Anda di halaman 1dari 8

AIDS

AIDS adalah percepatan paling parah infeksi dengan HIV. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi terutama organ-organ vital dari sistem kekebalan tubuh manusia seperti sel T CD4 + (subset sel T), makrofag dan sel dendritik. Hal ini langsung maupun tidak langsung menghancurkan CD4 + T sel. Setelah HIV telah membunuh begitu banyak CD4 + T sel-sel yang ada kurang dari 200 sel-sel per mikroliter (uL) darah, kekebalan selular hilang. Akut infeksi HIV berkembang dari waktu ke waktu untuk infeksi laten klinis HIV dan kemudian gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi baik berdasarkan jumlah sel T CD4 + yang tersisa dalam darah, dan / atau kehadiran tertentu infeksi, seperti dicatat di atas. Dalam ketiadaan terapi antiretroviral, median waktu perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS adalah sembilan sampai sepuluh tahun, dan waktu hidup rata-rata setelah mengembangkan AIDS hanya 9.2 bulan. Namun, laju perkembangan penyakit klinis sangat bervariasi antara individu, dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi laju perkembangan. Ini termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membela melawan HIV seperti fungsi umum kekebalan seseorang yang terinfeksi. Orang tua memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, dan karena itu memiliki risiko yang lebih besar perkembangan penyakit cepat dibandingkan orang yang lebih muda. Akses masyarakat miskin ke perawatan kesehatan dan adanya infeksi bersamaan seperti tuberkulosis juga dapat mempengaruhi orang untuk perkembangan penyakit lebih cepat. Warisan genetik orang yang terinfeksi memainkan peran penting dan beberapa orang tahan terhadap strain tertentu dari HIV. Sebuah contoh dari ini adalah orang dengan variasi CCR5-32 homozigot tahan terhadap infeksi dengan strain tertentu dari HIV. HIV genetik variabel dan ada sebagai strain yang berbeda, yang menyebabkan tingkat yang berbeda dari perkembangan penyakit klinis.

Transmisi seksual
Penularan seksual terjadi dengan kontak antara sekresi seksual dari satu orang dengan membran mukosa rektum, alat kelamin atau mulut pasangannya. Unprotected tindakan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada tindakan seksual insertif, dan risiko penularan HIV melalui hubungan seks dubur tanpa kondom lebih besar daripada risiko dari hubungan seksual vagina atau seks oral. Namun, seks oral tidak sepenuhnya aman, karena HIV dapat ditularkan melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual sangat meningkatkan risiko penularan HIV karena kondom jarang digunakan dan fisik trauma vagina atau dubur sering terjadi, memfasilitasi penularan HIV.

Infeksi menular seksual lainnya (IMS) meningkatkan risiko penularan HIV dan infeksi, karena mereka menyebabkan gangguan pertahanan epitel normal dengan ulserasi genital dan / atau microulceration, dan juga karena adanya penumpukan sel-sel HIV-rentan atau terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vagina. Studi epidemiologis dari sub-Sahara Afrika, Eropa dan Amerika Utara menunjukkan bahwa ulkus kelamin, seperti yang disebabkan oleh sifilis dan / atau chancroid, meningkatkan risiko terinfeksi HIV sekitar empat kali lipat. Ada juga yang signifikan meskipun rendah peningkatan risiko dari penyakit menular seksual seperti gonore, klamidia dan trikomoniasis, yang semuanya menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag. Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari kasus indeks dan kerentanan pasangan yang tidak terinfeksi. Penularan bervariasi selama penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Sebuah viral load tidak terdeteksi tidak selalu menunjukkan viral load yang rendah dalam cairan mani cair atau kelamin. Namun, setiap kenaikan 10-kali lipat dalam tingkat HIV dalam darah dikaitkan dengan tingkat 81% peningkatan penularan HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi mikroba vagina dan fisiologi, dan prevalensi yang lebih tinggi dari penyakit menular seksual. Orang-orang yang telah terinfeksi dengan satu jenis HIV masih dapat terinfeksi di kemudian hari dalam kehidupan mereka dengan lainnya, strain yang lebih mematikan. Infeksi tidak mungkin dalam sebuah pertemuan tunggal. Tingginya tingkat infeksi telah dikaitkan dengan pola tumpang tindih jangka panjang hubungan seksual. Hal ini memungkinkan virus dengan cepat menyebar ke beberapa mitra yang pada gilirannya menginfeksi pasangan mereka. Sebuah pola monogami serial atau pertemuan santai sesekali dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah infeksi. HIV menyebar melalui hubungan seks heteroseksual mudah di Afrika, tapi kurang begitu di tempat lain. Salah satu kemungkinan yang diteliti adalah bahwa schistosomiasis, yang mempengaruhi hingga 50 persen dari perempuan di beberapa bagian Afrika, merusak lapisan vagina.

Paparan patogen melalui darah


Ini rute transmisi sangat relevan dengan pengguna narkoba intravena, penderita hemofilia dan penerima transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi HIV merupakan risiko utama untuk infeksi HIV. Berbagi jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi HIV baru-di Amerika Utara, Cina, dan Eropa Timur. Risiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang telah digunakan pada orang yang terinfeksi HIV diperkirakan sekitar 1 dalam 150 (lihat tabel di atas). Profilaksis pasca pajanan dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko ini.

Rute ini juga dapat mempengaruhi orang-orang yang memberi dan menerima tato dan tindik. Kewaspadaan universal sering tidak diikuti di kedua sub-Sahara Afrika dan sebagian besar Asia karena kedua kekurangan pasokan dan pelatihan memadai. WHO memperkirakan bahwa sekitar 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika sub-Sahara ditransmisikan melalui suntikan kesehatan yang tidak aman. Karena ini, Majelis Umum PBB mendesak negara-negara di dunia untuk mengimplementasikan tindakan pencegahan untuk mencegah penularan HIV oleh petugas kesehatan. Risiko penularan HIV ke penerima transfusi darah sangat rendah di negara-negara maju di mana pemilihan donor ditingkatkan dan dilakukan skrining HIV. Namun, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia berasal dari transfusi darah yang terinfeksi dan produk darah.

Transmisi perinatal
Transmisi virus dari ibu ke anak dapat terjadi in utero''''selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat melahirkan. Dengan tidak adanya perawatan, tingkat transmisi antara ibu dan anaknya selama kehamilan, persalinan dan melahirkan adalah 25%. Namun, ketika ibu membutuhkan terapi antiretroviral dan melahirkan melalui operasi caesar, tingkat transmisi hanya 1%.

Kesalahpahaman
Sejumlah muncul kesalahpahaman seputar HIV / AIDS. Tiga dari yang paling umum adalah bahwa AIDS dapat menyebar melalui kontak biasa, bahwa hubungan seksual dengan perawan akan menyembuhkan AIDS, dan bahwa HIV hanya dapat menginfeksi laki-laki homoseksual dan pengguna narkoba. Kesalahpahaman lain adalah bahwa setiap tindakan hubungan seks anal antara laki-laki gay dapat menyebabkan infeksi AIDS, dan bahwa diskusi terbuka terhadap homoseksualitas dan HIV di sekolah akan menyebabkan peningkatan tingkat homoseksualitas dan AIDS.

Penyebab AIDS
Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa virus HIVtelah ada di dalam tubuh sebelum munculnya penyakit AIDS ini. Namun kenyataan bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan. Faktor yang lain adalah waktu. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kesempatan untuk terkena AIDS meningkat, bukannya menurun dikarenakan faktor waktu. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya. Selain mengerahkan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi, sel T-helper juga memberi tanda bagi sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang disebut sel T-suppressor atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan serangannya. Biasanya kita memiliki lebih banyak sel-sel T-helper dalam darah daripada sel-sel T-suppressor, dan ketika sistem kekebalan sedang bekerja dengan baik, perbandingannya kira-kira dua banding satu. Jika orang menderita penyakit AIDS, perbandingan ini kebalikannya, yaitu sel-sel Tsuppressor melebihi jumlah sel-sel T-helper. Akibatnya, penderita AIDS tidak hanya mempunyai lebih sedikit sel-sel penolong yaitu sel T-helper untuk mencegah infeksi, tetapi juga terdapat selsel penyerang yang menyerbu sel-sel penolong yang sedang bekerja. Selain mengetahui bahwa virus HIV membunuh sel-sel T-helper, kita juga perlu tahu bahwa tidak seperti virus-virus yang lain, virus HIV ini mengubah struktur sel yang diserangnya. Virus ini menyerang dengan cara menggabungkan kode genetiknya dengan bahan genetik sel yang menularinya. Hasilnya, sel yang ditulari berubah menjadi pabrik pengasil virus HIV yang dilepaskan ke dalam aliran darah dan dapat menulari sel-sel T-helper yang lain. Proses ini akan terjadi berulang-ulang. Virus yang bekerja seperti ini disebut retrovirus. Yang membuat virus ini lebih sulit ditangani daripada virus lain adalah karena virus ini menjadi bagian dari struktur genetik sel yang ditulari, dan tidak ada cara untuk melepaskan diri dari virus ini. Ini berarti bahwa orang yang terinfeksi virus ini mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Selain itu dapat berarti bahwa orang yang mengidap HIV dapat menulari sepanjang hidup. Cara virus ini merusak fungsi sistem kekebalan tubuh belum dapat diungkapkan sepenuhnya. Teori yang terbaru namun belum dapat dibuktikan kebenarannya menyatakan bahwa rusaknya sistem kekebalan yang terjadi pada pengidap AIDS mungkin dikarenakan tubuh menganggap

