Anda di halaman 1dari 22

TIU 1.

Memahami dan menjelaskan tentang malaria

1.1 Definisi Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannuya bentuk aseksual didalam darah.manifestasi klinis yaitu demam yg khas, anemia, splenomegali ( pembesaran limpa). Definisi lain yaitu pada zaman dahulu ditemukan di Roma di daerah rawa yang mengeluarkan bau busuk disekitarnya sehingga disebut malaria (mal area = udara buruk). 1.2 Etiologi Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium , yg menyerang eritrosit. Plasmodium penyebab malaria terdiri dari 4 spesies yaitu plasmodium vivax , falciparum, ovale, dan malariae. Hospes perantara adalah manusia, dan hospes definitif adalah nyamuk anopheles. 1.3 epidemiologi Malaria dapat ditemukan mulai dari belahan bumi utara hingga belahan bumi selatan; mulai dari ketinggian 2850 m sampai daerah yang letaknya 400 m dibawah permukaan laut. Keadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan terdapat 300-500 juta kasus malaria klinis/tahun dengan 1,5 juta - 2,7 juta kematian. Dan 90% kematian terjadi pada anak-anak. Menurut data yang berkembang hampir separuh dari populasi Indonesia (lebih dari 90 juta orang atau 46% dari total populasi Indonesia) bertempat tinggal di daerah endemik malarian dan diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya. Malaria disuatu daerah dapat ditemukan secara : Autokton, siklus hidup parasit malaria dapat berlangsung karena adanya manusia yang rentan, nyamuk dapat menjadi vektor dan ada parasitnya. Impor, terjadi bila infeksinya berasal dari luar daerah endemi malaria Introduksi, timbul karena adanya kasus kedua yang berasal dari kasus impor Reintroduksi, bila kasus malaria muncul kembali yang sebelumnya sudah dilakukan eradikasi malaria. Induksi, bila kasis berasal dari transfusi darah, suntikan atau kongenital yang tercemar malaria. Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat diukur dengan berbagai cara seperti :

Angka limpa (Spleen Rate) persentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu masyarakat, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti cara Hackett dan Schuffner. Average enlarge spleen (AES) adalah rata-rata pembesaran limpa yang dapat teraba. Jumlah limpa yang membesar pada tiap ukuran limpa x pembesaran limpa pada suatu golongan umur tersebut. AES ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan.

Hipoendemik 10% atau kurang 10% atau kurang

Mesoendemik

Hiperendemik Lebih dari 50% 51-75% Meningkat secara intensif dan musiman

Holoendemik Lebih dari 75% Lebih dari 75% Terjadi terus menerus sepanjang tahun

Angka limpa

10-50%

Angka Parasit

15-50%

Transmisi Malaria

Rendah

Biasa pada pedesaan

Angka parasit (Parasite Rate) Persentase orang yang sediaan darahnya positif pada saat tertentu dan angka ini merupakan pengukuran malariometrik o Berat ringannya infeksi malaria pada masyarakat diukur dengan densitas parasit (Density Parasite) yaitu jumlah rata-rata parasit dalam sediaan darah positif. o Berat ringannya infeksi malaria pada seseorang diukur dengan hitung parasit (Parasite Count) yaitu jumlah parasit dalam 1mm3 darah. Slide Positive Rate (SPR) menyatakan persentase sediaan darah positif dalam periode kegiatan penemuan kasus yang dapat dilakukan secara aktif (Active Case Detection) atau secara pasif (Passive Case Detection)

Annual Parasite Index (API) menyatakan jumlah sediaan darah yang positif dari jumlah sediaan yang diperiksa per tahun, dalam permil. Annual Blood Rate (ABER) menyatakan jumlah sediaan darah yang diperiksa terhadap malaria per tahun dibagi jumlah penduduk dalam persen Disuatu daerah malaria dapat terjadi epidemi (wabah), yaitu jika pada suatu waktu jumlah penderita meningkat secara tajam. o Stabil (Stable malaria) adalah keadaan jika daerah itu ada transmisi yang tinggi secara terus menerus. Dan biasanya kekebalan penduduk tinggi o Tidak stabil (Unstable malaria) adalah keadaan jika transmisi di daerah itu tidak tetap. Dan biasanya kekebalan penduduk rendah Sifat malaria juga dapat berbeda dari satu daerah ke daerah lain, yang tergantung pada beberapa faktor, yaitu : o Parasit yang terdapat pada pengandung parasit o Manusia yang rentan o Nyamuk yang dapat menjadi vektor o Lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup masing-masing Angka sporozoit (Sporozoit rate)

