Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Saat ini diperkirakan insiden demam reumatik di Amerika Serikat adalah 0,6 per 100.000 penduduk pada kelompok usia 5 sampai 19 tahun. Insidens yang hampir sama dilaporkan di negara Eropa Barat. Angka tersebut menggambarkan penurunan tajam apabila dibandingkan angka yang dilaporkan pada awal abad ini, yaitu 100-200 per 100.000 penduduk.. Sebaliknya insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data dari negara berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih amat tinggi sedang mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali lebih tinggi daripada di negara maju. Di Srilangka insidens demam reumatik pada tahun 1976 dilaporkan lebih kurang 100-150 kasus per 100.000 penduduk. Di India, prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung reumatik pada tahun 1980 diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam reumatik dan penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit kardiovaskular pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di Yogyakarta pasien dengan demam reumatik dan penyakit jantung reumatik yang diobati di Unit Penyakit Anak dalam
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

periode 1980-1989 sekitar 25-35 per tahun, sedangkan di Unit Penyakit Anak RS. Cipto Mangunkusumo tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun. Insidens penyakit ini di negara maju telah menurun dengan tajam selama 6 dekade terakhir, meskipun begitu dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan kasus demam reumatik yang mencolok di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa demam reumatik belum seluruhnya terberantas, dan selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan masalah kesehatan masyarakat baik di negara berkembang maupun negara maju.

B 1

RUMUSAN MASALAH
Apa itu penyakit demam rematik akut, Klasifikasi , etiologi, patofisiologi, menifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan diagnostik, penatalaksanaan medis dan keperawatan, serta komplikasi Demam rematik akut 2 Bagaiman Asuhan Keperawatan pada klien demam rematik akut.

TUJUAN PEMBELAJARAN
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Mahasisiwa mampu menjelaskan dan menyebutkan definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, menifestasi klinik, pemeriksaan penunjang dan diagnostik, penalaktasanan medis dan keperawatana, serta komplikasi demam rematik akut

Mahasisiwa mampu melakukan asuhan keperawatan kepada klien demam rematik akut.

BAB II PEMBAHASAN

A 1

Demam Rematik akut Definisi Menurut (Lumenta, 2006), demam rematik akut adalah penyakit peradangan yang
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

terjadi

akibat

infeksi

kuman

Streptococcus, yaitu dapat berupa infeksi tenggorok/faringitis yang

disebabkan oleh streptococcus beta hemolyticus grup A. penyakit ini cenderung berlang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung yang didapati pada anak-anak maupun orang dewasa muda. Demam rematik bisa menimbulkan kelainan pada jantung, sendi, kulit dan otak. Pada jantung kelainan yang bisa terjadi pada katupkatup jantung yang disebut penyakit jantung rematik. Penyakit ini menyerang anak pada usia 6-15 tahun, biasanya timbul 20 hari setelah terjadi infeksi. Infeksi dapat saja terjadi tanpa ada gejala yang dirasakan. Demam reumatik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1 sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh bakteri Streptococcus beta-hemolitik grup A yang tidak diobati. Kondisi akut ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian , jantung sistem saraf, dan kulit. Pada beberapa kasus, demam reumatik dapat secara permanen memengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup jantung. Demam Reumatik adalah jenis penyakit yang jarang terjadi, hanya menyerang 3% penderita infeksi streptokokus yang tidak diobati. Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi streptokokus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi. Penyakit ini masih merupakan penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart disease) pada anak dan dewasa muda di banyak negara terutama negara sedang berkembang. Keterlibatan kardiovaskular
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi endokardium dan miokardium melalui suatu proses autoimun yang menyebabkan kerusakan jaringan. Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering antara umur 5-15 tahun. Demam reumatik jarang ditemukan pada anak di bawah umur 5 tahun. Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptococcus beta hemolyticus grup A yang tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir meniadakan resiko terjadinya demam reumatik. Diperkirakan hanya sekitar 3 % dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis streptokokus yang tidak diobati.

