Anda di halaman 1dari 64

BAB I PENDAHULUAN Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis.

Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negaranegara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. (1) Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 2030%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.(1) Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah: (1) 1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negaranegara yang sedang berkembang.
2. Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh :

a. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan

b. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan,

pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya). c. Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah

didiagnosis). d. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG. e. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat. 3. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan. 4. Dampak pandemi HIV. Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency). Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus

yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani. (1) Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. (1)

BAB II PEMBAHASAN II.1 Anatomi dan Fisiologi

II.1.1 Anatomi Paru-paru Sistem pernapasan terdiri dari thorak, jalan napas penghantar, jalan napas respirasi, aliran darah pulmonal dan limfe. Fungsi utama sistem pernapasan adalah proses respirasi, yaitu pengambilan oksigen dari luar masuk ke dalam saluran napas kemudian diteruskan ke dalam darah. Oksigen digunakan dalam proses metabolisme, sedangkan karbondioksida yang terbentuk pada proses tersebut dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar. (3) a. Thorak Thorak berisi organ-organ utama pernapasan. Thorak terdiri dari rongga thorak, paru-paru, pleura dan otot-otot pernapasan organ-organ tersebut secara bersama-sama berfungsi sebagai pompa ventilasi pada saat melakukan usaha pernapasan. b. Jalan napas penghantar Jalan napas penghantar terdiri atas jalan napas bagian atas, trakea dan cabang bronkus. Fungsi jalan penghantar adalah menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk, mencegah benda asing yang masuk ke saluran pernapasan bagian bawah atau area pertukaran gas dan sebagai saluran udara.

c. Jalan napas respirasi Jalan napas respirasi berisi bronkioli dan alveoli. Jalan napas respirasi juga disebut unit respirasi terminal atau asinus, yang merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas atau eksternal respirasi. Setiap bronkioli terminal terdapat asinus yang terdiri dari bronkioli respiratori, duktus alveoli dan sakus alveoli terminal. Alveoli hanya mempunyai satu lapis sel. Setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total sekitar sebuah lapangan tennis. Alveoli terdapat beberapa jenis sel yaitu sel epitel alveolar tipe I dan II, serta sel makrofag. Sel alveolar tipe I berperan utama dalam memelihara pertukaran gas. Sel alveolar tipe II berfungsi membentuk cairan surfaktan yang merupakan zat lipoprotein yang berfungsi mengurangi tegangan permukaan alveoli dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada saat inspirasi serta mencegah kolaps alveoli pada saat ekspirasi. Makrofag alveoli adalah monosit yang berasal dari sum-sum tulang dilepaskan ke sirkulasi darah dan masuk ke sirkulasi kapiler paru menuju ke jaringan interstitial dan alveoli. Makrofag alveoli berfungsi sebagai makrofag yang menjaga alveoli tetap bersih dan steril dari aktivitas mikroorganisme. Makrofag alveoli menurun karena merokok, hipoksia, asidosis metabolik, uremia, ozon, kortikosteroid dan setelah infeksi virus. d. Peredaran darah pulmonal dan limfe

Terdapat dua sistem vaskuler dan satu sistem limfatik yang mensuplai darah dan limfe pada pulmonal. Peredaran darah pulmonal mempunyai dua sistem yaitu sistem sirkulasi bronkial dan sistem sirkulasi pulmonal. Sirkulasi bronkial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru. Arteri bronkial berasal dari aorta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkial besar mengalirkan darahnya ke dalam sistem azygos, yang kemudian bermuara pada vena kava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Namun terdapat percabangan kecil dari vena azygos yang mencurahkan isinya ke vena pulmonalis sehingga sekitar 2-3% darah yang masuk ke atrium kanan tidak mengalami pertukaran gas. Sirkulasi pulmonal berfungsi membawa gas hasil pertukaran antara darah kapiler dan udara alveoli. Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang mengalirkan darah vena ke pulmonal melalui arteri pulmonal. Darah masuk ke jaringan kapiler yang menutupi alveoli untuk melakukan pertukaran gas. Darah teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang selanjutnya menuju ke sirkulasi sistemik. Tebal dinding arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya haya 30% tebal pembuluh sistemik dan tahanan didalamnya sangat rendah. Pada keadaan istirahat, sejumlah 5-10 liter darah per menit dapat dialirkan melalui sistem pembuluh kapiler pulmonal cukup dengan tekanan rata-rata sekitar 5 mmHg.

Sistem pembuluh vena pulmonal memiliki daya distenbilitas yang besar, sehingga merupakan reservoir darah yang penting (dapat menampung sejumlah besar darah). Pada posisi berbaring, paru akan menampung sekitar 400 ml darah di dalam pembuluhnya, akibat hilangnya pengaruh gravitasi. Pada posisi tegak, sejumlah darah tersebut akan dikembalikan ke dalam sirkulasi sistemik. Adanya peningkatan volume darah ini menyebabkan kapasitas vital pada posisi berbaring lebih rendah dibandingkan pada posisi tegak. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya orthopnea pada pasien gagal jantung. (3) II.1.2 Fisiologi Paru-paru Fungsi sistem pernapasan adalah untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara ke dalam darah dan memungkinkan karbondioksida terlepas dari darah ke udara bebas. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem pernapasan dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke paru-paru. Disini terdapat tiga proses utama dalam pernapasan yang meliputi ventilasi, pertukaran gas dan transportasi oksigen (perpusi). a. Ventilasi Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Udara masuk dan keluar dari paru karena terdapat perbedaan tekanan antara intrapulmonal (tekanan intraalveoli dan tekanan intrapleura) dengan tekanan atmosfir. Bila tekanan intrapulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfir maka udara akan masuk menuju ke paru, disebut inspirasi. Bila tekanan

