Anda di halaman 1dari 18

BAB I KASUS

I.1 Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik Identitas Pasien Nama Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat Tgl Masuk RS Nomor RM Dokter merawat : Tn. A : 37 tahun : Laki-laki : Teknisi : Budi Mulya : 05 April 2011 : 00731762 : dr.Nurkhodziq

Anamnesis Keluhan Utama : Nyeri dada di bagian tengah sejak 10 jam yang lalu

Keluhan Tambahan : Mual dan muntah sudah 2 kali. Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri dada di bagian tengah sejak 10 jam yang lalu, nyeri dirasakan terus-menerus dan terasa berat, seperti ada beban. Nyeri terasa tembus sampai ke belakang. Sebelumnya pasien sedang tidur dan terbangun karena nyeri dada. OS juga mengeluh mual dan muntah sudah 2x. Tidak ada sesak dan pusing.

Riwayat Penyakit Dahulu : o Riwayat DM, hipertensi, sakit ginjal, jantung disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga : o Riwayat DM, hipertensi, sakit ginjal, jantung disangkal. 1

Riwayat Alergi : Obat-obatan dan makanan disangkal Riwayat Pengobatan : Sebelumnya belum diobati, saat di RS sudah diobati ISDN sublingual dan di UGD diberikan morphin, namun nyeri masih terasa.

Riwayat Psikososial : Sering merokok , sering minum kopi, namun sudah berhenti 2 hari yang lalu.

Pemeriksaan Fisik a. b. Keadaan Umum : tampak sakit berat. Kesadaran TTV : TD N RR S : 110/70 mmHg : 80x/menit (kuat, cukup, regular) : 20x/menit : 36,5oC : kompos mentis dan kooperatif

Status gizi BB TB IMT : 70 kg

: 170 cm : 24,2 (Moderate)

c. Mata Kulit

Status Generalis Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak rontok, distribusi merata. : Alis mata madarosis (-), bulu mata rontok (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks pupil (+), isokor kanan-kiri. : Ikterik (-), eritem (-) Hidung : deviasi septum (-), sekret (-), darah (-). Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-/-), otore (-/-), darah (-/-), Mulut : Mukosa bibir tampak sianosis, Bibir kering (-), somatitis (-), 2

lidah kotor (-), tonsil hiperemis (-) Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-) Dada : Normochest PARU-PARU Inspeksi Statis : Simetris kanan dan kiri, skar (-), retraksi otot pernapasan (-), spider nevi (-) Dinamis : Simetris kanan dan kiri, skar (-), retraksi otot pernapasan (-), spider nevi (-) Palpasi Perkusi Auskultasi JANTUNG Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Ictus cordis tidak terlihat : Ictus cordis teraba, ICS 5 midclavicularis dextra : Batas kanan jantung linea sternalis dextra Batas kiri jantung linea midclavikularis sinistra : BJ 1 dan 2 reguler, Murmur(-), Gallop (-). : Vokal fremitus kanan dan kiri normal, nyeri tekan (-) : Sonor pada semua lapang paru, batas paru-hepar setinggi ICS 5, midclavicularis dextra : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing(-/-)

ABDOMEN Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi : cembung, skar (-), caput medusa (-), spider nevi (-) : Bising usus (+) normal. : Nyeri tekan abdomen (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-), Ballotement (-) : Timpani pada 4 kuadran, shifting dullness (-) : Atas : Hangat : (-/-) : (-/-) : (-/-) (-/-) (-/-) (-/-) 3 Bawah Hangat

EXTREMITAS Akral Edema Palmar eritem Luka

Pemeriksaan Laboratorium :

I.2. Diagnosa Banding dan Diagnosa kerja Diagnosa Banding : Perikarditis akut, ulcus pepticum Diagnosa Kerja : STEMI (ST Elevasi Myocard Infarc)

I.3. Rencana penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologis Edukasi Pasien: Tirah Baring Farmakologis Infus Dekstrose 5% Masuk ICCU Oksigen 2-4 L/menit morfin antitrombotik/ trombolitik

