Anda di halaman 1dari 28

TAHARAH (BERSUCI) Kebersihan adalah sebagian dari iman (Al Hadits).

. Bagi umat islam memahami menghayati dan mengamalkan isi kandungan hadits tersebut wajib hukumnya. Islam sangat memperhatikan pentingnya kebersihan baik kebersihan jasmani maupun rohani. Kebersihan jasmani berarti bersih hadas dan najis. Apabila kita akan menjalankan shalat harus mandi dahulu, jika sedang berhadas besar. Berwudhu dahulu jika sedang berhadas kecil. Pakaian, badan, tempat harus suci dari najis. Kebersihan rohani jauh lebih penting, karena jika kita akan menjalankan ibadah, hati kita harus bersih dari sifat iri, dengki, hasud, riya, takabur, suudzan dan lain-lain. A. Pengertian Taharah Taharah menurut bahasa artinya bersuci atau bersih. Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil dn bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah / suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruhpengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria. Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin. Firman Allah SWT : :

Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orangorang yang suci lagi bersih. (QS Al Baqarah:222) Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda. ) ( Artinya : Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.(HR.Muslim) B. Fungsi Taharah Fungsi taharah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain : 1. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah. 2. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan. 3. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hariharinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman. 4. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah terjangkit penyakit.

5. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin. C. Macam-Macam Air Berdasarkan hukum syari, air dibagi menjadi: a. Air mutlak, yaitu air yang suci dan menyucikan. Air tersebut dapat digunakan untuk berwudu atau bersuci, masak, minum, dan mandi. Contohnya: air hujan, air laut, air sumur, dan air yang keluar dari mata air. b. Air mustamal, yaitu air yang suci namun tidak dapat menyucikan. Misalnya: air kopi, air teh, dan air yang sedikit yang sudah berubah. c. Air musamma, yaitu air yang suci dan menyucikan, namun hukumnya makruh digunakan untuk bersuci. Misalnya: air yang terjemur oleh matahari dalam bejana. d. Air mutanajis, yaitu air yang tidak dapat dipergunakan untuk berbagai hal, baik untuk konsumsi atau untuk bersuci. D. Ketentuan , Wudhu, Tayamum, dan Mandi Wajib 1. Pengertian Wudu

Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara berarti membasuh anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al.Maidah ayat 6. ]:[ Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.(QS Al Maidah :6). a. Syarat Wudu

Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. Beragama Islam Sudah mumayiz Tidak berhadas besar dan kecil memakai air suci lagi mensucikan Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat, getah dsb. Rukun Wudu

b.

Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut. 1. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka. Lafal niat:

Artinya:Saya berniat wudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah SWT. 2. 3. 4. 5. 6. c. Membasuh seluruh muka Membasuh kedua tangan sampai siku Mengusap atau menyapu sebagian kepala. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir

Sunah Wudu

Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal yang disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu Membaca taawuz dan basmalah Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa Membasuh dan membersihkan lubang hidung Menyapu seluruh kepala Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri. Membasuh anggota wudu tiga kali. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam Membaca doa sesudah wudu.

Doa sesudah wudu. . . Artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang tida sekutu bagi-Nya, Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat, dan jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci. d. Hal yang membatalkan wudu.

Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal seperti berikut. 1. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya) Firman Allah SWT dalam Al Quran Surah An Nisa:43. .... .... Artinya : atau kembali dari tempat buang air .... (QS.An-Nisa :43) 2. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.

Firman Allah SWT dalam Al Quran surah An Nisa :43. .... .... Artinya : atau kamu telah menyentuh perempuan. 3. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas. Sabda Nabi Muhammad SAW. ) ( Artinya : Dari Umi Habibah ia berkata saya telah mendengar Rosulullah SAW bersabda :Barang siapa menyentuh kemaluannya hendaklah berwudu.(HR Ibnu Majjah dan disahkan oleh Ahmad) 4. Tidur dengan nyenyak 5. Hilang akal. 2. Tayamum

Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit. Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.. ]:[ Artinya : Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS An Nisa:43) Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada. Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah sebagai berikut. a. Syarat Tayamum

Syarat tayamum adalah sebagai berikut :

1. 2. 3. 4. 5. b.

Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum. Sudah masuk waktu salat Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan Menghilangkan najis yang melekat di tubuh Menggunakan tanah atau debu yang suci. Rukun Tayamum 1. 2. 3. 4. Niat Mengusap debu ke muka Mengusap debu ke dua tangan sampai siku Tertib

c.

Sunah Tayamum

Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah tayamum sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. d. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum Membaca taawuz dan basmalah Menepiskan debu yang ada di telapak tangan Merenggangkan jari-jari tangan Menghadap kiblat Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri Membaca doa (seperti doa sesudah wudu) Hal yang membatalkan Tayamum

Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut : 1 2 3 e. Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan(sebelum salat) Murtad (keluar dari agama Islam) Praktik Tayamum

Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui dalam melakukan tayamum. Hal tersebut perlu diperhatikan karena suatu saat kamu pasti akan melakukannya, seperti ketika kamu dalam perjalanan, berada di daerah yang tidak ada air, atau sedang sakit yang tidak memperbolehkan terkena air. 1. Carilah tempat yang mengandung debu/tanah yang suci. 2. Letakkan atau tempelkan kedua tangan pada tempat yang berdebu tersebut disertai niat dalam hati. Lafal niat tayamum. Artinya : Aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan salat fardu karena Allah Taala.

3. Mengusap kedua tangan sampai siku hingga merata dengan mendahulukan tangan kanan. Usahakan mencari debu pada tempat yang berbeda. 4. Membaca doa sesudah tayamum, seperti doa sesudah wudu. 3. Pengertian Mandi Wajib

Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati. Firman Allah SWT : . .

