Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Atlet merupakan individu yang melakukan olahraga untuk mengikuti pertandingan.1 Atlet membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar tidak cepat mengalami kelelahan saat melakukan olahraga endurance, salah satunya sepak bola. Sepak bola termasuk olahraga intensitas tinggi dengan total jarak tempuh atlet bisa mencapai 10-12 km selama 90 menit pertandingan.2 Salah satu unsur kesegaran jasmani yang harus dimiliki atlet adalah ketahanan kardiorespirasi. Ketahanan kardiorespirasi menggambarkan kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi dalam menyediakan oksigen untuk kerja otot selama melakukan aktivitas fisik.3,4 Ketahanan kardiorespirasi dapat diketahui melalui pengukuran volume oksigen maksimal (VO2 maks) dengan metode Multistage Run Test.5-6 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan kardiorespirasi (VO2 maks) antara lain usia, jenis kelamin, latihan fisik, komposisi tubuh, dan kadar hemoglobin.3,4 Ketahanan kardiorespirasi mencapai puncaknya pada umur 18-20 tahun pada laki-laki serta 16-17 tahun pada perempuan, bertepatan dengan umur puncak massa otot.7 Pada usia 13-19 tahun, ketahanan kardiorespirasi yang baik diperoleh apabila nilai VO2 maks mencapai 45,2 50,9 ml/kg/min untuk laki-laki.8 Sedangkan nilai VO2 maks ideal untuk atlet sepak bola laki-laki yaitu antara 60-65 ml/kg/menit.9 Penelitian Tonnessen et al, yang dilakukkan terhadap 1545 pemain sepak bola Norwegian Olympic Training Center sepanjang tahun 1989-2012 menunjukkan rata-rata nilai VO2 maks para pemain sepak bola profesional yaitu 62-64 ml/kg/menit.10 Penelitian Musa dkk, tahun 2010 terhadap 29 pemain sepak bola PERSIPRO kota Probolinggo menunjukkan bahwa rata-rata VO2 maks pemain

berdasarkan umur adalah baik yaitu sebesar 45,7 ml/kg/menit meskipun masih dibawah standar nasional untuk pemain sepak bola yaitu 60 ml/kg/menit.11 Latihan fisik yang dianjurkan untuk melatih ketahanan kardiorespiratori yaitu yang bersifat endurance meliputi intensitas, durasi, dan frekuensit tertentu.8,10 Untuk meningkatkan ketahanan kardiorespiratori pada atlet sepak bola umumnya menggunakan metode Interval Running.2 Interval running yaitu salah satu bentuk Interval training yang memiliki ciri adanya interval kerja diselingi interval istirahat. Interval training dilakukan dengan intensitas tinggi (80-90% denyut nadi maks), durasi 2-5 menit dengan pengulangan 3-12 kali dengan diselingi istirahat antara 2-8 menit.12 Penelitian Helgerud et al, membuktikan bahwa latihan interval training yang dilakukkan oleh 19 atlet sepak bola junior berupa lari interval sebanyak 4x4 menit dengan intensitas tinggi (90-95% denyut nadi maksimal) dan diselingi 3 menit lari pelan dan dilakukan secara teratur 2x per minggu selama 8 minggu dapat meningkatkan VO2 maks dari 58,1 4,5 ml/kg/min menjadi 64,3 3,9 ml/kg/min. Pada penelitian tersebut juga diketahui kelompok perlakuan dapat menempuh jarak sampai 10.335 m selama 61,30 menit pertandingan atau 1716 meter lebih jauh dibandingkan sebelum latihan.13 Komposisi tubuh merupakan keseluruhan bagian tubuh yang terdiri dari massa bebas lemak, massa lemak, dan massa mineral tulang. Persentase berat badan total yang terdiri dari massa lemak (% lemak tubuh) menjadi indikator yang umumnya digunakan untuk menentukan komposisi tubuh optimal pada atlet. Persen lemak tubuh pada atlet bervariasi berdasarkan jenis kelamin dan jenis olahraganya. Lemak tubuh minimal untuk menjaga kesehatan yaitu 5% pada laki-laki dan 12% pada perempuan. Sedangkan komposisi tubuh yang dianjurkan oleh World Health Organisation (WHO) yaitu antara 10-20% untuk laki-laki dan 20-30% untuk perempuan. Pengukuran komposisi tubuh secara rutin diperlukan pada atlet untuk memonitor perubahan massa otot dan massa lemak tubuh. Penurunan massa otot pada atlet memberikan dampak negatif pada metabolisme tubuh, kekuatan, dan daya tahan. Salah satu cara