intrapulmonal lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka udara akan bergerak keluar dari paru ke atmosfir, disebut ekspirasi.(3) 1) Inspirasi Inspirasi adalah masuknya udara ke dalam paru, merupakan proses aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot inspirasi. Kerja otot-otot inspirasi menyebabkan pengembangan dada dan paru sehingga tekanan

intrapulmonal di bawah tekanan atmosfir, maka udara daari atmosfir akan masuk ke dalam paru.(3) 2) Ekspirasi Ekspirasi adalah keluarnya udara dari dalam paru. Ekspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal melebihi tekanan atmosfir ekspirasi merupakan proses pasif, akibat dari relaksasi otot-otot inspirasi. Relaksasi otot-otot inspirasi menyebabkan thorak dan tulang iga bergerak ke bawah menekan jaringan paru. Di samping itu, pada akhir inspirasi, jaringan paru yang teregang akan kembali ke kedudukan semula karena adanya rekoil paru. (3) b. Pertukaran gas Pertukaran gas ini meliputi: (3) 1) Pengangkutan oksigen Oksigen yang berdifusi dari alveoli ke darah kapiler paru akan diangkat ke seluruh tubuh melalui interaksi kerja jantung, pembuluh darah dan darah. Oksigen yang diangkat dalam darah terdapat dua bentuk, yaitu bentuk terlarut dan terikat secara kimia dengan hemoglobin. Pada tekanan normal,

jumlah oksigen yang terlarut sangat sedikit, sehingga pengangkutan oksigen yang lebih memegang peranan adalah dalam bentuk ikatan dengan hemoglobin. Kemampuan hemoglobin dalam fungsinya sebagai sarana

pengangkutan oksigen antara paru dan kapiler berhubungan dengan dua sifat penting yaitu: kemampuan hemoglobin verubah menjadi bentuk oxygenated sewaktu mengikat oksigen. Prosesnya disebut oksigenasi, dan hasil akhirnya terbentuk oksihemoglobin (Hb + O 2 HbO2) kemampuan hemoglobin untuk melepas kembali oksigen di kapiler jaringan melalui proses deoksigensi, menjadi bentuk deoxygenated atau deoksihemoglobin (HbO 2 Hb + O2). Hemoglobin dikatakan tersaturasi penuh dengan oksigen apabila seluruh hemoglobin dalam tubuh berikatan secara maksimal dengan oksigen. Faktor terpenting yang menentukan saturasi hemoglobin-oksigen adalah tekanan oksigen dalam darah. 2) Pengangkutan karbondioksida Karbondioksida yang dihasilkan oleh metabolisme sel jaringan akan berdifusi ke dalam darah dan diangkat dalam tiga bentuk yaitu terlarut, terikat dengan hemoglobin atau protein plasma dan sebagai ion bikarbonat. c. Transportasi oksigen

Difusi di dalam paru terjadi karena perbedaan konsentrasi gas yang terdapat di alveoli dan kapiler paru. Oksigen mempunyai konsentrasi yang tinggi di alveoli dibanding di kapiler paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru, sehingga oksigen akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru sebaliknya, karbondioksida mempunyai konsentrasi yang tinggi di kapiler paru dibanding di alveoli, sehingga karbondioksida akan berdifusi dari kapiler paru ke alveoli. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh sistem peredaran darah, dari paru ke jaringan dan sebaliknya, disebut tranportasi, dan pertukaran oksigen dan karbondioksida darah pembuluh darah kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan, disebut difusi. Respirasi dalam adalah proses metabolik intrasel yang terjadi di mitokondria, meliputi penggunaan oksigen dan produksi karbondioksida selama pengambilan energi dari bahan-bahan nutrient

II.2

Patofisiologi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia.(4)

Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.(4) Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui

perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur.(4) Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian

tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderitam ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.(4) Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer.(4) A. Tuberkulosis Primer (1) Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut : 1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (re stitution ad integrum)

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)

3. Menyebar dengan cara : Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti Landouzy. tuberkulosis Penyebaran milier, ini meningitis juga dapat tuberkulosa, menimbulkan

typhobacillosis

tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :

a. Sembuh

dengan pada

meninggalkan anak

sekuele

(misalnya

pertumbuhan

terbelakang

setelah

mendapat

ensefalomeningitis,

tuberkuloma ) atau b. Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer. B. Tuberkulosis pasca primer (1) Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut : 1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat 2. Sarang tadi mula mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.

3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini : Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas. Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

Gambar 1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis post primer dan perjalanan penyembuhannya. II.3 Pengobatan atau tata laksana Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip-prinsip yang dipakai adalah : (4) a) Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT

b) Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO). c) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. a. Tahap Intensif a) Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. c) Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap Lanjutan a) Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormant) sehingga mencegah terjadiiya kekambuhan

II.3.1 Pengobatan Non Farmakologi II.3.1.1Pengobatan Suportif / Simptomatik Pada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau

suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan.(4) 1. Pasien rawat jalan a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya) b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam c. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.

2. Pasien rawat inap Indikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb : a. Batuk darah (profus) b. Keadaan umum buruk

c. Pneumotoraks d. Empiema e. Efusi pleura masif / bilateral f. Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura) TB di luar paru yang mengancam jiwa : a. TB paru milier b. Meningitis TB Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat.