1.4 Patogenesis Demam, berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi), dengan pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya termasuk 2 hari sekali, termasuk tipe demam intermiten( yaitu penurunan suhu tiap hari hingga mencapai tingkat yg normal selama bberpa jam dalam 1 hari). Splenomegali, berkaitan dengan timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yg bertambah senhingga limpa menjadi menghitam dank eras. Anemia. Berkaitan dengan pengahncuran eritrosit yang berlebihan, eritrosit normal tidak dapat hidup lama, dan gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritroporosis dalam sumsum tulang belakang. Ikterus (jaundice), disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

Setelah melalui jaringan hati plasmodium mengeluarkan merozoit yang dilepaskan akan masuk ke sel RES di limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dr filtrasi dan fagositosis di limpa akan menginvasi erotrosit, selanjutnya berkembang secara aseksual dalam eritrosit. Parasit dalam eritrosit mengalami 2 stadium. Yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada 24jam II. Permukaan EP pada stadium cincin akan menampilkan antigen RESA (ring erythrocyte surgace antigen) yg menhilang setelah stadium matur. Permukaan stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan Histidin Rich Protein sebagai komponen utamanya. Bila EP mengalami merogoni akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI atau glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF- dan interleukin I dari makrofag.

Keterangan :

perubahan membrane sel. Sporulasi dari merozoit yg masuk ke eritrosit akan mengakibatkan perubahan membrane sel sehingga terjadi perubahan endotel menyebabkan pembentukan roset dan gumpalan dalam pembuluh darah sehingga terjadi penyumbatan pada vaskuler dapat terjadi syok. Perubahan membran sel. Terjadinya hemolisis yang menyebabkan eritroit hancur dan terjadi anemia. Perubahan Imunologi. Akan mengaktifkan sel mononukleus. Glikosilfosfatidilinositol mengaktifkan respon Th 1 gagal ginjal akut. Perubahan imunologi. Antigen Pf332 bertinteraksi dgn monosit meningkatkan respon Th2 yg berperan dalam pembentukan imunitas reinfeksi. Perubahan imunologi . pelepasan tumor necrosis factor yg mempunyai peran dalam pathogenesis malaria akut Perubahan metabolik. Membrane sel yg abnormal yaitu gangguan pada ATP-ase pd eritrosit yg menyebabkan gangguan pompa sodium, sehingga terjadi hiponatremia dlm sel. Penurunan interaksi hemoglobin sehingga umur eritrosit memendek. Nutrisi parasit. Plasmodium membutuhkan energy. Hal ini menyebabkan hipoglikemia. Terjadi oxidative stress. Karena peningkatan asam laktat karena hambatan oksigenasi dr jaringan akibat roset. 1.5 Diagnosis Dimulai dari anamnesa pada pasien dengan menanyakan apakah pasien dari daerah endemic malaria, riwayat ke daerah malaria, dan pengobatan kuratif atau preventif. Manifestasi Klinik Terjadinya demam,anoreksia,nyeri sendi dan otot, sakit kepala, daire ringan, panas ireguler, anemia,splenomegali,parasitemia,dam sering terjadi komplikasi, masa inkubasi 9-14 hari. Terjadinya hiperpireksia (yaitu panas diatas 40oC). gejala lain berupa pneumonia aspirasi, nadi cepat, mual dan muntah, splenomegali lebih sering dijumpai daripada hepatomegali, kelainan urin yaitu albuminuria. Relaps. : berulangnya gejala klinik yg lebih lama dari waktu diantara serangan periodic dari infeksi primer yaitu setelah periode yg lama, biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit hati pada malaria vivax atau ovale. Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit. a. Pemeriksaan darah tepi melalui tetesan preparat darah tebal Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dan sediaan mudah dibuat. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk

memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang dengan pembesaran kuat. Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-100 x tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitug jumlah parasit/200 leukosit. Bila leukosit 10.000/UL maka hitung parasitnya adalah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit / mikro liter darah b. Pemeriksaan darah tepi melalui tetesan preparat darah tipis Untuk identifikasi jenis plasmodium. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit(parasite count), dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupun komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal. Pewarnaan dilakukan dengan zat warna giemsa,atau leishmans atau fields dan juga romanosky. Pewarnaan giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboraturium dan merupakan pewarnaan yang mudah dengan hasil yang cukup baik c. Tes antigen : P-F test Untuk mendeteksi antigen dari Plasmodium falciparum (histidine rich protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit. Deteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes optimal.optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit dan dapat membedakan apakah infeksi plasmodium falciparum atau vivax.sensitifitasnya sampai 95 % dan hasil positif lebih rendah dari tes deteksi HRP-2.bisa dikenal dengan rapid tes. d. Test serologi Memakai tehnik indirect fluorescent antibody test. Mendeteksi adanya antibodi spesific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Antibodi terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat utamanya untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah e. PCR Sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA ,waktu yang diapkai cukup cepat dan sensifitasnya tinggi. Walaupun jumlah parasit sedikit namun tes ini dapat memberikan hasil positif. 1.7 Komplikasi a. Malaria Serebral Merupakan komplikasi paling berbahaya dan memberikan mortalitas 20-50% dengan pengobatan, gejala ditandai dengan koma dan tak bias dibangunkan, penurunan kesadaran tetap memberikan waktu lebih dari 30 mnt. Pada pemeriksaan neurologic reaksi mata divergen. Pada anal reflex dapat hilang. Bila terjadi lebih dari 3 komplikasi organ maka prognosa kematian >75%. b. Gagal ginjal akut

Kelainan dapat terjadi karena dehidrasi. Disebabkan karena adanya anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat sumbatan kapiler akibat nya erjadi penurunan filtrasi pada glomerolus.secara klinis dapat terjadi oliura atau poliuria. c.Kelainan Hati jaundice atau ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum. d. Hipoglikemia disebabkan kebutuhan metabolic kuman telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati. e.Edema paru komplikasi paling berat pada malaria falsiparum dan sering menyebabkan kematian, faktornya adalah kelebihan cairan,kehamilan,malaria serebral, bila frekuensi nafas>35x/menit prognosanya jelek, ditemukan adanya efusi paru dan pendarahan, f. Hiponatremia Diesbabkan karena kehilangan cairan dan garam melalui muntah atau mencret maupun terjadinya SAHAD.. 1.8 Prognosis Penderita malaria falsiparum berat prognosisnya buruk sedangkan penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik bila dilakukan pengobatan dengan segera dan dilakukan hasil observasi hasil pengobatan.

TIU 2 Memahami dan menjelaskan tentang plasmodium


2.1 definisi

2.2Klasifikasi Ditemukan 4 spesies yaitu plasmodium vivax, ovale, malariae, falciparum. Yang semua nya menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan yg berada di Indonesia adalah falciparum dan vivax.

2.3 Morfologi dan daur hidup Morfologi Plasmodium Penyebab Penyakit Malaria Plasmodium vivax

Skizon muda: Skizon matang: Trofozoid muda:

Trofozoid tua: Mikrogametosit: Makrogametosit: Ookista:

Inti sudah membelah lebih dari satu, berjumlah 4-8 inti. Mengandung 12 18 dan pigmen berkumpul di bagian tengah atau pinggir. Berbentuk cincin,besarnya 1/3 eritrosit,dengan pulasan giemsa sitoplasma berwarna biru,inti merah,dan mempunyai vakuol yang besar, terdapat titik schuffner. Sitoplasma berbentuk ameboid, pigmen sangat nyata dan berwarna kuning tengguli. Berbentuk bulat,sitoplasma berwarna pucat, pigmen tersebar, difus, dan inti biasanya terletak di tengah. Berbentuk bulat,sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil, padat, dan berwarna merah. Mempunyai 30 40 butir pigmen berwarna kuning tengguli dan bentuk granula halus tanpa bentuk khusus.

