Anda di halaman 1dari 31

BAB V HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada lansia di kelurahan Lebak bulus pada bulan Juli 2013. Penelitian ini mengambil sampel secara cluster sampling pada lansia di kelurahan lebak bulus. Sampel yang diteliti pada penelitian ini sebanyak 219 lansia. 5.1 Gambaran deskriptif hasil penelitian 5.1.1 Analisis univariat jenis kelamin pasien Berdasarkan jenis kelamin, responden dibagi menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Terdapat 51% responden yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 49% responden yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 5.1 Distribusi responden terhadap jenis kelamin Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah N 112 107 219 % 51 49 100

5.1.2 Analisis univariat umur pasien Berdasarkan usia, usia rata-rata responden adalah sebesar 69,44 dengan standar deviasi 3,813. dengan responden umur termuda 65 dan tertua 85 tahun Tabel 5.2 Distribusi responden terhadap umur Mean SD 69,92 4,294

Umur pasien

5.1.3 Analisis univariat disabilitas pasian


18

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan disabilitas N 44 175 219 % 19,6 80,4 100

Disabilitas Tidak disabilitas Jumlah

Berdasarkan ada tidaknya disabilitas pada responden, responden dibagi menjadi dua kategori yaitu responden yang mengalami disabilitas dan responden yang tidak mengalami disabilitas. Dalam penelitian ini responden dikatakan mengalami disabilitas apabila menggunakan alat bantu seperti tongkat, kursi roda untuk dapat melakukan aktifitasnya dan mereka yang mengalami disabilitas total ataupun berat seperti hanya dapat terbaring ditempat tidur saja. Terdapat 44 responden yang mengalami disabilitas dengan presentase sebesar 19,6%, dimana 15 responden diantaranya mengalami disabilitas total sedangkan sisanya sebanyak 28 orang menggunakan alat bantu dalam kesehariannya Dan terdapat 175 responden yang tidak mengalami disabilitas dengan presentase sebesar 80,4%

5.2 Analisis Kualitas Hidup Lansia dengan Disabilitas Tabel 5.3 Kualitas Hidup Lansia dengan Disabilitas
19

Domain 1 Mobilitas

Domain 2 Kognitif

Domain 3 Partisipasi

Domain 4 Aktifitas

Domain 4 Perawatan diri

Domain 5 Interaksi dengan sekitar

Total Kualitas Hidup 149,3313 60,5321,5

Disabilitas Tidak Disabilitas Nilai P

22,74 4,6 9,02 3,67

26,84 2,7 10,854,0

36,143,4 13,765,5

22,652,36 9,63,5

18,471,62 7,242,94

22,532,33 10,053,5

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

0,0

Tabel 5.3 Menggambarkan Analisa hubungan antara enam domain yaitu Mobilitas, Fungsi kognitif, Kemampuan berpartisipasi, Interaksi dengan sekitar, Perawatan diri dan Kemampuan beraktivitas pada lansia dengan disabilitas dan tanpa disabilitas. Berdasarkan uji Tindependen test maka didapatkan keenam domain tersebut bermakna, dimana nilai p = 0,00 ( p < 0,05 ). Berdasarkan uji T-independen mobilitas dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan mobilitas rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 22,74 dengan standard deviasi 2,18. Didapatkan mobilitas rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 9,02 dengan standard deviasi 3,67. Perawatan diri dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan perawatan diri rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 18,47 dengan standard deviasi 1,62. Didapatkan perawatan diri rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 7,24 dengan standard deviasi 2,94. Kemampuan berinteraksi dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan kemampuan berinteraksi rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 22,53 dengan standard deviasi 2,33. Didapatkan kemampuan berinteraksi rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 10,05 dengan standard deviasi 3,52. Kemampuan beraktivitas dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan kemampuan beraktivitas rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 22,65 dengan standard deviasi 2,36. Didapatkan kemampuan beraktivitas rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 9,61 dengan standard deviasi 3,5. Fungsi kognitif dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan ketersediaan lingkungan sosial rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 26,84 dengan standard deviasi 2,7. Didapatkan fungsi kognitif rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 10,85 dengan standard deviasi 4,0.
20

Kemampuan berpartisipasi dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan kemampuan berpartisipasi rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 36,14 dengan standard deviasi 3,4. Didapatkan kemampuan berpartisipasi rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 13,76 dengan standard deviasi 5,5. Tabel 5.4 Karakteristik Responden, Kondisi rumah dan Sosial pada Pasien Disabilitas Karakteristik Responden ( Usia dan Jenis kelamin ) Disabilitas Tidak Disabilitas Nilai P 0,0 0,876 0,0 74,3 4,6 67,76 1,75 13,77 2,66 13,83 2,24 Kondisi Rumah Sosial ( Dukungan Keluarga, Masyarakat dan Pelayanan Kesehatan ) 26,81 2,04 22,95 4,03