II.3.1.2 Terapi Pembedahan lndikasi operasi (4) 1. Indikasi mutlak a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi dahak tetap positif b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif 2. lndikasi relatif a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan

c. Sisa kaviti yang menetap. Tindakan Invasif (Selain Pembedahan) 1. Bronkoskopi 2. Punksi pleura 3. Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage) Kriteria Sembuh 1. BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat 2. Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan 3. Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif

II.3.2 Pengobatan farmakologi 1. Isoniasid (5) a. Struktur kimia mirip dengan piridoksin (vitamin B 6) b. Menghambat sintesis asam mikolat, komponen esensial dari dinding sel mikrobakteria c. Penetrasi kehampir semua cairan tubuh dan terakumulasi dalam lesi d. Dapat menebus intraselluler sel penyebab infeksi e. Paling aktif melawan mycobacterium tuberculosis f. Tidak cross resisten dengan obat fist-line lainnya g. T 1/2 80 menit pada asetilator cepat dan 180 menit pada asetilator lambat

Penggunaan INH dalam terapi a. Selalu dikombinasikan dengan obat lain b. Digunakan pada pengobatan intensif atau intermiten c. Dulu, digunakan sebagai propilaksis Efek Samping INH a. Neuritis perifer, karena difisiensi piridoksin (asetilator cepat lebih mungkin terjadi) b. Metabilit bersifat hepatotoksik (monoasetil hidrasin, asetilator cepat lebih mungkin, dan kejadian lebih sering pada penderita usis > 35 tahun) 2. Rifampisin (5) a. Bekerja dengan menghambat sintesis RNA-DNA b. Distribusi obat sangat luas c. Potensial menginduksi enzim sitokrom P-450 d. Aktif melawan kebanyakan gram +, Neisseria dan mikobakteri e. Resistensi kuman berkembang secara cepat jika dipakai sendirian f. Dapat menyebabkan : keringat, air mata, feses, dan saliva berwarna kemerah-merahan. 3. Pirazinamid (5) a. Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti, mungkin pirazinamid setelah dimetabolisme oleh kuman berubah menjadi toksik terhadap kuman yang bersangkutan (pyrazinoic acid)

b. Dapat menebus sawar otak c. Dapat meningkatkan kadar asam urat dalam plasma 4. Etambutol (5) a. Dapat menebus sawar otak b. Mengganggu ekskresi asam urat, sehingga dapat meningkatkan kadarnya dalam plasma darah. c. Dapat menyebabkan neuritis optic penyebab menurunnya ketajaman penglihatan dan buta warna merah/hijau, sehingga dianjurkan untuk tidak diberikan pada anak-anak. Pada dosis 15 mg/kg BB/hari dapat terjadi : penurunanan ketajaman penglihatan pada pasien sebanyak 0,8 %, rash 0,5, dan demam 0,3 %. d. Etambutol tidak dianjurkan diberikan pada anak usia < 6 tahun. 5. Streptomisin (5) a. Hipersensitif, merupakan efek samping yang sering terjadi b. Golongan aminoglikosida, tidak diabsorpsi dalam saluran pencernaan, indek terapi sempit c. Bekerja menghambat sintesis protein d. Ototoksik atau toksik pada saraf otak ke 8 dapat menimbulkan vertigo, sempoyongan dan tuli, neprotoksik yang dapat menurunkan fungsi ginjal e. Bila ada keluhan baal dimuka terutama sekitar mulut segera setelah pengobatan, dosis perlu dikurangi.

6. Dosis obat-obat untuk TBC (5) Tabel LVIII. Dosis Obat TBC Dosis yang dirokumendasikan Jenis OAT Isoniazid (H) Rifampisin (R) Pyrazinamide (z) Streptomycin (S) Ethambutol (E) Sifat Harian Bakterisid Bakterisid Bakterisid Bakterisid Bakteriostatik 5 (4-6) 10 (8-12 25 (20-30) 15 (12-18) 15 (15-20) (mg/kg) 3x seminggu 10 (8-12) 10 (10-12) 35 (30-40) 15 (12-18) 30 (20-35)

Tabel LIX. Dosis untuk Paduan OAT KDT untuk kategori I


Barat Badan Tahap intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150)

30 37 kg 38 54 kg 55 70 kg 71 kg

2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT

2 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT

Tabel LX. Dosis untuk Paduan OAT KDT untuk kategori II


Tahap Intensif Berat Badan 30 37 kg 38 54 kg 55 70 kg tiap hari RHZE (150/75/400/275) + s Selama 56 hari Selama 28 hari 2 tab 4KDT +500 mg streptomisin inj. 2 tab 4KDT +500 mg streptomisin inj. 2 tab 4KDT +500 mg streptomisin inj. 2 tab 4KDT 71 kg +500 mg streptomisin inj. 2 tab 4KDT +500 mg streptomisin inj. 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT Tahap Lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150) + E(400) Selama 20 minggu 2 tab 2KDT + 2 tab Etambutol 3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol 5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol

REGIMEN TERAPI TBC DI INDONESIA (5) Tabel LXI. Regimen Obat TBC
KATEGORI KASUS FASE INTENSIF I Kasus baru BTA positif, BTA negatif/rontgen + dg kelainan parenkim yg luas, TB ektra paru berat (AWAL) 2 HRZE (kombipak II) FASE INTERMITEN 4H3R3 (kombipak III),

pada bayi atau anak dapat

menggunakan II Relaps BTA +, 2 HRZES / 4HR 5H3R3, pada

(kombipak II pengobatan terputus) III Kasus baru, BTA negatif/rontgen positif, dan TB ekstra paru SISIPAN ringan BTA masih +, pada akhir fase awal, pada pasien kategori I dan II.

HRZE (Kombipak IV) 2 HRZ (KOMBIPAK I )

bayi/anak dapat menggunakan 4HR 4H3R3, pada bayi/anak dapat menggunakan 4HR

HRZE

BAB III RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIRO HUSODO CONTOH RESEP JL. PERINTIS KEMERDEKAAN Km. 10

Tanggal Nama Dokter

: 21 Mei 2012 : Dr.Iksan

R/ Rifampisin 300 mg No. III s.I.dd.I R/ Etambutol 500 No. V s.I.dd.1/2 R/ Pyrazinamid 500 mg No. V s.I.dd.1/2 R/ INH 300 mg No.III s.I.dd.1 R/ Vitamin B6 No. III s.I.dd.1

Nama Pasien Umur

: Putra : 19 Tahun

IV.2

Pembahasan Resep

A. Rifampisin (6) Indikasi : Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan lain untuk dengan terapi awal

antituberkulosis maupun ulang Mekanisme kerja :

Obat ini menghambat sintesis RNA

bakteri dengan mengikat subunit B dari DNA deependen-RNA polymerase sehingga menghambat peningkatan enzim tersebut ke DNA yang menghasilkan penghambat transkripsi DNA

Efek Samping

: efek

kurang dari 4% penderita bmengalami samping mual seperti dan demam, muntah, kulit

kemerahan,

ikterus,

trombnositopenia, dan nefritis. Kontraindikasi : Sindrom syok, anemia hemolitik akut,

dan gangguan hati. Hati-hati pemberian obat ini pada penderita gangguan ginjal. Sediaan : mg Suspensi 100 mg/ml Kapsul kombinasi : rifampin 300 mg dan INH 150 mg Dosis : Untuk dewasa dan anak yang kapsul dan tablet : 150 mg dan 300

beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari, atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga berdasarkan atas berat kesehatan lain badan yang

diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg

per kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg, 150 mg untuk 10 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg. B. Etambutol (6) Indikasi tuberkulosis paru Mekanisme kerja : obat ini sel sel. menghambat sehingga Hampir sintesis : obat ini diberikan pada penderita

metabolism kematian

menyebabkan semua strain

M.tuberculosis, M.bovis, dan kebanyakan M.kansasi rentan terhadap obat ini. Obat ini bersifat bakteriostatik dan bekerja baik

intra- maupun ekstraseluler. Efek samping : etambutol jarang menimbulkan efek

samping bila diberikan dengan dosis harian biasa dan efek toksiknya minimal. Kontraindikasi : hipersensitivitas, neuritis optik, anak

< 5 tahun, dan bersihan kreatinin 50 ml/menit Sediaan : tablet 250 mg dan 500 mg

Dosis

Untuk

dewasa

dan

anak

berumur

diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter juga

memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Tidak diberikan untuk anak

dibawah 13 tahun dan bayi C. Pirazinamid (6) Indikasi : Digunakan untuk terapi tuberkulosis

dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis lain. Mekanisme kerja : kerja obat ini tidak diketahui karena

pirazinamida sendiri tidak aktif, tetapi harus diubah dulu menjadi senyawa aktif, yaitu asam pirazinoat oleh enzim

piranzinamidase. Diduga basil yang rentan berkaitan dengan enzim tersebut. Efek samping : hepatotoksisitas, termasuk ikterus; demam gagal anemia

anoreksia, hati; mual,

hepatomegali, muntah,

artralgia,

sideroblastik, penggunaan ditetapkan.

urtikaria. pada Hati-hati

Keamanan belum pada:

anak-anak penggunaan

penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga penderita atau diabetes fungsi melitus; ginjal dan tak

dengan

sempurna; penderita dengan riwayat tukak peptik. Kontraindikasi : terhadap gangguan fungsi hati parah,

porfiria, hipersensitivitas. Sediaan Dosis : : Tablet 500 mg/tablet. Dewasa dan anak sebanyak 15 30

mg per kg berat badan, satu kali sehari. Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3 kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.

D. Isoniazid Indikasi : obat ini diindikasikan untuk terapi bentuk tuberkulosis aktif,

semua

disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis mendapatkan tunggal atau orang infeksi. berisiko Dapat tinggi digunakan dengan

bersama-sama

antituberkulosis lain. Mekanisme kerja : menghambat biosintesis asam mikolat

yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium Efek samping : insiden dan berat-ringannya efek non-

terapi INH berkaitan dengan dosis dan lamanya pemberian. Reaksi obat ini dapat berupa hepatitis. Kontraindikasi Sediaan : : hipersensitivitas, penyakit hati tablet 50, 100, dan 300 mg demam, kulit kemerahan dan

Sirup 50 mg/ml Injeksi (vial 10 ml) 100 mg/ml

Dosis

Untuk pencegahan, dewasa 300 mg

satu kali sehari, anak anak 10 mg per berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi orang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan bersama lainnya. dengan Umumnya anti dipakai

obat

tuberkulosis

lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak dengan dosis 10 20 mg per kg berat badan. Atau 20 40 mg per kg berat badan sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu. E. Vitamin B6 (7) Indikasi : Selain untuk mencegah dan

mengobati defisiensi vitamin B6, vitamin ini juga diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai multi vitamin untuk mencegah dan pengobatan Indikasi defisiensi lain vitamin B

kompleks.

adalah

untuk

mencegah atau mengobati neuritis perifer oleh obat misalnya isoniazid, sikloserin, hidralazin, sebagai penisilamin antagonis yang berkerja dan/atau

poridoksin

meningkatkan sekresinya melalui urin. Mekanisme kerja : Piridoksin, piridoksal dan piridoksamin

mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari ketiga bentuk

tersebut adalah 4-asam piridoksat. Sekresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal. Efek samping : Piridoksin dapat menyebabkan

neuropati sensorik atau sindrom neuropati dalam dosis antara 50 mg-2 gram per hari untuk jangka panjang. Gejala awal dapat berupa sikap yang tidak stabil dan rasa kebas di kaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut. Gejala berangsur-angsur

hilang setelah beberapa bulan bila asupan piridoksin dihentikan.