Artinya : .dan jika kamu junub maka mandilah. (QS Al Maidah) Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut : Artinya : Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah Taala. a. Rukun mandi wajib

Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya sebagai berikut : 1. Niat mandi wajib 2. Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata. 3. Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke badan.

b.

Sunah Mandi Wajib

Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain : 1 2 3 4 5 Menghadap kiblat Membaca basmalah Berwudu sebelum mandi Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan Menggosok badan dengan tangan.

c.

Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib

Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:

2 3 4 5 d.

Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur maupun dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai keluarnya mani, maka ia tidak wajib mandi. Selesainya haid bagi perempuan. Selesai melahirkan. Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan. Meninggalnya seseorang (jenazah). Praktek Mandi Wajib

Bagi perempuan yang sudah beranjak dewasa (mengalami haid) dan anak laki-laki dewasa yang sudah mengalami mimpi basah, wajib melakukan mandi waji. Perhatikanlah beberapa langkah yang harus diketahui dalam melakukan mandi wajib berikut : 1. Pastikan bahwa kamu benar-benar telah mengalami hadas besar. 2. Lakukan sesuai dengan rukun mandi wajib yang telah kamu pelajari. 3. Sempurnakan dengan sunah-sunah mandi wajib. E. Perbedaaan Hadas dan Najis 1. a. Hadas Pengertian Hadas

Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah. Berkaitan dengan hal ini Nabi Muhammad saw, bersabda : ) ( Artinya : Rasulullah saw, telah bersabda : Allah tidak akan menerima salat seseorang dari kamu jika berhadas sehingga lebih dahulu berwudu. (HR Mutafaq Alaih) . .

Artinya : Dan jika kamu junub, maka mandilah kamu. (QS Al Maidah :6) Ayat dan hadist diatas menjelaskan bahwa bersuci untuk menghilangkan hadas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berwudu dan mandi. b. Bermacam hadas dan cara mensucikannya

Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu : 1. Hadas kecil Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang berwudu apabila hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :

1. 2. 3. 4. 5.

Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur. Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk. Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas. Hilang akal karena sakit atau mabuk. Hadas besar

Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Bersetubuh (hubungan suami istri) Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain Keluar darah haid Nifas Meninggal dunia

2. Najis 1. Pengertian Najis Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan, karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu ibadah tertentu. 2. Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut adalah Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah. a. Najis Mukhafafah Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya. Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan mnegusapkan/ memercikkan air pada benda yang terkena najis. b. Najis Mutawasitah Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut. b. Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara mensucikannya dengan menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya. c. Najis Mugalazah

Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis sampai tujuh kali. Kali yang pertama dicampur dengan tanah atau debu sehingga hilang zat, warna, rasa, dan baunya. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad saw : ) ( Artinya: Nabi Muhammad saw bersabda: Sucinya tempat (perkakas) salah seorang dari kamu apabila telah dijilat anjing, hendaklah mensuci benda tersebut sampai tujuh kali, permulaan tujuh kali harus dengan tanah atau debu. (HR Muslim). d. Benda-benda yang dapat digunakan bersuci Benda-benda yang digunakan untuk bersuci adalah sebagai berikut : 1. Air dapat digunakan untuk mandi, wudu, dan membersihkan benda-benda yang terkena najis. 2. Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi. 3. Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap bisa digunakan untuk istinjak. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa perbedaan antara hadas dan najis. Perhatikanlah tabel perbedaan hadas dan najis berikut. No. Hadas No. 1. Terjadinya sesuatu yang 1. mengharuskan seseorang bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah 2. Cara mensucikannya dengan 2. mandi, tayamum, atau wudu 3. 4. Dimulai dengan niat 3. Orang yang berhadas tidak boleh 4. memegang Al Quran. Najis Segala kotoran yang menjijikan dan mengharuskan untuk disucikan ketika akan melaksanakan suatu ibadah Cara menyucikannya dengan membuang atau membersihkan benda najis itu dari tempatnya. Tidak perlu niat Orang yang terkena najis boleh.

SHALAT Shalat adalah salah satu dari lima rukun Islam. Shalat merupakan tiang agama yang tidak akan tegak tanpanya. Shalat adalah ibadah pertama yang Allah wajibkan. Shalat adalah amal pertama yang diperhitungkan di hari kiamat. Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah saw. kepada umatnya ketika hendak meninggal dunia. Shalat adalah ajaran agama yang terakhir ditinggalkan umat Islam. Allah swt. menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika mukim atau musafir, saat aman atau ketakutan. Firman Allah: { * ]832 832 : } [ Peliharalah segala shalat-(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Al-Baqarah: 238-239) A. Hikmah menegakkan sholat ialah : 1. Sholat akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. 2. Sholat, bersama-sama dengan sabar, merupakan sarana meminta pertolongan kepada Allah. 3. Sholat merupakan sarana mengingat Allah di tengah-tengah kesibukan manusia dalam menjalani kehidupan dunia.