BAB II DASAR TEORI


2.1. Definisi Pelebaran vena pada dinding esofagus yang biasanya terjadi sebagai akibat dari hipertensi porta. Pada hipertensi porta biasanya terbentuk kolateral, diantaranya vena di esophagus akan menjadi besar, sehingga timbul varises esofagus. 2.2. Klasifikasi Dalam Kongres Dunia Perhimpunan Endoskopi di Stockholm tahun 1982, telah dikeluarkan klasifikasi terbaru terhadap varises esofagus (Klasifikasi Omed) yang didasarkan atas : besar, bentuk, dan ada tidaknya tanda perdarahan Besarnya Besarnya varises esofagus dibagi dalam 4 derajat, yaitu : 1. Penonjolan dinding dalam lumen yang minimal sekali 2. Penonjolan ke dalam lumen sampai lumen dengan pengertian bahwa esofagus dalam keadaan relaksasi yang maksimal 3. Penonjolan ke dalam lumen sampai setengahnya 4. Penonjolan ke dalam lumen sampai lebih dari setengah lumen esofagus. Bentuk Dibedakan tiga macam bentuk Varises Esofagus yaitu : 1. Sederhana (simple), ialah penonjolan mukosa yang berwarna kebiru-biruan dan berkelok-kelok dengan atau tanpa adanya kelainan pada mukosanya

2. Penekanan (congested), ialah penonjolan mukosa yang berwarna merah tua disertai tanda-tanda pembengkakan mukosa dan dengan tanda-tanda perdarahan 3. Varises yang berdarah, ialah varises yang mengeluarkan darah segar karena adanya robekan pada permukaan varises tersebut

Varises dengan stigmata (tanda-tanda perdarahan) Ialah terdapatnya bekuan atau pigmen darah di permukaan varises yang menandakan telah terjadi perdarahan. Klasifikasi Omed ini belum banyak digunakan meskipun sudah lebih baik daripada klasifikasi Dagradi atau Palmer & Brick, karena dirasakan tidak praktis. Klasifikasi Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Jepang Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Jepang membuat klasifikasi yang disebut Endoscopic Diagnosis and Classification of Esophagal Varices in Japan. Klasifikasi ini didasarkan atas tanda-tanda yang dilihat pada pengamatan pemeriksaan endoskopi yang dibedakan dalam 4 kategori, yaitu : warna (colour), tanda warna merah (red colour sign), bentuk (form), dan lokalisasi. Warna Ialah warna yang dilihat dengan mata pada pengamatan endoskopi, oleh karana warna pada foto akan berlainan, yang banyak tergantung dari pencahayaan dan film yang dipakai. Mengenai warna dibedakan atas putih dan biru (CW dan CB) Tanda warna merah (red colour sign /RCS) Perubahan warna pada mukosa varises yang selalu menjadi merah merupakan tanda perdarahan baru atau risiko tinggi untuk terjadinya perdarahan. Ada 4 sub kategori yang masing-masing adalah : 1. Red Wall marking (RWM), ialah tanda pelebaran pembuluh darah pada dinding varises yang memanjang dan menyerupai cambuk 2. Cherry Res\d Spot (CRS), ialah bintik-bintik merah yang banyak dengan diameter lebih dari 2 mm, terdapat pada dinding varises 6

3. Hemato Cystic Spot (HCS), ialah tanda warna merah yang lebih besar, lebar, dan kistik. Terdapat pada varises yang besar dan merupakan risiko tinggi untuk terjadinya perdarahan 4. Diffuse Redness (DR), ialah warna merah yang difus pada mukosa varises, tidak terdapat permukaan yang meninggi atau cekung seperti pada esofagitis. Lokalisasi Dimulai dari esophagogastric junction yang makin meluas ke oral. Lebih banyak di 1/3 bagian esofagus distal.

Gejala-gejala klinik Keluhan yang ditimbulkan oleh varises esofagus ssendiri sebetulnya tidak ada. Seringkali, setelah timbulnya perforasi dan terjadi perdarahan massif, yaitu hematemesis dan melena. Diagnosis Pada varises esofagus yang tidak menimbulkan perdarahan, biasanya tidak memberikan keluhan, sukar dapat dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik. Oleh karena itu perlu pemeriksaan rontgenologik dan endoskopik. Pada penderita hematemesis sebagai akibat pecahnya varises esofagus, dapat segera dilakukan pemeriksaan rontgenologik dan endoskopik guna menemukan lokalisasi perdarahan dengan pasti. a. Rontgenologik Pemeriksaan rontgen harus dilakukan pada berbagai posisi dengan memberikan bubur yang kental atau 150 %. Bila ditemukan adanya efek pengisian bulat-bulat atau panjang pada 1/3 bagian bawah esofagus, maka merupakan gambaran dari varises esofagus. b. Esofagoskopik Lebih banyak membantu menegakkan diagnosis, akan terlihat varises yang berwarna keabu-abuan atau biru kemerah-merahan. Demikian dapat 7

ditentukan tingkatan klasifikasi dari varises. Pemeriksaan ini sebaiknya rutin dilakukan pada setiap penderita hematemesis, apalagi ditemukan endoskop serat optik yang lentur.