Plasmodium malariae Skizon muda: Skizon matang: Trofozoid muda: Trofozoid tua: Mikrogametosit: Makrogametosit: Ookista:

Inti kurang dari 8,pigmen kasar dan tersebar Mengandung 8 buah merozoit yang tersusun berbentuk bunga daisy atau roset Sitoplasma lebih tebal dari P.vivax,sel darah merah normal,sudah terlihat titik Ziemann Besarnya setengah dari eritrosit,berbentuk pita,butirbutir pigmen berjumlah besar, kasar dan berwarna gelap Sitoplasma berwarna biru pucat berinti difus, lebih besar dan pigmen tersebar dalam sitoplasma Sitoplasma berwarna biru tua berinti kecil dan padat Berbentuk granula kasar,berwarna tengguli tua dan tersebar ditepi

Plasmodium ovale Skizon muda: Skizon matang:

Trofozoid muda: Trofozoid tua:

Mikrogametosit: Makrogametosit: Ookista:

Besarnya 70 mikron dan mengandung 15.000 merozoit Memiliki 8 10 merozoit yang letaknya teratur di tepi mengelilingi granula pigmen yang berkelompok di tengah Berukuran 2 mikron dan terbentuk titik James sangat dini. Berbentuk bulat,kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar,eritrosit agak membesar dan pinggirnya tidak teratur dan terlihat titik james Sitoplasma berwarna pucat kemerahan,mempunyai inti difus dan berbentuk bulat Sitoplasma berwarna biru,berbentuk bulat dan berinti kecil Berwarna coklat tengguli tua,berbentuk granula kasar

Plasmodium falciparum Skizon muda: Skizon matang: Trofozoid muda:

Mikrogametosit:

Makrogametosit:

Berukuran kira-kira 30 mikron,ada satu atau dua pigmen yang menggumpal dan berinti kurang dari 8 Berinti kira-kira 8-24 Berbentuk cincin terlihat dua butir kromatin,bentuk marginal dan eritrosit tidak membesar dan terdapat titik Maurer Berbentuk sosis agak lebar,sitoplasma biru pucat atau agak kemerahan dan intinya berwarna merah muda, besar dan tidak padat Biasanya lebih langsing dari mikrogametosit berbentuk pisang,sitoplasma lebih biru, mempunyai inti lebih kecil, padat, butir-butir pigmen tersebar disekitar inti.

Plasmodium vivax Tusukan nyamuk Anopheles betina mengandung sporozoit Sporozoit masuk ke peredaran darah perifer manusia Waktu jam sporozoit ke sel hati lalu tumbuh menjadi skizon hati Berubah menjadi hipnozoit (waktu istirahat kira-kira 3 bulan sampai aktif dan masuk ke praeritrosit) dan merozoit masuk ke peredaran darah lalu menghinggapi eritrosit

Menjadi Ookista dan pecah menjadi sporozoit dan bergerak mencapai kelenjar liur Zigot = ookinet ,menembus dinding lambung melalui sel epitel kepermukaan luar lambung

Dalam lambung nyamuk manjadi mikrogametosit dan makrogametosit lalu terjadi seksual

Lalu nyamuk betina menghisap darah yang mengandung gametosit

Sebagian trofozoit membentuk sel kelamin (gametosit)

Pada eritrosit terjadi fase aseksual : trofozoit muda menjadi trofozoit tua lalu terbentuk skizon.Daur ini berulang beberapa kali dan berbentuk cincin

