Anda di halaman 1dari 35

BAB I LAPORAN KASUS 1.

1 IDENTITAS PASIEN Nama lengkap Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Tanggal Masuk R.S Tanggal Keluar : An. Ahmad Khoirun : 7 tahun : Laki-laki : Jurang RT 02/RW 01, Kalisalak, Salaman : Islam : 5 Maret 2013 pukul 20.40 WIB : 9 Maret 2013

1.2 ANAMNESIS Alloanamnesis dari orang tua pasien Keluhan Utama : Diare Riwayat Penyakit Sekarang : Diare sejak 3 hari yang lalu, dalam 1 hari frekuensi BAB 10 kali, cair, ampas (-), lendir (+), darah (+) warna merah segar, kemarin malam muntah 5 kali berupa makanan, demam (+) sejak timbulnya diare, nyeri perut (+), nafsu makan menurun, hanya makan 3 sendok, minum banyak karena selalu merasa haus, BAK (+). Batuk (+), dahak (-), pilek (-).

Saat sore jam 16.00 rahang, mulut, lidah kaku, mata keatas, tidak bisa bicara, tangan agak kaku yang berlangsung selama 3menit kejadian berulang hingga 3x. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya, tidak ada riwayat kejang demam, alergi (-), gastritis (-) Riwayat Keluarga : Di keluarga dan lingkungan rumah tidak ada yang menderita penyakit diare. Riwayat Makanan : Pasien sebelumnya makan rambutan. Riwayat Pengobatan : Rawat inap 2 hari di puskesmas Salaman, mendapatkan obat paracetamol, metoklopramid, zinc, antibiotik.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Sakit sedang Tanda Vital Suhu = 37 oc Nadi = 88 x/ menit RR = 24 x/menit BB : 16 kg Kepala : Mata :

Mata Cekung (+/+) Reflek Pupil (+/+) isokhor Sklera Ikterik (-/-) Konjungtiva anemis (-/-) Leher : Pembesaran KGB (-) Retraksi SS (-) Thoraks : Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris Cor : Iktus kordis tak tampak, BJ I/II murni regular, murmur (-), Gallop (-) Pulmo : Sd vesikuler +/+, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen : Inspeksi Perkusi Palpasi cepat) Ekstremitas : Akral hangat Capp reffil <2dtk Hepar dan lien tidak teraba : Kontur abdomen datar : Bising usus meningkat Auskultasi

: Tymphani : Soefl Turgor cukup (pada cubitan kembali dengan

1.4 ASSESMENT SEMENTARA

- Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang - DD kejang : - sindrom ekstrapiramidal - kejang demam 1.5 PLANING : Planing Diagnostik : Darah : Darah Lengkap, LED, Serum elektrolit : Na+, K+, ClFeses : Feses lengkap ( mikroskop dan hitung jumlah leukosit) dan biakan serta resistensi feses. Urin lengkap

Planing terapi : KA EN 3B 1500 ml/24 jam Dehydralit 160 ml/mencret Cefotaxim 3x500mg Norages 3x175 mg L-Bio 2x1 sachet Zinc 1x20mg Valium 5 mg (bila kejang) Kalmet 3 x amp Zantadin 2x amp

Planing monitoring : Observasi keadaan umum Monitoring vital sign Monitor dehidrasi Efek samping obat

Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tanggal 6 Maret 2013

Jenis Pemeriksaan WBC RBC HB HCT PLT PCT MCV MCH MCHC RDW MPV PDW

Hasil 13,9 103/mm3 4,69 106/mm3 11,3g/dl 32,2 % 436 103/mm3 0.17 % 68 um3 24,0 pg 35,0 g/dl 34,3 % 10,8 um3 7,5 %

Referensi 4 -10 3,5-5,5 11,0-15,0 36-40 150-450 0.10-0,28 80-99 26-32 32-36 39-46 7,4-10,4 10-14

Diff Count Jenis % Lym % Mid % Gra LED : 13 Hasil 14,4 % 4,8 % 80,0 % Referensi 20-40 1,0-15,0 50,0-70,0 Jenis # Lym # Mid # Gra Hasil 2 103/mm3 0,7 103/mm3 11,2 103/mm3 Referensi 0,6-4,1 0,1-1,8 2,8-7,0

Hasil pemeriksaan Urin lengkap Parameter Warna Kejernihan pH Berat Jenis Protein Bilirubin Glukosa Keton Darah/Hb Nitrit Urobilinogen Lekosit Sedimen Leukosit Eritrosit Hasil Kuning Jernih 6,0 1.015 3,5 mmoL 8 9,5 1000 1030 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 0,1 1,0 IU Negatif Nilai Rujukan Satuan