2.3.

Terapi

Dapat dibagi atas beberapa tindakan : a. Konservatif Kepada penderita yang ditemukan menderita varises esofagus secara kebetulan, maka sebaiknya diberikan diet lunak untuk menghindari pecahnya varises tersebut. Selain itu juga perlu dicari kausa varises. Bila ditemukan penderita dengan hematemesis dan melena yang disebabkan oleh pecahnya varises, maka tindakan pertama yaitu : 1. Menghentikan perdarahan (temponade esofagus) 2. Menggantikan darah yang hilang dengan segera memberikan transfuse darah yang hilang dengan memberikan transfuse darah secukupnya dengan segera. 3. Menurunkan tekanan vena porta, dengan memberikan vasopressin dosis rendah yang diberikan dalam infuse. Dosis vasopressin yang diberikan yaitu 0,2 unit/cc/menit dimasukkan dalam cairan dextrose selama 16 jam. Bila masih tetap terjadi perdarahan, infus vasopressin diteruskan selama 8 jam lagi dengan dosis yang sama. 4. Gastro Cooling, Pendinginan intragastrik yag diintrodusir dengan alat Shampaine Wangensteen Machine sangat efektif. Cara yang sederhana yaitu dengan memberikan bilas dengan air es. Selama 48 jam setelah perdarahan berhenti, jangan diberikan makanan atau minuman apapun, selain diberikan batu es. 8

b. Skleroterapi Dikenal dua macam, yaitu : 1. Skleroterapi Endoskopik, yaitu intravaskuler (menyuntik ke dalam intima) dan perivaskuler (menyuntik diantara kedua varises untuk memberikan kompresi). Bila penderita yang masih memperlihatkan perdarahan aktif, maka dianjurkan untuk melakukan sklerosing intravaskuler, atau dilakukan penyuntikan gabungan intra dan perivaskuler. 2. Skleroterapi Transhepatik Dengan melakukan perkuatan lewat hati (Precutaneous Transhepatic Portography= PTC), dimasukkan kateter ke dalam vena porta intra hepatik, selanjutnya diarahkan ke vena koronaria gastrika kemudian dimasukkan kontras media. Setelah diketahui pasti tempat varises esofagus yang besar, baru disuntikkan 30-50 ml glukosa 50% diikuti dengan penyuntikkan thrombin. Untuk membuat bekuan trombus yang sudah terbentuk menjadi lebih stabil dapat ditambahkan dengan gelatin foam atau otolein, atau bucrylate. Cara ini dilakukan bila pengobatan konservatif ataupun pembedahan tidak dapat dilakukan. c. Pembedahan Perlu dipertimbangkan , terlebih kepada penderita yang pernah mengalami perdarahan masif yang bertujuan untuk menghentikan perdarahan varises esofagus yang tidak berhasil dihentikan dengan cara konservatif, mencegah terjadinya peerdarahan ulang. Macam-macam operasi, diantaranya : 1. Porta-caval shunt atau portal systemic shunt End to side porta caval shunt Side to side porta caval shunt End to side spleno renal shunt Superior mensenteric-caval shunt

