Anda di halaman 1dari 12

A.

ANATOMI KULIT
Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15%
dari berat tubuh dan luasnya 1,50 1,75 m
2
. Rata- rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6
mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis.













Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan
jaringan subkutan atau subkutis.

a. Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu :
1. Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2. Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3. Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum

Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan granular yaitu
Stratum Lusidium atau lapisan-lapisan jernih. Stratum Lusidium, selnya pipih, bedanya
dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-
butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita
yang bening, batas- batas sel sudah tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidium.

Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di
bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan
sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat
butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar
(palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran
basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis
dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium
menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis
menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut Rete Ridges atau Rete Pegg
(prosessus interpapilaris).

Lapisan Malpighi atau lapisan spinosum/akantosum, lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Selselnya disebut
spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop selselnya terdiri dari sel yang bentuknya
poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel
selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain
disebut Interceluler Bridges atau jembatan interseluler.

Lapisan granular atau stratum granulosum, stratum ini terdiri dari selsel pipih seperti
kumparan. Selsel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
Dalam sitoplasma terdapat butirbutir yang disebut keratohiolin yang merupakan fase dalam
pembentukan keratin oleh karena banyaknya butirbutir stratum granulosum. Stratum
korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati) dan
mengandung zat keratin.

Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus,
rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur
suhu tubuh, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat
di semua daerah di kulit, tetapi tidak terdapat pada selaput lendir. Seluruhnya berjumlah
antara 2 sampai 5 juta, yang terbanyak di telapak tangan. Sekretnya cairan jernih, kirakira
99% mengandung klorida, asam laktat, nitrogen, dan zat lain. Kelenjar apokrin adalah
kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut. Tardapat di ketiak, daerah
anogenital, puting susu, dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di
tapak tangan, tapak kaki, dan punggung kaki. Terdapat banyak kulit kepala, muka,
kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol, dan zat
lain.
Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tumbuh dari folikel rambut di dalamnya
epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasrnya terdapat papil tempat
rambut tumbuh. Akar berada di dalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian sebelah
luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sebagai penegak
rambut. Rambut terdiri dari rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot, rambut pendek
dilubang hidung, liang telinga dan alis, rambut bulu lanugo diseluruh tubuh, dan rambut
seksual di pubis dan aksila (ketiak).
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutuoi permukan
dorsal ujung jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian yaitu pinggir bebas,
badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh lipatan kulit lateral dan
proksimal. Fungsi kuku menjadi penting waktu mengutip bendabenda kecil.

b. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh
membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas
hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari dua
lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis
(stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya
sampai ke subkutis . baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat
longgar yang tersusun dari serabutserabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis dan serabut
retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masingmasing mempunyai tugas yang berbeda.
Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, dan retikulus, terdapat terutama
di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatn pada alai tersebut.

c. Subkutis

Subkutis terdiri dari kumpulankumpulan selsel lemak dan di antara gerombolan ini
berjalan serabutserabut jaringan ikat dermis. Selsel lemak ini bentuknya bulat dengan
intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut
penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiaptiap tempat dan juga pembagian antar
lakilaki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai
shock braker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator
panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkurtis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

B. FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia,
cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme
serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya menjadi pucat, kekuningkuningan, kemerahmerahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit
tertentu. Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.
Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi perubahan pada
kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia
atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit
juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit
kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lain-lain.

Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ
sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan sakit. Kulit
mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak
bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan
pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak
ada ujung yang melebaratau berselubung untuk persarafan kulit.

Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari
keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada
pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai
mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar
folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil).
Walaupun reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis
fungsinya spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu
jenis perasaan kulit yang disadari.

Fungsi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu :
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol
dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari
luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan
serabutserabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan
mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).

2. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat
kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat
kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum
yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap
infeksi jamur dan selsel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.

3. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel,
menembus selsel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui
selsel epidermis.

4. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena
adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla
oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit
lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu
vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke
kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan
vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat
dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).

5. Ekskresi
Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi atau
zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak
yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.

6. Persepsi
Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan
oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan
diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik.