Etiologi Menurut streptococcus (Arvin , Behrman Klirgman, 2000),

-hemolyticus

grup A merupakan agen

pencetus yang menyebabkan terjadinya demam rematik akut. Demam rematik biasanya terjadi akibat infeksi streptokokus pada tenggorokan. Demam rematik bukan merupakan suatu infeksi, tetapi merupakan suatu reaksi peradangan terhadap infeksi, yang menyerang berbagai tubuh (misalnya persendian, jantung, kulit). Resiko terjadinya demam rematik meningkat pada status gizi yang buruk dan tempat tinggal yang sesak. Kemungkinan terjadinya
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

demam rematik pada infeksi streptokokus ringan yang tidak diobati adalah 1 diantara 1.000; sedangkan pada infeksi yang lebih berat meningkat menjadi 3 diantar 100. Untuk menyebabkan serangan demam reumatik, Streptokokus grup A harus menyebabkan infeksi pada faring, bukan hanya kolonisasi superficial. Berbeda dengan glumeronefritis yang berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit maupun di saluran napas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi Streptococcus di kulit. Hubungan etiologis antara kuman Streptococcus dengan demam reumatik diketahui dari data sebagai berikut:
1

Pada sebagian besar kasus demam reumatik akut terdapat peninggian kadar antibodi terhadap Streptococcus atau dapat diisolasi kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A, atau keduanya.

Insidens demam reumatik yang tinggi biasanya bersamaan dengan insidens oleh beta-Streptococcus hemolyticus grup A yang tinggi pula. Diperkirakan hanya sekitar 3% dari individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi ini setelah menderita faringitis Streptococcus yang tidak diobati.

6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Serangan ulang demam reumatik akan sangat menurun bila penderita mendapat pencegahan yang teratur dengan antibiotika.

Faktor predisposisi Faktor Individu


1

Faktor Genetik Banyak demam reumatik/penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu keluarga maupun pada anak-anak kembar. Karenanya diduga variasi genetik merupakan alasan penting mengapa hanya sebagian pasien yang terkena infeksi Streptococcus menderita demam reumatik, sedangkan cara penurunannya belum dapat dipastikan.

Jenis Kelamin Tidak didapatkan perbedaan insidens demam reumatik pada lelaki dan wanita. Meskipun begitu, manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada salah satu jenis kelamin, misalnya gejala korea jauh lebih sering ditemukan pada wanita daripada laki-laki. Kelainan katub sebagai gejala sisa penyakit jantung reumatik juga menunjukkan perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral lebih sering ditemukan

7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

pada wanita, sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki.
3

Golongan Etnik dan Ras Belum bisa dipastikan dengan jelas karena mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada golongan etnik dan ras tertentu ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang sebenarnya. Yang telah dicatat dengan jelas ialah terjadinya stenosis mitral. Di negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-tahun setelah serangan penyakit jantung reumatik akut. Tetapi data di India menunjukkan bahwa stenosis mitral organik yang berat seringkali sudah terjadi dalam waktu yang relatif singkat, hanya 6 bulan-3 tahun setelah serangan pertama.

Umur Paling sering pada umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum umur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi Streptococcus pada anak usia sekolah.

Keadaan Gizi dan adanya penyakit lain Belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor

predisposisi. Hanya sudah diketahui bahwa penderita sickle cell

8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

anemia jarang yang menderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik.

Faktor-faktor Lingkungan
1

Keadaan sosial ekonomi yang buruk Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk ialah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang sakit sangat kurang, pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain.

Iklim dan Geografi Penyakit ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi daripada yang diduga semula. Di daerah yang letaknya tinggi agaknya insidens lebih tinggi daripada di dataran rendah3.

Cuaca Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

Manifestasi Klinis Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium: Stadium I Stadium ini berupa infeksi saluran napas bagian atas oleh kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A. Keluhan biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik sering didapatkan eksudat di tonsil yang menyertai tanda-tanda submandibular peradangan seringkali lainnya. Kelenjar Infeksi getah ini bening biasanya membesar.

berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Para peneliti mencatat 50-90% riwayat infeksi saluran napas bagian atas pada penderita demam reumatik/penyakit jantung reumatik, yang biasanya terjadi 10-14 hari sebelum manifestasi pertama demam reumatik/penyakit jantung reumatik.

Stadium II Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Stadium III Merupakan fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai manifestasi klinik demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinik tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum (gejala minor) dan manifestasi spesifik (gejala mayor) demam reumatik/penyakit jantung reumatik. Stadium IV Disebut juga stadium inaktif. Baik pasien DR tanpa kelainan jantung maupun dengan kelainan jantung reumatik tanpa gejala sisa katub tidak menunjukkan gejala kelainan. Tetapi pasien yang dengan gejala sisa kelainan pada katup jantung, gejala timbul sesuai dengan kelainannya. Pada fase ini pasien DR/PJR dapat mengalimi reaktifitas penyakitnya.