2. Ligasi varises esofagus

Untuk mengatasi perdarahan. Ada yang melakukan dengan disertai splenektomi, ada pula yang tanpa disertai splenektomi. 3. Reseksi esofagus dengan cara ligasi menurut Boerma Esofagus diikat tepat di atas kardia dengan meletakkan suatu tabung di dalam lumen esofagus dengan maksud untuk memutuskan vena di permukaan maupun mukosa esofagus.Kerugiannya, sering terjadi kebocoran dari bekas ikatan sehingga terjadi mediastinitis dan empiema. Tindakan Pengelolaan Pengelolaan perdarahan SCBA, secara garis besar : Resusitasi 1. Jumlah perdarahan Bila perdarahan kurang dari 500 cc, biasanya jarang disertai dengan gejala sistemik, kecuali pada orang tua atau mereka yang sebelumnya sudah ada anemi, dengan perdarahan yang sedikit sudah menimbulkan perubahan hemodinamik. Perlu mengawasi tensi, nadi, suhu, dan kesadaran penderita. Perlu diperiksa Hb dan Ht secara berkala, untuk menentukan perlu tidaknya pemberian transfusi darah, terutama pada penderita yang masih mengalami perdarahan sedikit demi sedikit. Pada penderita dengan perdarahan sekitar 500-1000 cc, segera dipasang infus larutan dekstrose 5 %, atau Ringer Laktat atau NaCl 0,9 %. Penderita dengan sirosis hati dengan asites/edema, sebaiknya tidak memberikan cairan NaCl 0,9 %. Penderita yang mengalami perdarahan masif (lebih dari 1000 cc, Hb kurang dari h gr%, atau Ht kurang dari dari 30 %) atau penderita yang datang dengan tanda-tanda hipotensi/presyok, maka pemberian infuse tetesan dipercepat, segera disediakan darah atau plasma expander. Sebaiknya dilakukan pengukuran tekanan vena sentral. 2. Tekanan Darah Bila ditemukan TD menurun di bawah 90 mmHg disertai tanda-tanda kegagalan sirkulasi perifer, infuse dipercepat; 1000 cc dalam satu jam. Bila tekanan darah tetap kurang dari 100 mmHg, sambil menunggu darah untuk transfuse, perlu ditambah plasma ekspander. Sebaiknya perlu 10

diberikan transfuse darah biasa (Whole blood). Jumlah dan kecepatan transfuse yang harus diberikan bergantung pada respons hemodinamik terhadap perdarahan, yaitu dapat dilihat pada : CVP yang stabil dan normal merupakan tanda-tanda vital yang baik, dieresis cukup dengan Ht lebih besar dari 30% biasanya diperoleh sesudah transfusi darah yang memadai ditambah infus larutan kristaloid yag diberikan bersamaan pada dua tempat yang berbeda. Cara ini diberikan terutama kepada penderita yang perdarahannya sulit diatasi dan terus terjadi (setiap pemberian dua labu transfuse darah, diberikan 1 ampul 10 ml kalsium glukonas intravena, untuk mencegah keracunan asam sitrat). Disamping itu diberikan O2 melalui kateter hidung dengan kecepatan 5 liter/menit. Posisi penderita diletakkan telentang tanpa bantal kepala miring ke samping. Kuras Lambung Setelah resusitasi berhasil baik dan keadaan penderita stabil, segera pasang nasogastric tube. Lakukan kuras lambung memakai air es (10-150C) 1500 cc setiap 2,4, atau 6 jam tergantung dari perdarahnnya. Bila hasil kuras lambung terlihat merah muda jernih (perdarahan minimal atau berhenti) lakukan endoskopi SCBA. Tetapi bila hasil kuras lambung masih memperlihatkan perdarahan terus berlangsung, lakukan evaluasi sifat/ macam perdarahan sambil dicoba untuk melakukan endoskopi SCBA. 1. Perdarahan minimal tetapi terus-menerus, dan usia penderita lebih dari 70 tahun atau ada kelainan EKG, dan perdarahan yang timbul sebagai akibat pecahnya varises atau bukan, kuras lambung dengan air es tetap diteruskan dengan ditambah vasopresor intragastrikn (nor-adrenalin 2 ampul dalam 50 cc air atau aramine 2-4 mg dalam 50 cc air ) 2. Perdarahan minimal tetapi terus-menerus, dan usia penderita kurang dari 70 tahun dengan EKG yang normal, untuk penderita karena pecahnya varises esofagus perlu diberikan infus vasopresin, sedangkan untuk penderita perdarahan karena tukak peptic diberikan suntikan 200 cimetidin 3 kali sehari atau ranitidin 50 mg tiga kali selama 3 hari. Panendoskopi 11

Untuk menentukan

sumber perdarahan

SCBA

perlu melakukan

panendeoskopi dini dalam waktu 1-48 jam setelah penderita dirawat di RS. Kelainan endoskopi pada penderita dengan varises esofagus tampak jelas dengan gambaran varises yang berkelok-kelok sebagian besar dipertengahan esofagus berwarna keabu-abuan, atau kemerah-merahan.