Neg

/ LPB / LPB

Neg Sel epitel Neg silinder

1.6 FOLLOW UP PASIEN Tanggal S 6 Maret BAB cair 1x, ampas 2013 (+), darah (-), lendir (-), Nyeri perut (+) Mual (-), muntah (+) Nafsu makan menurun, minum (+) masih sering merasa haus. BAK (+). O KU : baik Tanda Vital Suhu = 37 oc , Nadi = 88 x/ menit, RR = 24 x/menit Kepala : Mata Cekung (-) Ca +/+ , SI -/-, C (-), D(-) Thoraks : Cor : BJ I/II murni regular, murmur (-), Gallop (-) Pulmo : Sd vesikuler +/+, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) dan lien tidak teraba Ekstremitas :Akral hangat, dbn Abdomen : soefl, BU (+) , Turgor cukup, nyeri tekan (-) Hepar - sindrom ekstrapiramidal A P - Diare akut dengan - KA EN 3B 1300 ml/24 dehidrasi ringansedang jam - Dehydralit 160 ml/mencret - - Cefotaxim 3x500mg - Norages 3x175 mg - L-Bio 2x1 sachet - Zinc 1x20mg - Valium 5 mg (bila kejang) - Kalmet 3 x amp - Zantadin 2x amp - Diet TKTP 1300 kal - BK - Protein 32gr - Susu 3x

Tanggal S 7 Maret BAB 1x lembek, darah 2013 (-), ampas (+), lendir (-), mual (-), muntah (-) Demam (-) Nyeri perut (-) Batuk (-), ma/mi (+), BAK (+)

O KU : baik Tanda Vital Suhu = 36,3 oc , Nadi = 88 x/ menit, RR = 20 x/menit Kepala : Mata Cekung (-) Ca -/- , SI -/-, C (-), D(-) Thoraks : Cor : BJ I/II murni regular, murmur (-), Gallop (-) Pulmo : Sd vesikuler +/+, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) ar dan lien tidak teraba Ekstremitas :Akral hangat, dbn Abdomen : soefl, BU (+) , Turgor cukup, nyeri tekan (-) Hep

A Diare akut dengan dehidrasi ringansedang - Sindrom ekstrapiramidal

P - KA EN 3B 1300 ml/24 jam - Dehydralit 150 ml/mencret - - Cefotaxim 3x500mg - Norages 3x175 mg - L-Bio 2x1 sachet - Zinc 1x20mg - Valium 5 mg (bila kejang) - Kalmet 3 x amp - Zantadin 2x amp - Diet TKTP 1300 kal - BK - Protein 32gr - Susu 3x

Tanggal S 8 Maret BAB 2x lembek, darah 2013 (-), ampas (+), lendir (-), mual (-), muntah (-) Nyeri perut (-) Demam (-) Batuk (-), ma/mi (+), BAK (+)

O KU : baik Tanda Vital Suhu = 36,4 oc , Nadi = 84 x/ menit, RR = 28 x/menit Kepala : Mata Cekung (-) Ca -/- , SI -/-, C (-), D(-) Thoraks : Cor : BJ I/II murni regular, murmur (-), Gallop (-) Pulmo : Sd vesikuler +/+, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) ar dan lien tidak teraba Ekstremitas :Akral hangat, dbn Abdomen : soefl, BU (+) , Turgor baik, nyeri tekan (-) Hep

A Diare akut e.c infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang - Sindrom ekstrapiramidal

P - KA EN 3B 1300 ml/24 jam - Dehydralit 150 ml/mencret - - Cefotaxim 3x500mg - Norages 3x175 mg - L-Bio 2x1 sachet - Zinc 1x20mg - Valium 5 mg (bila kejang) - Kalmet 3 x amp - Zantadin 2x amp - Diet TKTP 1300 kal - BK - Protein 32gr - Susu 3x

Tanggal S 9 Maret BAB 1x lembek, darah 2013 (-), ampas (+), lendir (-), mual (-), muntah (-) Nyeri perut (-) Demam (-) Batuk (-), ma/mi (+), BAK (+)

O KU : baik Tanda Vital Suhu = 36,5 oc , Nadi = 94 x/ menit, RR = 24 x/menit Kepala : Mata Cekung (-) Ca -/- , SI -/-, C (-), D(-) Thoraks : Cor : BJ I/II murni regular, murmur (-), Gallop (-) Pulmo : Sd vesikuler +/+, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) ar dan lien tidak teraba Abdomen : soefl, BU (+) , Turgor baik, nyeri tekan (-) Hep

A Diare akut e.c infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang - Sindrom ekstrapiramidal

