Anda di halaman 1dari 93

83

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbatasnya sumber daya dalam negeri untuk pembiayaan investasi di Indonesia, mendorong pemerintah untuk menarik modal dari luar negeri. Salah satu bentuk modal asing tersebut adalah penanaman modal asing (PMA). Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi dan juga merupakan langkah awal bagi kegiatan pembangunan ekonomi. Masuknya perusahaan asing dalam kegiatan investasi di Indonesia dimaksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi sektor-sektor usaha dan industri yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pihak swasta nasional, baik karena alasan teknologi, manajemen, maupun permodalan. Investasi asing juga diharapkan secara langsung maupun tidak langsung dapat lebih merangsang dan menggairahkan iklim atau kehidupan dunia usaha, serta dapat dimanfaatkan sebagai upaya menembus jaringan pemasaran internasional melalui jaringan yang mereka miliki. Selanjutnya investasi asing diharapkan secara langsung dapat

mempercepat proses pembangunan ekonomi Indonesia. Salah satunya, dengan adanya penanaman modal asing seperti investasi Amerika Serikat di Indonesia yang mampu menempati peringkat ketiga untuk penanam modal terbesar di Indonesia pada tahun 2010 mencapai US$ 930,8 juta.

83

Menurut BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), terdapat lima negara yang masuk dalam deretan top five investment di Indonesia adalah Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Korea Selatan dan Mauritius. Kelima negara itu menanamkan modalnya di sektor infrastruktur, telekomunikasi, logistik, agroindustri, dan pertambangan. Dibandingkan dengan investasi portofolio, Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya permanen (jangka panjang), banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen, dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat penting bagi negara sedang berkembang, mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan kerja. Sedangkan, dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga, belum tentu membuka lapangan kerja baru. Yang menjadi permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum. Jadi suasana dan kondisi suatu negara harus kondusif dan benar-benar aman. Sumber-sumber dana baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri harus memacu laju pertumbuhan ekonomi. Sehingga terbentuklah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, baik penanaman modal yang berasal dari penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Namun penanaman modal asing lebih berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penanaman

83

modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang berkat sifat khususnya berupa paket modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang selektif serta pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan pembangunan negara yang bersangkutan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia, seperti inflasi, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan suku bunga kredit investasi mempunyai arti penting dalam perkembangan investasi Amerika Serikat di Indonesia. Apabila inflasi naik maka investasi Amerika Serikat di Indonesia akan menurun. Dimana hal ini terlihat dari kenaikan harga-harga umum dan menurunkan nilai uang, serta jika suku bunga kredit investasi di Indonesia rendah, maka akan semakin tinggi nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia, yang nantinya akan membuat para investor bersedia untuk berinvestasi di Indonesia. Menguatnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga

menunjukkan ekonomi yang positif ke depannya. Hal ini menunjukkan bahwa kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada saat itu dalam keadaan yang stabil, sehingga membuat investor dari Amerika Serikat tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Untuk lebih jelasnya mengenai Investasi Amerika Serikat di Indonesia serta variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dilihat pada Tabel 1 :

83

83

Tabel 1 menunjukkan bahwa perkembangan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia dari tahun 2000 hingga tahun 2010 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2002 laju pertumbuhan investasi Amerika Serikat di Indonesia adalah yang tertinggi yaitu dengan nilai sebesar 467,6 juta US$ dengan laju pertumbuhan sebesar 542,31 persen. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kondisi ekonomi dan sosial politik di Indonesia yang membaik dan menurunnya inflasi di Indonesia, sehingga memberikan perubahan bagi iklim investasi di Indonesia, dimana para investor bersedia untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Selain itu, meningkatnya investasi Amerika Serikat di Indonesia ini kemungkinan juga disebabkan oleh menurunnya suku bunga kredit investasi di Indonesia. Pada tahun 2010, nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia pada saat itu juga mengalami peningkatan yaitu mencapai 930,8 juta US$ dengan laju pertumbuhan 442,74 persen dari pada tahun-tahun sebelumnya. Meningkatnya nilai investasi ini diperkirakan akibat dari menurunnya suku bunga kredit investasi pada tahun tersebut dibandingkan dari tahun sebelumnya. Selain itu, kemungkinan juga disebabkan oleh menguatnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan ini merupakan peluang bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2001, nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu sebesar -70,05 persen, hal ini kemungkinan disebabkan oleh naiknya inflasi pada tahun tersebut dan kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, sehingga investor tidak berminat untuk

83

menanamkan modalnya di Indonesia. Pada tahun yang sama kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin melemah, yang juga diikuti dengan perkembangan suku bunga kredit investasi yang tinggi. Hal ini tentu saja membuat investor asing tidak bersedia untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan nantinya akan berdampak terhadap kegiatan perekonomian masyarakat. Begitu juga dengan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia pada tahun 2005 anjlok menjadi 88,6 juta US$ dengan laju pertumbuhan -33,48 persen. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya inflasi, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan suku bunga kredit investasi. Dengan kondisi yang demikian tersebut pada akhirnya akan mengurangi minat para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk membahas masalah investasi Amerika Serikat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dalam bentuk skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Amerika Serikat di Indonesia. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih jelasnya masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Inflasi mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia. 2. Kurs mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia. 3. Suku bunga mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia.

83

4. Kondisi ekonomi dan sosial politik mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia. 5. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh

mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia. C. Pembatasan Masalah Dalam hal penyelesaian penelitian ini, tentunya akan mengalami banyak kendala terutama keterbatasan waktu dan kemampuan dari penulis sendiri. Tentunya tidak mungkin meneliti seluruh permasalahan yang telah diidentifikasi di atas. Untuk itu, penulis hanya membatasi pada masalah pengaruh Inflasi, Kurs, dan Suku bunga terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Sejauhmana pengaruh Inflasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia ? 2. Sejauhmana pengaruh Kurs terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia ? 3. Sejauhmana pengaruh Suku bunga kredit investasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia ? 4. Sejauhmana pengaruh Inflasi, Kurs, dan Suku bunga kredit investasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia ?

83

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1. Pengaruh Inflasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. 2. Pengaruh Kurs terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. 3. Pengaruh Suku bunga kredit investasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. 4. Pengaruh Inflasi, Kurs, dan Suku bunga kredit investasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Penulis sendiri, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S1) pada program studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. 2. Pengembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu ekonomi makro, ilmu ekonomi moneter, dan ilmu ekonomi internasional. 3. Pengambil kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. 4. Peneliti lebih lanjut, yang meneliti tentang investasi Amerika Serikat di Indonesia dimasa yang akan datang.

83

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Investasi Asing Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan

penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang (Sukirno, 2006:121). Menurut Krugman (dalam Sarwedi, 2002:24) yang dimaksud dengan penanaman modal asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Pengertian penanaman modal menurut Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2007, yaitu : Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

83

Sedangkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Menurut Sukirno (2006:122), faktor-faktor yang menentukan tingkat investasi adalah : a. b. c. d. e. f. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh. Tingkat bunga. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan. Kemajuan teknologi. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Walaupun faktor-faktor penting yang menentukan jumlah investasi para pengusaha meliputi beberapa faktor, dua diantaranya mempunyai kesanggupan untuk menerangkan sebab-sebabnya perubahan tingkat investasi yang lebih penting dari faktor-faktor lainnya. Faktor tersebut adalah tingkat keuntungan yang diramalkan dan suku bunga. Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Sedangkan suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan.

83

Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu persentasi keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan suku bunga terhadap investasi (Sukirno, 2006:123). Menurut Kusmaboti (2007:21) mengemukakan bahwa penanaman modal dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, sedangkan dalam pembahasan skripsi ini penulis hanya melihat dari segi investasi asing saja, yaitu : a. Modal Asing Yang dimaksud dengan modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. b. Modal Dalam Negeri Adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki negara maupun swasta yang disisihkan atau disediakan guna menjalankan usaha. Investasi pemerintah pada umumnya diprioritaskan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang biasanya dilakukan pada sektor-sektor publik. Sedangkan investasi swasta lebih diprioritaskan untuk penyediaan barang-barang

83

produksi dalam usaha pencapaian laba maksimum, sehingga investasi yang dilakukan akan sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh. Oleh Karena itu, keputusan investasi yang dilakukan akan sangat bergantung pada perbandingan antara biaya bunga dengan tingkat hasil tahunan yang diharapkan diperoleh dari kegiatan investasi baru (Kusmaboti, 2007:3). Menurut Samsul (2006:5), ada satu faktor yang sangat penting yang dapat mendatangkan investor asing, yaitu kestabilan nilai rupiah. Nilai mata uang domestik yang stabil dapat menghindarkan investor asing di pasar modal mengalami kerugian akibat perbedaan kurs valuta asing. Sedangkan nilai mata uang domestik yang labil dapat membangkrutkan usaha investor asing maupun investor lokal. Selain hal di atas, menurut (Sukirno, 2002:16) inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi. Menurut Mankiw (2006:65), Investasi asing adalah salah satu cara bagi suatu negara untuk bertumbuh. Walaupun sebagian dari investasi ini kembali ke negara asalnya, investasi asing dapat menambah persediaan modal domestik yang akan meningkatkan produktifitas dan upah tenaga kerja. Terlebih lagi, investasi asing adalah salah satu cara bagi negara-negara miskin untuk mempelajari teknologi mutakhir yang dikembangkan dan digunakan di negara-negara yang lebih kaya.

83

Menurut Jhingan (2003:483), modal asing swasta dapat mengambil bentuk investasi asing langsung dan investasi tidak langsung, sebagai berikut : a. Investasi langsung, berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara pengimpor modal dengan cara investasi itu. Investasi langsung dapat mengambil beberapa bentuk, yaitu : Pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal dan pembentukan suatu perusahaan dalam mana perusahaan dari negara penanaman modal memiliki mayoritas saham. b. Investasi tidak langsung, lebih dikenal sebagai investasi portofolio yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijadikan oleh pemerintah negara pengimpor modal), atas saham atau surat utang oleh warga negara dari beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya mempunyai hak atas deviden saja. Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa investasi asing swasta terbagi atas dua macam yaitu investasi asing langsung, bahwa perusahaan penanaman modal melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanamkannya dan investasi tidak langsung yang lebih dikenal dengan portofolio. Menurut Case dan Fair (2007:282), meskipun tingkat bunga cenderung mendorong investasi, tingkat bunga yang lebih tinggi cenderung

memperlambatnya, dan banyak faktor lain yang sulit diukur serta sulit diprediksi juga mempengaruhi tingkat pengeluaran investasi. Hal ini mungkin meliputi perubahan kebijakan pemerintah, inflasi, dan perubahan dalam tingkat kurs mata uang.