7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi
dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O
2
terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum.
Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya
dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit
melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.

8. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini
semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang
dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus
seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang
berlangsung kirakira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis fisiologik.

9. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian vitamin D
sistemik masih tetap diperlukan

C. PTYRIASIS VESICOLOR

Definisi

Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang disebabkan oleh
Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan adanya makula di kulit,
skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa
peradangan. Pityriasis versicolor biasanya mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak,
paha, dan lipatan paha. (Madani A, 2000)

Penyakit ini terutama terdapat pada orang dewasa muda, dan disebabkan oleh ragi
Malassezia, yang merupakan komensal kulit normal pada folikel pilosebaseus. Ini merupakan
kelainan yang biasa didapatkan di daerah beriklim sedang, bahkan lebih sering lagi terdapat di
daerah beriklim tropis. Alasan mengapa multipikasi ragi tersebut sampai terjadi dan dapat
menimbulkan lesi kulit pada orang-orang tertentu belum diketahui. (Graham-Brown, 2005)


Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan pemeriksaan morfologi dan
imunoflorensi indirek ternyata identik dengan Pityrosporum orbiculare. (Madani A, 2000). Prevalensi
Pityriasis versicolor lebih tinggi (50%) di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab. (Radiono,
2001)


Epidemiologi

Pityriasis versicolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis karena
tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang hampir semua umur terutama remaja, terbanyak
pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di Amerika Serikat
dilaporkan bahwapenderita pada usia 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09% pria dan 0,6%
wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40-50% dari populasi di
negara tropis terkena penyakit ini, sedangkan di negara subtropis yaitu Eropa tengah dan utara
hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur. (Partogi, 2008)

Pityriasis versicolor dapat terjadi di seluruh dunia, tetapi penyakit ini lebih sering
menyerang daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Di Mexico 50% penduduknya menderita
penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi pada pria dan wanita, dimana pria lebih sering terserang
dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 2. (Amelia, 2011)


Cara Penularan

Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena aktivasi

Malassezia furfur pada tubuh penderita sendiri (autothocus flora), walaupun dilaporkan pula
adanya penularan dari individu lain. Kondisi patogen terjadi bila terdapat perubahan
keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Dalam kondisi
tertentu Malassezia furfur akan berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat lebih patogenik.
Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah
faktor lingkungan atau faktor individual. Faktor lingkungan diantaranya adalah lingkungan mikro
pada kulit, misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya
kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom Cushing atau
malnutrisi. (Radiono, 2001)

Patogenesis

Pityriasis versicolor timbul bila Malassezia furfur berubah bentuk menjadi bentuk miselia
karena adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen. (Partogi, 2008)

Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan keringat, (Budimulja, 2001). Hal ini
merupakan penyebab sehingga Pityriasis versicolor banyak di jumpai di daerah tropis dan
pada musim panas didaerah subtropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh
pakaian atau kosmetik dimana akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2,
mikroflora dan pH. (Partogi, 2008)

2. Sedangkan faktor endogen meliputi malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cushing,
terapi imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif. Disamping itu bias
juga karena Diabetes Melitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan, dan penyakit
penyakit berat lainnya yang dapat mempermudah timbulnya Pityriasis versicolor.

(Partogi, 2008)

Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari yang masuk ke
dalam lapisan kulit akan mengganggu proses pembentukan melanin, adanya toksin yang langsung
menghambat pembentukan melanin, dan adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh Pityrosporum dari
asam lemak dalam serum yang merupakan inhibitor kompetitf dari tirosinase. (Partogi, 2008)

Diagnosa Banding

Diagnosa banding Pityriasis versicolor adalah :

a. Dermatitis seboroik,

b. Sifilis stadium II,

c. Pityriasis rosea,

d. Psoriasis vulgaris

e. Vitiligo,

f. Morbus Hansen tipe Tuberkoloid,

g. Eritrasma,

h. Pityriasis Alba

i. Hipopigmentasi pascainflamasi. (Madani A, 2000).