P - infus aff - Cefixim 2x 2 ml - L-Bio 2x1 sachet - Zinc 1x20mg PASIEN PULANG

Ekstremitas :Akral hangat, dbn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN 2.1 Definisi Diare Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana BAB ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya, lazimnya 3 kali atau lebih dalam satu hari (DINKES, 2006). Diare akut : buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008). Pada pasien ini mengalami BAB cair selama 3 hari dan dengan frekuensi BAB 10 kali sehari yang disertai darah dan lendir

2.2 Epidemiologi Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun. Prevalensi keluhan diare di Indonesia 3,3%, diperkotaan maupun dipedesaan prevalensi keluhan diare tidak berbeda. 2.3 Etiologi Faktor infeksi a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare) Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonella, shigella, campylo bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan lain-lain

Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans) Pola mikroorganisme penyebab diare akut berbeda-beda berdasarkan

umur, tempat dan waktu. Di negara maju penyebab paling sering Norkwalk virus, Helicobacter jejuni, Salmonella sp, Clostridium difficile, sedangkan penyebab paling sering di negara berkembang adalah Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), Rota virus dan V.cholerae (Setiawan, 2006). Faktor Malabsorpsi a. Malabsorbsi karbohidrat Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa

b. Molabsorbsi lemak c. Molabsorbsi protein Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan Lain-lain Imunodefisiensi Gangguan psikologis (cemas dan takut) Faktor-faktor langsung: o KEP (Kurang Energi Protein) o Kesehatan pribadi dan lingkungan o Sosioekonomi 2.4 Patogenesis 1. Diare Sekretorik Diare sekretorik adalah diare yang diakibatkan aktifnya enzim adenil siklase. Enzim ini akan mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, Na, K dan HCO3- ke dalam lumen usus. Adenilsiklase ini diaktifkan atau dirangsang oleh toksin dari mikroorganisme sebagai berikut :

vibrio ETEC Shigella Clostridium Salmonella dan Campylobacter

Akan tetapi, toksin yang paling kuat aktifitasnya mengakifkan adenil siklase adalah toksin dari vibrio. 2. Diare Invasif Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif disebabkan oleh : Rotavirus (diarenya tidak berdarah) Bakteri : Shigella Salmonella Campylobacter EIEC Yarsinia Semua bakteri ini menyebabkan diare berdarah Parasit : Amoeba Khusus pada Shigella, setelah kuman melewati barier asam lambung, kuman masuk kedalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan enterotoksin. Enterotoksin ini akan merangsang enzim adenil siklase merubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare sekretorik (tidak berdarah). Bakteri ini dengan adanya peristaltik usus sampai di colon. Di colon, bakteri ini akan melakukan invasi, membentuk mikro-mikro ulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala tinja yang berlendir dan berdarah. Pada rotavirus, setelah masuk ke dalam traktus digestivus, berkembang biak dan masuk ke dalam apical usus halus, kemudian bagian apikal dari villi tersebut akan rusak dan diganti dengan kripta yang belum matang (immatur, berbentuk kuboid atau gepeng). Karena sel ini masih immatur, sel ini tidak dapat berfungsi normal sehingga menimbulkan diare sehingga tidak dapat menghasilkan

enzim laktase (disakaridase). Bila daerah usus halus yang terkena cukup luas, maka akan terjadi defisiensi enzim laktase atau disakaridase tersebut sehingga akan timbul diare osmotik. Biasanya, diare rotavirus ini paling sering terjadi pada anak di bawah 2 tahun diare cair, low grade fever, batuk pilek dan muntah. 3. Diare Osmotik Diare osmotik adalah diare yang terjadi karena tingginya tekanan osmotik di lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen, sehingga menimbulkan watery diarrhea. Paling sering disebabkan oleh malabsorbsi karbohidrat. Disakarida/Polisakarida tidak bisa diabsorbsi oleh usus halus, harus di ubah dahulu menjadi monosakarida dengan bantuan enzim disakaridase. Apabila terjadi defisiensi enzim disakaridase tersebut, maka akumulasi karbohidrat/disakarida/polisakarida pada lumen usus akan menimbulkan osmotic pressure pada lumen usus yang tinggi sehingga terjadi diare. Karbohidrat tersebut oleh mikroorganisme akan difermentasi oleh mikroorganisme usus menjadi asam laktat, gas hidrogen dan asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid). Dilaporkan 25-30 %diare akut yang disebabkan oleh rotavirus akan menyebabkan defisiensi enzim laktase sehingga terjadi diare osmotik. Jarang sekali malabsorbsi protein dan lemak terjadi pada diare akut karena tidak terjadi ganguan produksi enzim pencernaan lemak dan protein. 2.5 Gejala Klinis 1. Diare Sekretorik Gejala berupa: o diare cair o disertai dengan muntah-muntah o tidak ada panas badan o cepat menyebabkan dehidrasi. 2. Diare invasif Diare yang disebabkan oleh rotavirus menimbulkan gejala berupa: o diare cair tanpa berdarah o panas badan yang tidak begitu tinggi