Plasmodium malariae

Tusukan nyamuk Anopheles betina mengandung sporozoit

Sporozoit masuk ke peredaran darah perifer manusia

Menjadi Ookista dan pecah menjadi sporozoit dan bergerak mencapai kelenjar liur Zigot = ookinet ,menembus dinding lambung melalui sel epitel kepermukaan luar lambung

Waktu jam sporozoit ke sel hati lalu tumbuh menjadi skizon hati

Fase praeritrosit, merozoit masuk ke peredaran darah lalu menghinggapi eritrosit periodesitas 72 jam

Dalam lambung nyamuk manjadi mikrogametosit dan makrogametosit lalu terjadi seksual

Lalu nyamuk betina menghisap darah yang mengandung gametosit

Sebagian trofozoit membentuk sel kelamin (gametosit)

Pada eritrosit terjadi fase aseksual : trofozoit muda menjadi trofozoit tua lalu terbentuk skizon.Daur ini berulang beberapa kali dan berbentuk cincin

Plasmodium ovale

Tusukan nyamuk Anopheles betina mengandung sporozoit

Sporozoit masuk ke peredaran darah perifer manusia

Waktu jam sporozoit ke sel hati lalu tumbuh menjadi skizon hati

Menjadi Ookista dan pecah menjadi sporozoit dan bergerak mencapai kelenjar liur Zigot = ookinet ,menembus dinding lambung melalui sel epitel kepermukaan luar lambung

Berubah menjadi hipnozoit (waktu istirahat kira-kira 3 bulan sampai aktif dan masuk ke praeritrosit) dan merozoit masuk ke peredaran darah lalu menghinggapi eritrosit

Dalam lambung nyamuk manjadi mikrogametosit dan makrogametosit lalu terjadi seksual

Lalu nyamuk betina menghisap darah yang mengandung gametosit

Sebagian trofozoit membentuk sel kelamin (gametosit)

Pada eritrosit terjadi fase aseksual : trofozoit muda menjadi trofozoit tua lalu terbentuk skizon.Daur ini berulang beberapa kali dan berbentuk cincin

Plasmodium falciparum Tusukan nyamuk Anopheles betina mengandung sporozoit Sporozoit masuk ke peredaran darah perifer manusia Waktu jam sporozoit ke sel hati lalu tumbuh menjadi skizon hati Fase praeritrosit, merozoit masuk ke peredaran darah lalu menghinggapi eritrosit periodesitas 24 jam

Menjadi Ookista dan pecah menjadi sporozoit dan bergerak mencapai kelenjar liur Zigot = ookinet ,menembus dinding lambung melalui sel epitel kepermukaan luar lambung

Dalam lambung nyamuk manjadi mikrogametosit dan makrogametosit lalu terjadi seksual

Lalu nyamuk betina menghisap darah yang mengandung gametosit

Sebagian trofozoit membentuk sel kelamin (gametosit)

Pada eritrosit terjadi fase aseksual : trofozoit muda menjadi trofozoit tua lalu terbentuk skizon.Daur ini berulang beberapa kali dan berbentuk cincin

TIU 3 MM vector malaria di Indonesia


Nyamuk Anophelini yang berperan sebagai vektor malaria hanya genus Anopheles. Di Indonesia ditemukan 16 spesies nyamuk anophelini yang berperan sebagai vektor malaria yang berbeda-beda dari satu daerah kedaerah lain bergantung macam-macam faktor, seperti penyebaran geografik, iklim, dan tempat perindukan. Spesies nyamuk Anophelini yang berperan sebagai vektor malaria : Anapholes sundaicus Anopheles lodlowi Anopheles aconitus Anopheles subpictus Anopheles sinensis Anopheles barbirostris Anopheles karwari Anopheles flavirostris Anopheles balanbacensis Anopheles letifer Anopheles maculatus Anapholes farauti Anopheles barbumbrosus Anopheles punctulatus Anopheles koliensis Anopheles bancrofti