Kontraindikasi

Pemakaian piridoksi hendaknya

dihindarkan pada pasien yang mendapat levodopa. Sediaan : Piridoksin tersedia sebagai tablet

piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi. F. Indikasi Resep Resep ini diindikasikan kepada pasien penderita Tuberkulosis kategori I untuk pengobatan tahap intensif. G. Interaksi Obat Terdapat interaksi antara vitamin B6 dan isoniazid. Vitamin B6 dapat mengobati efek samping dari isoniazid.

RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO Jl. PERINTIS KEMERDEKAAN KM.10

2.

Tanggal

: 21 April 2012

Nama Dokter : Dr. Anas R/ Simvastatin 20 No.VII s.0-0-I R/ INH 500 No.VII s.1.dd.I R/ Rifampisin 450 No.VII s.1.dd.I R/ Pirazinamid 500 mg No.XV s.1.dd.II R/ Etambutol 500 mg No.XV s.1.dd.II R/ Co-amoxiclav 625 No.XV s. 3.dd.I R/ Lanzoprazole 30 No.V s.2.dd.I Pro : Astuti (48 tahun)

A. Simvastatin Indikasi Mekanisme kerja : hipolidemik. : bekerja dengan cara menghambat sintesis

kolesterol dalam hati, dengan menghambat enzim HMG CoA reduktase Efek samping Kontraindikasi Sediaan Dosis B. Rifampisin Indikasi : Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan lain untuk dengan terapi awal : miopati dan rabdomiolisis : ibu menyusui dan ibu hamil : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg, 40 mg, dan 80 mg : 5-80 mg/hari

antituberkulosis maupun ulang

Mekanisme kerja

Obat ini menghambat sintesis RNA

bakteri dengan mengikat subunit B dari DNA deependen-RNA polymerase sehingga menghambat peningkatan enzim tersebut ke DNA yang menghasilkan penghambat transkripsi DNA Efek Samping : efek kurang dari 4% penderita bmengalami samping mual seperti dan demam, muntah, kulit

kemerahan,

ikterus,

trombnositopenia, dan nefritis. Kontraindikasi : Sindrom syok, anemia hemolitik akut,

dan gangguan hati. Hati-hati pemberian obat ini pada penderita gangguan ginjal. Sediaan : mg Suspensi 100 mg/ml Kapsul kombinasi : rifampin 300 mg dan INH 150 mg Dosis : Untuk dewasa dan anak yang kapsul dan tablet : 150 mg dan 300

beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari, atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin

harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga berdasarkan atas berat kesehatan lain badan yang

diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg per kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg, 150 mg untuk 10 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg. C. Etambutol Indikasi tuberkulosis paru Mekanisme kerja : obat ini sel sel. menghambat sehingga Hampir sintesis : obat ini diberikan pada penderita

metabolism kematian

menyebabkan semua strain

M.tuberculosis, M.bovis, dan kebanyakan M.kansasi rentan terhadap obat ini. Obat ini bersifat bakteriostatik dan bekerja baik

intra- maupun ekstraseluler.

Efek samping

etambutol jarang menimbulkan efek

samping bila diberikan dengan dosis harian biasa dan efek toksiknya minimal. Kontraindikasi : hipersensitivitas, neuritis optik, anak

< 5 tahun, dan bersihan kreatinin 50 ml/menit Sediaan Dosis : : tablet 250 mg dan 500 mg Untuk dewasa dan anak berumur

diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter juga

memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Tidak diberikan untuk anak

dibawah 13 tahun dan bayi D. Pirazinamid

Indikasi

Digunakan untuk terapi tuberkulosis

dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis lain. Mekanisme kerja : kerja obat ini tidak diketahui karena

pirazinamida sendiri tidak aktif, tetapi harus diubah dulu menjadi senyawa aktif, yaitu asam pirazinoat oleh enzim

piranzinamidase. Diduga basil yang rentan berkaitan dengan enzim tersebut. Efek samping : hepatotoksisitas, termasuk ikterus; demam gagal anemia

anoreksia, hati; mual,

hepatomegali, muntah,

artralgia,

sideroblastik, penggunaan ditetapkan.

urtikaria. pada Hati-hati

Keamanan belum pada:

anak-anak penggunaan

penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga penderita atau diabetes fungsi melitus; ginjal dan tak

dengan

sempurna; penderita dengan riwayat tukak peptik.