o disertai batuk pilek, muntah o biasanya pada usia < 2 tahun. Diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus biasanya berlangsung selama 4-5 hari, sedangkam morfologi usus dan kapasitas absorbsi biasanya kembali normal dalam waktu 2-3 minggu. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat. Rotavirus 17-72 jam + Sering Tenesmus 5-7 hari Shigella 24-48 jam ++ Jarang Tenesmus, kramp + >7hari Salmonella 6-72 jam ++ Sering ETEC 6-72 jam + EIEC 6-72 jam ++ Tenesmus, kramp Variasi Kolera 48-72 jam Sering Kramp 3 hari

Masa Tunas Panas Mual, muntah Nyeri perut Nyeri kepala Lamanya sakit Sifat tinja: Volume Frekuensi Konsistensi Darah Bau Warna Leukosit Lain-lain

Tenesmus,kolik + 3-7 hari 2-3 hari

Sedang 5-10x/hari Cair Langu Kuning hijau anorexia

Sedikit >10x/hari Lembek + Merahhijau + Kejang+

Sedikit Sering Lembek Kadang Busuk Kehijauan + Sepsis +

Banyak Sering Cair Tak berwarna Meteorismus

Sedikit Sering Lembek + Merahhijau Infeksi sistemik+

Banyak Terus menerus Cair Amis khas Seperti air cucian beras -

Sedangkan diare yang bersifat dysentriform menimbulkan gejala berupa:

Tinja berlendir, berdarah Diare sering namun sedikit Disertai panas badan Tenesmus ani Nyeri abdomen Prolapsus ani.

3. Diare Osmotik Gejala : Tinja cair Distensi abdomen (kembung): karena banyaknya gas Hidrogen yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme usus. Diaper rash : karena meningkatnya asam laktat pH asam, klinitest positif Breath Hidrogen test (+).

Pada pasien termasuk diare yang bersifat invasif karena dilihat dari manifestasi klinisnya diare disertai lendir dan darah segar, dengan demam tidak terlalu tinggi, nyeri perut, dan mual muntah. Penyebab mikroorganisme diare invasif ini belum diketahui, karena tidak dilakukan pemeriksaan feses lengkap.

2.6 Cara menilai Derajat Dehidrasi Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan : Kehilangan BB 1. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 % 2. Dehidrasi ringan ; menurun BB 2 - 5% 3. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10% 4. Dehidrasi berat : menurun BB 10% PENILAIAN Lihat Keadaan Umum Mata A Baik, sadar Normal B *Gelisah, rewel Cekung C *Lesu,lunglai, sadar Sangat cekung tidak

Air Mata Mulut dan lidah Rasa Haus Periksa

Ada Basah Minum

Tidak ada Kering Biasa, *Haus ingin banyak *Kembali lambat

Tidak ada Sangat kering minum *Malas minum atau tidak bias minum *Kembali sangat

Tidak haus Turgor Kembali cepat TANPA DEHIDRASI

Kulit Derajat Dehidrasi

lambat DEHIDRASI RINGAN DEHIDRASI BERAT SEDANG atau lebih tanda lain Bila ada 1 tanda* + 1 Bila ada 1 tanda* + 1 atau lebih tanda lain

Terapi

Rencana Terapi A

Rencana terapi B

Rencana C

Pada pasien termasuk diare dengan dehidrasi ringan- sedang karena terdapat tanda sering merasa haus dan ditambah gejala lainnya yaitu mata sedikit cekung. Kriteria Diagnosis Anamnesis Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari Dapat disertai darah (disentri) Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas

Pemeriksaan fisik Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau, Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau, Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan elektrolit dan atau gangguan keseimbangan asam basa. 2.7 Pemeriksaan Penunjang Darah Darah perifer lengkap Serum elektrolit : Na+, K+, ClAnalisis gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa (pernapasan kusmaul) Immunoassay : toksin bakteri (C.defficile), antgen virus (rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E.histolytica)

Feses Feses lengkap (mikroskopis : peningkatan jumlah lekosit difeses pada inflamatory diarrhea; parasit : amoeba bentuk tropozoid, hypa pada jamur) Biakan dan resistensi feses. Pada pasien ini, pemeriksaan feses lengkap tidak dilakukan sehingga tidak dapat diketahui mikroorganisme penyebab
Pemeriksaan kadar elektrolit juga tidak dilakukan, namun sangat penting untuk mengetahui komplikasi diare lain akibat gangguan elektrolit