mengukur komposisi tubuh yaitu menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).14 Hemoglobin memiliki peran penting dalam ketahanan kardiorespirasi yaitu sebagai pembawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh. Hemoglobin tersusun dari dua pasang rantai polipeptida (globin) dan empat gugus heme, dimana masing-masing heme mengandung satu atom besi.15 Kadar hemoglobin yang cukup dapat diperoleh melalui asupan zat gizi yang cukup. Zat gizi yang berperan dalam sintesis hemoglobin antara lain protein, besi (Fe), Seng (Zn), tembaga (Cu), vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C.16-18 Protein dan besi adalah zat gizi utama dalam struktur hemoglobin. Pada atlet, protein tidak hanya dibutuhkan untuk pembentukkan hemoglobin tetapi juga untuk pembentukkan otot.14 sedangkan zat besi merupakan salah satu komponen heme dalam struktur hemoglobin. Folat dan vitamin B12 berperan dalam sintesis sel darah merah terutama dalam sintesis purin sebagai komponen struktur deoxyribonucleic acid (DNA). Kebutuhan folat dan vitamin B12 harian untuk laki-laki usia 14-18 tahun yaitu 400 g dan 2,4 g. Meskipun demikian, asupan vitamin B12 sebanyak 1 g per hari dan folat 320 g per hari cukup untuk menjaga pembentukkan sel darah merah agar tetap normal.16,18 Kadar hemoglobin yang rendah dapat mengurangi jumlah maksimal pengiriman oksigen ke jaringan (VO2 maks), sehingga berdampak penurunan ketahanan kardiorespirasi dan membuat atlet cepat mengalami kelelahan saat latihan maupun bertanding.19 Pengukuran kadar hemoglobin darah dapat dilakukkan dengan menggunakan metode sianmethemoglobin. Laki-laki memiliki kadar hemoglobin normal antara 13,8-17,2 g/dl sedangkan perempuan antara 12,1-15,1 g/dl. Kadar hemoglobin tersebut menyebabkan laki-laki memiliki kemampuan mengedarkan dan menggunakan oksigen (VO2 maks) lebih tinggi.20 Penelitian tahun 2010 oleh Huldani, menyebutkan bahwa

VO2 maks rata-rata pada laki-laki sebesar 41,41 ml/kg/menit, lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu 34,41 ml/kg/menit. Pada penelitian yang sama juga diketahui bahwa pada kelompok yang memiliki Hb normal rata-rata VO2 maks sebesar 47,59 ml/kg/menit, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata VO2 maks pada kelompok Hb rendah yaitu 37,84 ml/kg/menit.21 Penelitian mengenai ketahanan kardiorespirasi pada atlet di Indonesia masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan latihan fisik, komposisi tubuh, dan kadar hemoglobin dengan ketahanan kardiorespirasi pada atlet sepak bola remaja. B. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan latihan fisik, komposisi tubuh, dan kadar hemoglobin dengan ketahanan kardiorespirasi pada atlet sepak bola remaja? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum: Menganalisis hubungan latihan fisik, komposisi tubuh, dan kadar hemoglobin dengan ketahanan kardiorespirasi pada atlet sepak bola remaja. Tujuan khusus: 1. Mendeskripsikan karakteristik atlet sepakbola. 2. Mendeskripsikan latihan fisik pada atlet sepak bola. 3. Mendeskripsikan komposisi tubuh pada atlet sepak bola. 4. Mendeskripsikan kadar hemoglobin pada atlet sepak bola. 5. Mendeskripsikan ketahanan kardiorespirasi pada atlet sepak bola. 6. Menganalisis hubungan latihan fisik, komposisi tubuh, dan kadar hemoglobin dengan ketahanan kardiorespirasi pada atlet sepak bola remaja.

D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada atlet serta pelatih mengenai hubungan latihan fisik, komposisi tubuh, dan kadar hemoglobin dengan ketahanan kardiorespirasi pada atlet sepak bola remaja. 2. Menjadi tambahan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai