Anda di halaman 1dari 1

KETIKA KONSERVASI GAGAL, BERSIAPLAH MEMANEN BENCANA

Banjir yang sering melanda kotakota besar di dunia termasuk Jakarta, selalu menjadi berita di berbagai media. Entah berapa besar kerugian yang ditimbulkan. Lebih menyedihkan lagi, bencana itu terus berulang-ulang setiap tahun dan semakin meluas. Apakah banjir dapat kita katakan bencana alam? Ya, tidak selalu. Penulis membedakannya merupakan ulah menjadi banjir yang bencana alam (natural disaster). Di kawasan tengah dan hilir, tepi atau sempa dan sungai yang seharusnya bebas dari bangunan, telah terisi oleh bangunan dan jalan. Lebar badan sungai cenderung menyempit, semakin dangkal karena pengendapan, dan penuh dengan sampah yang menghambat lajunya air sungai. Pepohonan di tepi sungai dan ruang terbuka hijau semakin langka. Danau atau situ alami yang merupakan tempat penampungan air, telah berubah fungsi, manusia. Terlepas dari itu semua, ketika terjadi banjir, maka itu menjadi persoalan yang menyangkut nyawa dan kehidupan manusia. Kebanyakan dari kita cenderung kurang perduli, sampai kita sendiri merasakan dampak dari bencana itu, secara langsung atau tidak langsung.
Sumber: http://suerdirantau.wordpress.com/2012/12/ 24/ketika-konservasi-gagal-bersiaplahmemanen-bencana/

disaster) dan bencana yang akibat dari manusia (man-made Bencana banjir bandang dan longsor yang terjadi di Wasior pada tahun 2010, dapatlah kita katakan bencana alam karena kondisi geografisnya. Sedangkan bencana yang terjadi di Jakarta, dapatlah kita katakan sebagai bencana ulah manusia. Mari sama-sama kita renungkan. Ya, sadar atau tidak sadar, banjir di Jakarta adalah akibat ulah manusia secara kolektif. Persoalan terjadi di kawasan hulu, tengah, dan hilir. Di hulu, telah terjadi perubahan fungsi kawasan yang semula sebagai kawasan tersisa resapan hanyalah Taman air, hutan telah di berubah kawasan Gunung menjadi villa, rumah, atau kebun. Yang konservasi, Nasional

ditimbun

untuk

kepentingan

Gede-Pangrango dan TN Halimun-Salak. Ketika terjadi hujan dengan curah yang tinggi, air tidak sempat diserap oleh tanah, tetapi langsung berlomba-lomba memasuki badan-badan sungai.

Anda mungkin juga menyukai