2.8 Komplikasi 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/ hipertonik) 2. Renjatan hipovolemik 3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia, perubahan EKG) 4. Hipoglikemia 5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa 6. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi, hipernatremia. 7. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik) 2.9 Tatalaksana 5 pilar tatalaksana diare: 1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit 2. Zinc diberikan 10hari berturut-turut 3. ASI dan makanan tetap diteruskan 4. Antibiotik selektif 5. Nasihat kepada orang tua RENCANA TERAPI A UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU : Teruskan mengobati anak diare dirumah Berikan terapi awal bila terkena diare lagi

MENERANGKAN TIGA CARA TERAPI DIARE DIRUMAH 1. BERIKAN ANAK LEBIH BANYAK CAIRAN DARIPADA BIASANYA UNTUK MENCEGAH DEHIDRASI Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan , seperti larutan oralit,makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada air matang . Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau , berikan jumlah larutan oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti. 2. BERI ANAK MAKAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI Teruskan ASI Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat , dapat diberikan susu, Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat o Berikan bubur lbila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan, sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi o Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan kalium o Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik o Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari o Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu 3. BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN BILA ANAK TIDAK MEMBAIK DALAM 3 HARI ATAU MENDERITA SEBAGAI BERIKUT : Buang Air besar cair lebih sering ANAK HARUS DIBERI ORALIT DI RUMAH BILA Muntah berulang-ulang Rasa haus yang nyata Setelah mendapat rencana terapi B atau C Jumlah Oralit yang diberikan Jumlah Oralit yang di sediakan Makan atau Minum Tidak dapat kembali sedikit ke petugas kesehatan bila diare memburuk Demam Usia BAB (ml) di rumah Memberikan oralittiap kepada semua anak dengan diare yang datang((ml/hari) ke petugas kesehatan <1 50 100 400 (2 bungkus)

14 100-200 > 5 200-300 Dewasa 300-400 Tunjukan kepada ibu cara mencampur oralit

600-800 (3-4 bungkus) 800- 1.000 (4-5 bungkus) 1.200- 2600

Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain untuk mendapatkankan tambahan oralit.

Komposisi Formula WHO (200 ml) Na Klorida (garam ) Glukosa Atau Sukrosa (gula biasa) Trisodium sitrat dihidrat :8g :0,5 g : 0,7 g :4g

K Klorida Beri tablet Zinc

: 0,3 g

Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis : umur <6 bulan : tablet (10 mg) perhari umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita ( kg ) dengan 75 ml 5.4 tahun Usia Berat badan Jumlah (ml) AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan Tunjukan cara memberikannya sesendok teh tiap 1 2 menit untuk anak di bawah 2 tahunbeberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua Periksa dari waktu bila ada masalah Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 3 menit Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air masak atau ASI SETELAH 3-4 JAM NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN beri oralit sesuai Rencana tetapi A bila pembengkakan telah hilang PENILAIAN KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A , B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B , tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000 <4 bulan <5 kg 4-11 bulan 5-7,9 kg 12-23 bulan 8-10,9 kg 11-15,9 kg 5-14tahun 16-29,9 kg >15 tahun >30 kg

BILA HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana terapi A Tunjukkan cara melarutkan oralit Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti Memberi makan anak sebagaimana biasanya Membawa anak ke petugas kesehatan.

RENCANA TERAPI C

UNTUK DEHIDRASI BERAT Catatan : Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga dan mengembalikan cairan yang hilang dengan memeberi oralit. Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah anda, pikirkan kolera dan berikan antibiotic yang tepat secara oral begitu anak sadar

Penggunaan antimikroba pada kasus diare akut tertentu

Diagnosa Klinis Kolera

Obat Pilihan Tetrasiklin dibagi 4 dosis x 3 hari.

Obat Pengganti Furazoline dibagi 4 dosis X 3 hari Eritromisin Anak : 30 mg/kgBBhari dibagi 3 dosisi x 3 hari Nalidixic Acid dosis x 5 hari (TMP)- Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 10 dosis x 5 hari

Anak: 50 mg/kgBB/hari Anak : 5 mg/kgBB/hari

Shigella disentri

Ampisilin 4 dosis x 5 hari Trimetoprim Anak: TMP Sulfametoksasol (SMX) mg/kgBB/hari dibagi 2

100 mg/kgBB/hari dibagi 55 mg/kgBB/hari dibagi 4

Amubiasis akut

dosis x 5 hari Metronidazole 5-10 hari

Pada kasus yang sangat Dehydroemetine dgn 1-1,5 suntikan mg/kgBB, HCl, :