B. Ancaman bagi yang meninggalkan sholat. Sedemikian pentingnya sholat, Allah bahkan tetap memerintahkan orang yang sakit untuk melakukannya sesuai dengan kemampuannya. Bahkan orang yang dicekam ketakutan pun tetap diharuskan melakukan sholat, meskipun harus melakukannya diatas kendaraan, sambil berjalan, atau dengan tata cara khusus. Barangsiapa meninggalkan sholat dengan keyakinan bahwa ia tidak wajib maka ia telah kafir. Adapun orang yang meninggalkan sholat hanya karena malas tetapi masih meyakini wajibnya, maka ia harus diingatkan untuk kembali melakukan sholat. Jika tidak bisa diingatkan, maka hendaknya ia dihukum dengan hukuman yang sanggup membuatnya jera dan menyadarkannya untuk kembali melakukan sholat. Bahkan Allah juga mencela orang yang melakukan sholat tetapi lalai dalam sholatnya. Maksud lalai disini antara lain suka mengundur-undur waktu sholat sampai waktunya hampir habis (sehingga ia melakukan sholat dengan tergesa-gesa) atau bahkan habis. Lalai disini juga bisa bermakna tidak pernah khusyu sewaktu sholat. Raganya sholat tetapi pikirannya kemana-mana, memikirkan kesibukan dunia.

C. Syarat dan Rukun Sholat

Syarat wajibnya sholat bagi seseorang : 1. Muslim. 2. Berakal. 3. Baligh. Syarat sahnya sholat : 1. 2. 3. 4. Mengetahui bahwa waktu sholat telah masuk. Suci dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar. Badan, pakaian, dan tempat sholat suci dari najis. Menghadap ke kiblat bagi yang mampu.

Rukun-rukun (fardhu-fardhu) sholat : 1. Niat. 2. Takbiratul ihram. 3. Berdiri (pada sholat fardhu). 4. Membaca Al-Fatihah pada setiap rakaat. 5. Ruku dengan thumaninah. 6. Itidal dengan thumaninah. 7. Sujud dengan thumaninah. 8. Duduk diantara dua sujud. 9. Duduk tasyahhud akhir dan membaca tasyahhud didalamnya. 10. Salam. Sunnah-sunnah sholat : 1. Mengangkat tangan pada empat tempat : saat takbiratul ihram, saat menuju ruku, saat bangkit dari ruku, dan saat beranjak ke rakaat ketiga. 2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri. 3. Mengucapkan doa istiftah pada rakaat pertama secara sirri. 4. Mengucapkan amin setelah Al-Fatihah. 5. Membaca ayat Al-Quran setelah Al-Fatihah, pada rakaat pertama dan kedua. 6. Takbir intiqal. 7. Membaca dzikir dan doa sebagaimana yang diajarkan Rasulullah ketika ruku, itidal, sujud, dan duduk diantara dua sujud. 8. Duduk istirahat. 9. Tasyahhud awal. 10. Membaca sholawat Nabi setelah tasyahhud akhir. 11. Membaca doa sebelum salam. 12. Membaca dzikir dan doa sesudah salam. D. Waktu-waktu sholat a. Waktu sholat shubuh : Sejak terbitnya fajar shadiq sampai terbitnya matahari. b. Waktu sholat zhuhur :

Sejak tergelincirnya matahari sampai bayangan benda sama panjang dengan bendanya. c. Waktu sholat ashar : Sejak bayangan benda sama panjang dengan bendanya sampai matahari menjadi kuning. Adapun sejak matahari menjadi kuning sampai terbenamnya matahari adalah waktu yang makruh meskipun boleh bagi yang tidak memiliki udzur. d. Waktu sholat maghrib : Sejak matahari telah benar-benar tenggelam sampai hilangnya mega merah. e. Waktu sholat isya : Sejak hilangnya mega merah sampai tengah malam. Sholat isya sebaiknya tidak dilakukan sejak tengah malam sampai terbitnya fajar shadiq bagi yang tidak memiliki udzur, meskipun boleh. Waktu yang paling utama : Waktu sholat yang paling utama adalah diawal waktu, terutama sholat maghrib karena ada yang berpendapat bahwa sholat maghrib tidak memiliki waktu muwassa (berdasarkan hadits Jibril mengimami Nabi saw). Dikecualikan dari awal waktu sebagai waktu yang paling utama adalah sholat isya, yang mana waktunya yang paling utama adalah tengah malam. Khusus untuk sholat zhuhur, lebih disukai diundur sampai panas matahari sedikit reda pada hari dimana panas sangat menyengat. Waktu yang dilarang untuk sholat :

Tiga waktu : saat terbitnya matahari sampai naiknya matahari setinggi tombak (=tiga meter), saat istiwa (matahari tepat diatas kepala) [kecuali untuk sholat sunnah jumat , dan saat matahari sedang tenggelam. Sesudah sholat shubuh. Sesudah sholat ashar.

E. Sholat Berjamaah Menurut jumhur ulama, hukum sholat berjamaah adalah sunnah muakkadah bagi setiap laki-laki muslim yang mukallaf. Sebagian ulama mengatakannya wajib bagi yang mendengar adzan dan tidak memiliki udzur. Sholat berjamaah lebih utama dua puluh lima atau dua puluh tujuh derajat dibanding sholat sendirian. Sholat berjamaah merupakan salah satu sarana untuk memperkuat ukhuwah dan kekompakan diantara sesama muslim. Dalam sholat berjamaah harus ada seorang imam dan sekurang-kurangnya satu orang makmum. Seorang wanita tidak boleh mengimami makmum laki-laki mukallaf. Tetapi, seorang laki-laki boleh mengimami makmum wanita. Yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling baik bacaan Al-Quran-nya. Jika sama, maka yang lebih memahami sunnah Nabi saw. Jika sama, maka yang lebih dulu hijrah. Jika sama, maka yang lebih tua