3.1 Habitat Tempat perindukan dibagi 3 kawasan : : Anapholes sundaicus dan Anopheles subpictus : Anopheles aconitus,Anopheles barbirostris,Anopheles farauti,Anpheles bancrofti,Anopheles subpictus dan Anopheles sinensis o Kaki gunung : Anopheles balanbacensis o Gunung : Anopheles maculatus 3.2 Perilaku Perilaku Anopheleni o Aktivitas dipengaruhi oleh kelembapan udara dan suhu o Umumnya aktif menghisap darah hospes pada malam hari / sejak senja sampai dini hari o Jarak terbang 0,5-3 km o Pantai o Pedalaman

3.3 Morfologi dan daur hidup vektor malaria Stadium telur Telur diletakkan satu persatu diatas permukaan air,berbentuk perahu,bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf. Stadium larva o Mengapung sejajar dengan permukaan air o Mempunyai bagian-bagian badan yang bentuknya khas 1. Bagian spirakel pada bagian posterior abdomen 2. Tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen 3. Sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen Stadium pulpa Mempunyai tabung pernafasan (respiratory trumper) yang bentuknya lebar & pendek untuk mengambil O2 di udara. Stadium dewasa o Palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang probosisnya o Pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form) pada nyamuk betina ruas palpus mengecil o Sayap pada bagian pinggir (kosta dan vena I) ditumbuhi sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih,bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul) o Bagian posterior abdomen tidak setumpul nyamuk mansonia tetapi sedikit lancip

Daur hidup nyamuk Anophelini Memngalami metamorfosis sempurna Telur menetas menjadi larva,kemudian melakukan pengelupasan kulit/eksoskelet sebanyak 4 kali, lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina Umur nyamuk dewasa dialam bebas 1-2 minggu tetapi dilab dapat mencapai 3 bulan pada laboratorium. 3.4 Pemberantasan vector Mengusahakan agar tidak terjadi kontak antara nyamuk anopheles dengan manusia, yaitu memasang kawat kasa di bagian terbuka rumah,dengan kelambu, dan dengan repellent. Mengadakan KIE tentang sanitasi lingkungan kepada masyarakat

3.5 Memahami dan Menjelaskan obat obat Anti Malaria Berdasarkan kerjanya pada tahapan perkembangan plasmodium dibedakan atas: Skizontosid jaringan dan darah Untuk mengendalikan serangan klinik , contohnya klorokuin, kuinin, metaflokuin, nalofantrin, artemisinin, antifolat, dan antibiotik. Kerja antifolat kerja kurang efektif dan lambat. Sebagai penanggulan supresi dengan menyingkirkan semua parasit dari tubuh pasien. Untuk penanganan kausal digunakan kloroguanid. Untuk pencegahan relaps digunakan P. vivax dan P. ovale. Penggunaan primakuin khusus untuk infeksi eritrosit berulang akibat plasmodium yang sembunyi di hati. Untuk memusnahkan parasit pada fase eritrosit dan eksoeritrosit digunakan kombinasi skizontosid darah dan jaringan. Gametositosid Membunuh gametosit yang berada dalam eritrosit. Contohnya klorokuin dan kina yang digunakan untuk P. falciparum, P. ovale, dan P. malariae dan primakuin yang digunakan untuk P. falciparum. Sporontosid Menghambat perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk. Contohnya kloroguanid dan primakuin.

1. Klorokuin dan Turunannya Farmakodinamik Aktivitas Antimalaria Efektif pada parasit dalam fase eritrosit, tidak efektif untuk parasit di jaringan. Efektivitas lebih besar pada P. vivax, P. malariae, P. ovale, dan strain P. falciparum sensitif klorokuin. Efektif untuk gamet P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Untuk eradikasi P. vivax diberikan bersama primakuin. Efektivitasnya lebih besar untuk profilaksis dan penyembuhan terhadap P. malariae dan P. falciparum sensitif. Gejala klinis dan parasitemia akut dapat cepat diatasi. Mekanisme penting yang terjadi adalah penghambat polimerase hemeplasmodia.