Anak: 30 mg/kgBB/hari berat,

intramuscular yang dalam maksimum 90 mg, sampai 5 hari tergantung reaksi badan.
Pemberian makanan setelah diare Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare, beberapa kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadai anorexia hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya. ZINC

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak: anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit. Terapi medikamentosa Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti

antibiotika:antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut. Antibiotik Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pad semua diare akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera, sebagainya,1 Obat antidiare Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah: 1,3 Adsorben Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine). Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak. Antimotilitas Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal. Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare. Bismuth subsalicylate Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan. obat-obat lain: Anti muntah Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah terehidrasi PROBIOTIK Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen usus , kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi..

Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen.1 Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen usus, produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan imunomodulasi. Disimpulkan bahwa beberapa probiotik potensial mempunyai efek protektif terhadap diare, tetapi masih diperlukan penelitian dan evaluasi lebih lanjut termasuk efektifitas dan keamanannya, walaupun sejauh ini penggunaan probiotik pada percobaan klinis dikatakan aman. PREBIOTIK Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan kesehatan. Oligosacharida yang ada didalam ASI dianggap sebagai prototipe prebiotik oleh karena dapat merangsang pertumbuhan lactobacilli dan bifidobacetria didalam kolon bayi yang minum ASI. Data menunjukan angka kejadian diare akut lebih rendah pada bayi yang minum ASI. Namun penggunaan untuk aspek pencegahan diare akut masih perlu menunggu penelitian penelitian selanjutnya.

SINDROMA EKSTRAPIRAMIDAL Definisi Sindrom ekstrapiramidal adalah suatu kondisi yang menimbulkan gerakan otot tak sadar atau kejang yang biasanya terjadi pada wajah dan leher. Hal ini terjadi ketika terjadi gangguan pengaturan pelepasan dan re-uptake neurotransmitter dopamin. Gejala ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik. Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan saraf yang terdapat pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan. Letak dari sistem ekstrapiramidal adalah terutama di formatio reticularis dari pons dan medulla dan di target saraf di medula spinalis yang mengatur refleks, gerakangerakan yang kompleks, dan kontrol postur tubuh. ETIOLOGI Sindroma ekstrapiramidal terjadi akibat pemberian obat antipsikotik yang menyebabkan adanya gangguan keseimbangan antara transmisi asetilkolin dan dopamine pusat. Obat antispikotik dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya sebagai berikut : Antipsikosis Chlorpromazine Thioridazine Perphenazine trifluoperazine Fluphenazine Haloperidol Pimozide Clozapine Zotepine Sulpride Risperidon Quetapine Olanzapine Aripiprazole Dosis (mg/hr) 150-1600 100-900 8-48 5-60 5-60 2-100 2-6 25-100 75-100 200-1600 10-20 10-20 Gej. ekstrapiramidal ++ + +++ +++ +++ ++++ ++ + + + +

Pada pasien ini penyebab dari sindroma ekstrapiramidal adalah karena penggunaan dari obat metoclopramide

METOCLOPRAMIDE Metoclopramide suatu chlorobenzamide yang berfungsi sebagai dopamin postsynaptic antagonis reseptor dan banyak digunakan untuk anak-anak sebagai suatu antiemetik. Dapat juga digunakan sebagai prokinetic agen untuk meningkatkan motilitas saluran pencernaan atas dan sfingter tonus esofagus bagian distal. Indikasi : Untuk meringankan (mengurangi simptom diabetik gastroparesis akut dan yang kambuh kembali) Juga digunakan untuk menangulangi mual, muntah metabolik karena obat sesudah operasi Rasa terbakar yang berhubungan dengan refluks esophagitis

Mekanisme Kerja Mekanisme kerja metoklorpamid pada saluran cerna bagian atas mirip dengan obat kolinergik, tetapi metoklopramid tidak dapat menstimulasi sekresi dari lambung, empedu, atau pankreas dan tidak dapat mempengaruhi konsentrasi gastrin serum. Efek dari metoklopramid pada motilitas usus tidak tergantung pada persyarafan nervus vagus. Tetapi dihambat oleh obat-obat kolinergik. Metoklopramid mempengaruhi Chemoreceptor Trigger Zone) medulla yaitu dengan menghambat reseptor doopamin padat CTZ. Mekanisme kerja dengan cara meningkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan sensitivitas saraf visceral yang membawa impuls saraf aferen dari gastrointestinal ke pusat muntah pada formatio reticularis lateralis. Efek samping : Efek SSP : kegelisahan, mengantuk, kelelahan dan kelemahan. Rekasi ekstrapiramidal distonia akut