Berdasarkan uji T-independen usia dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan usia rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 74,3 dengan standard deviasi 4,6. Didapatkan usia rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 67,76 dengan standard deviasi 1,75. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara usia dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Ketersediaan lingkungan sosial dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan ketersediaan lingkungan sosial rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 33,23 dengan standard deviasi 2,85. Didapatkan ketersediaan lingkungan sosial rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 15,4 dengan standard deviasi 4,11. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Kondisi rumah dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan kondisi rumah rata-rata responden dengan disabilitas sebesar 13,77 dengan standard deviasi 2,66. Didapatkan kondisi rumah rata-rata responden yang tidak mengalami disabilitas sebesar 13,83 dengan standard deviasi 2,24. Dan ditemukan nilai p hasil
21

uji T-independent adalah p = 0,876 dimana p > 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) tidak diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas.

BAB VI PEMBAHASAN

Pada penelitian ini kami menggunakan uji T- independen untuk menganalisis domain yang terdapat pada WHODAS yaitu hubungan umur, mobilitas, kemampuan melakukan
22

perawatan diri, kemapuan berinteraksi, kemapuan beraktivitas, ketersediaan lingkungan sosial, kondisi lingkungan rumah, fungsi kognitif dan kemampuan berpartisipasi dengan kualitas hidup pada lansia dengan disabilitas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Heikkinen tahun 2003 pada jurnalnya yang berjudul What Are The Main Risk Factors for Disability in old Age menyatakan bahwa disabilitas pada lansia menggambarkan ketergantungan lansia, menurunnya kualitas hidup, merupakan awal untuk mendapatkan perawatan di panti dan menyebabkan kematian dini pada lansia.6 Disabilitas juga merupakan masalah utama pada lanjut usia untuk mencapai healthy ageingmaupun active ageing.6 Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua kategori yaitu responden yang mengalami disabilitas dan responden yang tidak mengalami disabilitas. Terdapat 44 responden yang mengalami disabilitas dengan presentase sebesar 19,6%, dimana 15 responden diantaranya mengalami disabilitas total sedangkan sisanya sebanyak 28 orang menggunakan alat bantu seperti tongkat dan kursi roda dalam kesehariannya dan terdapat 175 responden yang tidak mengalami disabilitas dengan presentase sebesar 80,4%. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yvonne suzy pada tahun 2006 dengan jurnalnya yang berjudul Pengukuran Disabilitas dan Prediksi Kualitas Hidup Pada Masyarakat Lanjut usia di DKI Jakarta yang menyakatan bahwa prevalensi disabilitas meningkat sesuai dengan peningkatan usia.14 Hal ini menujukan semakin tua usia semakin rentan terjadi disabilitas. Kemungkinan disebabkan setiap tahun terjadi pertambahan penduduk lansia yang tidak dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang memadai untuk lansia terutama bagi lansia yang terlantar atau miskin.14 Tetapi didapatkan perbedaan dalam jumlah presentase disabilitas pada lansia yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya oleh Yvonne Suzy yang didapatkan angka presentase disabilitas pada lansia sebesar 29% tetapi dalam penelitian ini hanya didapatkan presentase sebanyak 19,6 %, perbedaaan tersebut disebabkan karena ruang lingkup penelitian sebelumnya lebih luas yaitu diseluruh DKI Jakarta sedangkan pada penelitian kami hanya mencakup Kelurahan Lebak Bulus saja. Dan juga terdapat perbedaan dalam hal penggunaan instrument kuesioner yang digunakan oleh penelitian sebelumnya dengan menggunakan indeks Bartel untuk mengkur disabilitas dalam melakukan aktifitas sehari-hari sedangkan penelitian ini menggunakan WHODAS ( WHO Disabilities Assesment Survey)
23