Pengobatan Pengobatan terhadap perdarahan SCBA dapat dibagi dua, yaitu : pengobatan umum dan khusus, yaitu : a. Pengobatan Umum Infus/Transfusi Darah Penderita dengan perdarahan sekitar 500-1000 cc, perlu segera diberikan cairan infuse, yaitu : dekstrose 5 %, atau Ringer Laktat, atau NaCl 0,9%. Hanya kepada penderita sirosis hati dengan asites/edema sebaiknya jangan memberikan NaCl 0,9 %. Selain daripada itu perlu dipersiapkan kemungkinannya untuk memberikan transfusi darah. Apalagi bagi penderita yang memperlihatkan perdarahan masif atau jatuh dalam syok, maka pemberian transfusi darah perlu dipertimbangkan. Psikoterapi Sebagai akibat dari perdarahan yang banyak sekali penderita menjadi gelisah. Istirahat Mutlak Sangat dianjurkan, sekurang-kurangnya selama 3 hari setelah perdarahan berhenti. Tetapi pada umumnya selama kurang lebih 2 minggu. Diet Dianjurkan berpuasa, sekurang-kurangnya sampai 24 jam setelah perdarahan berhenti. Selama waktu ini dapat diberikan batu es, selain untuk menjaga agar mulut jangan kering, dapat juga membantu menghentikan 12

perdarahan. Setelah 24-48 jam perdarahan berhenti, dapat diberikan makanan cair. Obat-obatan Pemberian koagulansia perlu dipertimbangkan. Untuk penderita akibat pecahnya varises esofagus dianjurkan pemberia vitamin K. Sebagai akibat perdarahan akan kehilangan besi, sehingga timbul anemi. Setelah perdarahan berhenti, sebaiknya diberikan preparat besi. b. Pengobatan Khusus Pengobatan terhadap pecahnya varises esofagus. Bila telah diketahui dengan pasti sebagai penyebab perdarahan SCBA adalah pecahnya varises esofagus. 1. Vasopresin Langkah pertama dianjurkan untuk memberikan vasopressin dengan dosis rendah secara terus-menerus. Caranya selama 24 jam diberikan 0,2 unit/cc/menit vasopressin dimasukkan dalam cairan dekstrose 5% selama 16 jam. Bila perdarahan masih tetap ada, infuse vasopressin diteruskan untuk 8 jam lagi dengan dosis 0,1 unit/cc/menit. Dasar pengobatan vasopressin adalah, obat ini mempunyai efek kontraksi otot polos seluruh sistem vaskuler, sehingga terjadi penurunan aliran darah splanknik koroner. 2. Somatostatin Untuk membantu menghentikan perdarahan varises esofagus, karena obat ini dapat menurunkan aliran darah splanknik, dan penurunan tekanan portal, tanpa efek samping yang berarti. Somatostatin diisolasi dari hipotalamus, hormon ini tersebar di seluruh tubuh dalam konsentrasi tinggi terutama pada susunan saraf pusat, saluran makan, dan pankreas, selain menghambat pelepasan hormon-hormon saluran makanan, bahan ini mempunyai efek hambatan terhadap sekresi lambung dan pankreas. Somatostatin suatu peptida asam amino mempunyai efek menurunkan aliran darah splanknik dan tekanan portal, serta menghambat sekresi lambung, tanpa mempengaruhi tekanan darah arteri, mempunyai waktu paruh yang pendek (1-2 menit) dan tidak stabil dalam larutan. 3. Octreotide 13

Obat

sintetik

octapeptide

analog

dari

hormone

alamiah

somatostatin, mempunyai waktu paruh yang lebih lama 45-60 menit di dalam plasma, dan stabil di dalam larutan. Efek hemodinamiknya sama dengan somatostatin yang murni, yaitu menurunkan aliran darah splanknik dan tekanan portal. Obat ini berpotensi 70 kali lebih kuat dibanding somatostatin dengan efek samping rendah.