Gangguan endokrin : galaktore, amenore, ginekomastia, impoten sekunder, hiperprolaktinemia Efek kardiovaskular : hipotensi, hipertensi supraventrikular, takikardia dan bradikardia Efek gastrointestinal : diare Efek hati :hepatotoksisitas Efek hematologik : neutropenia, leukopenia, agranulositosis Reaksi alergi : gatal-gatal, urtikaria dan bronkospasme

Insiden terjadinya ekstrapiramidal sindrom pada orang dewasa sekitar 0,5-1%, namun pada anak-anak insiden mencapai 25%. Efek samping metoklopramid dapat reseptor dilihat sebagai di akibat corpus dari dopamin Efek postsynaptic samping utama antagonisme striatum.

obat dapat menjadi reaksi ekstrapiramidal yang muncul dalam beberapa jam hingga 24-36 jam. Mekanisme kerja metoklopramid yang menimbulkan EPS Pusat mual muntah (CTZ) letaknya di labirin vestibular di area postrema medula oblongata (terdapat dopamin, serotonin, histamin) & reseptor muskarinik Metoklopramid sebagai antagonis reseptor memblok reseptor dopamin sentral dan perifer Dopamin << Sindrom ekstrapiramidal GEJALA KLINIS EPS Gejala akut : 1. Distonia Distonia adalah kontraksi otot yang singkat atau lama, biasanya menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal, termasuk krisis okulorigik, prostrusi lidah, trismus, tortikolis, distonia laring-faring, dan postur distonik pada anggota gerak dan batang tubuh.

Gejala distonia berupa gerakan distonik yang disebabkan oleh kontraksi atau spasme otot, onset yang tiba-tiba dan terus menerus, hingga terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol. Otot yang paling sering mengalami spasme adalah otot leher (torticolis dan retrocolis), otot rahang (trismus, gaping, grimacing), lidah (protrusion, memuntir) atau spasme pada seluruh otot tubuh (opistotonus). Pada mata terjadi krisis okulogirik. Distonia glosofaringeal yang menyebabkan disartria, disfagia, kesulitan bernapas, hingga sianosis. Spasme otot dan postur yang abnormal, umumnya yang dipengaruhi adalah otot-otot di daerah kepala dan leher, tetapi terkadang juga daerah batang tubuh dan ekstremitas bawah. Distonisa laring dapat menyebabkan asfiksia dan kematian. Kriteria diagnostik dan riset untuk distonia akut akibat neuroleptik menurut DSM- IV adalah sebagai berikut : Posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau batang tubuh yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau menaikkan dosis medikasi neuroleptik (atau setelah menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati gejala ekstrapiramidal). Satu (atau lebih) tanda atau gejala berikut yang berkembang berhubungan dengan medikasi neuroleptik : a. b. c. d. e. f. g. Posisi abnormal kepala dan leher dalam hubungannya dengan tubuh Spasme otot rahang (trismus, menganga, seringai) Gangguan menelan (disfagia), bicara, atau bernafas (spasme laringPenebalan atau bicara cadel karena lidah hipertonik atau Penonjolan lidah atau disfungsi lidah Mata deviasi ke atas, ke bawah, ke arah samping (krisis okulorigik) Posisi abnormal anggota gerak distal atau batang tubuh Pada pasien ini mengalami gejala distonia akut akibat sindrom ekstrapiramidal yang ditandai dengan adanya kaku pada rahang (trismus), tidak bisa bicara (disfonia), lidah kaku, dan mata deviasi ke atas, tangan dan badan kaku berlangsung selama 3 menit (misalnya tortikolis)

faring, disfonia) membesar (disartria, makroglosia)

2. Parkinsonism yang diinduksi obat Sindrom parkinsonism timbul 1-3 minggu setelah pengobatan awal, lebih sering terjadi pada dewasa muda, dengan perbandingan perempuan:laki-laki = 2:1. Faktor risiko antipsikotik menginduksi parkinsonism adalah peningkatan usia, dosis obat, riwayat parkinsonism sebelumnya, dan kerusakan ganglia basalis. tremor. 3. Akatisia Merupakan bentuk yang paling sering dari sindroma ekstrapiramidal yang diinduksi oleh obat antipsikotik. Manifestasi klinis berupa perasaan subjektif kegelisahan (restlessness) yang panjang, dengan gerakan yang gelisah, umumnya kaki yang tidak bisa tenang. Penderita dengan akatisia berat tidak mampu untuk duduk tenang, perasaannya menjadi cemas atau iritabel. Akatisia terkadang sulit dinilai dan sering salah diagnosis dengan ansietas atau agitasi dari pasien psikotik, yang disebabkan dosis antipsikotik yang kurang. Gejala kronik :
1. Tardive dyskinesia