usianya. Seorang imam harus memperhatikan kondisi makmumnya. Yang dijadikan ukuran adalah makmum yang paling lemah. Seorang makmum tidak boleh mendahului gerakan imam. Apabila imam melakukan kesalahan, maka makmum hendaknya mengingatkan. Cara mengingatkan adalah dengan mengucapkan tasbih (Subhanallah) bagi makmum laki-laki dan dengan bertepuk bagi makmum wanita. Apabila imam salah dalam bacaan Al-Quran maka hendaknya makmum mengingatkan dengan membacakan bacaan yang seharusnya. Shaf yang paling utama bagi makmum laki-laki adalah shaf yang terdepan. Lebih disukai apabila yang berdiri persis dibelakang imam pada shaf pertama adalah yang paling alim, demikian seterusnya untuk beberapa orang disampingnya. Tujuannya adalah agar mudah mengingatkan imam jika salah dan agar bisa menggantikan imam jika imam batal sholatnya. F. Hukum Makmum Masbuq Makmum masbuq adalah makmum yang tidak mendapati imam melakukan takbiratul ihram. Jika makmum sempat melakukan ruku dengan thumaninah bersama imam maka ia telah mendapatkan rakaat itu. Selesai imam mengucapkan salam, makmum langsung berdiri melanjutkan sisa rakaat yang belum ia kerjakan. G. Sholat Jamak dan Sholat Qashar Dari sisi bahasa, menjamak artinya menggabungkan sementara mengqashar artinya memendekkan. Menjamak sholat artinya menggabungkan dua sholat pada satu waktu. Sementara mengqashar sholat artinya meringkas sholat empat rakaat menjadi dua rakaat. Sholat zhuhur bisa dijamak dengan sholat ashar. Sedangkan sholat maghrib bisa dijamak dengan sholat isya. Jamak bisa dilakukan pada waktu sholat yang pertama, disebut jamak taqdim. Jamak bisa pula dilakukan pada waktu sholat yang kedua, disebut jamak takhir. Adapun sholat yang bisa diqashar hanyalah sholat empat rakaat saja. Bagi orang yang sedang bepergian, dia boleh mengqashar dan menjamak sholatnya, baik ketika masih ditengah perjalanan ataupun ketika sudah sampai di tempat tujuan sementara kita tidak berniat untuk bermukim disitu. Khusus untuk jamak, ia bisa juga dilakukan karena hujan, sakit, atau hajat yang lazimnya sangat menyulitkan untuk tidak menjamak.

PENYELENGGARAAN JENAZAH MENURUT TUNTUNAN ISLAM

Merawat Muhtadlir (Orang sekarat pati) Apabila telah nampak tanda-tanda ajal telah tiba, maka tindakan yang sunah dilakukan oleh orang yang menunggu adalah sebagai berikut: 1. Membaringkan muhtadlir pada lambung sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah qiblat. Jika tidak memungkinkan semisal karena tempatnya terlalu sempit atau ada semacam gangguan pada lambung kanannya, maka ia dibaringkan pada lambung sebelah kiri, dan bila masih tidak memungkinkan, maka diterlentangkan menghadap kiblat dengan memberi ganjalan di bawah kepala agar wajahnya bisa menghadap qiblat. 2. Membaca surat Yasin dengan suara agak keras, dan surat Ar Radu dengan suara pelan. Faedahnya adalah untuk mempermudah keluarnya ruh. Nabi saw. bersabda:

Bacakanlah surat yasin atas orang-orang (yang akan) mati kalian. (HR. Abu Dawud) Bila tidak bisa membaca keduanya, maka cukup membaca surat Yasin saja. 3. Mentalqin kalimat tahlil dengan santun, tanpa ada kesan memaksa. Nabi Muhammad saw. bersabda:

) ( .

Tuntunlah orang (yang akan) mati diantara kamu dengan ucapan laailaha illallah. (HR. Muslim) Barangsiapa ucapan terakhirnya kalimat laailaha illallah, maka ia akan masuk surga. (HR. Hakim) Dalam mentalqin, pentalqin (mulaqqin ) tidak perlu menambah kata, kecuali muhtadlir (orang yang akan mati) bukan seorang mukmin, dan ada harapan akan masuk Islam. Talqin tidak perlu diulang kembali jika muhtadlir telah mampu mengucapkannya, selama ia tidak berbicara lagi. Sebab, tujuan talqin adalah agar kalimat tahlil menjadi penutup kata yang terucap dari mulutnya. 4. Memberi minum apabila melihat bahwa ia menginginkannya. Sebab dalam kondisi seperti ini, bisa saja syaitan menawarkan minuman yang akan ditukar dengan keimanannya. 5. Orang yang menunggu tidak diperbolehkan membicarakan kejelekannya, sebab malaikat akan mengamini perkataan mereka. Sesaat Setelah Ajal Tiba Setelah muhtadlir dipastikan meninggal, tindakan selanjutnya yang sunah untuk dilakukan adalah sebagai berikut:

) ( .

) ( .