dimana kuesinoer WHODAS mencakup 6 domain yang lebih spesifik untuk menilai kualitas hidup seseorang dengan disabilitas. Berdasarkan hubungan antara usia dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas didapatkan hasil uji T-independen usia rata rata responden dengan disabilitas sebesar 74,3 4,6. Dan didapatkan nilai p hasil uji T-independen adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siop pada tahun pada 2008 yang mengatakan umur secara signifikan mempengaruhi terjadinya disabilitas, dengan meningkatnya umur kejadian disabilitas juga meningkat. Lansia yang berusia lebih dari 70 tahun mempunyai risiko terjadinya disabilitas 2 kali lebih besar dibandingkan dengan lansia berusia 60-69 tahun.16 Dari nilai rata-rata tersebut didapatkan disabilitas pada lansia mulai muncul saat usia 68 tahun. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Heikkinen tahun 2003 yang berjudul What Are the Main Risk Factors for Disability in Old Age yang menyatakan prevalensi disabilitas meningkat dengan meningkatnya usia dan pada umumnya mulai timbul pada usia lebih dari 65 tahun. Semakin bertambah usia seseorang semakin banyak terjadi perubahan pada berbagai sistem dalam tubuh. Perubahan yang terjadi cenderung pada penurunan berbagai fungsi tubuh.6 Hal ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Budjianto pada tahun 2008 yang mengatakan bahwa disabilitas jika dilihat dari gambaran usia maka memberikan gambaran tren yang makin meningkat seiring dengan peningkatan umur. Hal ini menunjukkan keadaan secara alami terjadi bahwa semakin meningkat usia, kecenderungan terjadi disabilitas juga semakin meningkat.20 Hubungan antara total kualitas hidup lansia dengan disabilitas dan total kualitas hidup lansia tanpa disabilitas berdasarkan uji T-independen didapatkan total kualitas hidup lansia dengan disabilitas sebesar 149,33 dengan standard deviasi 17,62., sedangkan total kualitas hidup lansia tanpa disabilitas sebesar 60,54 dengan standar deviasi 21,49. Hal ini menunjukkan bahwa total kualitas hidup lansia dengan disabilitas 2,5 kali lebih buruk dibandingkan dengan kualitas hidup lansia tanpa disabilitas. Penelitian ini menunjukan bahwa kualitas hidup lansia
24

dengan disabilitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat pada domain WHODAS seperti fungsi kognitif, mobilisasi, kemampuan perawatan diri, kemampuan berinteraksi dengan sekitar, aktifitas dan kemampuan berpartisipasi. Total penilaian kualitas hidup ini didapatkan berdasarkan kuesioner WHODAS yang mengandung keenam domain tersebut yang penilaiannya semakin besar total angka yang didapat menunjukkan kualitas hidup yang semakin buruk. Domain pertama, yaitu Kemampuan mobilitas yang dianalisis dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk dapat berdiri dalam waktu yang lama sekitar 30 menit, kemampuan untuk langsung berdiri sehabis dari posis duduk, berjalan-jalan disekitar rumah, dan kemampuan berjalan keluar dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa mobilitas lansia yang mengalami disabilitas 2,5 kali lebih buruk daripada lansia yang tidak mengalami disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara mobilitas dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Allison pada tahun 2004 dalam jurnalnya yang berjudul Determinant of Quality ofLife Among Older People yang menyatakan mobilitas seseorang yang mengalami disabilitas akan jauh lebih rendah daripada seseorang yang tidak mengalami disabilitas dan hal tersebut akan sangat mempengaruhi kualitas hidup orang tersebut. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handjani, Yvonne Suzy tahun 2006 di Jakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara mobilitas dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas.14 Domain kedua, yaitu Kemampuan melakukan perawatan diri yang dianalisa dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk dapat berpakaian, mandi, dan makan sendiri, juga kemampuan atau tidak adanya kesulitan untuk dapat berada didalam rumah seorang diri sendiri. Kemampuan perawatan diri rata-rata responden dengan disabilitas mengalami disabilitas 2 kali lebih buruk daripada lansia yang tidak mengalami disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji Tindependent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara kemampuan perawatan diri dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Febrina tahun 2011 di Medan yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kemampuan perawatan diri dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas.21 Lansia dengan disabilitas mengalami ketidakmampuan
25

untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dasar sehari- hari termasuk melakukan perawatan diri seperti menggunakan toilet, berpakaian dan membersihkan diri dan hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hidupnya.21 Domain ketiga yaitu kemampuan berinteraksi dengan sekitar yang dianalisa dalam penelitian ini adalah kemampuan berinteraksi dengan orang sekitar yang dekat dengan dirinya, berinteraksi dengan orang lain yang baru dikenal maupun yang tidak dikenal, mempertahankan pertemanan, memulai pertemanan yang baru, dan hubungan seksual. Kemampuan berinteraksi dengan sekitar rata-rata lansia dengan disabilitas 2 kali lebih buruk daripada lansia yang tidak mengalami disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara kemapuan berinteraksi dengan sekitar dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handjani, Yvonne Suzy tahun 2006 di Jakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kemampuan berinteraksi dengan sekitar dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas.14 Doamin keempat yaitu kemampuan beraktifitas yang dianalisa dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam beraktifitas fisik, dan juga beberapa aktifitas dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dan kemampuan untuk menjaga dan mengurus orang terdekat yang hidup dengannya. Kemampuan beraktivitas rata-rata responden dengan disabilitas mengalami disabilitas 2 kali lebih buruk daripada lansia yang tidak mengalami disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara kemampuan beraktivitas dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil analisis ini juga sesuai dengan penelitian Haryono tahun 2008 dalam jurnalnya yang berjudul Studi Deskriptif, Penyakit Kronis, Faktor Prilaku, dan Lingkungan pada Disabilitas dan Kualitas Hidup Lansia yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara responden yang beraktifitas dengan disabilitas karena aktivitas fisik adalah cara yang terbaik untuk memutuskan lingkaran jahat dan bergerak menuju peningkatan yang progresif. Ini menolong lansia untuk meningkatkan kemandirian mereka.19 Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas fisik yaitu memperbaiki kemampuan fungsional, kesehatan dan kualitas hidup juga dapat mengurangi biaya perawatan kesehatan baik untuk individu maupun untuk masyarakat (WHO, 1998). Aktifitas fisik secara
26

teratur mempunyai efek perlindungan yang signifikan terhadap kemungkinan berbagai macam penyakit, seperti jantung dan pengeroposan tulang (osteoporosis). Sebaliknya, gaya hidup tanpa gerak (sedentary lifestyle) diketahui berisiko terhadap terjadinya hal-hal tersebut. Domain kelima yaitu Fungsi kognitif yang dianalisa dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan, mengingat hal-hal penting, menganalisa dan menemukan solusi dari masalah dalam kehidupan sehari-hari, mempelajari hal baru, pergi ke tempat yang baru, dan memulai-mengerti dan mempertahankan percakapan dengan orang lain. Fungsi kognitif rata-rata responden dengan disabilitas menunjukan 2,5 kali lebih buruk daripada lansia yang tidak mengalami disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji Tindependent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara fungsi kognitif dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil penelitian ini mendukung Joshua tahun 2013 dalam jurnalnya yang berjudul Measuring the Activities of daily living among older people yang menyatakan bahwa sekitar 2050% dari lansia yang berusia lebih dari 70 tahun mengalami penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif berperan dalam menjalankan fungsi aktifitas keseharian. Jika seorang lansia sudah mengalami kesulitan untuk melakukan fungsi aktifitasnya maka lansia tersebut akan sangat bergantung dengan orang lain yang nantinya akan berpengaruh pada penurunan kualitas hidup. Domain keenam yaitu kemampuan berpartisipasi yang dianalisa dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk bergabung di aktifitas komunitas misalnya aktifitas keagamaan, perayaan, dan undangan, ada tidaknya kesulitan uantuk dapat hidup bermartabat karena sikap dan tindakan orang lain terhadapnya, banyaknya waktu yang dihabiskan pada kondisi kesehatan dan konsekuensinya, pengaruh emosional pada kondisi kesehatannya. Kemampuan berpartisipasi lansia yang mengalami disabilitas 2,5 kali lebih buruk daripada lansia yang tidak mengalami disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara kemampuan berpartisipasi dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handjani, Yvonne Suzy tahun 2006 di Jakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kemampuan berpartisipasi dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas.14