Manifestasi

klinis

yaitu

gerakan

spontan

yang

menurun

(bradikinesia), meningkatkan tonus otot (muscular rigidity) dan resting

Terjadi setelah menggunakan antipsikotik minimal selama 3 bulan atau setelah pemakaian antipsikotik dihentikan selama 4 minggu untuk oral dan 8 minggu untuk injeksi depot, maupun setelah pemakaian dalam jangka waktu yang lama (umumnya setelah 6 bulan atau lebih). Umumnya berupa gerakan involunter dari mulut, lidah, batang tubuh, dan ekstremitas yang abnormal dan konsisten. Gerakan oral-facial meliputi mengecap-ngecap bibir (lip smacking), menghisap (sucking), dan mengerutkan bibir (puckering) atau seperti facial grimacing. Gerakan lain meliputi gerakan irregular dari limbs, terutama gerakan lambat seperti koreoatetoid dari jari tangan dan kaki, gerakan menggeliat dari batang tubuh. 2. Tardive distonia Ini merupakan tipe kedua yang paling sering dari sindroma tardive. Gerakan distonik adalah lambat, berubah terus menerus, dan involunter serta mempengaruhi daerah tungkai dan lengan, batang tubuh, leher (contoh torticolis,

spasmodic disfonia) atau wajah (contoh meiges syndrome). Tidak mirip benar dengan distonia akut. 3. Tardive akatisia Mirip dengan bentuk akatisia akut tetapi berbeda dalam respons terapi dengan menggunakan antikolinergik. Pada tardive akatisia pemberian antikolinergik memperberat keluhan yang telah ada. 4. Tardive tics Sindroma tics multiple, rentang dari motorik tic ringan sampai kompleks dengan involuntary vocazations (tardive gilles de la tourettes syndrome). 5. Tardive myoclonus Singkat, tidak stereotipik, umumnya otot rahang tidak sinkron. Gangguan ini jarang dijumpai.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS Pemeriksaan yang dapat dilakukan di antaranya adalah pemeriksaan fisik neurologis. Pemeriksaan rutin elektrolit, nitrogen urea darah, kreatinin darah, glukosa darah, dan bikarbonat bermanfaat dalam menilai status hidrasi, fungsi ginjal, status asam basa, dan termasuk hipoglikemi sebagai penyebab kelainan sensorium. Kontraksi otot yang terus menerus sering menyebabkan perusakan otot yang terlihat dari pningkatan potassium, asam urat, dan keratin kinase-MM. Perusakan otot juga menghasilkan myoglobin yang diserap oleh ginjal, sehingga menyebabkan disfungsi tubulus ginjal. PENATALAKSANAAN Pengobatan distonia dengan antikolinergik benztropine injeksi intravena lambat. Kebanyakan pasien merespon dalam waktu 5 menit dan gejala-bebas dengan 15 menit. Jika tidak ada respon dosis dapat diulang setelah 10 menit. Anak-anak harus diberikan benztropine parenteral, 0,02 mg / kg sampai maksimum 1 mg, baik intramuskular atau intravena. Hal ini dapat diulangi sekali, tetapi jika intramuskular yang dipilih, memungkinkan 30 menit untuk berlalu sebelum dosis pengulangan. Dosis yang sama harus diberikan secara oral, dua kali sehari selama 24-48 jam berikutnya untuk mencegah kekambuhan. Dapat

diberikan triheksiphenidil 2-5 mg, namun benztropine lebih efektif dari triheksiphenidil. Pengobatan lain dengan antihistamin, diphenhydramine 1-2 mg / kg hingga 100 mg dengan injeksi intravena selama 5 menit. Promethazine, 25-50 mg intravena atau intramuskuler, lebih jarang digunakan. Diazepam, 5-10 mg intravena, telah digunakan untuk pasien yang tidak bisa ditanggulangi dengan pengobatan antidotum EPS lainnya. Benzodiazepine dapat mengurangi pergerakan involunter pada banyak pasien, kemungkinan melalui mekanisme asam gamma-aminobutirat-ergik. Pengurangan dosis umumnya merupakan perjalanan kerja terbaik bagi pasien yang tampaknya mengalami diskinesia tardive tetapi masih memerlukan pengobatan. PROGNOSIS Prognosis pasien dengan sindrom ekstrapiramidal yang akut masih baik bila gejala langsung dikenali dan ditanggulangi. Sedangkan prognosis pada EPS yang kronik lebih buruk. Pasien dengan tardive distonia sangat buruk.

Anda mungkin juga menyukai