1. Memejamkan kedua matanya seraya membaca:

.
2. Mengikat rahangnya ke atas kepala dengan kain yang agak lebar supaya mulutnya tidak terbuka. 3. Melemaskan sendi-sendi tulangnya dengan melipat tangan ke siku, lutut ke paha dan paha ke perut. Setelah itu dibujurkan kembali dan jari-jari tangannya dilemaskan. Bila agak terlambat sehingga tubuhnya kaku, maka boleh menggunakan minyak atau yang lainnya untuk melemaskan sendi-sendi tulang mayit. Faedah dari pelemasan ini adalah mempermudahkan proses memandikan dan mengkafani. 4. Melepas pakaian secara perlahan, kemudian menggantinya dengan kain tipis yang dapat menutup seluruh tubuhnya, yang ujungnya diselipkan di bawah kepala dan kedua kakinya. Kecuali apabila ia sedang melaksanakan ihram, maka kepalanya harus dibiarkan terbuka. 5. Meletakkan benda seberat dua puluh dirham (20x2,75 gr = 54,300 gr) atau secukupnya di atas perutnya dengan dibujurkan dan diikat agar perutnya tidak membesar. 6. Meletakkan mayit di tempat yang agak tinggi agar tidak tersentuh kelembaban tanah yang bisa mempercepat rusaknya badan. 7. Dihadapkan ke arah qiblat sebagaimana muhtadlir. 8. Segera melakukan perawatan pada mayit, dan melaksanakan wasiatnya. 9. Membebaskan segala tanggungan hutang dan lainnya. Tajhizul Jenazah (Merawat Mayit) Tajhizul jenazah adalah merawat atau mengurus seseorang yang telah meninggal. Perawatan di sini berhukum fardlu kifayah, kecuali bila hanya terdapat satu orang saja, maka hukumnya fardlu ain. Hal-hal yang harus dilakukan saat merawat jenazah sebenarnya meliputi lima hal, yaitu: 1. Memandikan 2. Mengkafani 3. Menshalati 4. Membawa ke tempat pemakaman 5. Memakamkan

Namun, karena kewajiban membawa jenazah ke tempat pemakaman merupakan kelaziman dari kewajiban memakamkannya, kebanyakan ahli fiqih tidak mencantumkannya. Sehingga perawatan mayit hanya meliputi empat hal, yakni memandikan, mengkafani, menshalati dan memakamkannya. Dari keempat hal yang diwajibkan di atas, pada taraf praktek terdapat beberapa pemilahan sebagai berikut: 1. Orang Muslim a. Muslim yang bukan syahid Kewajiban yang harus dilakukan adalah: 1. Memandikan. 2. Mengkafani. 3. Menshalati. 4. Memakamkan. b. Muslim yang syahid dunia atau syahid dunia-akhirat, mayatnya haram dimandikan dan dishalati, sehingga kewajiban merawatnya hanya meliputi: a. Menyempurnakan kafannya jika pakaian yang dipakainya tidak cukup untuk menutup seluruh tubuhnya. b. Memakamkan. 2. Bayi yang terlahir sebelum usia 6 bulan (Siqtu) Dalam kitab-kitab salafy dikenal tiga macam kondisi bayi, yakni: a. Lahir dalam keadaan hidup. Perawatannya sama dengan perawatan jenazah muslim dewasa. b. Berbentuk manusia sempurna, tapi tidak tampak tanda-tanda kehidupan. Hal-hal yang harus dilakukan sama dengan kewajiban terhadap jenazah muslim dewasa, selain menshalati. c. Belum berbentuk manusia sempurna. Bayi yang demikian, tidak ada kewajiban apapun dalam perawatannya, akan tetapi disunahkan membungkus dan memakamkannya. Adapun bayi yang lahir pada usia 6 bulan lebih, baik terlahir dalam keadaan hidup ataupun mati, kewajiban perawatannya sama dengan orang dewasa. 3. Orang Kafir Dalam hal ini orang kafir dibedakan menjadi dua:

a. Kafir dzimmi (termasuk kafir muaman dan muahad) Hukum menshalati mayit kafir adalah haram, adapun hal yang harus dilakukan pada mayat kafir dzimmi adalah mengkafani dan memakamkan. b. Kafir harbi dan Orang murtad Pada dasarnya tidak ada kewajiban apapun atas perawatan keduanya, hanya saja diperbolehkan untuk mengkafani dan memakamkannya. Memandikan Seperangkat peralatan yang harus disiapkan sebelum memandikan mayit adalah daun kelor (Jawa: widara), sabun, sampo, kaos tangan, handuk, kapur barus, air bersih dan sebagainya. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses memandikan mayit adalah: a. Orang yang memandikan harus sejenis Maksudnya bila mayitnya laki-laki yang memandikan harus laki-laki begitu pula apabila mayitnya perempuan, kecuali apabila masih ada ikatan mahrom, suami-istri, atau mayit adalah anak kecil yang belum menimbulkan syahwat. Bila tidak ditemukan orang yang boleh memandikan, maka mayit cukup ditayamumi dengan ditutup semua anggota tubuhnya selain anggota tayamum, dan yang mentayamumi harus memakai alas tangan. Urutan orang yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah ahli waris ashabah laki-laki, kerabat lai-laki yang lain, istri, orang laki-laki lain. Waris ashabah yang dimaksud adalah: 1. Ayah 2. Kakek dan seatasnya 3. Anak laki-laki 4. Cucu laki-laki dan sebawahnya 5. Saudara laki-laki kandung 6. Saudara laki-laki seayah 7. Anak dari saudara laki-laki kandung 8. Anak dari saudara laki-laki seayah 9. Saudara ayah kandung 10. Saudara ayah seayah

Bagi mayit perempuan, yang paling utama memandikannya adalah perempuan yang masih memiliki hubungan kerabat dan ikatan mahram dengannya; seperti anak perempuan, ibu dan saudara perempuan. b. Orang yang memandikan dan yang membantunya memiliki sifat amanah, dalam artian: 1. Kemampuan dalam memandikan mayit tidak diragukan lagi. 2. Apabila ia memberikan suatu kegembiraan yang tampak dari mayit, maka beritanya dapat dipercaya. Sebaliknya, jika ia melihat hal-hal buruk dari diri mayit, maka ia mampu merahasiakannya. Nabi Muhammad saw bersabda:

) ( .
Sebutkanlah kebaikan-kebaikan orang yang mati diantaramu dan jagalah kejelekankejelekannya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) Tempat Memandikan Prosesi memandikan dilaksanakan pada tempat yang memenuhi kriteria berikut: 1. Sepi, tertutup dan tidak ada orang yang masuk, kecuali orang yang memandikan dan orang yang membantunya. 2. Ditaburi wewangian untuk mencegah bau yang keluar dari tubuh mayit. Etika Memandikan 1. Haram melihat aurat mayit, kecuali untuk kesempurnaan memandikan. Seperti untuk memastikan bahwa air yang disiramkan sudah merata, atau untuk menghilangkan kotoran yang bisa mencegah sampainya air pada kulit. 2. Wajib memakai alas tangan saat menyentuh aurat mayit, dan sunah memakainya ketika menyentuh selainnya. 3. Mayit dibaringkan dan diletakkan di tempat yang agak tinggi, seperti di atas dipan atau di pangku oleh tiga atau empat orang dengan posisi kepala lebih tinggi dari tubuh. Hal ini untuk mencegah mayit dari percikan air. 4. Mayit dimandikan dalam keadaan tertutup semua anggota tubuhnya. Bila tidak memungkinkan atau mengalami kesulitan, maka cukup menutup auratnya saja. 5. Disunahkan menutup wajah mayit mulai awal sampai selesai memandikan. 6. Disunahkan pula memakai air dingin yang tawar, karena lebih bisa menguatkan daya tahan tubuh mayit, kecuali jika cuaca dingin, maka boleh memakai air hangat. 7. Menggunakan tempat air yang besar, dan diletakkan agak jauh dari mayit.

Tata-cara Memandikan 1. Batas Minimal Memandikan mayit sudah dianggap cukup apabila sudah melaksanakan hal-hal sebagai berikut: a) Menghilangkan najis yang ada pada tubuh mayit. b) Menyiramkan air secara merata pada anggota tubuh mayit, termasuk juga bagian farji tsayyib (kemaluan wanita yang sudah tidak perawan) yang tampak saat duduk, atau bagian dalam alat kelamin laki-laki yang belum dikhitan. Catatan: Bila terdapat najis yang sulit dihilangkan, semisal najis di bawah kuncup, maka menurut Imam Romli, setelah mayit tersebut dimandikan, maka langsung dikafani dan dimakamkan tanpa dishalati. Namun, menurut Ibnu Hajar, bagian yang tidak terbasuh tersebut bisa diganti dengan tayamum sedangkan najisnya berhukum mafu. Adapun cara mentayamumkan mayit adalah sebagai berikut: 1) Menepukkan kedua tangan pada debu disertai dengan niat sebagai berikut:

/ .
Atau bisa juga dengan membaca:

/
Niat ini harus terus berlangsung (istidamah) sampai kedua telapak tangan orang tersebut mengusap wajah mayit. 2) Menepukkan kedua telapak tangan pada debu yang digunakan untuk mengusap kedua tangan mayit, tangan kiri untuk mengusap tangan kanan mayit, dan tangan kanan untuk mengusap tangan kirinya. 2. Batas Kesempurnaan Memandikan mayit dianggap sempurna apabila melaksanakan hal-hal sebagai berikut: a) Mendudukkan mayit dengan posisi agak condong ke belakang. b) Pundak mayit disanggah tangan kanan, dengan meletakkan ibu jari pada tengkuk mayit, dan punggung mayit disanggah dengan lutut. c) Perut mayit dipijat dengan tangan kiri secara perlahan, supaya kotoran yang ada pada perutnya bisa keluar.

d) Mayit diletakkan kembali ke posisi terlentang, kemudian dimiringkan ke kiri. e) Membersihkan gigi dan kedua lubang hidung mayit, dengan jari telunjuk tangan kiri yang beralaskan kain basah yang tidak digunakan untuk membersihkan qubul dan dubur. f) Mewudlukan mayit. Adapun rukun dan kesunahannya sama persis dengan wudlunya orang hidup. Hanya saja, saat berkumur disunahkan tidak membuka mulut mayit agar airnya tidak masuk ke dalam perut. Hal ini apabila tidak terdapat hajat untuk membukanya. Adapun niatnya adalah:

g) Mengguyurkan air ke kepala dan jenggot mayit dengan memakai air yang telah dicampur daun kelor atau sampo. h) Menyisir rambut dan jenggot mayit yang tebal secara pelan-pelan, dengan menggunakan sisir yang longgar gigirnya, agar tidak ada rambut yang rontok. Bila ada rambut atau jenggot yang rontok, maka wajib diambil dan dikubur bersamanya. i) Mengguyur bagian depan tubuh mayit sebelah kanan, mulai leher sampai telepak kaki, dengan memakai air yang telah dicampur daun kelor atau sabun. Begitu pula bagian sebelah kirinya. j) Mengguyur bagian belakang tubuh mayit sebelah kanan, dengan posisi agak dimiringkan, mulai tengkuk, punggung sampai telapak kaki. Begitu pula bagian sebelah kirinya. k) Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan menggunakan air yang jernih, untuk membersihkan sisa-sisa daun kelor, sabun, dan sampo pada tubuh mayit. l) Mengguyur seluruh tubuh mayit dengan air yang dicampur sedikit kapur barus. Dengan catatan, saat meninggal mayit tidak dalam keadaan ihram. Saat basuhan terakhir ini, sunah membaca niat:

/
Atau

/
Mengkafani Pada dasarnya tujuan mengkafani adalah menutup seluruh bagian tubuh mayit. Walaupun demikian para fuqaha memberi batasan tertentu sesuai dengan jenis kelamin mayit. Batasanbatasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Batas Minimal