27

Ketersediaan lingkungan sosial yang dianalisa dalam penelitian ini termasuk didalamnya peranan dari dukungan keluarga, dukungan masyarakat dan pelayanan kesehatan. Dukungan keluarga yang dimaksud seperti seberapa besar perhatian keluarga untuk membantunya dalam melakukan aktifitas sehari-hari, memberikan motivasi, memberikan bantuan dalam hal keuangan dan penyediaan sarana transportasi, nasehat. Dukungan masyarakat yang dimaksud adalah adanya tetangga yang datang untuk mengunjungi ataupun bersedia mengantar untuk berpergian. Adanya kegiatan sosial yang dibuat oleh masyarakat agar lansia tersebut masih dapat terlibat didalamnya. Sedangkan Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah ada tidaknya kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dilingkungan sekitar dan ada tidaknya homecare. Ketersediaan lingkungan sosial rata-rata responden dengan disabilitas menujukan angka yang lebih buruk daripada lansia tanpa disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,0 dimana p < 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) diterima yaitu terdapat hubungan antara ketersediaan lingkungan sosial dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mandy dalam jurnalnya yang berjudul Developmental of a home visitation programme for the elderly detection of health problems in older people tahun 2013 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pelayanan kesehatan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas.10 Pada penelitian yang dilakukan oleh Amelia tahun 2007 yang berjudul Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Lansia dengan Disabilitas di Purworejo menyatakan dukungan keluarga turut berperan terhadap kualitas hidup lansia. Dukungan itu terdiri dari 7 jenis yaitu komunikasi, interaksi sosial, finansial, penyediaan transportasi, upaya mempertahankan aktifitas fisik yang masih mampu dilakukan lansia dan dukungan keluarga dalam menyiapkan makanan. Dukungan masyarakat juga berperan terhadap kualitas hidup lansia, dukungan masyarakat berupa dukungan emosional, dukungan informasi dan dukungan pertemanan. Dukungan emosional meliputi rasa empati, kepedulian dan perhatian. Dukungan instrumental merupakan bantuan secara langsung seperti uang atau barang. Dukungan informasi adalah dukungan berupa masukan, arahan dan saran. Dukungan pertemanan yaitu kesediaan orang lain untuk menghabiskan waktu bersama.12

28

Kondisi rumah yang dianalisa dalam penelitian ini termasuk pencahayaan, kondisi kamar mandi seperti kondisi lantai, pegangan, WC duduk atau jongkok, kondisi tangga dan anak tangga. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan rumah responden yang mengalami disabilitas sama dengan responden yang tidak mengalami disabilitas. Dan ditemukan nilai p hasil uji T-independent adalah p = 0,876 dimana p > 0, 05, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho ) tidak diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi lingkungan rumah dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Hasil penelitian ini juga menyangkal penelitian yang dilakukan oleh Raymond dalam jurnalnya yang berjudul Influences Enviromental factors on The Physical Functioning in Older People tahun 2013 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas.9 Juga menyangkal penelitian yang dilakukan oleh Stewart tahun 2001 yang berjudul Home Safety and Royal Society for Public Health yang menyatakan bahwa lansia dengan disabilitas dengan kondisi rumah yang aman dan baik memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada lansia dengan kondisi rumah yang tidak aman. 18 Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang kami dilakukan, hal ini terjadi karena lokasi penelitian yang dilakukan oleh Stewart dilakukan pada lansia di California yang sebagian besar rumahnya sudah dirancang untuk menyediakan alat bantu yang memudahkan mereka untuk menjalankan aktivitas seharihari. Alat bantu yang digunakan antara lain pegangan tangan dalam kamar mandi dan kamar tidur serta bahan dasar lantai yang tidak licin, selain memudahkan lansia untuk bergerak, hal ini juga mengurangi risiko jatuh pada lansia, sehingga kondisi rumah turut berperan terhadap kualitas hidup lansia dengan disabilitas.

Hubungan antara total kualitas hidup lansia dengan disabilitas dan total kualitas hidup lansia tanpa disabilitas berdasarkan uji T-independen didapatkan total kualitas hidup lansia dengan disabilitas sebesar 149,33 dengan standard deviasi 17,62., sedangkan total kualitas hidup lansia tanpa disabilitas sebesar 60,54 dengan standar deviasi 21,49. Hal ini menunjukkan bahwa total kualitas hidup lansia dengan disabilitas 2,5 kali lebih buruk dibandingkan dengan kualitas hidup lansia tanpa disabilitas. Penelitian ini menunjukan bahwa kualitas hidup lansia dengan disabilitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat pada domain WHODAS seperti fungsi kognitif, mobilisasi, kemampuan perawatan diri, kemampuan berinteraksi dengan sekitar, aktifitas dan kemampuan berpartisipasi. Total penilaian kualitas hidup ini didapatkan
29

berdasarkan kuesioner WHODAS yang mengandung keenam domain tersebut yang penilaiannya semakin besar total angka yang didapat menunjukkan kualitas hidup yang semakin buruk.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan - Berdasarkan hasil penelitian kami didapatkan prevalensi lansia dengan disabilitas sebesar 19,6 % , prevalensi lansia tanpa disabilitas sebesar 80,4%.
30

- Usia berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Kemampuan bermobilisasi berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Kemampuan melakukan perawatan diri berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Kemampuan berinteraksi dengan sekitar berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Kemampuan berpartisipasi berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Kemampuan melakukan aktivitas berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Fungsi kognitif berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Ketersediaan lingkungan sosial berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013 - Kondisi rumah tidak berhubungan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas di