83

Menurut Tandelilin (2001:212) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara, sebagai berikut : a. Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan meningkatkan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan meningkatnya untuk

penjualannya.

Dengan

penjualan

perusahaan, maka kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat. b. Inflasi. Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil. c. Tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Di samping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

83

Menurut Khalwaty (2000:98) Investasi adalah suatu tindakan melepaskan uang, modal atau dana pada saat sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Selanjutnya, dilihat dari situasi atau saatnya investor melakukan investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Situasi pasti (certain situation) Investasi yang dilakukan dalam situasi pasti atau dalam keadaan di mana stabilitas nasional baik ekonomi maupun politik terjamin, besarnya dana yang dibutuhkan, tingkat suku bunga, masa pengembalian investasi dan tingkat keuntungan dapat diprediksi dengan pasti. b. Situasi tidak pasti (uncertain situation) Investasi dalam situasi yang tidak pasti, misalnya keputusan investasi yang diambil pada saat krisis moneter, tingkat inflasi sangat tinggi, tingkat suku bunga tidak menentu. Keadaan yang tidak pasti seperti itu menuntut investor untuk berhati-hati dan bahkan mungkin saja investor membatalkan keputusan investasinya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua situasi atau saatnya investor melakukan investasi yaitu situasi pasti yang merupakan keadaan yang memungkinkan tingkat keuntungan dapat diprediksi dengan pasti, dan situasi tidak pasti merupakan keadaan yang menuntut investor untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan atas investasinya. Para ahli neo klasik menjelaskan bahwa dalam hal investasi, maka tingkat suku bunga merupakan faktor penentu bagi naik turunnya suatu investasi. Jika tingkat suku bunga naik maka investasi akan turun sebaliknya jika tingkat suku bunga turun maka investasi akan naik.

83

Selanjutnya menurut analisis teori neoklasik tradisional, penanaman modal asing (dan juga bantuan luar negeri) merupakan sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut dapat mengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah, dan keahlian manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat persediaan yang dibutuhkan untuk dapat mencapai target-target pertumbuhan dan pembangunan (Todaro, 2003:170). Penanaman modal asing diharapkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, telekomunikasi, perhubungan udara, air minum, listrik, air bersih, jalan, dan rel kereta api. Penanaman modal asing diperlukan untuk mengembangkan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan, oleh karena itu diperlukan dana yang cukup besar. Penggunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan modal tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing juga membawa serta keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-teknik produksi maju, pembaharuan produk, dan lain-lain. Ia juga melatih tenaga kerja setempat pada keahlian baru. Semua ini mempercepat pembangunan ekonomi. Lebih dari itu, penggunaan modal asing pada suatu industri dapat mendorong perusahaan setempat dengan mengurangi biaya pada industri-industri lain yang dapat mengarah pada perluasan mata rantai industri terkait lainnya. Modal asing membantu mengindustrialisasikan

perekonomian (Jhingan, 2003:481).

83

Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi sangat dipengaruhi oleh suku bunga, inflasi, dan kurs Rp/US$ yang nantinya akan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktifitas tenaga kerja di suatu negara. Karena investasi juga sering merupakan satu-satunya cara bagi teknologi baru yang produktif untuk meningkatkan kinerja ekonomi. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Amerika Serikat di Indonesia a. Pengaruh Inflasi terhadap Investasi Amerika Serikat Menurut Khalwaty (2000:6), Inflasi merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terusmenerus dalam jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan hargaharga tersebut. Menurut Case dan Fair (2004:6), Inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan. Pengurangan inflasi telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Yang terutama sangat bermasalah adalah hiperinflasi, atau periode kenaikan yang sangat cepat harga secara keseluruhan. Tingkat inflasi adalah persentasi kecepatan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2002:302). Jadi, dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara

83

terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Menurut Sukirno (2002:16), inflasi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk mengurangi investasi. Sedangkan jika inflasi menurun maka investasi akan meningkat. Macam-macam inflasi berdasarkan sudut pandang menurut Khalwaty (2000:31) sebagai berikut : 1) Asal Inflasi a) Domestic inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik). Kenaikan harga disebabkan karena adanya kejutan (shock) dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara psikologis berdampak inflatoar. Kenaikan harga-harga terjadi secara absolut. Akibatnya terjadilah inflasi atau semakin meningkatnya angka (laju) inflasi. b) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat diproduksi di dalam negeri.

83

2) Intensitas Inflasi a) Creeping inflation atau mild inflation atau inflasi merayap adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat (merayap). Creeping inflation yang juga biasa disebut dengan istilah inflasi sedang (mild inflation) terjadi Karena kenaikan harga-harga berlangsung secara perlahan-lahan. Creeping inflation umumnya dialami oleh negara-negara yang sedang membangun atau negaranegara yang sedang berkembang, karena terjadinya melekat dengan pembangunan itu sendiri dan dinilai dapat mendorong pembangunan. b) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat. Hyper inflation sangat berbahaya karena dapat merusak struktur perekonomian negara. 3) Bobot Inflasi a) Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun. b) Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada di antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

83

c) Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di antara 30-100% per tahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara. d) Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun, sebagaimana yang terjadi di masa Perang Dunia II (1939-1945). Untuk keperluan perang terpaksa harus dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan. Menurut Khalwaty (2000:12), Inflasi merupakan suatu fenomena moneter yang selalu meresahkan dan menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara. Inflasi yang melebihi angka dua digit, tidak hanya mendongkrak kenaikan harga-harga umum dan menurunkan nilai uang, tetapi juga memperlebar jurang (gap) antara kaya dan miskin, serta dapat menurunkan kepercayaan masyarakat internasional (investor) terhadap kewibawaan pemerintah suatu negara. Sehingga para investor enggan menanamkan modalnya dan bahkan bagi yang terlanjur akan merelokasikan industrinya ke negara lain yang lebih stabil dan kompetitif. Inflasi akan mendorong aparatur pemerintah bertindak korupsi dan berkolusi untuk memperkaya diri tanpa memikirkan negaranya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi sangat berpengaruh terhadap keinginan investor untuk menanamkan modalnya yang mana apabila inflasi meningkat maka akan terjadi penurunan pada investasi asing dan begitu

83

sebaliknya, apabila terjadi penurunan terhadap inflasi maka investasi asing akan mengalami peningkatan. b. Pengaruh Kurs terhadap Investasi Amerika Serikat Menurut Case dan Fair (2004:398), Tingkat kurs atau nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain. Pasar valuta asing (Foreign exchange market) adalah sebuah pasar atau tempat pertemuan dimana individu, perusahaan, dan kalangan perbankan mengadakan jual beli mata uang dari berbagai negara atau valuta-valuta asing. Nilai valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Nilai berbagai mata uang asing berbeda dalam suatu waktu tertentu, dan suatu mata uang asing nilainya akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu (Sukirno, 2002:358). Menurut Sukirno (2002:23), salah satu alat pengukur yang digunakan untuk menilai kestabilan sesuatu ekonomi adalah kurs valuta asing. Kurs ini akan menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari sesuatu mata uang asing. Maka kestabilan perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurs ialah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, yang digunakan

83

sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan perekonomian suatu negara. Menurut Khalwaty (2000:172), mata uang dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : 1) Hard Currency Mata uang yang termasuk dalam kelompok hard currency adalah mata uang yang mempunyai nilai relatif stabil, tidak terlalu sering mengalami apresiasi (kenaikan nilai) atau depresiasi (penurunan nilai) jika dibandingkan dengan mata uang negara lain. Hard currency merupakan mata uang yang selalu dipilih untuk digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional. Hard currency umumnya adalah mata uang dari negara-negara industri maju seperti Dollar Amerika Serikat (USD), Yen Jepang (JPY), Poundsterling Inggris (GBP), dan Dollar Australia (AUD). 2) Soft Currency Soft currency adalah mata uang lemah yang kurang laku atau jarang sekali digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional karena nilainya relatif kurang stabil (inconvertible currency) serta sering terdepresiasi jika dibandingkan dengan mata uang negara lainnya. Soft currency umumnya terdiri dari mata uang negara-negara yang sedang berkembang yang sifatnya sangat sensitif terhadap gejolak politik, perubahan kebijakan ekonomi dan

83

moneter pemerintah negara yang bersangkutan termasuk terhadap perubahan-perubahan kondisi sosial ekonomi internasional. Jadi, dapat dilihat bahwa mata uang dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok pertama ialah hard currency yang merupakan mata uang yang mempunyai nilai relatif stabil dan negara-negara industri maju yang termasuk kepada kelompok ini, dan kelompok kedua ialah soft currency yang merupakan mata uang lemah yang jarang sekali digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional karena nilainya relatif kurang stabil. Beberapa faktor penting yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran menurut Sukirno (2002:362) adalah: 1) Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat. Perubahan ini akan mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk sesuatu negara semakin lebih menyukai barang-barang dari suatu negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempunyai kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain tersebut. 2) Perubahan Harga dari Barang-barang Ekspor. Apabila harga barang-barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. Perubahan ini selanjutnya akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikan harga barang-barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar

83

negeri. Maka kenaikan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing. Kekurangan penawaran ini akan menjatuhkan nilai mata uang dari negara yang mengalami kenaikan dalam harga-harga barang ekspornya. Apabila harga barangbarang ekspor mengalami penurunan, maka akibat yang timbul adalah yang sebaliknya. 3) Kenaikan Harga-harga Umum (Inflasi). Berlakunya keadaan yang demikian di sesuatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Di satu pihak kenaikan harga-harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan ke atas valuta asing bertambah. Di lain pihak ekspor negara itu bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing. 4) Perubahan Dalam Tingkat Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi. Disamping dipengaruhi oleh perubahan permintaan dan penawaran ke atas barang-barang yang diperdagangkan di antara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta arah aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut. Penawaran valuta asing yang bertambah ini akan meninggikan nilai mata uang negara yang menerima modal tersebut.