sel-sel T-helpernya yang terinfeksi sebagai musuh. Jika demikian kasusnya, lalu apa yang akan dilakukan oleh mekanisme pertahanan tubuh yaitu mulai memproduksi antibodi untuk mencoba menyerang sel-sel T yang telah terinfeksi. Akan tetapi antibodi juga akan diproduksi untuk menyerang sel T-helper yang tidak terinfeksi, mungkin juga merusak atau membuat sel-sel ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jika demikian, HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh tidak hanya dengan membunuh sel-T tetapi dengan mengelabuhi tubuh dengan membiarkan tubuh sendiri yang menyerang mekanisme pertahanannya. HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus ini juga merusask otak dan sistem saraf pusat. Otopsi yang dilakukan pada otak pengidap AIDS yang telah meniggal mengungkapkan bahwa virus ini juga menyebabkan hilangnya banyak sekali jaringan otak. Pada waktu yang bersamaan, peneliti lain telah berusaha untuk mengisolasi HIV dengan cairan cerebrospinal dari orang yang tidak menunjukkan gejala-gejala terjangkit AIDS. Penemuan ini benar-benar membuat risau. Sementara para peneliti masih berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem kekebalan, semua orang yang terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan gejala terjangkit AIDS atau penyakit yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap bisa terbebas dari kerusakan jaringan otak. Saat ini hal yang cukup mengerikan adalah bahwa mereka yang telah terinfeksi virus HIV pada akhirnya mungkin menderita kerusakan otak dan sistem saraf pusat.

CARA PENULARAN HIV AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih parah daripada biasanya. HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu: 1. 2. 3. 4. Darah Air mani Cairan vagina Air susu ibu (ASI)

HIV menular melalui: 1. Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIVpositif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil). 2. Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV. 3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV. 4. Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri. Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV. HIV tidak menular melalui: 1. 2. 3. 4. Bersalaman, berpelukan Berciuman Batuk, bersin Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll. 5. Gigitan nyamuk 6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama 7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll. HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.

Cara Mengobati Penyakit HIV/AIDS


Untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita HIV/AIDS dapat digunakan obat ARV (Anti Retro Viral) yang akan mengurangi jumlah virus dalam tubuh penderita. Dan beberapa pengidap HIV/AIDS telah membuktikan bahwa mereka dapat menjalani kehidupan normal setelah mengkonsumsi ARV secara teratur. Hanya saja obat ini hanya bersifat memperpanjang umur penderita dan penyakit HIV/AIDS tetap belum dapat disembuhkan.

Berikut ini beberapa jenis obat-obatan yang dikenal di dunia kedokteran yang digunakan untuk menyembuhkan penderita HIV/AIDS: 1. AZT (Azidothymtdine), obat ini diperkirakan mampu menahan perkembangan virus, namun mengandung efek samping yakni penderita akan mengalami kerusakan tulang sumsum dan menderita anemia berat. 2. DDI (Discoxyycitidine), cara kerja obat ini hampir sama dengan AZT. Obat ini telah diuji coba dan tidak menimbulkan efek samping yang fatal. 3. DDC (zalcitabine), obat ini dapat menahan perkembangan virus AIDS. 4. M-HAD (Meiji Humin Derivetize Al-Bumin). Ramuan obat hasil penelitian para ahli dari Jepang ini merupakan gabungan antara Carbodimine Humin dan Suceiny lated Human Al-Bumin yang terkandung dalam darah manusia, M-HAD kabarnya mampu menyingkirkan sel-sel tubuh yang digerogoti HIV dengan tidak membahayakan limfosit normal penderita HIV/AIDS. 5. Tachyplesin, merupakan cairan kimia yang diambil dari hewan sejenis kepiting yang dinamakan T-220. Ramuan ini telah diuji coba pada tikus dengan hasil yang sangat memuaskan. Obat yang juga temuan para ahli dari Jepang ini masih menimbulkan efek samping seperti penggunaan obat AZT.

Tips Cara pencegahan HIV Aids >>>

Program pencegahan penyebaran HIV dipusatkan terutama pada pendidikan masyarakat mengenai cara penularan HIV, dengan tujuan merubah kebiasaan orang orang yang beresiko tinggi untuk tertular. Cara pencegahan ini adalah : 1. Untuk orang sehat, Abstinens ( tidak melakukan hubungan seksual ), Seks aman ( terlindung ). 2. Untuk penderita HIV positif, Abstinens, Seks aman, Tidak mendonorkan darah atau organ, Mencegah kehamilan, Memberitahu mitra seksualnya sebelum dan sesudah diketahui terinfeksi. 3. Untuk penyalahguna obat - obatan, Menghentikan penggunaan suntikan bekas atau bersama - sama, Mengikuti program rehabilitasi. 4. Untuk profesional kesehatan, Menggunakan sarung tangan lateks pada setiap kontak dengan cairan tubuh, Menggunakan jarum sekali pakai.

Anda mungkin juga menyukai