Kecamatan Lebak bulus pada Juli 2013

7.2 Saran Puskesmas Dari kesimpulan diatas di dapatkan satu variabel yang tidak berhubunngan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Namun demikian terdeapat delapan variabel yang berperan terhadap kualitas hidup lansia dengan disabilitas, diantaranya dari faktor sosial termasuk pelayanan kesehatan. Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mandy tahun 2013,
31

meyatakan bahwa terdapat hubungan antara pelayanan kesehatan dengan kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Dari keterangan di atas, diharapkan puskesmas dapat lebih memperhatikan kondisi lansia dengan disabilitas melalui kujungan rumah atau home care. Peneliti Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam melakukan penelitian ini, tidak semua faktor diteliti dan dianalisis dengan parameter yang tepat karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga. Oleh karena itu, sangat diharapkan ada peneliti lain yang berminat melanjutkan penelitiian ini dengan membuat penelitian lanjutan dan membahas lebih mendalam lagi faktorfaktor lainnya selain yang telah kami lakukan demi kesempurnaan penelitian ini. jumlah sampel dan waktu penelitian juga disarankan untuk diperbesar agar dapat melihat hasil yang lebih baik lagi Masyarakat Perlunya perhatian yang lebih terhadap kualitas hidup lansia dengan disabilitas. Karena salah satu faktor yang berperan dalam kualitas hidup lansia adalah adanya dukungan keluarga dan dukungan masyarakat serta pelayanan kesehatan yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Definition of an Older or Elderly Person. 2013. Diunduh dari http ://www.who.int/heatlhinfo/survey/ageingdefnolder/ Diakses pada tanggal 1 juli 2013-07-05 2. BPS (2010). Jumlah Penduduk Lansia. Jakarta : BPS 32

3. Depertemen Kesehatan RI. Jumlah Penduduk Lanjut Usia Meningkat. 2003. Diunduh dari http ://www. depkes.go.id. Diakses pada tanggal 2 Juli 2013. 4. M Steven, A Vicki. 2009. Public Health and Aging. Maximizing Function and Well-Being. Ssecond Edition. New York : Springer Publishing Company 5. Stenley M, Beare PG. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke- 2. Jakarta: EGC ; 2007. 6. Heikkinen E. What Are The Main Risk Factors for Disability in Old Age. Journal American Geriatrics. 2003. Diunduh tanggal 3 Juli 2013 7. Allison E. Determinant of Quality of Life Among Older People. Journal Cambridge. 2004. Diunduh tanggal 3 Juli 2013 8. Joshua M. Measuring the Activities of Daily Living. Journal of Gerontology. 2000. Diunduh tanggal 2 Juli 2013. 9. Raymond. Influences of Environmental Factors on The Physical Functioning in Older People. Journal of Sosiology and Social Welfare. 2013. Diunduh tanggal 2 Juli 2013. 10. Mandy M. Developmental of a Home Visitation Programme for The Early Detection of Health Problems in Older People. European Journal of Ageing. 2013. Diunduh tanggal 3 Juli 2013. 11. Darmiatrojo B, dan Martono H (2006). Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia lanjut ), Jakarta: FKUI 12. Amelia L. Dukungan Keluarga Terhadap Lansia dalam Menjaga Emosi Lansia di Purworejo, Jurnal FK-UGM. 2007. Diunduh tanggal 3 Juli 2013. 13. Ismayadi, 2004. Proses Menua (Aging process), terdapat pada

http//library.usu.ac.id/modules.php. Diunduh tanggal 3 Juli 2013. 14. Yvonne, Handajani. 2006. Indeks Pengukuran Disabilitas dan Prediksi Kualitas Hidup Pada Masyarakat lanjut Usia di DKI Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia 15. Trihandini, Indang. 2007. Peran Utilisasi Medical Check Up terhadap Aktifitas Dasar Lansia Studi Panel Kelompok Lanjut Usia 1993-2000. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas indonesia

33

16. Siop, Sidiah. 2008. Disability and Quality of Life Among Older Malaysian, terdapat pada http:// paa2008. Princenton.edu/downlooad.aspx. Diunduh tanggal 4 Juli 2013 17. Kanyingi, Mark. 2012. A Living Lab Facility On Safety In Homes Among The Elderly and Elderly Disabled. Central University of Applied Sciences. 18. Stewart, J. 2001. Home Safety and Royal Society for Public Health. Terdapat pada http ://rsh.sagepub.com/content/121/1/16.full.pdfhtml. Diunduh tanggal 6 Juli 2013 19. Haryono, Laras. 2008. Studi Deskriptif Penyakit Kronis, Faktor Perilaku dan Lingkungan Pada Disabilitas Dan Kualitas Hidup Lansia Peserta Posbindu Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. 20. Budijanto, Didik. 2008. Tingkat disabilitas dan Psikososial Berdasarkan Faktor Sosial, Demografi dan Penyakit Degenaratif Yang Diderita Di Indonesia. Laporan Analisis Lanjut Riskesdas 2007. Badan Litbang Kesehatan. Departemen Kesehatan 21. Febrina, Anggraini. 2011. Hubungan Antara Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Lansia dengan Perubahan Konsep Diri Lansia di UPT Pelayanan Lanjut Usia di wilayah Binjai dan Medan.