4. Tamponade Balon Bila masih belum bisa diatasi, maka dapat dipasang temponade balon yang bertujuan untuk menekan langsung pada varises di esofagus dan fundus lambung. Pemasangan temponade ini dibatasi sampai 48 jam. Bila tidak berhasil, maka dipetimbangkan persiapan tindakan bedah. 5. Pembedahan Bila perdarahan dapat diatasi, maka untuk mencegah timbulnya perdarahan ulang, dianjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan, antara lain ligasi varises. 6. Skleroterapi Skleroterapi Endoskopik Obat yang dipakai asethoxysclerol 3 % dengan menggunakan Olympus GIF tipe K2 atau Q. Penyuntikan diulang seminggu sekali. Ratarata tiga kali suntikan sudah tidak terlihat lagi adanya varises secara endoskopik. Skleroterapi Varises Transhepatik Dengan cara perkutan lewat hati (transhepatik) dimasukkan kateter ke dalam vena porta intrahepatik. Selanjutnya dengan bantuan fluoroskopi kateter tersebut di dorong terus ke dalam vena koronaria gastrika. Dengan memasukkan media kontras akan dapat dilihat varises gastroesofageal. Setlah diketahui pasti, tempat varises yang besar, kemudian disuntikkan 30-50 ml glukosa 50% diikuti dengan suntikan trombin. Untuk membuat bekuan trombus yang sudah terbentuk menjadi lebih stabil dapat 14

ditambahkan gelatinfoam atau otolein, atau bucrylate. Dengan cara ini dapat dilakukan sklerosis pada varises esofagus. Indikasi utama cara ini adalah pada penderita sirosis hati yang tidak dapat diobati dengan cara pengobatan konservatif ataupun tindakan pembedahan.

7. Non-selektif Beta blocker Bila penderita menolak operasi, dapat diberikan non-selektif beta-blocker, yang harus diperhatikan efek samping antara lain : peninggian kadar amoniak. Dosis propanolol 20 mg sehari 2 kali selama 3 hari. Kemudian dosis dinaikkan sampai denyut jantung menurun 25% daripada sebelumnya, yaitu 40 mg sehari 2 x. Dosis ini dipertahankan , pengobatan ini diberikan 10-14 hari setelah perdarahan berhenti, dan dilanjutkan sambil berobat jalan. Dengan pemberian propanolol secara oral terusmenerus akan menyebabkan pengurangan cardiac output, sehingga aliran darah ke hati akan berkurang yang berakibat pula penurunan tekanan vena porta yang menetap, dapat mencegah timbulnya perdarahan ulang sebagai akibat pecahnya varises esofagus. 8. Sterilisasi Usus Mengingat penderita sirosis hati dengan komplikasi perdarahan akibat pecahnya varises esofagus, kemungkinan besar akan timbul koma hepatikum, selain melakukan pengobatan tata cara tersebut. Sebaiknya dilakukan sterilisasi usus dengan tujuan untuk menekan pemecahan protein dari darah yang sudah terlanjur masuk ke dalam usus halus, dan mengeluarkan dari badan secepatnya. Caranya dengan memberikan neomisin atau kanamisin sirup 4 x 1 gr/hari. Maksud pemberian antibiotik ini adalah untuk membunuh bakteri yang mengandung urease, sehingga pembuatan amoniak berkurang. Dianjurkan pula pemberian

15

BAB III ANALISA


3.1. Dasar diagnosa Diagnosa ditegakkan

16

Berdasarkan hasil anamnesis : Ny. R 32 tahun datang dengan keluhan muntah darah warna kehitaman sejak 6 jam SMRS, muntah mendadak dan masif, tanpa didahului rasa nyeri di epigastrium, BAB berdarah warna kehitaman, badan terasa lemas, pucat, pusing, anoreksia, nyeri ulu hati (-). Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (+), ekstremitas atas dan bawah pucat Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang Pemeriksaan endoskopik Tampak varises esofagus gr. III pada tengah distal Gaster : fundus dan kardia mukosa udem hiperemis, corpus mukosa udem hiperemis

3.2. Alasan rencana penatalaksanaan

Terapi Farmakologis o Perdarahan sekitar 500-1000 cc, segera di pasang infus larutan dextrose 5 % dilakukan untuk resusitasi. o

3.3 Komplikasi dan prognosa Komplikasi :

17

Infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antaranya: karsinoma buli-buli striktura uretra. Prognosa
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.

in situ atau

18

Anda mungkin juga menyukai