Menurut buku saku keperawatan pediatrik Bezt, Cecily L., linda A Sowden 2002 meliputi :
;

Artritis (nyeri, hangat, merah dan bengkak) yang paling sering menyerang lutut, siku, pergelangan tangan dan kaki

; ;

Artralgia Demam ringan yang umumnya meninggi dipetang hari


11 11 11 11 11 11 11 11 11 11

; ; ; ; ; ; ;

Nyeri dada (gejala karditis) Napas pendek (gejala karditis) Takikardi, terutama selama istirahat atau tidur Bradikardi Keluhan sakit tenggorokan Nuduli subkutan Nyeri abdomen batuk

Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang meradang. Biasanya gejala timbul beberapa minggu setelah nyeri tenggorokan akibat streptokokus menghilang. Menurut Betz et al.(2009) mengatakan manifestasi demam rematik berdasarkan kriteria jones yang direvisi antara lain sebagai berikut:

Manifestasi Mayor 1 katup Cardistis (tidak berfungsinya mitral dan aorta, pulse meningkat waktu istirahat dan tidur). 2 Polyarthritis (panas, merah, bengkak pada persendian).
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Manifestasi Minor 1 2 3 atau Demam Althralgia Demam penyakit rematik jantung

Erytema telapak tangan)

marginatum 4 5 subcutaneous 6

rematik LED meningkat C-reative (CRP) ++ Antistretolysin meningkat 7 8 9 Anemia Leukositosis. Perubahan rekaman ECG (PR memanjang, interval QT). O protein

(kemerahan pada batang tubuh dan

Nodula persendian).

(terdapat pada permukaan ekstensor

Khorea (kelainan neurologis akibat perubahan vaskular SSP)

Dengan adanya riwayat infeksi streptococcus.

Patofisiologi

13 13 13 13 13 13 13 13 13 13

Menurut Corwin (2007), demam rematik adalah penyakit inflamasi serius yang dapat terjadi pada individu 1 sampai 4 minggu setelah infeksi tenggorok oleh bakteri Streptoccocus beta-hemolitik grup A yang tidak diobati. Kondisi akut ditandai dengan demam dan inflamasi di persendian, jantung, system saraf, dan kulit. Pada beberapa kasus, demam rematik
14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

dapat

secara

permanen

mempengaruhi struktur dan fungsi jantung, terutama katup jantung. Demam rematik adalah jenis penyakit yang jarang terjadi, hanya menyerang 3% penderita infeksi streptokokus yang tidak diobati. Demam rematik dapat dicegah dengan terapi antibiotic segera. Corwin (2007) menyebutkan bahwa demam reumatik dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi terutama menyerang anak berusia antara 5 dan 15 tahun. Ada kecenderungan bahwa individu yang menderita penyakit ini, dan yang mengalami infeksi berulang, memiliki kecenderungan genetic untuk terserang penyakit ini.

Penatalaksanaan Menurut Ngastiah (1997) Dasar pengobatan demam rematikterdiri dari :


1

Istirahat : bergantung pada ada tidaknya dan berat serta ringannya karditis Eradikasi kuman streptookok ; untuk negara berkembang WHO menganjurkan penggunaan benzatin penisilin 1,2 IM. Bila alergi terhadap penisilin digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2x sehari selam 10 hari. Penggunaan obat anti rdang bergantung tredapatnya dan beratrny karditis. Prednison hanya dignakan pada karditis dengan kardio megali atau gagal jantung Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin ( terutama vitamin C ) dan pengobatan terhadap
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

komplikasi. Bila dengan pengobatan dengan medikamentosa saja gagal perlu dipertimbangkan tindaka n operasi pembetulan katup jantung

Menurut Ngastiah (1997)Secara singkat pengobatan demam rematik adalah sebagia berikut:
a

Artritis tanpa kardiomegali ; istirahat baring dua minggu, rehabilitas 2 minggu, obat-obatan anti inflamasi, eradikasi dan profilaksi. Anak boleh sekolah setelah 4 minggu perawatan. Olahraga bebas Artritis + karditis tanpa kardiomegali; tirah baring 4 minggu, mobilisasi bertahap 4 minggu, sekolah setelah 8 minggu perawatan. Olahraga bebas. Karditis+ kardiomegali ; tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu. Sekolah setelah perawatan selam 12 minggu. Olahraga terbatas, hindari olahraga berat dan kompetitif Karditis+ kardiomegali+ gagal jantung ; tirah baring selama ada gagal jantung, mobilisai bertahap 12 minggu. Sekolah setelah perawatan 12 minggu gagal jatung teratasi. Olahraga dilarang.