Kontraindikasi

terhadap gangguan fungsi hati parah,

porfiria, hipersensitivitas. Sediaan Dosis : : Tablet 500 mg/tablet. Dewasa dan anak sebanyak 15 30

mg per kg berat badan, satu kali sehari. Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3 kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya. E. Isoniazid Indikasi : obat ini diindikasikan untuk terapi bentuk tuberkulosis aktif,

semua

disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis mendapatkan tunggal atau orang infeksi. berisiko Dapat tinggi digunakan dengan

bersama-sama

antituberkulosis lain. Mekanisme kerja : menghambat biosintesis asam mikolat

yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium Efek samping : insiden dan berat-ringannya efek non-

terapi INH berkaitan dengan dosis dan

lamanya pemberian. Reaksi obat ini dapat berupa hepatitis. Kontraindikasi Sediaan : : hipersensitivitas, penyakit hati tablet 50, 100, dan 300 mg demam, kulit kemerahan dan

Sirup 50 mg/ml Injeksi (vial 10 ml) 100 mg/ml Dosis : Untuk pencegahan, dewasa 300 mg

satu kali sehari, anak anak 10 mg per berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi orang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan bersama lainnya. dengan Umumnya anti dipakai

obat

tuberkulosis

lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak dengan dosis 10 20 mg per kg berat badan. Atau 20 40 mg per kg berat badan sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.

F. Lansoprazol Indikasi : Pengobatan jangka pendek ulkus duodenum, ulkus lambung, esofagitis dan ulkus esofagus,

termasuk ulkus yang resisten. Sindrom ZollingerEllison merupakan kasus yang sangat jarang. Mekanisme kerja : Lanzoprazole mempunyai mekanisme kerja yang unik karena mempunyai tempat kerja dan bekerja langsung pada pompa asam ( H+ / K+ ATPase) yang merupakan tahap akhir proses sekresi asam lambung dari sel-sel pariental. Efek samping : Umumnya ringan dan bersifat sementara, yakni mual, diare, sakit kepala, nyeri abdomen, flatulen, dan dispepsia. Skin rush jarang ditemukan. Sediaan Dosis : Tablet @20 mg : Untuk pengobatan ulkus dan esofagitis = 20 mg per hari selama 4-8 minggu. Pada keadaan tertentu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mghari. Sindrom Zollinger-Ellison = Dimulai

dengan 60 mg sekali sehari, ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan, dan diberikan selama

dibutuhkan. Bila dosis lebih dari 80 mg, harus diberikan dalam dosis terbagi (2 x sehari).

G. Indikasi Resep Resep ini diindikasikan untuk pasien penderita tuberkulosis kategori I untuk pengobatan tahap intensif dengan riwayat penyakit hipolipidemik dan ulkus peptikum. H. Interaksi Obat a. Rifampisin merupakan penginduksi enzim P-450 mikrosomal hati CYP2C19 dan CYP3A4 sehingga dapat meningkatkan metabolisme Lansoprazol yang dimetabolisme oleh sistem ini sehingga efek dari Lansoprazol akan berkurang. b. Rifampisin menrupakan penginduksi enzim P-450 mikrosomal hati CYP3A4 sehingga dapat meningkatkan metabolisme Simvastatin yang dimetabolisme oleh sistem ini sehingga efek dari Simvastatin akan berkurang.

RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO Jl. PERINTIS KEMERDEKAAN KM.10

3.

Tanggal

Nama Dokter : R/ Spironolakton 100 No.XXX s.1.dd.I R/ Rifampisin 450 mg No.XXX s.1.dd.I R/ INH 300 mg No.XXX s.1.dd.I R/ PZA 500 mg No.XLV s.1.dd.I R/ Etambutol 500 mg No.XLV s.1.dd.I R/ Lanzoprazol Pro : Mustamin No. XXX s. 2.dd.I

A. Rifampisin Indikasi : Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan lain untuk dengan terapi awal

antituberkulosis maupun ulang Mekanisme kerja :

Obat ini menghambat sintesis RNA

bakteri dengan mengikat subunit B dari DNA deependen-RNA polymerase sehingga menghambat peningkatan enzim tersebut ke DNA yang menghasilkan penghambat transkripsi DNA Efek Samping : efek kurang dari 4% penderita bmengalami samping mual seperti dan demam, muntah, kulit

kemerahan,

ikterus,

trombnositopenia, dan nefritis. Kontraindikasi : Sindrom syok, anemia hemolitik akut,

dan gangguan hati. Hati-hati pemberian obat ini pada penderita gangguan ginjal. Sediaan : mg Suspensi 100 mg/ml kapsul dan tablet : 150 mg dan 300

Kapsul kombinasi : rifampin 300 mg dan INH 150 mg Dosis : Untuk dewasa dan anak yang

beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari, atau 600 mg 2 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga berdasarkan atas berat kesehatan lain badan yang

diberikan satu kali sehari maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 15 mg per kg berat badan. Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg, 150 mg untuk 10 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg. B. Etambutol Indikasi tuberkulosis paru Mekanisme kerja : obat ini sel sel. menghambat sehingga Hampir sintesis : obat ini diberikan pada penderita

metabolism kematian

menyebabkan semua strain

M.tuberculosis, M.bovis, dan kebanyakan M.kansasi rentan terhadap obat ini. Obat ini bersifat bakteriostatik dan bekerja baik

intra- maupun ekstraseluler. Efek samping : etambutol jarang menimbulkan efek

samping bila diberikan dengan dosis harian biasa dan efek toksiknya minimal. Kontraindikasi : hipersensitivitas, neuritis optik, anak

< 5 tahun, dan bersihan kreatinin 50 ml/menit Sediaan Dosis : : tablet 250 mg dan 500 mg Untuk dewasa dan anak berumur

diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter juga

memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis

lainnya.