Batas minimal mengkafani mayit, baik laki-laki ataupun perempuan, adalah selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit. 2. Batas Kesempurnaan a) Bagi mayit laki-laki Bagi mayit laki-laki yang lebih utama adalah 3 lapis kain kafan dengan ukuran panjang dan lebar sama, dan boleh mengkafani dengan 5 lapis yang terdiri dari 3 lapis kain kafan ditambah surban dan baju kurung, atau 2 lapis kain kafan ditambah surban, baju kurung dan sarung. b) Bagi mayit perempuan Bagi mayit perempuan atau banci, kafannya adalah 5 lapis yang terdiri dari 2 lapis kain kafan ditambah kerudung, baju kurung dan sewek. Kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan diberi wewangian, bila mengkafani lebih dari ketentuan batas maka hukumnya makruh, sebab dianggap berlebihan. Cara-cara Praktis Mengkafani Mayit Menyiapkan 5 lembar kain berwarna putih yang terdiri dari surban atau kerudung, baju kurung, sarung atau sewek, dan 2 lembar kain untuk menutup seluruh tubuh mayit. Untuk memudahkan proses mengkafani, urutan peletakannya adalah sebagai berikut: 1. Tali. 2. Kain kafan pembungkus seluruh tubuh. 3. Baju kurung. 4. Sarung atau sewek. 5. Sorban atau kerudung. 6. Setelah kain kafan diletakkan di tempatnya, letakkan mayit yang telah selesai dimandikan dengan posisi terlentang di atasnya dalam keadaan tangan disedekapkan. 7. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota tubuh yang berlubang, anggota tubuh ini meliputi: a) Mata b) Lubang hidung c) Telinga d) Mulut

e) Dubur Demikian juga pada anggota sujud, meliputi: a) Jidat b) Hidung c) Kedua siku d) Telapak tangan e) Jari-jari telapak kaki 8. Mengikat pantat dengan kain sehelai. 9. Memakaikan baju kurung, sewek atau sarung, dan surban atau kerudung. 10. Mayit dibungkus dengan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya, dengan cara melipat lapisan pertama, dimulai dari sisi kiri dilipat ke sisi kanan, kemudian sisi kanan dilipat ke kiri. Begitu pula untuk lapis kedua dan ketiga. 11. Mengikat kelebihan kain di ujung kepala dan kaki (dipocong), dan diusahakan pocongan kepala lebih panjang. 12. Setelah ujug kepala dan ujung kaki diikat, sebaiknya ditambahkan ikatan pada bagian tubuh mayit; seperti perut dan dada, agar kafan tidak mudah terbuka saat dibawa ke pemakaman. Menshalati Hal-hal yang berkaitan dengan menshalati mayit secara garis besar ada tiga, yakni syarat, rukun, dan hal-hal yang disunahkan di dalamnya, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Syarat Shalat Mayit a) Mayit telah disucikan dari najis baik tubuh, kafan maupun tempatnya. b) Orang yang menshalati telah memenuhi syarat sah shalat. c) Bila mayitnya hadir, posisi mushalli harus berada di belakang mayit. Adapun aturannya adalah sebagai berikut: 1) Mayit laki-laki: Mayit dibaringkan dengan meletakkan kepada di sebelah utara. Imam atau munfarid berdiri lurus dengan kepala mayit. 2) Mayit perempuan

Cara peletakkan mayit sama dengan mayit laki-laki, sedangkan imam atau munfarid berdiri lurus dengan pantat mayit. d) Jarak antara mayit dan mushalli tidak melebihi 300 dziro atau sekitar 150 m. Hal ini jika shalat dilakukan di luar masjid. e) Tidak ada penghalang antara keduanya; misalnya seandainya mayit berada dalam keranda, maka keranda tersebut tidak boleh dipaku. f) Bila mayit hadir, maka orang yang menshalati juga harus hadir di tempat tersebut. 2. Rukun Shalat Mayit a) Niat. Apabila mayit hanya satu, niatanya adalah:

/
Dan jika banyak, niatnya adalah:


b) Berdiri bagi yang mampu. c) Melakukan takbir sebanyak empat kali termasuk takbiratul ihram. d) Membaca surat Al Fatihah setelah takbir pertama. e) Membaca shalawat Nabi setelah takbir kedua. Contoh bacaan sholawat:


f) Mendoakan mayit setelah takbir ketiga. Contoh doa:


g) Mengucapkan salam pertama setelah takbir keempat. Contoh bacaan salam:


3. Kesunahan Dalam Shalat Jenazah

a) Mengangkat kedua telapak tangan sampai sebatas bahu, lalu meletakkannya diantara dada pusar pada setiap takbir. ;b) Menyempurnakan lafadh niat

/ . /
c) Melirihkan bacaan fatihan, shalawat dan doa. d) Membaca taawwudz sebelum membaca surat Al Fatihah. e) Tidak membaca doa iftitah. f) Membaca hamdalah sebelum membaca shalawat. g) Menyempurnakan bacaan shalawat. Adapun lafadhnya adalah:

.
h) Menyempurnakan bacaan doa untuk si mayit

. . .
i) Bila mayatnya anak kecil sunah untuk menambah doa:

.
j) Setelah takbir ke-empat sunah untuk membaca doa:

.
k) Membaca doa untuk masing-masing mukmin setelah membaca shalawat:

.
l) Salam yang kedua sunah untuk menyempur-nakan. Redaksinya adalah:

.
m) Sunah dilakukan di masjid dengan memper-banyak shaf .