83

5) Pertumbuhan Ekonomi. Bentuk dari pengaruh pertumbuhan ekonomi kepada kurs valuta asing tergantung pada corak dari perkembangan ekonomi itu. Apabila ia terutama disebabkan oleh perkembangan sektor ekspor, penawaran ke atas mata uang asing terus menerus bertambah. Dalam keadaan seperti itu perkembangan ekonomi akan meninggikan nilai mata uang. Tetapi apabila sumber perkembangan itu adalah dari perluasan kegiatan ekonomi di luar sektor ekspor, perkembangan itu berkecenderungan akan menurunkan nilai mata uang asing. Akibat yang demikian akan timbul karena pendapatan yang bertambah akan menaikkan impor. Kenaikan impor ini akan menaikkan permintaan ke atas valuta asing. Berdasarkan pendapat di atas terlihat bahwa faktor penting yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran yaitu perubahan dalam citarasa masyarakat, perubahan harga dari barang-barang ekspor, kenaikan harga-harga secara umum (inflasi), perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Menurut pendapat Salvator (dalam Putri, 2008:34) semakin terdepresiasi nilai kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika maka akan semakin turun investasi asing. Nilai kurs rupiah adalah perbandingan nilai tukar mata uang Indonesia (Rp) terhadap mata uang Amerika ($). Maksudnya disini adalah harga yang dibayarkan dalam rupiah untuk menukarkan dalam US dolar. Semakin banyak harga dalam rupiah yang dikeluarkan untuk ditukarkan dengan satu US dolar, maka berarti nilai kurs rupiah melemah, dan sebaliknya.

83

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kestabilan nilai tukar rupiah sangat berpengaruh dalam mendorong kegiatan penanaman modal khususnya modal asing. Untuk itu pemerintah dalam mengambil kebijakan moneter perlu senantiasa mempertahankan kestabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, sehingga perekonomian dapat berjalan dengan lancar dan stabil dari tahun ke tahun. Dengan kondisi yang demikian tersebut pada akhirnya akan merangsang minat para investor asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia. c. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Investasi Amerika Serikat Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman. Besarnya sama dengan jumlah bunga yang diterima per tahun dibagi jumlah pinjaman (Case dan Fair, 2004:153). Menurut Samuelson dan William (2004:190), bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang. Suku bunga yang penulis gunakan adalah kredit investasi yang jangka waktunya panjang lebih dari satu tahun. Menurut Muljono (2001:29), bentukbentuk yang lebih spesifik dari kredit investasi antara lain kredit-kredit yang dikeluarkan untuk : 1) Membeli tanah baik tanah untuk industri, tanah untuk pertambangan, maupun untuk perkebunan dan lain-lain.

83

2) Membeli

mesin-mesin,

alat-alat

angkutan,

peralatan-peralatan

produksi dan lain-lain. 3) Mendirikan bangunan gedung pabrik, bangunan hotel, rumah sakit, gudang perkantoran, proyek pertokoan dan lain-lain. 4) Membangun sebuah kapal, pesawat terbang, peralatan-peralatan kerja yang akan dipakai sendiri. Menurut teori klasik (dalam Nopirin, 1998:71) menyatakan bahwa investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Menurut Sukirno (2006:125), Para penanam modal harus

mempertimbangkan suku bunga. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan. Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan

83

besarnya investasi yang harus dilakukan ialah kita perlu menghubungkan kurva MEI dengan suku bunga, yang dapat digambarkan sebagai berikut : Suku bunga

r0

r1 r3 I = MEI 0 I0 I1 I2 Investasi Gambar 1. Tingkat Suku bunga dan Tingkat Investasi Pada suku bunga sebesar r0 terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai tingkat pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada suku bunga sebanyak r0, investasi yang dilakukan perusahaan adalah I0. Apabila suku bunga adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada suku bunga sebanyak r1 investasi yang akan dilakukan adalah sebanyak I1.

83

Jadi, dapat disimpulkan bahwa suku bunga sangat menentukan tingkat investasi baik untuk investasi domestik maupun investasi asing. Apabila suku bunga naik maka investasi akan mengalami penurunan, dan sebaliknya apabila tingkat suku bunga menurun maka investasi akan mengalami kenaikan. B. Temuan Penelitian Sejenis Dalam penelitian ini penulis tentunya memerlukan kajian terdahulu atau penelitian empiris sejenis untuk mendukung penelitian yang penulis lakukan. Dimana nantinya dapat digunakan sebagai referensi untuk melihat apakah penelitian yang dilakukan mendukung atau tidak dengan penelitian yang sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ruri Isra Kartika Putri (2008:85) yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa peranan variabel bebas yaitu pendapatan nasional, suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar dan nilai kurs terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia adalah berpengaruh signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Vio Achfuda Putra (2010:67) yaitu meneliti tentang Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat Teknologi Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama Suku bunga kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat teknologi berpengaruh signifikan terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008.

83

Sedangkan penelitian Ahmad Jamli dan Firmansyah (1998:61) yaitu tentang Analisis Fungsi Investasi pada Sektor Industri Manufaktur dan Dampak Investasi pada Kebutuhan Impor Indonesia. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa suku bunga, tingkat pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika, dan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap permintaan investasi pada sektor industri manufaktur di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penulis lebih memfokuskan penelitian pada investasi Amerika Serikat di Indonesia dan variabel bebas yang digunakan adalah Inflasi, Kurs Rp/US$ dan Suku bunga kredit investasi. Sehingga akan mendeskripsikan sejauh mana pengaruh Inflasi, Kurs Rp/US$ dan Suku bunga kredit investasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan, mengungkapkan, dan menentukan persepsi dan keterkaitan antara variabel yang diteliti berdasarkan rumusan masalah. Penanaman modal asing atau yang sering disebut sebagai investasi asing mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, karena merupakan kegiatan awal dari suatu kegiatan pembangunan. Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari investasi dan penanaman modal, semakin tinggi tingkat investasi maka akan memungkinkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui

83

pembangunan yang dilakukan. Oleh karena itu harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi tersebut. Dalam meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia dipakai beberapa variabel yang mempengaruhi. Dimana yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah investasi Amerika Serikat (Y) dan variabel-variabel bebasnya (independent variable) adalah Inflasi (X1), Kurs (X2), dan Suku bunga (X3). Nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berhubungan positif dengan investasi, dapat dilihat melalui perubahan nilai tukar rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menguat (terapresiasi) maka akan mendorong peningkatan pada investasi. Sebaliknya apabila nilai tukar rupiah melemah (terdepresiasi) maka akan terjadi penurunan pada investasi. Inflasi berhubungan negatif dengan investasi pada suatu negara. Apabila inflasi tinggi maka minat para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin menurun, dan sebaliknya apabila inflasi semakin rendah maka minat para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin meningkat. Suku bunga memiliki hubungan yang terbalik dengan investasi Amerika Serikat. Apabila terjadi kenaikan suku bunga, maka hal ini tentunya menurunkan minat investor untuk berinvestasi dan jika terjadi penurunan suku bunga maka akan mendorong meningkatnya minat para investor untuk berinvestasi.

83

Ketiga variabel bebas ini merupakan komponen dari kebijakan moneter. Untuk itu ketiga variabel ini juga akan diteliti secara bersama-sama dalam mempengaruhi investasi Amerika Serikat. Secara sistematis hubungan antara variabel-variabel bebas tersebut dalam mempengaruhi variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut :

Inflasi (X1)

Kurs Rp/US$ (X2)

Investasi Amerika Serikat (Y)

Suku Bunga Kredit Investasi (X3)

Gambar 2. Kerangka Konseptual Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi Amerika Serikat di Indonesia

83

D. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dikemukakan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini. Adapun hipotesis yang diajukan adalah : 1. Inflasi berpengaruh signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. H 0 : 1 = 0 Ha : 1 0 2. Kurs berpengaruh signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. H 0 : 2 = 0 Ha : 2 0 3. Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. H 0 : 3 = 0 Ha : 3 0 4. Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. H 0 : 1 = 2 = 3 = 0 Ha : salah satu 0

83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif. Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan peristiwa atau kejadian, variabel penelitian dan juga untuk menemukan ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat, dimana data yang digunakan berupa data berbentuk angka. Penelitian asosiatif bertujuan untuk melihat adanya hubungan antar variabel bebas yaitu Inflasi, Kurs, dan Suku bunga kredit investasi dengan variabel terikat yaitu Investasi Amerika Serikat. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat dan Bank Indonesia (BI) cabang Padang. Dimana pada instansi tersebut dapat diperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian. Serta website-website terkait seperti www.bkpm.go.id, www.bi.go.id, pdf-engine dalam

www.google.com dan website lainnya. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Mei 2011. C. Jenis Data Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Berdasakan cara memperolehnya data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui lembaga atau instansi pemerintah.

83

2. Berdasarkan sifatnya data ini merupakan data kuantitatif karena data Nilai Investasi Amerika Serikat, Inflasi, Kurs, dan Suku Bunga Kredit Investasi diperoleh dalam bentuk angka. 3. Berdasarkan waktu pengumpulan data maka ini adalah data yang bersifat Time Series yaitu data yang dikumpul dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun 1988 sampai 2010. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi sebab perubahan atau variable independent. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Inflasi (X1), Kurs (X2), dan Suku Bunga Kredit Investasi (X3). 2. Variabel Terikat Variabel terikat atau variable dependent adala variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Sedangkan yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah investasi Amerika Serikat (Y). E. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mencatat semua data yang berhubungan dengan investasi, Inflasi, Kurs, dan Suku bunga. 2. Studi kepustakaan, yaitu suatu metode untuk mempelajari masalah dengan mengumpulkan bahan-bahan dan teori yang relevan dengan penelitian ini.

83

F. Definisi Operasional Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penelitian ini, dirasakan perlu untuk memberikan pembatasan pengertian dari konsep yang digunakan, yaitu: 1. Investasi adalah jumlah modal yang ditanam oleh investor di Indonesia Data nilai investasi Amerika Serikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perkembangan realisasi investasi penanaman modal asing berdasarkan laporan kegiatan penanaman modal menurut negara dan dinyatakan dalam satuan juta dolar dari tahun 1988-2010. 2. Inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga secara umum dan secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi di Indonesia yang diambil melalui perhitungan IHK (Indeks Harga Konsumen) dan dinyatakan dalam persen per tahun dari tahun 1988-2010. 3. Kurs adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari tahun 1988-2010 dan dinyatakan dalam Rupiah/US$ per tahun. 4. Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman. Data suku bunga yang digunakan adalah suku bunga kredit investasi di Indonesia dan dinyatakan dalam persen per tahun dari tahun 1988-2010. Kredit investasi adalah kredit jangka panjang yang lebih dari satu tahun yang digunakan untuk keperluan rehabilitasi, ekspansi, dan pendirian proyek-proyek baru.

83

G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara dalam menganalisis data yaitu : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan apa yang ditemukan pada hasil penelitian dan memberikan informasi sesuai dengan yang diperoleh dilapangan. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi penyebaran data dari variabel yang diteliti kemudian dilakukan presentase, tendensi sentral, dispersi dan memberikan interpretasi terhadap analisis tersebut. 2. Analisis Induktif a. Uji Prasyarat Analisis 1) Uji Heterokedastisitas Salah satu asumsi klasik pokok dalam regresi linear berganda adalah homokedastisitas atau varian yang sama. Menurut Gujarati (2006:82), salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya heterokedastisitas dalam satu varian tingkat kesalahan/ error term (ut) suatu model regresi adalah metode Uji Park. Analisis ini bertujuan untuk menguji apakah data sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual atau suatu pengamatan. ut2 = f (Xt1, Xt2, Xt3)

..................(1)

83

Dengan Persamaan : Log (Ut^2) = + log (Xt1) + log (Xt2) + log (Xt3) + Vt.......................(2) Kriteria pengujian : Jika nilai sig < 0,05 varian terdapat heterokedastisitas Jika nilai sig 0,05 varian tidak terdapat heterokedastisitas 2) Uji Multikolinearitas Menurut Gujarati (2006:61), uji multikolinearitas menunjukan adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel bebas yang menjelaskan dari model regresi. Analisis ini bertujuan untuk melihat korelasi sesama variabel bebas. Jika terdapat multikolinearitas, maka salah satu variabel bebas tersebut harus dikeluarkan dari analisis regresi berganda. Untuk menentukan ada tidaknya multikolinearitas maka dilakukan dengan menggunakan metode besaran VIF (Variance Inflating Factor), yang secara umum dirumuskan sebagai berikut : .........................................................................................(3)

Jika nilai VIF 5, berarti terdapat korelasi yang tinggi sesama variabel bebas, maka terdapat kasus multikolinearitas, sebaliknya jika nilai VIF < 5, berarti tidak terdapat kasus multikolinearitas pada = 5%. 3) Uji Autokorelasi

83

Uji autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara anggota data pengamatan yang diurut berdasarkan waktu ke waktu, sehingga satu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Autokorelasi digunakan apabila data yang digunakan adalah data time series, gunanya adalah untuk menguji apakah data sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, diantaranya 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat dengan tingkat kesalahannya sebesar 5% ( = 0,05) dengan n (jumlah data) = 23 dan k (jumlah variabel bebas) = 3. Uji ini memakai rumus Durbin-Watson (Gujarati, 2006:119) yaitu : ..............................................................................(4)

Dimana : d

= Statistik Durbin-Watson

Ut = Nilai Residu Hasil dari rumus tersebut (nilai d) kemudian dibandingkan dengan nilai Durbin-Watson. Nilai d tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Klasifikasi Nilai Durbin-Watson Klasifikasi d < dL dL < d < du du < d < 4-du 4-du < d < 4-dL d > 4-dL Gujarati (2006:122) 4) Uji Normalitas Data Residual Keterangan Ada Autokorelasi positif Tidak ada kesimpulan Tidak ada Autokorelasi Tidak ada kesimpulan Ada Autokorelasi negatif

83

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data residual mengikuti distribusi normal. Data yang baik adalah mempunyai pola seperti distribusi normal. Maka sebelum pemakaian teknik statistik dilakukan uji normalitas secara non parametrik dengan menggunakan rumus Jarque-Bera dengan persamaan (Gujarati, 2006:165) sebagai berikut :

{ Dimana: S = Kemencengan K = Peruncingan

}.................................................(5)

Dengan kriteria sebagai berikut : Jika sig JB 0,05 berarti data normal Jika sig JB < 0,05 berarti data tidak normal b. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis ini digunakan untuk membahas pengaruh lebih dari dua variabel regresi yaitu dua atau lebih variable independent dan satu variable dependent. Untuk mengetahui bagaimana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dapat digambarkan dalam bentuk fungsional sebagai berikut : Yt = f (Xt1, Xt2, Xt3, Ut) ......................................................................(6) Kemudian juga dapat ditulis dalam bentuk fungsi Cobb-Douglas sebagai berikut:

83

Yt = + 1 Xt1 + 2 Xt2 + 3 Xt3 + Ut..................................................(7) Karena perbedaan satuan maka persamaan di atas ditransformasikan menjadi semilog (Gujarati, 2006:219) : LogYt = + 1 Xt1 + 2 LogXt2 + 3 Xt3 + Ut..(8) dimana : LogYt Xt1 LogXt2 Xt3 = Investasi Amerika Serikat = Inflasi = Kurs = Suku Bunga Kredit Investasi =Intersep (konstanta) yang menunjukkan rata-rata pengaruh terhadap Y (Investasi Amerika Serikat) apabila semua variabel dikeluarkan dari model 1, 2, 3 = koefisien regresi yang mengukur pengaruh dari variabel bebas tertentu terhadap variabel terikat dan juga merupakan elastisitas Ut = Kesalahan Pengganggu c. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat atau mengetahui kontribusi variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1999:101) :

83

..........................................................................................(9)

Nilai R2 terletak antara 0 sampai 1 atau 0 < R2 < 1, jika nilai mendekati 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan sebaliknya bila nilainya mendekati 1 berarti terdapat hubungan yang kuat antara variable independent dengan variable dependent. d. Pengujian Hipotesis 1) Uji t Uji t digunakan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi linear berganda secara partial dengan mengasumsikan variabel lain dianggap konstan, dapat dibuktikan dengan rumus: .............................................................................................(10)

Dimana : i = koefisien regresi variabel xi

s(i) = standar error dari koefisien i Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Sedangkan

83

hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai thitung yang didapat dengan nilai ttabel yang ketentuannya sebagai berikut : Jika thitung < ttabel atau thitung -ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, secara partial. Jika thitung ttabel atau thitung < -ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, secara partial. 2) Uji F Uji F digunakan untuk menguji tingkat keberartian hubungan keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dengan rumus sebagai berikut: .............................................................................(11)

Dimana : k = jumlah variabel pengaruh dan variabel terpengaruh n = jumlah sampel R2 = koefisien determinasi Pengujian ini juga dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

83

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Jika Fhitung Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian a. Keadaan Geografis Indonesia Indonesia terletak antara 60 08 Lintang Utara dan 110 15 Lintang

Selatan dan antara 940 45 Bujur Barat dan 1410 05 Bujur Timur. Indonesia terletak dijalur strategis karena berada antara 2 Samudera Hindia dan Pasifik serta diapit oleh 2 Benua Asia dan Australia. Luas wilayah Indonesia secara keseluruhan adalah 5.176.800 km yang terdiri dari wilayah perairan 3.257 km dan luas wilayah daratan sebesar 1.919.43 km. Jumlah pulau di Indonesia sebanyak 13.667, sebanyak 7.623 buah pulau belum mempunyai nama. Indonesia merupakan negara bahari dengan luas lautnya sekitar 7,9 juta kilometer persegi (km2) (termasuk daerah zona ekonomi ekslusif) atau 81% dari luas keseluruhan dan mempunyai garis pantai nomor 2 terpanjang di dunia setelah Kanada. Di Indonesia hanya dikenal dengan 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

83

Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia, menyebabkan Indonesia sering dilanda gempa. Gempa terkuat adalah gempa Tsunami yang berkekuatan 9,0 skala Richter yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada tanggal 26 Desember 2004, dengan pusat gempa terletak pada 2,90 LU dan 95,60 BT dengan kedalaman sekitar 20 km. b. Keadaan Penduduk Indonesia Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sebagaimana tertuang dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan, seperti besarnya jumlah penduduk Indonesia dan tidak meratanya penyebaran penduduk Indonesia. Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta dan pada tahun 2006 Indonesia berpenduduk 222 juta. 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada. Berbagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk telah dilakukan pemerintah melalui program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai pada awal tahun 1970-an. Begitu pula usaha-usaha yang mengarah pada pemerataan penyebaran penduduk telah dilakukan melalui program

83

transmigrasi. Pada Tabel berikut ini dapat dilihat jumlah pertumbuhan penduduk Indonesia.

Tabel 3. Perkembangan Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Tahun 1988-2010 Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Penduduk (Jiwa) 171.490.000 174.460.000 177.390.000 180.272.237 183.119.294 185.933.497 188.724.756 191.501.345 194.263.955 197.013.740 199.759.782 202.512.990 205.280.270 208.063.567 210.858.191 213.655.540 216.443.240 219.210.292 221.953.678 224.669.595 227.345.082 229.964.723 237.641.326 Laju Pertumbuhan (%) 1,73 1,67 1,62 1,57 1,53 1,50 1,47 1,44 1,41 1,39 1,37 1,36 1,35 1,34 1,32 1,30 1,27 1,25 1,22 1,19 1,15 3,33

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), Tahun 1988-2010 (data diolah)

Pada Tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1988 sampai tahun 2010 selalu mengalami kenaikan yang relatif sama dari tahun ketahunnya. Terakhir pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah

83

yang tertinggi yaitu mencapai 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 3,33 persen. Tingginya pertumbuhan jumlah penduduk indonesia kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran (fertilitas) di Indonesia. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 1,15 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya tingkat kematian bayi sebagai dampak belum stabilnya perekonomian Indonesia dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap gizi masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga kualitas kesehatan mereka menjadi turun drastis. 2. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Penelitian ini menguraikan tentang gambaran data-data yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini membahas tiga variabel bebas, yaitu Inflasi (X 1), Kurs Rp/US$ (X2), dan Suku bunga kredit investasi (X3) dan variabel terikat yaitu investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). a. Investasi Amerika Serikat di Indonesia Investasi merupakan jumlah modal yang ditanam oleh investor di suatu negara, baik itu investasi pemerintah maupun investasi swasta. Investasi selalu dikaitkan dengan kegiatan menanamkan uang dengan harapan mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. Berdasarkan data yang telah penulis kumpulkan maka dapat dilihat perkembangan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia pada Tabel 4 berikut ini.