Gambaran Klinis

Kelainan kulit Pityriasis versicolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan.
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur,
batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood.
Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga
adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. (Budimulja, 2002)

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat.
Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur
terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. (Budimulja, 2002). Penderita pada
umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi) atau
kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang umumnya muncul saat berkeringat,
(Radiono, 2001).

Bentuk lesi tidak teratur dapat berbatas tegas atau difus. Sering didapatkan lesi bentuk
folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas membentuk plakat. Kadang-kadang
dijumpai bentuk campuran, yaitu folikular dengan numular, folikular dengan plakat ataupun
folikular, atau numular dan plakat. (Madani A, 2000)

Pada kulit yang terang, lesi berupa makula cokelat muda dengan skuama halus di permukaan,
terutama terdapat di badan dan lengan atas. Kelainan ini biasanya bersifat asimtomatik, hanya berupa
gangguan kosmetik. Pada kulit gelap, penampakan yang khas berupa bercak-bercak hipopigmentasi.
Hilangnya pigmen diduga ada hubungannya dengan produksi asam azelaik oleh ragi, yang
menghambat tironase dan dengan demikian mengganggu produksi melanin. Inilah sebabnya mengapa
lesi berwarna cokelat pada kulit yang pucat tidak diketahui. Variasi warna yang tergantung pada
warna kulit aslinya merupakan sebab mengapa penyakit tersebut dinamakan Versicolor. (Graham-
Brown, 2005)

Diagnosis

Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Malassezia fulfur
diagnosa Pityriasis versicolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%. Pemeriksaan ini memperlihatkan
kelompokan sel ragi bulat berdinding tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus
(pendek-pendek), yang akan lebih mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta Parker blue-
black atau biru laktafenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai

meat ball and spaghetti. (Radiono, 2001).

Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami
lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril
dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut
diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar,
ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang
jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak - jarak
tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang bersambung seperti kalung. Pada
Pityriasis versicolor hifa tampak pendek-pendek, bercabang, terpotong-potong, lurus atau
bengkok dengan spora yang berkelompok. (Trelia, 2003)

2. Pemeriksaan dengan Sinar Wood

Pemeriksaan dengan Sinar Wood,dapat memberikan perubahan warna pada seluruh
daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan
memperlihatkan fluoresensi warna kuning keemasan sampai orange. (Trelia, 2003)




Pengobatan

1. Pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topikal maupun sistemik. Tingginya
angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun pertama dan
80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi, profilaksis untuk mencegah
rekurensi: Pengobatan Topikal

2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat
digunakan ialah :

a. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan
pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi

b. Salisil spiritus 10%

c. Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol dalam
bentuk topikal

d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%

e. Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2
minggu. (Partogi, 2008)


3. Pengobatan Sistemik

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang luas atau jika
pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :

a. Ketoconazole

Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari b. Fluconazole

Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu c. Itraconazole

Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu. (Madani A, 2000)

4. Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam

c. Jemur di matahari 10 menit antara jam 10.00-15.00 (Murtiastutik, 2009)

Pityriasis versicolor cenderung untuk kambuh, sehingga pengobatan harus diulangi. Daerah
hipopigmentasi perlu Waktu yang lama untuk repigmentasi, dan kedaan yang bertahan lama ini
janganlah dianggap sebagai suatu kegagalan pengobatan. (Graham-Brown, 2005)


Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor dapat disarankan pemakaian 50%
propilen glikol dalam air untuk pencegahan kekambuhan. Pada daerah endemik dapat disarankan
pemakaian ketokonazol 200 mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200 mg sekali sebulan atau
pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu. (Radiono, 2001)

Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, perlu diberikan pengobatan pencegahan,
misalnya sekali dalam seminggu, sebulan dan seterusnya. Warna kulit akan pulih kembali bila
tidak terjadi reinfeksi. Pajanan terhadap sinar matahari dan kalau perlu obat fototoksik dapat
dipakai dengan hati-hati, misalnya oleum bergamot atau metoksalen untuk memulihkan warna
kulit tersebut. (Madani A, 2000)

Prognosis

Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan (Radiono, 2001) bila pengobataan
dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah
fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif. (Partogi,
2008)

Anda mungkin juga menyukai