Tidak

diberikan

untuk

anak

dibawah 13 tahun dan bayi C. Pirazinamid Indikasi : Digunakan untuk terapi tuberkulosis

dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis lain. Mekanisme kerja : kerja obat ini tidak diketahui karena

pirazinamida sendiri tidak aktif, tetapi harus diubah dulu menjadi senyawa aktif, yaitu asam pirazinoat oleh enzim

piranzinamidase. Diduga basil yang rentan berkaitan dengan enzim tersebut. Efek samping : hepatotoksisitas, termasuk ikterus; demam gagal anemia

anoreksia, hati; mual,

hepatomegali, muntah,

artralgia,

sideroblastik, penggunaan ditetapkan.

urtikaria. pada Hati-hati

Keamanan belum pada:

anak-anak penggunaan

penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga penderita atau diabetes fungsi melitus; ginjal dan tak

dengan

sempurna; penderita dengan riwayat tukak peptik. Kontraindikasi : terhadap gangguan fungsi hati parah,

porfiria, hipersensitivitas. Sediaan Dosis : : Tablet 500 mg/tablet. Dewasa dan anak sebanyak 15 30

mg per kg berat badan, satu kali sehari. Atau 50 70 mg per kg berat badan 2 3 kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya. D. Isoniazid Indikasi : obat ini diindikasikan untuk terapi bentuk tuberkulosis aktif,

semua

disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis mendapatkan tunggal atau orang infeksi. berisiko Dapat tinggi digunakan dengan

bersama-sama

antituberkulosis lain. Mekanisme kerja : menghambat biosintesis asam mikolat

yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium

Efek samping

insiden dan berat-ringannya efek non-

terapi INH berkaitan dengan dosis dan lamanya pemberian. Reaksi obat ini dapat berupa hepatitis. Kontraindikasi Sediaan : : hipersensitivitas, penyakit hati tablet 50, 100, dan 300 mg demam, kulit kemerahan dan

Sirup 50 mg/ml Injeksi (vial 10 ml) 100 mg/ml Dosis : Untuk pencegahan, dewasa 300 mg

satu kali sehari, anak anak 10 mg per berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi orang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan bersama lainnya. dengan Umumnya anti dipakai

obat

tuberkulosis

lainnya. Dalam kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk

anak dengan dosis 10 20 mg per kg berat badan. Atau 20 40 mg per kg berat E. Lansoprazol Indikasi : Pengobatan jangka pendek ulkus duodenum, ulkus lambung, esofagitis dan ulkus esofagus,

termasuk ulkus yang resisten. Sindrom ZollingerEllison merupakan kasus yang sangat jarang. Mekanisme kerja : Lanzoprazole mempunyai mekanisme kerja yang unik karena mempunyai tempat kerja dan bekerja langsung pada pompa asam ( H+ / K+ ATPase) yang merupakan tahap akhir proses sekresi asam lambung dari sel-sel pariental. Efek samping : Umumnya ringan dan bersifat sementara, yakni mual, diare, sakit kepala, nyeri abdomen, flatulen, dan dispepsia. Skin rush jarang ditemukan. Sediaan Dosis : : Tablet @20 mg Untuk pengobatan ulkus dan esofagitis = 20 mg per hari selama 4-8 minggu. Pada keadaan tertentu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 40 mghari. Sindrom Zollinger-Ellison = Dimulai

dengan 60 mg sekali sehari, ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan, dan diberikan selama

dibutuhkan. Bila dosis lebih dari 80 mg, harus diberikan dalam dosis terbagi (2 x sehari). F. Spironolakson Indikasi : antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan edema yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, di samping memperbesar diuresis. Pada gagal

jantung kronik spironolakton digunakan untuk mencegah remodeling (pembentukan jaringan fibriosis di miokard). Spironolakton merupakan obat pilihan untuk hipertensi hiperaldosteronisme primer dan sangat bermanfaat pada kondisikondisi yang disertai hiperaldosteronisme

sekunder seperti asites pada sirosis heptis dan sindrom nefrotik. Mekanisme kerja : Penghambatan kompetitif terhadap aldosterone. Ini terbukti dari kenyataan bahwa obat ini hanya efektif bila terdapat aldosterone baik endogen atau pun eksogen dalam tubuh dan efeknya dapat dihilangkan dengan meninggikan kadar

aldosterone.

Jadi dengan pemberian antagonis

aldosterone, reabsorpsi Na+ dan K+ dihilir tubuli distal dan duktus koligentes dikurangi, dengan demikian ekskresi K+ juga berkurang. Efek samping : Hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan dengan tiazid pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping lain yang ringan dan reversibel diantaranya ginekomastia, efek

samping mirip androgen dan gejala saluran cerna. Sediaan : Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50, dan 100 mg. Dosis : Dewasa berkisar antara 25-200 mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100 mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg, serta antara spironolakton

25

mg

dan

tiabutazid

2,5

mg.

Eplerenon

digunakan dalam dosis 50-100 mg/hari.

G. Indikasi Resep Resep ini diindikasikan untuk pasien penderita tuberkulosis kategori I untuk pengobatan tahap intensif dengan riwayat penyakit hipertensi dan ulkus peptikum.

H. Interaksi Obat Rifampisin merupakan penginduksi enzim P-450 mikrosomal hati CYP2C19 dan CYP3A4 sehingga dapat meningkatkan metabolisme

Lansoprazol yang dimetabolisme oleh sistem ini sehingga efek dari Lansoprazol akan berkurang.