83

Tabel 4 memperlihatkan bahwa sepanjang periode tahun 1988-2010 investasi Amerika Serikat di Indonesia cenderung berfluktuasi. Pada tahun 1996 adalah laju pertumbuhan investasi yang terendah yaitu sebesar -76,83 persen. Hal ini disebabkan karena pihak investor takut untuk menanamkan modalnya akibat keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil yang disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi. Tabel 4. Perkembangan Nilai Investasi Amerika Serikat di Indonesia Tahun 1988-2010 Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Mean Standar Deviasi Nilai Investasi (Juta US$) (Y) 534,1 167,1 153,7 275,6 922,5 444,5 977,0 2770,5 642,0 1017,7 568,3 136,7 243,1 72,8 467,6 173,5 133,2 88,6 85,8 144,7 151,3 171,5 930,8 490,11 589,37 Laju Pertumbuhan (%) -68,71 -8,02 79,31 234,72 -51,82 119,80 183,57 -76,83 58,52 -44,16 -75,95 77,83 -70,05 542,31 -62,90 -23,23 -33,48 -3,16 68,65 4,56 13,35 442,74 59,41 164,45

83

Koevisien Variasi

120,25

276,81

Sumber : Bank Indonesia, Tahun 1988-2010 (data diolah)

Investasi yang dilakukan oleh para penanam modal dari Amerika Serikat di Indonesia menunjukkan kearah yang lebih baik, karena pada tahun 1997 dan tahun 1998 investasi sudah mencapai di atas rata-rata selama periode 1988-2010. Serta diikuti juga pada tahun 2010 investasi di atas rata-rata yaitu sebesar 930,8 juta US$, dimana rata-rata nilai investasi pada periode ini adalah sebesar 490,11 juta US$. Selanjutnya, bila dilihat rata-rata pertumbuhan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia selama tahun 1988 hingga 2010 adalah sebesar 59,41 persen dengan rata-rata 490,11 Juta US$ setiap tahunnya. Hal ini berarti setiap tahun nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia tidak jauh dari 490,11 Juta US$ dan selalu naik sebesar 59,41 persen. Standar deviasinya adalah sebesar 164,45 persen, artinya bahwa tingkat penyimpangan masing-masing data dari nilai pemusatan adalah sebesar 164,45 persen, dengan koefisien variasi laju pertumbuhan sebesar 276,81 persen. Hal ini berarti bahwa tingkat keragaman masing-masing data nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia selama 23 tahun dengan nilai rata-ratanya sebesar 276,81 persen. b. Inflasi di Indonesia Inflasi merupakan salah satu indikator makro ekonomi suatu negara, karena begitu terjadi inflasi akan disertai dengan peningkatan harga-harga yang berlaku di dalam perekonomian suatu negara. Naik turunnya inflasi

83

mencerminkan gejolak ekonomi suatu negara, begitu juga dengan inflasi yang terjadi di Indonesia. Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu, inflasi sering menjadi target kebijakan pemerintah. Inflasi yang tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa

menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran yang senantiasa meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Perkembangan Inflasi di Indonesia Tahun 1988-2010 Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Inflasi (%) (X1) 5,47 5,97 9,53 9,52 4,94 9,77 9,24 8,64 6,47 11,05 77,63 2,01 9,35 12,55 10,03 5,16 6,40 17,11 6,60 6,59 Laju Pertumbuhan (%) 9,14 59,63 -0,10 -48,11 97,77 -5,42 -6,49 -25,12 70,79 602,53 -97,41 365,17 34,22 -20,08 -48,55 24,03 167,34 -61,43 -0,15

83

2008 2009 2010 Mean Standar Deviasi Koevisien Variasi

11,06 2,78 6,96 11,08 14,88 134,30

67,83 -74,86 150,36 57,32 157,95 275,56

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), Tahun 1988-2010 (data diolah)

Berdasarkan pada Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 1988-2010 perkembangan inflasi cenderung berfluktuasi. Pertumbuhan inflasi yang paling tinggi terdapat pada tahun 1998 yaitu sebesar 602,53 persen, tingginya inflasi pada tahun ini berdampak kepada seluruh sektor ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi memburuk sehingga mengurangi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Sedangkan pada tahun 1999 pertumbuhan inflasi mengalami penurunan sebesar -97,41 persen, turunnya inflasi akibat dari adanya kebijakan moneter inflasi dapat dikendalikan dan dapat menstabilkan perekonomian. Pada tahun 2009 laju inflasi kembali turun sebesar -74,86 persen dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2008 sebesar 67,83 persen, menguatnya nilai kurs Rp/US$ kemungkinan menyebabkan hal ini. Terakhir pada tahun 2010 laju inflasi kembali naik sebesar 150,35 persen. Dari tahun 1988 hingga 2010 rata-rata pertumbuhan inflasi selama tahun 1988 hingga 2010 adalah sebesar 57,32 persen dengan rata-rata 11,08 persen setiap tahunnya. Hal ini berarti setiap tahun inflasi tidak jauh dari 11,08 persen dan selalu naik sebesar 57,32 persen. Standar deviasinya adalah sebesar 157,95 persen, artinya bahwa tingkat penyimpangan masing-masing

83

data dari nilai pemusatan adalah sebesar 157,95 persen, dengan koefisien variasi laju pertumbuhan sebesar 275,56 persen. Hal ini berarti bahwa tingkat keragaman masing-masing data inflasi selama 23 tahun dengan nilai rataratanya sebesar 275,56 persen.

c. Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Indonesia sebagai suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka dalam melaksanakan pembangunannya, tentu saja tidak terlepas dari pengaruh perekonomian luar negeri atau perekonomian dunia. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari perkembangan nilai tukar (kurs). Kurs merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, jika kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menurun maka nilai tukar rupiah akan mengalami depresiasi, terutama sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Terhitung sejak tahun 1997 hingga tahun 2001 nilai tukar rupiah terus terdepresiasi hingga mencapai Rp 10.400/US$ pada tahun 2001. Hal ini tentunya selain disebabkan oleh lesunya perekonomian dunia juga disebabkan oleh banyaknya faktor baik dari segi ekonomi, sosial, politik maupun keamanan di dalam negeri. Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang rupiah (Rp) terhadap Dollar Amerika Serikat (US$) mengalami pergerakan secara

83

berfluktuasi. Depresiasi kurs rupiah yang paling tinggi terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 95,13 persen, terdepresiasinya kurs rupiah ini disebabkan oleh inflasi pada tahun tersebut meningkat dan kemungkinan juga disebabkan oleh permasalahan di dalam negeri, seperti kerusuhan sosial dan ketidakstabilan politik.

Tabel 6. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Tahun 1988-2010 Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Mean Standar Deviasi Kurs Rp/US$ (X2) 1.729 1.805 1.901 1.992 2.062 2.110 2.200 2.308 2.383 4.650 8.025 7.100 9.595 10.400 8.940 8.465 9.290 9.900 9.020 9.139 9.697 9.400 9.081 6.138,78 3.528,59 Laju Pertumbuhan (%) 4,40 5,32 4,79 3,51 2,33 4,27 4,91 3,25 95,13 72,58 -11,53 35,14 8,39 -14,04 -5,31 9,75 6,57 -8,89 1,32 6,11 -3,06 -3,39 10,07 25,98

83

Koevisien Variasi

57,48

257,97

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), Tahun 1988-2010 (data diolah)

Pertumbuhan kurs rupiah pada tahun 2000 mulai sedikit terapresiasi yaitu sebesar 35,14 persen. Menguatnya kurs rupiah ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi yang semakin membaik dan tidak terdapat gejolak sosial yang berarti. Selanjutnya, bila dilihat rata-rata pertumbuhan kurs Rp/US$ selama tahun 1988 hingga 2010 adalah sebesar 10,07 persen dengan rata-rata Rp. 6.138,78 setiap tahunnya. Hal ini berarti setiap tahun kurs Rp/US$ tidak jauh dari Rp. 6.138,78 dan selalu naik sebesar 10,07 persen. Standar deviasinya adalah sebesar 25,98 persen, artinya bahwa tingkat penyimpangan masing-masing data dari nilai pemusatan adalah sebesar 25,98 persen, dengan koefisien variasi laju pertumbuhan sebesar 257,97 persen. Hal ini berarti bahwa tingkat keragaman masing-masing data kurs Rp/US$ selama 23 tahun dengan nilai rata-ratanya sebesar 257,97 persen. d. Suku Bunga Kredit Investasi di Indonesia Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman. Pada dasarnya suku bunga dalam investasi ini merupakan biaya modal yang dilakukan oleh para investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Suku bunga kredit investasi yang rendah dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

83

Pada Tabel 7 di sebelah menjelaskan bahwa suku bunga kredit investasi cenderung berfluktuasi. Naik turunnya suku bunga kredit investasi ini tentunya akan mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Suku bunga yang tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 51,10 persen. Di mana pada tahun tersebut terjadi krisis ekonomi sehingga menyebabkan perekonomian tidak stabil dan mengalami penurunan yang mengakibatkan para investor enggan berinvestasi di Indonesia. Tabel 7. Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi di Indonesia Tahun 1988-2010 Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Suku Bunga (kredit investasi) (%) (X3) 19,60 19,40 20,30 19,30 17,90 17,06 14,96 15,75 16,53 17,34 26,20 17,80 16,62 17,90 17,82 15,44 14,05 15,66 15,10 13,01 14,40 12,96 Laju Pertumbuhan (%) -1,02 4,64 -4,93 -7,25 -4,69 -12,31 5,28 4,95 4,90 51,10 -32,06 -6,63 7,70 -0,44 -13,36 -9,00 11,46 -3,58 -13,84 10,68 -10,00

83

2010 Mean Standar Deviasi Koevisien Variasi

12,40 16,85 3,00 17,80

-4,32 -1,03 15,27 -1.482,52

Sumber : Bank Indonesia, Tahun 1988-2010 (data diolah)

Selanjutnya, bila dilihat rata-rata pertumbuhan suku bunga kredit investasi di Indonesia selama tahun 1988 hingga 2010 adalah sebesar -1,03 persen dengan rata-rata 16,85 persen setiap tahunnya. Hal ini berarti setiap tahun suku bunga kredit investasi di Indonesia tidak jauh dari 16,85 persen dan selalu naik sebesar -1,03 persen. Standar deviasinya adalah sebesar 15,27 persen, artinya bahwa tingkat penyimpangan masing-masing data dari nilai pemusatan adalah sebesar 15,27 persen, dengan koefisien variasi laju pertumbuhan sebesar -1.482,52 persen. Hal ini berarti bahwa tingkat keragaman masing-masing data suku bunga kredit investasi di Indonesia selama 23 tahun dengan nilai rata-ratanya sebesar -1.482,52 persen. 3. Analisis Induktif a. Uji Prasyarat Analisis 1) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Uji Park. Data yang baik adalah data yang tidak terdapat heterokedastisitas yaitu memiliki varian yang tidak sama. Data dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas apabila sig 0,05. Data

83

dikatakan terjadi heterokedastisitas apabila sig < 0,05. Dengan menggunakan program eviews dilakukan uji park dan untuk lebih jelas hasilnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Metode Uji Park No Variabel Probabilitas 1 Inflasi 0,8232 2 Kurs Rp/US$ 0,8861 3 Suku bunga kredit investasi 0,6272 Signifikan pada = 0,05 Sumber : Hasil olahan data sekunder 2011 Keterangan Tidak terdapat heterokedastisitas

Dari tabel 8 di atas dapat dilihat ternyata tidak ada variabel yang signifikan dalam regresi di atas. Dimana nilai signifikan tidak ada yang lebih kecil dari = 0,05 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas dalam persamaan ini. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas menunjukkan adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Jika terdapat multikolinearitas, maka salah satu variabel bebas tersebut harus dikeluarkan dari analisis regresi berganda. Untuk lebih jelasnya hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 9. Hasil Uji Multikolinearitas

83

Keterangan Regresi Nilai r2 Nilai VIF Tidak terdapat multikolinearitas X1 - X2 0,0209 1,0213 Tidak terdapat multikolinearitas X1 - X3 0,4611 1,8557 Tidak terdapat multikolinearitas X2 X3 0,1286 1,1476 Sumber : Hasil olahan data sekunder 2011 Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan antara sesama variabel bebas lebih kecil dari nilai VIF < 5 yang mengidentifikasikan tidak terdapat multikolinearitas dalam penelitian ini. Dengan demikian, semua variabel bebas tersebut dapat dianalisis sekaligus dalam model regresi berganda. 3) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi berarti terdapatnya korelasi antara anggota data pengamatan yang diurut berdasarkan waktu ke waktu, sehingga satu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Berdasarkan pengolahan data dengan bantuan program eviews didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 10. Hasil Uji Autokorelasi Nilai DW Nilai Kritis < 1,08 1,08 - 1,66 1,66 - 2,34 2,34 - 2,92 > 2,92 Keterangan Ada autokorelasi positif Tidak ada kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tidak ada kesimpulan Ada autokorelasi negatif

1,57

83

Dari Tabel 10 didapat nilai DW adalah 1,57. Sedangkan dari Tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 23, serta k = 3 ( k = jumlah variabel bebas) diperoleh nilai dL = 1,08, du = 1,66, 4 - du = 2,34, dan 4 - dL = 2,92. Karena nilai DW adalah 1,57 berada pada daerah antara dL dan du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesimpulan. 4) Uji Normalitas Data Residual Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas sebaran data residual dapat dilakukan dengan metode Jarque-Bera. Data dikatakan tersebar secara normal apabila nilai sig JB = 0,05 dan data dikatakan tidak tersebar secara normal apabila nilai sig JB < = 0,05. Berdasarkan pengolahan data dengan bantuan program eviews didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Data Residual Dengan Metode Jarque-Bera No Residual Keterangan 1 Jarque-Bera 1,7618 Berdistribusi normal 2 Signifikan 0,4144 Berdasarkan tabel hasil olahan data di atas dengan menggunakan metode Jarque Bera, diperoleh hasil bahwa sebaran data residual dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal. Hal ini disebabkan karena nilai sig JB = 0,05. Sehingga data penelitian ini memenuhi persyaratan analisis klasik.

83

b. Persamaan Estimasi Regresi Linear Berganda Analisis ini digunakan untuk membahas pengaruh lebih dari dua variabel regresi yaitu dua atau lebih variable independent dan satu variable dependent. Dari hasil penelitian ini dapat ditentukan besarnya pengaruh Inflasi (X1), Kurs Rp/US$ (X2), Suku bunga kredit investasi (X3), terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y) berdasarkan estimasi regresi linear berganda. Dengan menggunakan program eviews diperoleh hasil estimasi regresi linear berganda sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Variable C X1 LOG(X2) X3 Coefficient 18,4276 0,0473 -1,1221 -0,2199 Std. Error 3,6944 0,0190 0,3006 0,0991 t-Statistic 4,9880 2,4863 -3,7328 -2,2182 Prob. 0,0001 0,0224 0,0014 0,0389 4,8224 0,0116

R-squared 0,4323 F-statistic Durbin-Watson stat 1,5731 Prob(F-statistic) Signifikan pada = 0,05 Sumber : Hasil olahan data sekunder 2011

Hasil pengolahan data sekunder dengan menggunakan program eviews, diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Log Yt Log () = + 1 Xt1 + 2 log Xt2 + 3 Xt3 + Ut = 18,4276 + 0,0473 X1 1,1221 log X2 0,2199 X3

Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa nilai konstanta yang diperoleh adalah sebesar 18,4276 Juta US$. Artinya, apabila inflasi (X1), Kurs Rp/US$ (X2), dan Suku bunga kredit investasi (X3) tidak

83

memiliki pengaruh terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y), maka nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia meningkat sebesar 18,4276 Juta US$. Bentuk pengaruh inflasi di Indonesia (X1) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y) selama periode 1988-2010 adalah positif dengan koefisien regresinya adalah 0,0473. Apabila inflasi meningkat satu persen, maka akan meningkatkan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia sebesar 0,0473 persen. Hal ini berarti semakin tinggi inflasi, maka akan terjadi peningkatan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia. Bentuk pengaruh kurs Rp/US$ (X 2) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y) selama periode 1988-2010 adalah negatif dengan koefisien regresinya adalah 1,1221. Apabila kurs Rp/US$ meningkat satu persen, maka akan menurunkan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia sebesar 1,1221 persen. Hal ini berarti semakin tinggi (terapresiasi) kurs Rp/US$, maka akan terjadi penurunan investasi Amerika Serikat di Indonesia. Bentuk pengaruh suku bunga kredit investasi di Indonesia (X3) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y) selama periode 19882010 adalah negatif dengan koefisien regresinya adalah 0,2199. Apabila suku bunga kredit investasi meningkat satu persen, maka akan menurunkan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia sebesar 0,2199

83

persen. Hal ini berarti semakin tinggi suku bunga kredit investasi, maka akan terjadi penurunan nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia.

c. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat atau mengetahui konstribusi variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Dari olahan data pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,4321. Ini berarti sebesar 43,21 persen variasi naik turunnnya nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia di pengaruhi oleh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit investasi. Sedangkan sisanya sebesar 56,79 persen nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. d. Pengujian Hipotesis 1) Uji t Uji t digunakan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi linear berganda secara partial. Uji ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai thitung dengan ttabel. Jika thitung ttabel atau thitung < -ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya jika thitung < ttabel atau thitung

83

-ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk melihat uji t, kita dapat melihat thitung pada Tabel 12. Sedangkan untuk melihat nilai ttabel dicari pada = 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-4 atau 23-4 = 19. Dengan pengujian 2 sisi (signifikan = 0,025) hasil diperoleh untuk ttabel sebesar 2,0930. Dan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat maka diperoleh hasil sebagai berikut : a) Hipotesis 1 Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi (X1) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). Berdasarkan olahan data yang disajikan pada tabel 12 dapat dilihat dari hasil uji t, diperoleh nilai thitung > ttabel (2,4863

> 2,0930) atau sig < (0,0224 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi (X1) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). b) Hipotesis 2

83

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs Rp/US$ (X2) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). Berdasarkan olahan data yang disajikan pada tabel 12 dapat dilihat dari hasil uji t, diperoleh nilai -thitung < -ttabel (-

3,7328 < -2,0930) atau sig < (0,0014 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs Rp/US$ (X2) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). c) Hipotesis 3 Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga kredit investasi (X3) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). Berdasarkan olahan data yang disajikan pada tabel 12 dapat dilihat dari hasil uji t, diperoleh nilai -thitung < -ttabel (-

2,2182 < -2,0930) atau sig < (0,0389 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga kredit investasi (X3) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). 2) Uji F

83

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh inflasi (X1), kurs Rp/US$ (X2), dan suku bunga kredit investasi (X 3) secara bersama-sama terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). Pengkajian hipotesis secara bersama-sama dilakukan dengan menggunakan uji F. Jika Fhitung > Ftabel, maka hipotesis nol harus ditolak dan hipotesis alternatif harus diterima. Yang artinya bahwa secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 12 di atas dapat dilihat nilai Fhitung dalam penelitian ini sebesar 4,8224 atau signifikan yang diperoleh adalah 0,0116 pada = 0,05, berarti nilai Fhitung = 4,8224 > Ftabel = 3,127. Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat nilai Fhitung dalam penelitian ini sebesar 4,8224 atau signifikan yang diperoleh adalah sebesar 0,0116 pada = 0,05, berarti nilai Fhitung = 4,8224 > Ftabel = 3,127. Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi (X 1), kurs Rp/US$ (X2), suku bunga kredit investasi (X3) terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). B. Pembahasan Dalam pembahasan, hasil penelitian yang telah dianalisis dan ditemukan berdasarkan variabel dan terdiri dari variabel bebas yaitu Inflasi, Kurs Rp/US$,

