Anda di halaman 1dari 15

IN D O N E S IA

ISLAM
UNIVERSITAS

urtikaria (hives, nettle rash, cnidosis) ialah reaksi di kulit akibat

bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema


(bengkak) setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahanlahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau kaligata (Baskoro et al, 2007).

Home

Urtikaria dapat terjadi pada semua ras. Kedua jenis kelamin dapat terkena, tapi lebih sering pada wanita usia pertengahan. Urtikaria kronik idiopatik terjadi 2 kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki. Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anakanak, sedangkan urtikaria kronik lebih sering terjadi pada usia dewasa (Qauliyah, 2007).

Home

Obat Makanan

Ada beberapa sumber yang bisa menimbulkan urtikaria kronik, yaitu :

Lingkungan
Trauma fisik

1. Faktor non imunologik :


a. Bahan kimia b. Paparan fisik c. Zat kolinergik d. Infeksi dan penyakit infeksi 2. Faktor imunologik 3. Faktor modulasi

Infeksi Psikis Penyakit sistemik

Gigitan/sengatan serangga

Home

PATOFISIOLOGI

Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan local. Sehingga secara klinis tampak edema local disertai eritem. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slow reacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisi proteinase oleh enzim proteolitik, misalnya kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin didalam sel mast.

Home

LANJUTAN
Hipotesis

yang mendukung pernyataan bahwa histamin meripakan mediator sentral dari urtikaria adalah: Respon kulit terhadap injeksi histamin. Respon klinik terhadap terapi antihistamin. Peningkatan histamin plasma pada lesi urtikaria. Gambaran degranulasi mastosit kulit.

KLASIKFIKASI

I.

Urtikaria juga dapat diklasifikasikan berdasar kan penyebabnya atau mekanisme


Urtikaria imunologik a) Bergantung pada IgE (IgE dependent urticaria) Sensitivitas terhadap antigen spesifik Atopik diatesis Urtikaria fisik: Dermografisme, vibratori, cold, light, kolinergik. Urtikaria kontak b) Urtikaria dengan peranan komplemen (Complement dependent) o Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II) o Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III) o Defisiensi tipe I esterase inhibitor (genetic) Urtikaria non-imunologik Sebagai akibat paparan bahan yang dapat langsung memicu pelepasan mediator oleh mastosit, misalnya: 1. Opium 2. Polimiksin B 3. Tubokurare 4. Zat kontras 5. Sebagai akibat paparan bahan yang menyebabkan perubahan metabolisma asam arakidonat, misalnya aspirin Urtikaria idiopatik (Adi, 2000; Aisah, 2007)

GEJALA
Keluhan utama biasanya, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali (Baskoro et al, 2007). Pembengkakan kulit yang gatal, disertai edema, berbatas tegas sementara "wheal", bila terjadi pembengkakan besar, misalnya pada sekitar mata, disebut urtikaria raksasa (Baratawidjaja, 2006).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen. Test kulit, walaupun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores (scratch) dan uji tusuk (prick test) dapat dipergunakan untuk mencari alergen.

DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit mempunyai lesi yang mirip dengan urtikaria sehingga perlu dibuat diagnosis banding. Edema pada kulit yang mirip urtikaria dapat terjadi pada pemfigoid bulosa, herpes gestasiones, penyakit bula kronik pada anak. Beberapa penyakit lain yang didiagnosis banding dengan urtikaria kronik adalah : dermatitis atopik, pemfigoid bulosa, dermatitis kontak alergi, mastocytosis, gigitan kutu busuk, eritema multiforme, gigitan serangga, scabies, dan urtikaria vasculitis (Simon, 2005).

PENGOBATAN
Terdapat 3 jenis obat yang cukup baik untuk mengontrol gejala pada urtikaria, yaitu agen simpatomimetik, antihistamin dan kortikosteroid. Gejala dapat diobati dengan efektif. Beberapa obat yang dapat dipergunakan antara lain adalah antihistamin oral (lewat mulu). Obat ini dapat mengontrol gejala bagi sebagian besar orang, namun tidak menghilangkan penyebabnya. Kombinasi dari beberapa antihistamin dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. Contoh antihistamin yang tidak menyebabkan kantuk antara lain Loratadine, Cetirizine. Antihistamin yang dapat menyebabkan kantuk antara lain CTM, difenhidramin.

KESIMPULAN
Telah dibicarakan mengenai klasifikasi patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis, dan pengobatan urtikaria. Sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat yang tegas untuk menentukan patogenesis semua bentuk urtikaria. Mastosit dan histamin memegang peranan penting pada hampir semua bentuk urtikaria. Ada beberapa faktor baik imunologi maupun non-imunologi yang dapat menyebabkan pelepasan mediator dari mastosit dan basofil, kemudian menimbulkan lesi urtikaria.

TERIMA KASIH WASSALAMMUALAIKUM WR. WB

Anda mungkin juga menyukai