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN WHODAS mengandung 6 domain Domain 1 Kognitif


34

Beberapa pertanyaan akan menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan pemahaman dan komunikasi dalam sehari-hari Dalam 30 hari terakhir, seberapa sulit anda melakukan hal-hal ini: None Tidak ada masalah D1.1 Adakah kesulitan untuk dapat berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan dalam waktu 10 menit D1.2 Seberapa sulit bagi anda untuk dapat mengingat supaya melakukan hal yang penting D1.3 Adakah kesulitan bagi anda untuk dapat menganalisa masalah dan menemukan solusi dari masalah tersebut dalam kehidupan sehari-hari D1.4 Adakah kesulitan bagi anda untuk mempelajari hal baru, misalnya pergi ke tempat baru D1.5 Adakah kesulitan bagi anda untuk dapat mengerti percakapan orang sekitar D1.6 Adakah kesulitan bagi anda untuk Dapat memulai percakapan dan 1 2 3 4 Mild sedikit Moderate sedang Severe sering Extreme/cannot do Tidak bisa sama sekali 5

35

mempertahankan percakapan

Domain 2 Mobilitas Saya akan menanyakan anda tentang kesulitan Dalam 30 hari terakhir adakah anda mengalami kesulitan dalam D2.1 Berdiri dalam waktu yang lama misalnya sekitar 30 menit D2.2 Langsung berdiri sehabisdari duduk D2.3 Berjalan-jalan sekitar dalam rumah D2.4 Berjalan keluar dari rumah D2.5 Berjalan dalam jarak yang jauh misalnya 1 kilometer atau lebih Tidak ada masalah 1 2 3 4 sedikit Sedang Sering Tidak bisa sama sekali 5

Domain 3 Perawatan diri Saya akan menayakan anda tentang kesulitan dalam merawat diri sendiri Dalam 30 hari terakhir adakah kesulitan dalam melakukan halhal berikut: D3.1 Adakah kesulitan dalam Membasuh seluruh tubuh D3.2 Adakah kesulitan dalam berpakaian D3.3 Adakah kesulitan ketika makan D3.4 Adakah kesulitan untuk tinggal
36

Tidak ada 1

mild

Moderate

severe

Extreme/ Cannot do

sendirian di dalam rumah

Domain 4 Kemampuan berinteraksi dengan sekitar Saya akan bertanya tentang adakah kesulitan dalam bergaul dengan orang khususnya kesulitan yang anda dapatkan karena masalah kesehatan anda. Misalnya karena penyakit, kecelakaan, mental atau masalah emosional Dalam 30 hari terakhir adakah kesulitan dalam melakukan hal: D4.1 Adakah kesulitan ketika harus berurusan dengan orang lain yang tidak anda kenal D4.2 Adakah kesulitan untuk mempertahankan hubungan pertemanan D4.3 Adakah kesulitan dalam bergaul dengan orang sekitar yang dekat dengan anda D4.4 Adakah kesulitan dalam memulai pertemanan yang baru D4.5 Adakah kesulitan dalam melakukan hubungan sexual Tidak ada 1 mild 2 moderate 3 severe 4 Extreme/ Cannot do 5

Domain 5 Aktifitas 5(1) aktifitas rumah tangga Saya akan menanyakan anda tentang beberapa aktifitas dalam pekerjaan rumah tangga dan menjaga/mengurus orang terdekat yang hidup dengan anda. Aktifitas tersebut termaksud memasak, membersihkan rumah, menjaga orang terdekat dan menjaga barang-barang anda Dikarenakn kondisi kesehatan anda, Dalam 30 hari terakhir adakah kesulitan dalam
37

Tidak ada

mild

moderate

severe

Extreme/ Cannot do

D5.1 D5.2 D5.3

melakukan hal-hal berikut: Bertanggung jawab dalam melakukan urusan rumah tangga Melakukan urusan rumah tangga yang paling penting dengan baik Menyelesaikan semua pekerjaan rumah tanga yang harus anda lakukan Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga secepat mungkin