83

Suku bunga kredit investasi, dan variabel terikat yaitu Investasi Amerika Serikat. Pembahasan dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat dari lapangan beserta kajian teori yang sebelumnya telah dipaparkan pada bab II. Pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk menerangkan dan

menginterprestasikan hasil penelitian dan tujuan penelitian. Setelah dilakukannya analisis terhadap masing-masing variabel kemudian dilakukan perhitungan analisis regresi untuk melihat pengaruh dan kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. 1. Pengaruh Inflasi terhadap Investasi Amerika Serikat di Indonesia Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan ditemukan bahwa inflasi (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ternyata diterima, dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (sig = 0,0224 < 0,05). Sedangkan koefisien regresi pengaruh inflasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia positif yaitu sebesar 0,0473. Artinya semakin tinggi inflasi maka akan terjadi peningkatan investasi Amerika Serikat di Indonesia. Jika inflasi meningkat satu persen maka investasi Amerika Serikat di Indonesia akan meningkat sebesar 0,0473 persen. Positifnya pengaruh inflasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia dalam kurun waktu tersebut diduga karena inflasi yang terjadi di

83

Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan tingkat ekspektasi inflasi dari para investor. Oleh karena itu meskipun terjadi kenaikan inflasi, para investor tetap menambah kegiatan investasinya dengan pertimbangan tingkat keuntungan yang diharapkan masih lebih tinggi dari tingkat inflasi yang terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Vio Achfuda Putra (2010:84) juga menemukan hasil yang sama, yaitu inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia, dengan koefisien inflasi adalah sebesar 0,0038. Jadi pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa investasi Amerika Serikat di Indonesia tidak dipengaruhi oleh inflasi. Sehingga pernyataan ini bertolak belakang dengan pendapat yang dijelaskan oleh Tandelilin (2001:212) yang mengatakan bahwa jika inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil, dan sebaliknya. 2. Pengaruh Kurs terhadap Investasi Amerika Serikat di Indonesia Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan ditemukan bahwa kurs Rp/US$ (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ternyata diterima, dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs Rp/US$ terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (sig = 0,0014 < 0,05).

83

Sedangkan koefisien regresi pengaruh kurs Rp/US$ terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia negatif yaitu sebesar -1,1221. Artinya semakin tinggi kurs (terapresiasi) maka akan menurunkan investasi Amerika Serikat di Indonesia. Jika kurs meningkat satu persen maka investasi Amerika Serikat di Indonesia akan menurun sebesar -1,1221 persen. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Salvator (dalam Putri, 2008:34) yang menyatakan bahwa semakin terdepresiasi nilai kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat maka akan semakin turun investasi, dan sebaliknya semakin terapresiasi nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat maka akan semakin tinggi investasi. Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamli dan Firmansyah (1998:61) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap permintaan investasi pada sektor industri di Indonesia, dengan koefisien kurs adalah sebesar -105,795. 3. Pengaruh Suku Bunga terhadap Investasi Amerika Serikat

di Indonesia Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga kredit investasi di Indonesia. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan ditemukan

83

bahwa suku bunga kredit investasi (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (Y). Hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini ternyata diterima, dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara suku bunga kredit investasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia (sig = 0,0389 < 0,05). Sedangkan koefisien regresi pengaruh suku bunga kredit investasi terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia negatif yaitu sebesar -0,2199. Artinya semakin meningkat suku bunga kredit investasi maka akan terjadi penurunan investasi Amerika Serikat di Indonesia. Jika suku bunga kredit investasi meningkat satu persen maka investasi Amerika Serikat di Indonesia akan menurun sebesar -0,2199 persen. Negatifnya pengaruh suku bunga kredit investasi dengan investasi Amerika Serikat di Indonesia dalam kurun waktu tersebut disebabkan karena suku bunga merupakan faktor utama yang menyebabkan investor berminat atau tidak untuk menanamkan investasinya di suatu negara. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruri Isra Kartika Putri (2008:85), yang menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh yang negatif terhadap penanaman modal asing di Indonesia. Hal tersebut relevan dengan teori neo klasik (dalam nopirin, 1998:71) yang menyatakan bahwa investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran

83

investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. 4. Pengaruh Inflasi, Kurs, Suku Bunga terhadap Investasi Amerika Serikat di Indonesia Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 12 di atas dapat dilihat nilai Fhitung dalam penelitian ini sebesar 4,8224 atau signifikan yang diperoleh adalah 0,0116 pada = 0,05, berarti nilai Fhitung = 4,8224 > Ftabel = 3,127. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi, kurs Rp/US$, dan suku bunga terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. Dengan demikian tinggi rendahnya investasi Amerika Serikat di Indonesia ditentukan inflasi, kurs Rp/US$, dan suku bunga.

83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Sesuai dengan tujuan penelitian dan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia, dimana nilai signifikan yang diperoleh adalah sig = 0,0224 < = 0,05. Artinya, besar kecilnya nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia ditentukan oleh besar kecilnya inflasi di Indonesia, atau dengan kata lain semakin meningkat inflasi di Indonesia maka semakin menurun nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia. Dan sebaliknya, semakin menurun inflasi di Indonesia maka nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia akan semakin meningkat. 2. Kurs Rp/US$ berpengaruh signifikan dan negatif terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia, dimana nilai signifikan yang diperoleh adalah sig = 0,0014 < = 0,05. Artinya, besar kecilnya nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia ditentukan oleh besar kecilnya kurs Rp/US$, atau dengan kata lain semakin tinggi kurs Rp/US$ maka semakin menurun nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia. Dan sebaliknya, semakin menurun kurs Rp/US$ maka nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia akan semakin meningkat.

83

3. Suku bunga kredit investasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia, dimana nilai signifikan yang diperoleh adalah sig = 0,0389 < = 0,05. Artinya, besar kecilnya nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia ditentukan oleh besar kecilnya suku bunga kredit investasi di Indonesia, atau dengan kata lain semakin meningkat suku bunga kredit investasi di Indonesia maka semakin menurun nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia. Dan sebaliknya, semakin menurun suku bunga kredit investasi di Indonesia maka nilai investasi Amerika Serikat di Indonesia akan semakin meningkat. 4. Inflasi, kurs Rp/US$, dan suku bunga kredit investasi secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pengolahan data dimana Fhitung > Ftabel (4,8224 > 3,127) atau signifikan yang diperoleh adalah 0,0116 pada = 0,05. Dengan demikian, Fhitung > Ftabel dan sig < = 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa inflasi, kurs Rp/US$, dan suku bunga kredit investasi berpengaruh positif terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia. B. Saran Bertitik tolak dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan dari hasil penelitian ini serta kesimpulan yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

83

1. Untuk mengendalikan laju investasi Amerika Serikat di Indonesia, pemerintah harus memperkuat struktur perekonomiannya sehingga tidak rentan terhadap goncangan, serta melakukan peningkatan terhadap keuntungan yang akan diperoleh para investor. 2. Diperlukan peranan pemerintah atau pengambil kebijakan untuk mengendalikan kurs Rp/US$ agar tetap stabil. Selain itu pemerintah harus meningkatkan kestabilan sosial politik dan keamanan, sehingga para investor asing terutama investor Amerika Serikat berminat dan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. 3. Pemerintah hendaknya menjaga stabilitas moneter dengan cara

menurunkan suku bunga dan diharapkan peranan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan realisasi investasi asing yang dilakukan di Indonesia, terutama investasi Amerika Serikat supaya menjadi investor terbesar yang menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Investasi Amerika Serikat di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas yang telah penulis teliti, karena masih banyak faktorfaktor lainnya yang mempengaruhi. Maka, disarankan pada peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji dan meneliti faktor-faktor lain yang ada di luar variabel yang penulis teliti. Sehingga akan dapat diketahui seberapa

83

besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi investasi Amerika Serikat di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Jamli dan Firmansyah. 1998. Analisis Fungsi Investasi pada Sektor Industri Manufaktur dan Dampak Investasi pada Kebutuhan Impor Indonesia, (diakses, 14 Juni 2011 pukul 10.00 WIB). Akhirmen. 2005. Buku Ajar Statistik 1. Padang: Fakultas Ekonomi. UNP. Badan Pusat Statistik (BPS). 1988-2010. Statistik Indonesia Berbagai Edisi. Padang : Badan Pusat Statistik. Bank Indonesia (BI). 1988-2010. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Berbagai Edisi. Padang : Bank Indonesia Sumatera Barat. Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2004. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta : PT Gramedia. . 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi. Jakarta : Erlangga. Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Jhingan, ML. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kusmaboti, Yarika. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Sumatera Barat (Skripsi). Padang : UNP (Tidak di publikasikan). Mankiw, N. Gregory. 2006. Principles of Economics Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Salemba Empat. Muljono, Pudjo. 2001. Manajemen Perkreditan. Yogyakarta : BPFE.

83

Nopirin. 1998. Ekonomi Moneter edisi ke 1. Yogyakarta : BPFE. Putri, Ruri Isra Kartika. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Indonesia (Skripsi). Padang : UNP. (Tidak di publikasikan). Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta : Erlangga. Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta : PT. Media Global Edukasi. Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor Yang Mempengaruhinya, (diakses 19 januari 2011 pukul 12.00 WIB). Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. . 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio . Yogyakarta : BPFE. Todaro, Michel, P. Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Vio Achfuda Putra. 2010. Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, PDB, Inflasi, dan Tingkat Teknologi Terhadap PMDN di Indonesia Periode 1986-2008 , (diakses 12 Juni 2011 pukul 13.30 WIB).