BAB IV KESIMPULAN RESEP IV.1 Resep 1 Resep ini rasional untuk diberikan kepada pasien tuberkulosis, karena tidak terdapat interaksi di dalamnya. Resep ini diberikan sebagai regimen pengobatan untuk pasien TB kategori I. Penambahan Vitamin B 6 bertujuan

untuk

mencegah

atau

mengobati

neuritis

perifer

oleh

obat

isoniazid. IV.2 Resep 2

Resep ini tidak rasional untuk diberikan kepada pasien ini, karena terdapat interaksi didalamnya. Dimana saran yang dapat diberikan dosis simvastatin dan lansoprazol ditingkatkan, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah penggunaan obat TB dihentikan. IV.3 Resep 3

Resep ini tidak rasional untuk diberikan kepada pasien penderita tuberkulosis karena terdapat interaksi didalamnya. Dimana saran yang dapat diberikan dosis lansoprazol ditingkatkan, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah penggunaan obat TB dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.PDF. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.PDF.

3. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - proses Penyakit. Jakarta : EGC 4. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan RI 5. Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jakarta : Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi 6. Staf Pengajar Dep. Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2. Jakarta : EGC 7. Gunawan, Sulistia Gan. dkk. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmkologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 8. Stringer, Janet L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta : EGC 9. Yoga Aditama, Tjandra.1994. Tuberkulosis Paru : Masalah dan Penanggulanganya. Jakarta : UI Press.

LABORATORIUM BIOAFARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN HASIL DISKUSI TUBERKULOSIS

OLEH KELOMPOK 5 PUTRI WULANDARI MUSDALIPA MIRZA AMELIA NURUL ISMI ASTI VEBRIYANTI (N111 10 005) (N111 10 101) (N111 10 118) (N111 10 283) (N111 10 102)

GOLONGAN JUMAT ASISTEN : AISYAH JUNAID

MAKASSAR 2012 1. Ada 5 macam obat dan dengan mekanisme yang berbeda-beda. Kenapa dengan banyak obat tersebut tetapi jangka pengobatannya lama hingga 6 bulan? ( A. Adriyani Tenriola Kel. 6 gol. Selasa) Jawab :

Obat-obat TB tidak dapat diberikan secara tunggal atau monoterapi dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kekebalan atau resistensi terhadap obat-obat TB, selain itu pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap selama 6 bulan, yaitu tahap intensif selama 2 bulan dan tahap lanjutan selama 4 bulan, hal ini dikarenakan bakteri yang menyebabkan tuberkulosis merupakan bakteri tahan asam dan dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab serta kaya akan lipid seperti pada makrofag yang kaya akan lipid. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun ) oleh karena itu pengobatan TB diberikan selama 6 bulan untuk mencegah bakteri penyebab TB dapat bangkit kembali. (4)

2. Apakah kombinasinya memang sekaligus 1 paket (4 obat)? Kenapa tidak diberikan satu saja? Serta bagaimana klo ada yang ada resisten dengan salah satu obatnya? (Dian Sitra Rahma Kel. Gol. Selasa) Jawab : Obat yang diberikan untuk pengobatan TB dihindari untuk pemberian monoterapi dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kekebalan atau resistensi terhadap obat-obat TB, oleh karena itu obat untuk pengobatan TB diberikan dengan kombinasi 4 obat yaitu

rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol.(4)

Jika pasien resitensi dengan salah satu dari keempat obat tersebut, maka dapat diganti dengan obat yang lain. Contohnya, jika ada pasien yang resistensi dengan etmbutol maka dapat diganti dengan streptomisin. Selain itu dapat ditambahkan antibiotik lain untuk meningkatkan kinerja dari obat-obatan TB.(7)

3. Kenapa pada resep ke-2 dikombinasikan dengan simvastatin? (Sonia R. Salu Kel. 3 Gol. Jumat) Jawab : Pada resep ke-2 dikombinasikan dengan simvastatin

dikarenakan pasien tersebut selain menderita tuberkulosis juga diketahui mempunyai kadar kolesterol yang tinggi setelah dilakukan uji laboratorium mengenai kadar kolesterolnya. Oleh karena itu, diberikan simvastatin untuk menurunkan kadar kolesterol pasien.(7)

4. Jelaskan masing-masing kategori dari penyakit TB? Jelaskan tentang obat TB kombinasi 4? (Asisten Kak Ismail S.Si., Apt) Jawab : Tuberkulosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) I. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

a) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. b) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

II. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis , yaitu pada TB Paru: a. Tuberkulosis paru BTA positif. 1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. 2. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. 3. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. 4. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya

hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi: 1. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative 2. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis. 3. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 4. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

III. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit 1. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks

memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk. 2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

5. Jelaskan penyebarannya serta penularan apakah hanya lewat udara saja atau ada yang lain? (Asisten Kak Amal Rezka Putra) Jawab : Penularan tuberkulosis paru terjadi bila penderita membatukkan dahaknya dan di dalam dahak itu terdapat kuman tuberkulosis yang kemudian terisap oleh orang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa penularan penyakit tuberculosis banyak bergantung dari beberapa faktor seperti jumlah kuman yang ada, tingkat keganasan kuman itu, dan daya tahan tubuh oaring yang tertulari. (9)

6. Kenapa pada resep ke-2 dikombinasikan dengan Co-amoxiclav? (Asisten Kak Purwalinggar) Jawab :

Pada resep ke-2 obat-obat TB dikombinasikan dengan coamoxiclav dikarenakan pasien tersebut diduga sudah mengalami resistensi dengan obat TB yang lain sehingga penambahan coamoxiclav diduga untuk membantu memaksimalkan kinerja dari obatobat TB. (7)

Anda mungkin juga menyukai