Farmakokinetik Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini, dihambat oleh kaolin/antasia dengan kandungan Ca2+/mg. Mencapai kadar puncaknya 3-5 jam. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan. Hasil metabolit (modesetil klorokuin dan bisdesetil klorokuin) diekskresi lewat urin, dipercepat oleh asidifikasi. Klorokuin lambat dimetabolisme. Waktu paruh terminalnya 30-60 hari. Dosis harian 300 mg. Efek Samping dan Kontraindikasi

Dengan dosis yang tepat akan aman-aman saja. Efek samping yang mungkin ditemukan antara lain sakit kepala ringan, gangguan pencernaan dan penglihatan, dan gatal-gatal. Pemberian lebih dari 250mg/hari dapat menyebabkan ototoksisitas dan retinopati yang terjadi akibat akumulasi korokuin di jaringan seperti melanin. Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat mengakibatkan toksisitas pada kardiovaskuler berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan fungsi miokard. Penggunaan pada pasien penyakit hati, gangguan cerna, neurologik, dan anemia berat harus berhatihati. Pada pasien defisiensi G6DP dapat menyebabkan hemolisis. Pemberian bersama dengan fenil butazon dapat menyebabkan dermatitis, dengan meflokuin tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan kejang, dengan antikonvulsan dapat mengurangi efektivitas antikonvulsan tersebut, dan dengan amiodason/halofantrin dapat meningkatkan resiko aritmia jantung. 2. Pirimetamin Farmakodinamik Efek antimalarianya mirip dengan efek proguanil tapi lebih kuat karena kerjanya langsung. Kerjanya lambat sebagai skizontosid darah. Untuk profilaksis, pirimetamin diberikan seminggu sekali sedangkan proguanil setiap hari. Dalam bentuk kombinasi deng sulfadoksin digunakan untuk P. falciparum resisten kuinolon. Pirimetamin tidak memusnahkan gamet. Dosis yang tinggi ditambah sulfadiazin digunakan untuk terapi toksoplasmosis. Farmakokinetik Penyerapannya lambat tapi lengkap. Pencapaian kadar puncak pada 4-6 jam. Konsentrasi obat berefek supresi bertahan 2 minggu. Ditimbun di ginjal, paru, hati, dan limpa. Waktu paruhnya 4 hari. Diekskresi di urin. Efek Samping dan Kontraindikasi Jika diberikan dalam dosis besar dapat terjadi anemia makrositik. Dapat dicegah dengan pemberian asam folinat. 3. Primakuin Farmakodinamik Dosis terapinya hanya memiliki efek antimalaria. Efek toksiknya terutama terlihat dalam darah. Aktivitas Antimalaria Bentuk laten jaringan vivax dan ovale dihancurkan. Tidak menekan serangan malaria vivax, secara klinis tidak juga digunakan untuk menangani serangan malaria falsiparum

sebab tidak efektif terhadap fase eritrosit. Golongan 8-aminokuinolin memperlihatkan efek gametosidal terhadap keempat jenis plasmodium, terutama P. Falciparum Mekanisme Antimalaria Kurang diketahui. Mungkin primakuin berubah menjadi elektrofil yang bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas antimalaria melalui pembentukan oksigen rekatif atau mempengaruhi transportasi elektron parasit. Resistensi Strain P. vivax termasuk di Asia Tenggara menjadi resisten primakuin. Strain ini perlu pengobatan berulang dengan dosis ditinggikan. Farmakokinetik Pada pemberian oral akan diserap dan didistribusikan ke jaringan. Tidak diberikan secara parenteral karena dapat menyebabkan hipotensi. Metabolismenya cepat, hanya sebagian kecil yang diekskresi di urin dalam bentuk asal. Pencapaian konsentrasi plasma maksimum pada dosis tunggal 3 jam dengan waktu paruh 6 jam. Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan turunan karboksil, yang utama pada manusia 3 metabolit yang punya efek anti malaria juga. Efek Samping dan Kontraindikasi Pada penderita defisiensi G6DP dapet terjadi anemia hemolitik akut dengan derajat bervariasi. Pemberian dalam dosis tinggi dapat menyebabkan spasme usus dan gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan mathemoglobinemia dan sianosis. Primakuin dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik berat dengan kecenderungan granulositopenia (arthritis reumatoid dan lupus eritematosus). tidak dianjurkan dibarengi dengan pemberian obat yang dapat menimbulkan hemolisis dan depresi tulang. Sebaiknya tidak diberikan kepada wanita hamil sebab berseiko menimbulkan hemolisis. 4. Kina dan Alkaloid Sinkona Farmakodinamik Efeknya sebagai antimalaria mulai tergantikan dengan obat malaria yang lebih aman. Kombinasi primetamin dengan sulfadoksin digunakan untuk P falciparum resisten klorokuin. Sebagai skinzontosid darah dan gametosid P. vivax dan P. malariae dan tidak digunakan untuk profilaksis malaria. Farmakokinetik

