Disusun Oleh 1. Anugrah Ramadhan A (12891) 2. Hastin Chandra Diantari (14491) 3. Rachmad Irman (14589) 4. Herlina Widhi Utami (14795) 5. Ahmad Reza (14891) 6. Tangguh Satria P. (15011)
Pendahuluan
Magma = Cairan Pijar dari dalam bumi Mineral penyusun magma merefleksikan : a. Komposisi kimia magma b. Pendistribusian ulang komposisi kimia internal magma c. Modifikasi magma eksternal d. Kondisi temperatur dan tekanan Batu melebur karena : pemanasan infiltrasi H2O pada temperatur dry melting Suhu, tekanan, termasuk tingkat pendinginan Temperatur magma menentukan jenis magma: Magma basa : Temperatur tinggi Magma asam : Temperatur rendah
Partial Melting
.
Partial melting(pelelehan sebagian) adalah efek dari penambahan fase cair pada mineral. Partial Melting terjadi pada temperature yang rendah dibandingkan temperature yang dibutuhkan untuk peleburan secara sempurna. Pelelehan dari batuan diakibatkan oleh: 1. Pemanasan 2. Infiltrasi (perembesan) H2O pada temperatur rendah yang dibutuhkan untuk dry melting 3. Depresurisasi dari massa batuan pada temperatur dibawah suhu awal pelelehan
Kristalisasi Magma
Kristalisasi magma adalah proses pembekuan, pendinginan, dan pengerasan magma.
Alasan Magma Mengkristal: Magma mengkristal karena magma: kehilangan fase cair dan kehilangan panas. Hal ini dapat menghasilkan partial melting pada batuan yang telah ada sebelumnya
Kristalisasi Fraksional
Proses pengkristalan magma secara bertahap Pembagian : Pemisahan Mekanik dan Perubahan lingkungan mendadak 2 kelompok yang terumum dipelajari : 1. Basaltic System 2. Granite System
Kristalisasi fraksional memiliki dua cabang mineralogi penting : 1. Pemisahan mekanis mineral dari magma induk yang mengarah pada formasi dari batuan yang tak mempunyai komposisi magma induk. Contoh: pemisahan olivin dari magma basaltik mengkristal menghasilkan batu dunite monomineralogi
2.Jika sejumlah kecil magma mengkristal mengalami perubahan lingkungan mendadak, seperti intrusi kedua, atau peristiwa erupsi di permukaan Bumi, magma tersebut akan mengkristal dengan cepat atau mengeras menjadi gelas.
Titik beku dan lelehan memiliki tingkatan yang sama yaitu 40% anorthite dan 60% clinopyroxene (diopside) serta akan mengalami penurunan suhu yang disebut juga titik eutectic. Pada prinsip umum terjadi proses Ternary system. Ternary system adalah penambahan satu mineral pada binary system yaitu albit. Pada sistem ini anorthite dan albite saling berkaitan. Kemudian albite dan anorthite bergabung membentuk feldspar tunggal yang komposisi feldspernya berasal dari inti calcic dan sodic pada temperature rendah saat proses kristalisasi terjadi.
Quaternary system adalah penambahan satu mineral pada ternary system yaitu forsterite dan akan berbentuk tetrahedron. prinsip-prinsip umum yang masih digunakan adalah: 1).Komposisi dimana komponen yang terletak di dekat tetrahedron akan mempunyai titik beku dan leleh bersuhu tinggi. 2).Komposisi dimana banyak komponen berada di dalam tetrahedron akan mempunyai titik beku dan leleh pada suhu rendah. Jika komposisi lelehan terjadi pada daerah dengan volume forsterite rendah,maka forsterite mulai mengkristal . Komposisi lelehan akan berubah ke komposisi FoPlagioklas dan plagioklas mulai mengkristal saat temperature berkurang. Jika kristalisasi mula pada volume plagioklas tetapi tidak pada Ab-An-Di pada ternary,maka plagioklas akan mulai mengkristal pertama dan ikut tergabung pada forstrerite dan diopsida pada Pl-Di-Fo pada garis cotectic saat suhu naik.
Sistem Granit
Dalam "sistem Granit" penurunan dari pembekuan atau titik leleh di eutectics dan cotectis juga diamati penurunan titik lebur akan terjadi saat tekanan/preasusre lebih besar. Yang mana temperatur pencairan/pelelehan terendah itu disebut ternary eutectic. Kebanyakan komposisi magma yang menghasilkan granit, granodiorites, riolit, dan rhyodacite memiliki empat komponen ---QZ-Ab-AnKf--- dan hubungan fase ditunjukkan dalam tiga dimensi tetrahedron yang disebut sebagai sistem kuartener,
di mana mineral lain yang biasanya terbentuk dalam batuan ini, seperti biotit dan hornblende, dihilangkan agar menyederhanakan eksperimentasi serta untuk menyederhanakan presentasi dari hubungan-hubungan fase. Dalam system granit dikenal melting path. Melting path adalah kebalikan dari jalur kristalisasi. Pencairan awal batuan yang mengandung, misalnya, lebih banyak K-Feldspar dari pada kuarsa atau plagioklas, akan berada di eutektik terner di mana komponen dari ketiga mineral tersebut hampir sama.
Sistem magmatik dengan kandungan silika yang rendah ditandai oleh hadirnya mineral albit dan k-feldspar yang rendah akaan kandungan silika. Pembentukan leusit atau nepheline di hadapan silika yang berlebihan sangat dihindari jika kesetimbangan dalam sistem telah dicapai . Hal itu bisa dijelaskan pada reaksi berikut: NaAlSi206 (nepheline) + SiO2 --> NaAlSi3O8 (albite) KAlSi2O6 (leucite) + Si2 --> KAlSi3O8 (K-feldspar)
- Karbonatit adalah batuan magmatik langka yang mengandung kalsit dan dolomit magmatik. - Kimberlites mengandung olivin, phlogopite, clinopyroxene, orthopyroxene, magnesian ilmenit, garnet magnesian, serta mineral langka seperti monticellite dan perovskit.
Mineral Magmatik
Lingkungan magmatik dikarakteristik oleh temperatur tinggi hingga menengah. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan aktivitas magma, yaitu cairan silikat panas, yang menjadi bahan induk batuan beku. Awal kristalisasi dalam sistem granit "kering" dimulai pada suhu relatif tinggi, menghasilkan sanidine atau anorthoclase. Pada suhu lebih dingin akan terbentuk ortoklas. Demikian pula dengan pigeonit yang terbentuk dalam magma basa suhu tinggi pada preferensi augit dan ortopyroxene.
Magma yang relatif kering mampu mencapai lingkungan vulkanik, sedangkan magma basah akan terjebak dilingkungan plutonik. Alasan penjebakan ini adalah pemisahan fase cair dari sistem basah seperti yang terjadi pada pada beberapa intrusi dan seperti penurunan tekanan, menghasilkan kristalisasi pada kedalaman tertentu sebelum sistem kristal meleleh dapat mencapai lingkungan vulkanik.
Pertumbuhan kristal dalam satu tahap kristalisasi ditandai dengan fase mineral awal yang mencerminkan morfologi struktur kristal, diikuti oleh tahap lain yang cenderung mengisi ruang di antara kristal-kristal sebelumnya.
SEKIAN