berada dalam kategori Negatif yaitu 27 responden (44,3%).

c.

Ada hubungan antara pengetahuan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bukit Cermin Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang pada bulan April 2011 dimana nilai p 0,05 (0,000 0,05)

6.2 Saran

57

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran yang dapat dijadikan masukan nantinya, antara lain : 1. Bagi ibu yang mempunyai 0-6 bulan Diharapkan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan untuk dapat meningkat pengetahuan serta wawasan tentang pentingnya ASI eksklusif sehingga ibu-ibu dapat memberikan ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan tanpa makanan tambahan. 2. Bagi tempat penelitian Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Tanjungpinang untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar penelitian ini bermanfaat untuk peneliti selanjutnya serta lebih mengembangkan masalah yang mungkin ditemukan dengan menghubungkan dengan berbagai variabel untuk di teliti.

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGUAT TERHADAP PERILAKU IBU MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULANDALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN BUKIT CERMIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG PADA BULAN APRIL 2011

KARYA TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Program Pendidikan Pasca Sarjana

OLEH : NURNIATI TIANASTIA RULLYNI, S.ST

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU PROGRAM STUDI KEBIDANAN TANJUNGPINANG 2011

Anda mungkin juga menyukai