Teknis Pelaksanaan 1. Takbiratul ihram bersamaan dengan niat shalat. 2. Membaca taawwudz dan surat Al Fatihah dengan suara pelan. 3. Takbir kedua. 4. Membaca hamdalah dan shalawat secara sempurna. 5. Takbir ketiga. 6. Membaca doa secara sempurna. 7. Takbir keempat. 8. Membaca doa. 9. Membaca salam dengan sempurna. Pemakaman Mayit 1. Persiapan Sebelum mayit diberangkatkan ke pemakaman, liang kubur, semua peralatan pemakaman harus sudah siap. 2. Liang Kubur a) Bentuk Dalam kitab kuning dikenal dua jenis liang kubur: 1) Liang cempuri Yakni liang kubur yang bagian tengahnya digali sekiranya cukup untuk menaruh mayit. Model ini untuk tanah yang gembur. 2) Liang lahat

Yakni liang kubur yang sisi sebelah baratnya digali sekiranya cukup untuk menaruh mayit. Model ini untuk tanah yang keras. Pada dasarnya liang ini lebih utama daripada liang cempuri. b) Ukuran 1) Batas minimal Batas minimal liang kubur adalah membuat lubang yang dapat mencegah keluarnya bau mayit serta dapat mencegah dari binatang buas. 2) Batas kesempurnaan Batas kesempurnaan liang kubur adalah membuat liang dengan ukuran sebagai berikut: a) Panjang Sepanjang mayit ditambah tempat yang cukup untuk orang yang menaruh mayit. b) Lebar Seukuran tubuh mayit ditambah tempat yang sekiranya cukup untuk orang yang menaruh mayit. c) Dalam Setinggi postur tubuh manusia ditambah satu hasta. Prosesi Pemakaman Dalam praktek pemakaman mayit dalam dapat dilakukan prosesi sebagai berikut: 1. Sesampainya mayit di tempat pemakaman, keranda diletakkan pada arah posisi peletakkan kaki mayit. 2. Jenazah dikeluarkan dari keranda, dimulai dari kepalanya, lalu diangkat dengan posisi agak miring dan wajah jenazah menghadap qiblat secara pelan-pelan. 3. Jenazah diserahkan pada orang yang yang sudah bersiap-siap dalam liang untuk menguburnya. Hal ini dilakukan oleh tiga orang, orang pertama menerima bagian kepala, orang kedua bagian lambung, dan orang ketiga bagian kaki. 4. Bagi orang yang menerima mayit disunahkan membaca doa:

.
5. Dan bagi orang yang meletakkan disunahkan membaca:

.
6. Kemudian mayit diletakkan di liang kubur dan dihadapkan ke arah qiblat dengan posisi miring pada lambung sebelah kanan. 7. Menyandarkan wajah dan kaki pada dinding bagian dalam liang. 8. Memberi bantalan tanah liat pada bagian kepala. 9. Mengganjal bagian punggungnya dengan gumpalan tanah atau batu bata agar mayit tetap dalam posisi miring menghadap kiblat. 10. Membuka simpul, terutama bagian atas, kemudian meletakkan pipinya pada bantalan tanah liat yang telah ada. 11. Salah satu pengiring mengumandangkan adzan dan iqamah di dalam liang kubur. Adapun lafadznya sama dengan lafadz adzan dan iqamah dalam shalat. 12. Bagian atas mayit ditutup dengan papan atau bambu sampai rapat, kemudian liang kubur ditimbun dengan tanah. 13. Membuat gundukan setinggi satu jengkal dan memasang dua batu nisan, satu lurus dengan kepala dan satunya lagi lurus dengan kaki mayit. 14. Menaburkan bunga, memberi minyak wangi dan memercikan air di atas makam. 15. Selanjutnya, salah satu pihak keluarga atau orang ahli ibadah melakukan prosesi talqin mayit. Kesunahan mentalqin ini hanya berlaku bagi mayit dewasa dan tidak gila. 16. Mulaqin duduk dengan posisi menghadap muka kepala mayit, sedangkan para hadirin dalam posisi berdiri. 17. Mulaqin mulai membaca bacaan talqin sebanyak tiga kali. Adapun contoh bacaan talqin adalah:

: .
18. Setelah liang kubur ditutup, sebelum ditimbun dengan tanah, para pengiring disunahkan mengambil tiga genggam tanah bekas galian kemudian menaburkannya ke dalam liang kubur. a) Pada taburan pertama membaca:

.
b) Do'a pada taburan kedua:


c) Do'a pada taburan ketiga:

.
19. Setelah selesai talqin pihak keluarga dan para hadirin tinggal sebentar untuk mendoakan mayit. Adapun doanya adalah:


20. Setelah selesai berdoa secukupnya, para hadirin pulang. Mati Syahid Disebut syahid, sebab Allah dan RasulNya telah bersaksi bahwa orang tersebut nantinya akan masuk surga, atau sebab pada waktu akan meninggal dia telah melihat surga. Adapun pembagiannya sebagai berikut: 1. Syahid dunia-akhirat, yakni orang yang meninggal dalam peperangan dengan niat untuk menegakkan agama Allah swt. 2. Syahid dunia, yakni orang yang mati dalam peperangan dengan niat mencari kehidupan dunia. 3. Syahid akhirat, yakni orang yang meninggal sebab semisal mencari ilmu, kebakaran, kebanjiran dan sebagainya. Bagi syahid yang masuk kriteria pertama, dan kedua, tidak diperbolehkan untuk dimandikan dan dishalati. Sebagaimana keterangan yang telah lalu.

Anda mungkin juga menyukai