Diserap baik terutama melalui usus halus bagian atas. Kadar puncak pada 1-3 jam. 70% terikat protein. Distribusinya luas terutama di hati. Sebagian besar alkaloid sinkona dimetabolisme dalam hati. Perombakan dan ekskresinya cepat. Efek Samping Sering menyebabkan sinkonisme, gejalanya berupa gangguan pendengaran, sakit kepala, pandangan kabur, diare, dan mual. Keracunan lebih berat dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal, saraf, dan kardiovaskuler. Kadang terjadi hemolisis berat, haemoglobinemia, dan hemoglobinuria pada pasien yang sedang hamil. Indikasi Digunakan untuk terapi malaria P. falciparum yang resisten klorokuin. Untuk terapi malaria ini, tanpa komplikasi, kina diberikan secara oral dan biasanya dikombinasikan dengan doksisiklin, atau klindamisin atau sulfadoksin- pirimetamin yang mana kombinasi tersebut untuk memperpendek masa pemakaian kina dan toksisitasnya. Jika pasien gagal memperlihatkan perbaikan klinik setelah 48 jam pengobatan, dosis kina perlu diturunkan 30-50% untuk mencegah akumulasi dan toksisitas obat. 5. Artemisinin dan Derivatnya Merupakan senyawa trioksan yang diekstrak dari tanaman Artemisia annua (qinghousu). Skizontosid darah yang cepat secara in vivo maupun in vitro yang digunakan untuk malaria berat. Diduga ikatan endoperoksida dalam senyawa ini berperan dalam penghambatan sintesis protein yang diudga mekanisme kerja antiparasit ini. 6. Artesunat Garam suksinil natrium artemisin yang larut dalam air tapi tidak stabil dalam larutan. 7. Artemeter Cepat sekali mengatasi parasitemia malaria ringan maupun berat. Pemberian secara oral akan segera diserap dan mencapai kadar puncak dalam 2-3 jam. Farmakokinetik: Mengalami demetilasi di hati menjadi dihidroartemisin. Waktu paruhnya 4 jam. Pada manusia, 77% terikat protein plasma. Artemisinin adalah obat yang paling efektif untuk kasus malaria berat yang disebabkan oleh P. falciparum resisten klorokuin dan obat lainnya serta efektif untuk malaria serebral. Relaps dapat terjadi pada pemberian jangka pendek.

TIU 5 Gebrak Malaria


Yaitu dengan strategi deteksi dini dan pengobatan yang tepat , peran serta aktif masyarakat dalam pencegahan malaria, perbaikan kualitas pencegahan dan pengobatan malaria melalui perbaikan kapasitas petugas kesehatan yang terlibat. Dalam pemberantasan dibedakan menjadi 2 yaitu pemberantasan dan pembasmian. Di Indonesia hanya pada taraf pemberantasan, meliputi : a) b) c) d) e) f) Diagnosis awal dan pengobatan yg tepat Progam kelambu dengan insektisida Penyemprotan Pengawasan detektif aktif dan pasif Survey demam dan pengawasan migrant Deteksi control epidemic

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, dkk (2006) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V jilid III, FKUI, Jakarta. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi, edisi V, FKUI, Jakarta. Jawetz, Melnick, Adelberg (2008) Mikrobiologi Kedokteran, UI, Binarupa Aksara..

Anda mungkin juga menyukai