D5.4

Domain 6. Partisipasi Saya akan bertanya mengenai partisipasi anda dalam kehidupan sosial dan dampak dari masalah kesehatan anda kepada anda dan keluarga anda. Beberapa pertanyaan akan melibatkan masa lampau. Jawablah pertanyaan sambil berpikir tentang masalah kesehatan anda seperti kesehatan fisik, mental, emosional, Dalam 30 hari terakhir D6.1 Adakah masalah bagi anda untuk dapat bergabung di aktifitas komunitas (seperti aktifitas keagamaan, undangan, perayaan) D6.2 Seberapa besar masalah yang anda miliki karena larangan dari orang sekitar anda Adakah masalah bagi anda untuk D6.3 dapat hidup bermartabat karena sikap dan tindakan orang lain
38

Tidak ada 1

mild 2

moderate 3

severe 4

Extreme/ Cannot do 5

terhadap anda D6.4 Berapa banyak waktu yang anda habiskan pada kondisi kesehatan anda dan konsekuensi dari kesehatan anda D6.5 Seberapa besar anda terpengaruh secara emosional krn kondisi kesehatan anda D6.6 Seberapa banyak kesehatan anda menghabiskan keuangan anda/keuangan keluarga D6.7 Seberapa besar masalah yang dihadapi keluarga anda karena kondisi kesehatan anda D6.8 Adakah masalah bagi anda untuk dapat melakukan relaksasi atau kesenangan dengan diri anda sendiri
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN MASYARAKAT & PELAYANAN KESEHATAN

1. Apakah keluarga memberikan perhatian kepada anda, seperti membantu anda untuk melakukan aktifitas sehari-hari? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 2. Apakah keluarga memberikan dorongan atau motivasi kepada anda? a. Selalu b. Kadang-kadang
39

c. Tidak pernah 3. Apakah keluarga memberikan bantuan berupa keuangan atau penyediaan transportasi? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 4. Apakah keluarga memberikan informasi seperti nasehat atau petunjuk untuk melakukan sesuatu? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 5. Apakah keluarga memberikan waktu untuk rekreasi, hiburan dan waktu luang untuk relaksasi? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 6. Apakah keluarga memberikan dukungan dalam melakukan kegiatan beribadah? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

7. Apakah masyarakat sekitar memberikan dukungan kepada anda, seperti tetangga yang mengunjungi anda atau bersedia mengantar jika anda akan bepergian?
40

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

8. Apakah anda masih dapat mengikuti kegiatan sosial seperti pengajian, perkumpulan lansia ? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

9. Apakah anda merasa puas dengan pelayanan kesehatan di lingkungan sekitar anda? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 10. Apakah anda mendapatkan kesulitan dalam pelayanan kesehatan di lingkungan anda? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 11. Apakah anda mendapatkan kunjungan rutin dari petugas kesehatan? a. Selalu b. Kadang-kadang

41

c. Tidak pernah

12. Berapa kali anda mendapat kunjungan dari petugas kesehatan dalam 1 bulan? a. Tidak sama sekali b. 1-2 kali c. 3-4 kali CHECKLIST KONDISI RUMAH Kondisi Kamar Tidur Pencahayaan di kamar : 1. Pencahayaan baik 2. Pencahayaan buruk / gelap Pegangan di sekitar tempat tidur untuk memudahkan bangun 1. Ada 2. Tidak ada Kondisi Kamar Mandi Lantai kamar mandi : 1. Lantai tidak licin 2. Lantai tidak licin Pegangan di kamar mandi : 1. Ada 2. Tidak ada
42

WC yang digunakan : 1. WC duduk 2. WC jongkok

Tangga di rumah, jika ada : 1. Tidak licin 2. Licin

Jarak antar anak tangga : 1. < 15 cm 2. > 15 cm

Lantai tangga : 1. Tidak licin, 2. Licin

DAFTAR DIAGRAM Diagram 1 : Distribusi responden menurut disabilitas

43

Diagram 2 : Ditribusi responden menurut usia

44

Diagram 3 : Distribusi responden menurut kemampuan bermobilisasi

45

Tingkat Kualitas Hidup Lansia dengan Disabilitas dan Tanpa Disabilitas

Group Statistics disabilitaspasien whodas disabilitas tidak disabilitas N 43 176 Mean 149,33 60,53 Std. Deviation 13,971 21,499 Std. Error Mean 2,130 1,621

46

47

48

Anda mungkin juga menyukai