Menurut (Lumenta, 2006), penatalaksanaan penderita demam rematik umumnya terdiri dari istirahat/bedrest minimal dua minggu, pemberian antibotic dan pemberian obat anti radang. Pengobatan demam rematik memiliki 3 tujuan:

16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

Menyembuhkan kekambuhan

infeksi

streptokokus

dan

mencegah

Mengurangi peradangan,t erutama pada persendian dan jantung Membatasi aktivitas fisik yang dapat memperburuk organ yang meradang.

Jika terjadi infeksi streptokokus (misalnya strep throat), diberikan antibiotik penisilin selama 10 hari. Kepada anak yang menderita demam rematik diberikan suntikan penisilin untuk membasmi infeksi yang tersisa. Untuk mengurangi peradangan dan nyeri, diberikan NSAIDs (obat anti peradangan non-steroid) dalam dosis tinggi, terutama jika telah terjadi kodein). Pada karditis yang berat diberikan kortikosteroid (misalnya prednison). Anak harus menjalani tirah baring. Aktivitasnya harus dibatasi untuk menghindari stres pada sendi yang meradang. Jika jantung juga meradang, anak harus lebih banyak menjalani tirah baring. artritis. Kadang perlu digunakan obat pereda nyeri yang lebih kuat (misalnya

17 17 17 17 17 17 17 17 17 17

Jika terjadi kerusakan katup jantung, maka sepanjang hidupnya penderita akan memiliki resikomenderita infeksi katup (endokarditis). Sampai usia 18 tahun, untuk membantu mencegah infeksi, kepada anak-anak yang menderita demam rematik sebaiknya diberikan penisilin per-oral (melalui mulut) atau melalui suntikan bulanan. Anak-anak yang mengalami kerusakan katup jantung harus selalu mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani setiap jenis pembedahan, termasuk pencabutan gigi.
8

Komplikasi Menurut (Arvin, 2000), komplikasi utama demam rematik akut adalah perkembangan penyakit katup jantung rematik. Tidak ada manifestasi lain yang mengakibatkan penyakit kronis. Katup mitral paling sering terlibat, tetapi katup aorta dan trikuspidal juga dapat terkena. Biasanya, katup trikuspidal menjadi terlibat hanya pada penderita yang menderita penyakit katup mitral dan aorta yang berarti yang menyebabkan hipertensi pulmonal

9 a

Dampak hospitalisasi pada anak usia sekolah 6-12 tahun Dampak pada anak Cemas perpisahan dengan kelompok sosial Kehilangan kontrol :
-

Perubahan peran dalam keluarga


18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

Kelemahan fisik Takut mati Kehilangan kegiatan dalam kelompok

Reaksi terhadap nyeri :


-

Mampu mengkomunikasikan rasa nyeri Mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri dengan cara : menggigit bibir, mengenggam sesuatu dgn erat

Reaksi Org Tua terhadap Anak


;

Hospitalisasi

Berbagai macam perasaan muncul pd org tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997) Rasa takut pd org tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit anak yg terminal, karena takut kehilangan anak yg dicintainya dan adanya perasaan berduka (Brewis, 1995).

Perasaan org tua tdk boleh diabaikan karena apabila org tua merasa stress, hal ini akan membuat ia tdk dpt merawat anaknya dgn baik dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress (Supartini, 2000).

Reaksi

org

tua

thd

perw

anak

di

RS

dan

LB yg menyebabkan sbb :
1

Perasaan cemas dan takut


19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

Rasa cemas paling tinggi dirasakan org tua pd saat menunggu informasi ttg diagnosis peny anaknya (Supartini, 2000) Rasa takut muncul pd org tua terutama akibat takut kehilangan anak pd kondisi sakit yg terminal (Brewis, 1995). Perilaku yg sering ditunjukan org tua berkaitan dgn adanya perasaan cemas dan takut ini adl : sering bertanya atau bertanya ttg hal sama berulang-ulang pd org yg bbd, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000)

2 ;

Perasaan sedih Perasaan ini muncul terutama pd saat anak dlm kondisi terminal dan org tua mengetahui bahwa tdk ada lagi harapan anaknya utk sbh
;

Pd saat menghadapi anaknya yg menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami org tua Pd kondisi ini org tua menunjukkan perilaku isolasi atau tdk mau didekati org lain, bahkan bisa tdk kooperatif thd petugas kesehatan (Supartini, 2000).

