Anda di halaman 1dari 7

KASUS

Seorang laki-laki pensiunan, 80 tahun, tinggal bersama istri. Pasien memiliki penyakit kronis berupa diabetes, penyakit jantung, dan ginjal. Pasien mandiri dalam kehidupan sehari-hari, namun beberapa hari ini kondisinya mulai memburuk, sulit berjalan dan tidak mampu mengatur pengobatannya sendiri.

Dokter mendiagnosis pasien memiliki depresi setelah mengamati gejala-gejalanya hilang minat, lethargic, sulit tidur, berpikiran untuk mengakhiri hidup dengan senapan. Setelah diedukasi, pasien bersedia menjalani pengobatan untuk depresinya. Dua minggu kemudian, pasien mengalami serangan jantung yang berakibat gagal ginjal dan memerlukan hemodialisis.

Setelah dua kali menjalani hemodialisis, pasien meminta hemodialisis dihentikan dan agar dirinya diperbolehkan untuk mati. Setelah memberikan edukasi, pasien tetap menolak dan akhirnya dokter menghentikan terapi tersebut. Enam hari kemudian pasien meninggal.

Etik ethos (Yunani) yang baik, yang layak adalah norma-norma, nilai-nilai, atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat

Etika kedokteran pengetahuan tentang perilaku profesional para dokter dan dokter gigi dalam menjalankan pekerjaannya, sebagaimana tercantum dalam lafal sumpah dan kode etik yang telah disusun oleh organisasi profesinya bersama pemerintah

Informed refusal pasien harus punya kapasitas untuk membuat keputusan. Pada kasus ini pasien sudah diketahui memiliki depresi sebelum meminta penghentian hemodialisis permintaan perlu dikaji apakah merupakan bagian dari depresinya atau bukan.

Pada kasus ini dokter hanya sekedar memberi edukasi pada pasien dan keluarga atas pentingnya hemodialisis, tetapi tidak mengkaji secara teliti mengenai kemungkinan permintaan pasien tersebut akan berubah/tidak setelah terapi depresi. Pasal 10 KODEKI (Kewajiban terhadap Penderita)
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani

Anda mungkin juga menyukai