3 ;

Perasaan frustrasi Pd kondisi anak yg telah dirawat cukup lama dan dirasakan tdk mengalami perubahan serta tdk adekuatnya dukungan psikologis yg diterima org tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka org tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi.

20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Sering kali org tua menunjukkan perilaku tdk kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa

Reaksi Saudara Kandung terhadap Perawatan Anak di RS

Org tua pd dasarnya tdk boleh membedakan perlakukan pd anak yg sedang sakit dan dirawat di RS dgn saudara kandung lainnya di rumah

Selain kehadiran fisik org tua di RS, perhatian dlm bentuk lain mis : uang, makanan dan hal lain yg berhubungan dgn perw anak di RS menuntut org tua utk memprioritaskannya dibanding keperluan anak lain

Reaksi yg sering muncul pd saudara kandung (sibling) thd kondisi ini adl : marah, cemburu, benci dan rasa bersalah. Marah jengkel thd org tua yg dinilai tdk memperhatikan Cemburu dirasakan orrg tua lbh mementingkan saudaranya yg sedang sakit Rasa bersalah anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya

; ;

Intervensi Keperawtan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi


a

Upaya meminimalkan stresor :


;

Upaya meminimalkan stresor dpt dilakukan dgn cara mencegah atau mengurangi dampak perpisahan, mencegah
21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

perasaan kehilangan kontrol dan mengurangi/ meminimalkan rasa takut thd perlukaan tbh dan rasa nyeri
b

Utk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dpt dilakukan dgn cara :


1

Melibatkan org tua berperan aktif dlm merawat anak dgn cara membolehkan mereka tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in)

Jika tdk mungkin utk rooming in, beri kesempatan org utk melihat anak setiap saat dgn maksud mempertahankan kontak antar mereka

Modifikasi rgn perawatan dgn cara membuat situasi rgn rawat perawatan seperti di rumah, a.l dengan cara membuat dekorasi ruangan yg bernuansa anak

Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah, a.l dgn memfasilitasi pertemuan dgn guru, teman sekolah dan membantunya melakukan surat menyurat dgn siapa saja yg anak inginkan

Utk meminimalkan rasa takut thd cedera tbh dan rasa nyeri dpt dilakukan dgn cara :
1

Mempersiapkan psikologis anak dn org tua utk tind prosedur yg menimbulkan rasa nyeri Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum

melakukan persiapan fisik anak,,mis : bercerita yg berkaitan dgn tindakan yg akan dilakukan
22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Pertimbangkan utk menghadirkan org tua pada saat anak dilakukan tindakan yg menimbullan rasa nyeri Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dlm mengurangi rasa takut akibat prosedur yg menyakitkan. Pada tind pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila memungkinkan Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak : Membantu perkembangan org tua dan anak dgn cara memberi

d 1

kesempatan org tua mempelajari tumbang anak dan reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw di RS
2

Hospitalisasi dpt dijadikan media utk belajar org tua. Utk itu perw dpt memberi kesempatan pd org tua utk belajar ttg peny anak, terapi, perw dsb. sesuai dgn kapasitas belajar

Utk meningkatkan kemampuan kontrol diri dpt dilakukan dgn memberi kesempatan pd anak mengambil keputusan, tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya diri.

Fasilitasi anak utk tetap menjaga sosialisainya dgn sesama pasien yg ada, teman sebaya atau teman sekolah.
e

Memberi dukungan pd anggota keluarga lain : Berikan dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak di

RS
2

Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pd psikolog/ahli agama, karena sgt dimungkinkan keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual yg memerlukan bantuan ahli
23 23 23 23 23 23 23 23 23 23

Beri dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakini Fasilitasi utk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan berdampak positif pd anak yg dirawat maupun saudara kandungnya

Mempersiapkan anak utk mendapat perawatan di RS


a

Pada tahap sebelum MRS dpt dilakukan :


;

Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1 2 hari sebelum dirawat, dioreintasikan dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan RS

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan :


; ; ; ; ;

Kenalkan perawat dan dokter yg akan merawatnya Orientasikan anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas Kenalkan dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya Berikan identitas pd anak, mis : papan nama anak Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikuti Lakukan pengkajian riwayat keperawatan Lakukan pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program

; ;

24 24 24 24 24 24 24 24 24 24

A 1 a

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM REMATIK AKUT Pengkajian Identitas Klien Anamnesa


- Identitas Klien ; Nama : ; RM

:
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

; Umur : ; Jenis klamin : ; Agama : ; Alamat : Berdasarkan keterangan Nelson (2000), data-data fokus yang bisa untuk pengkajian asuhan keperawatan antara lain: 1 Data fokus: a Peningkatan suhu tubuh biasanya terjadi pada sore hari. b Adanya riwayat infeksi saluran nafas. c Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, respirasi meningkat. d Batuk non produktif. e Epistaksis f Nyeri abdomen g Arthralgia h Kehilangan nafsu makan i Kehilangan berat badan 2 Manifestasi khusus: Carditis: a Takikardia b Kardiomegali c suara murmur d perubahan suara jantung e perubahan ECG (PR memanjang) f Precordial pain g Precardial friction rub Polyarthritis a Bengkak persendian, panas, kemerahan, nyeri tekan. b Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan. Nodul subcutaneous: a Bengkak pada kulit, teraba lunak.
26 26 26 26 26 26 26 26 26 26

b Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap. c Terdapat pada permukaan ekstensor persendian Khorea: a Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter. b Involunter mimik wajah c Gangguan bicara d Emosi labil e Kelemahan otot f Ketegangan otot bila cemas, hilang bila istirahat. Eritema marginatum: a Makula kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan. b Makula dapat berpindah lokasi tidak permanen c Makula bersifat non pruritus

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan keterangan Doengoes (2000) diagnose keperawatan yang bisa diangkat pada klien dengan demam rematik akut antara lain: a b Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas. Intoleran aktifitas berhubungan dengan adanya pembengkakan dan nyeri pada persendian, kelemahan otot, penurunan curah jantung (ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan)

27 27 27 27 27 27 27 27 27 27

Rencana Keperawatan No 1 Diagnosa keperawatan Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral. Tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah jantung dapat diminimalkan. Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung 5 6 4 1

Intervens

2 3

Kaji fre nadi, RR secara te setiap 4 j Catat b jantung. Kaji pe warna ku terhadap dan puca Pantau dan outp 24 jam. Batasi a secara ad Berikan

psikolog tenang.

lingkung

28 28 28 28 28 28 28 28 28 28

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat. Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada oedem, bebas nyeri/ketidaknyamana n.

Monito perubaha tiba atau mental (camas, letargi, p Observ adanya sianosis, kulit dingin/le catat nadi peri Kaji Homan pada bet posisi dorsoflek

29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

4 5 6

eritema, Dorong kaki akti Pantau pernafasa Kaji f catat penuruna usus, mual/mu distensi konstipas Pantau

dan peru

keluaran

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Intoleran aktifitas b/d adanya pembengkakan dan nyeri pada persendian, kelemahan otot, penurunan curah jantung ( ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan).

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas sesuai batas toleransi yang daapt diukur. Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering.

toleran terhada menggu parame berikut 20/mnt frek istiraha peninga dispnea dada, berat, kelema berkeri pusing pinsan. 2

an batasi pada nyeri/re hemodi berikan sengga tidak be


31 31 31 31 31 31 31 31 31 31

pengun kunjun pasien. 4

kesiapa mening aktifita penuru kelema ahan, stabil/f peninga perhati aktifita perawa 5

memaju aktifita perawta 6

bantuan kebutuh (makan berpaka elemina 7

pasien menghi peningk tekanan abdome mnegej defekas


32 32 32 32 32 32 32 32 32 32

Jelaska

peningk

bertaha

aktifita

posisi d

ditemp

bila tid

dan tida

nyeri, b belajar dst.

dari tem

33 33 33 33 33 33 33 33 33 33

Implementasi Waktu Tindakan


-

Nama terang

Sabtu, 15 desember 2019 07.00

Melakukan pemeriksaan tanda vital


Mengobservasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.

Mulyati

08.25

34 34 34 34 34 34 34 34 34 34

Anda mungkin juga menyukai