83

83

83

Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda


Dependent Variable: LOG(Y) Method: Least Squares Date: 05/21/11 Time: 12:37 Sample: 1988 2010 Included observations: 23 Variable C X1 LOG(X2) X3 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 18.42763 0.047303 -1.122143 -0.219910 0.432279 0.342639 0.788976 11.82719 -24.98702 1.573092 Std. Error 3.694374 0.019026 0.300619 0.099137 t-Statistic 4.988024 2.486300 -3.732781 -2.218234 Prob. 0.0001 0.0224 0.0014 0.0389 5.709839 0.973110 2.520610 2.718087 4.822377 0.011618

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

83

Hasil Uji Heterokedastisitas


Dependent Variable: LOG(U^2) Method: Least Squares Date: 06/26/11 Time: 10:40 Sample: 1988 2010 Included observations: 23 Variable C LOG(X1) LOG(X2) LOG(X3) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 4.042544 0.196506 -0.110493 -1.870450 0.013771 -0.141949 2.235234 94.92911 -48.93840 2.730587 Std. Error 14.10807 0.867567 0.761100 3.788456 t-Statistic 0.286541 0.226503 -0.145175 -0.493723 Prob. 0.7776 0.8232 0.8861 0.6272 -1.741553 2.091700 4.603339 4.800817 0.088434 0.965524

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

83

Hasil Uji Multikolinearitas dengan Regresi antar Sesama Variabel Bebas a. X1 dengan X2
Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 05/21/11 Time: 12:50 Sample: 1988 2010 Included observations: 23 Variable C X2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 7.340132 0.000609 0.020874 -0.025751 15.06749 4767.615 -93.97782 2.148500 Std. Error 6.411269 0.000910 t-Statistic 1.144880 0.669106 Prob. 0.2651 0.5107 11.07957 14.87716 8.345897 8.444636 0.447703 0.510717

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

83

b. X1 dengan X3
Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 05/21/11 Time: 12:51 Sample: 1988 2010 Included observations: 23 Variable C X3 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -45.56123 3.361905 0.461106 0.435444 11.17824 2624.014 -87.11070 1.573554 Std. Error 13.56375 0.793099 t-Statistic -3.359043 4.238950 Prob. 0.0030 0.0004 11.07957 14.87716 7.748756 7.847495 17.96870 0.000367

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

83

c. X2 dengan X3
Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 05/21/11 Time: 12:52 Sample: 1988 2010 Included observations: 23 Variable C X3 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 13232.97 -421.0744 0.128583 0.087087 3371.444 2.39E+08 -218.4206 0.398292 Std. Error 4090.934 239.2047 t-Statistic 3.234707 -1.760310 Prob. 0.0040 0.0929 6138.783 3528.591 19.16701 19.26575 3.098691 0.092914

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

83

83

Hasil Uji Normalitas Data Residual Dengan Metode Jarque-Bera

7 6 5 4 3 2 1 0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Series: Residuals Sample 1988 2010 Observations 23 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability -5.16e-15 -0.054123 1.373908 -0.985027 0.733212 0.524951 2.142059 1.761757 0.414419

83

83

Tabel Durbin-Watson (Taraf Signifikasi 0,05)


n 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 k=1 dL dU 1,08 1,36 1,10 1,37 1,13 1,38 1,16 1,39 1,18 1,40 1,20 1,41 1,22 1,42 1,24 1,43 1,26 1,44 1,27 1,45 1,29 1,45 1,30 1,46 1,32 1,47 1,33 1,48 1,34 1,48 1,35 1,49 1,36 1,50 1,37 1,50 1,38 1,51 1,39 1,51 1,40 1,52 1,41 1,52 1,42 1,53 1,43 1,54 1,43 1,54 1,44 1,54 1,48 1,57 1,50 1,59 1,53 1,60 1,55 1,62 1,57 1,63 1,58 1,64 1,60 1,65 1,61 1,66 1,62 1,67 1,63 1,68 1,64 1,69 1,65 1,69 k=2 dL dU 0,95 1,54 0,98 1,54 1,02 1,54 1,05 1,53 1,08 1,53 1,10 1,54 1,13 1,54 1,15 1,54 1,17 1,54 1,19 1,55 1,21 1,55 1,22 1,55 1,24 1,56 1,26 1,56 1,27 1,56 1,28 1,57 1,30 1,57 1,31 1,57 1,32 1,58 1,33 1,58 1,34 1,58 1,35 1.59 1,36 1,59 1,37 1,59 1,38 1,60 1,39 1,60 1,43 1,62 1,46 1,63 1,49 1,64 1,51 1,65 1,54 1,66 1,55 1,67 1,57 1,68 1,59 1,69 1,60 1,70 1,61 1,70 1,62 1,71 1,63 1,72 k=3 dL dU 0,82 1,75 0,86 1,73 0,90 1,71 0,93 1,69 0,97 1,68 1,00 1,68 1,03 1,67 1,05 1,66 1,08 1,66 1,10 1,66 1,12 1,66 1,14 1,65 1,16 1,65 1,18 1,65 1,20 1,65 1,21 1,65 1,23 1,65 1,24 1,65 1,26 1,65 1,27 1,65 1,28 1,65 1,29 1,65 1,31 1,66 1,32 1,66 1,33 1,66 1,34 1,66 1,38 1,67 1,42 1,67 1,45 1,68 1,48 1,69 1,50 1,70 1,52 1,70 1,54 1,71 1,56 1,72 1,57 1,72 1,59 1,73 1,60 1,73 1,61 1,74 k=4 dL dU 0,69 1,97 0,74 1,93 0,78 1,90 0,82 1,87 0,86 1,85 0,90 1,83 0,93 1,81 0,96 1,80 0,99 1,79 1,01 1,78 1,04 1,77 1,06 1,76 1,08 1,76 1,10 1,75 1,12 1,74 1,14 1,74 1,16 1,74 1,18 1,73 1,19 1,73 1,21 1,73 1,22 1,73 1,24 1,73 1,25 1,72 1,26 1,72 1,27 1,72 1,29 1,72 1,34 1,72 1,38 1,72 1,41 1,72 1,44 1,73 1,47 1,73 1,49 1,74 1,51 1,74 1,53 1,74 1,55 1,75 1,57 1,75 1,58 1,75 1,59 1,76 k=5 dL dU 0,56 2,21 0,62 2,15 0,67 2,10 0,71 2,06 0,75 2,02 0,79 1,99 0,83 1,96 0,86 1,94 0,90 1,92 0,93 1,90 0,95 1,89 0,98 1,88 1,01 1,86 1,03 1,85 1,05 1,84 1,07 1,83 1,09 1,83 1,11 1,82 1,13 1,81 1,15 1,81 1,16 1,80 1,18 1,80 1,19 1,80 1,21 1,79 1,22 1,79 1,23 1,79 1,29 1,78 1,34 1,77 1,38 1,77 1,41 1,77 1,44 1,77 1,46 1,77 1,49 1,77 1,51 1,77 1,52 1,77 1,54 1,78 1,56 1,78 1,57 1,78

83

Tabel t No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 DF 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 0,1 3,0777 1,8856 1,6377 1,5332 1,4759 1,4398 1,4149 1,3968 1,3830 1,3722 1,3634 1,3562 1,3502 1,3450 1,3406 1,3368 1,3334 1,3304 1,3277 1,3253 1,3232 1,3212 1,3195 1,3178 1,3163 1,3150 1,3137 1,3125 1,3114 1,3104 1,3095 1,3086 1,3077 1,3070 1,3062 1,3055 1,3049 1,3042 1,3036 0,05 6,3138 2,9200 2,3534 2,1318 2,0150 1,9432 1,8946 1,8595 1,8331 1,8125 1,7959 1,7823 1,7709 1,7613 1,7531 1,7459 1,7396 1,7341 1,7291 1,7247 1,7207 1,7171 1,7139 1,7109 1,7081 1,7056 1,7033 1,7011 1,6991 1,6973 1,6955 1,6939 1,6924 1,6909 1,6896 1,6883 1,6871 1,6860 1,6849 0,025 12,7062 4,3027 3,1824 2,7764 2,5706 2,4469 2,3646 2,3060 2,2622 2,2281 2,2010 2,1788 2,1604 2,1448 2,1314 2,1199 2,1098 2,1009 2,0930 2,0860 2,0796 2,0739 2,0687 2,0639 2,0595 2,0555 2,0518 2,0484 2,0452 2,0423 2,0395 2,0369 2,0345 2,0322 2,0301 2,0281 2,0262 2,0244 2,0227 0,01 31,8205 6,9646 4,5407 3,7469 3,3649 3,1427 2,9980 2,8965 2,8214 2,7638 2,7181 2,7810 2,6503 2,6245 2,6025 2,5835 2,5669 2,5524 2,5395 2,5280 2,5176 2,5083 2,4999 2,4922 2,4851 2,4786 2,4727 2,4671 2,4620 2,4573 2,4528 2,4487 2,4448 2,4411 2,4377 2,4345 2,4314 2,4286 2,4258 0,005 63,6567 9,9248 5,8409 4,6041 4,0321 3,7074 3,4995 3,3554 3,2498 3,1693 3,1058 3,0545 3,0123 2,9768 2,9467 2,9208 2,8982 2,8784 2,8609 2,8453 2,8314 2,8188 2,8073 2,7969 2,7874 2,7787 2,7707 2,7633 2,7564 2,7500 2,7440 2,7385 2,7333 2,7284 2,7238 2,7195 2,7154 2,7116 2,7079

83

No 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80

DF 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80

0,1 1,3031 1,3025 1,3020 1,3016 1,3011 1,3006 1,3002 1,2998 1,2994 1,2991 1,2987 1,2984 1,2980 1,2977 1,2974 1,2971 1,2969 1,2966 1,2963 1,2961 1,2958 1,2956 1,2954 1,2951 1,2949 1,2947 1,2945 1,2943 1,2941 1,2939 1,2938 1,2936 1,2934 1,2933 1,2931 1,2929 1,2928 1,2926 1,2925 1,2924 1,2922

0,05 1,6839 1,6829 1,6820 1,6811 1,6802 1,6794 1,6787 1,6779 1,6772 1,6766 1,6759 1,6753 1,6747 1,6741 1,6736 1,6730 1,6725 1,6720 1,6716 1,6711 1,6706 1,6702 1,6698 1,6694 1,6690 1,6686 1,6683 1,6679 1,6676 1,6672 1,6669 1,6666 1,6663 1,6660 1,6657 1,6654 1,6652 1,6649 1,6646 1,6644 1,6641

0,025 2,0211 2,0195 2,0181 2,0167 2,0154 2,0141 2,0129 2,0117 2,0106 2,0096 2,0086 2,0076 2,0066 2,0057 2,0049 2,0040 2,0032 2,0025 2,0017 2,0010 2,0003 1,9996 1,9990 1,9983 1,9977 1,9971 1,9966 1,9960 1,9955 1,9949 1,9944 1,9939 1,9935 1,9930 1,9925 1,9921 1,9917 1,9913 1,9908 1,9905 1,9901

0,01 2,4233 2,4208 2,4185 2,4163 2,4141 2,4121 2,4102 2,4083 2,4066 2,4049 2,4033 2,4017 2,4002 2,3988 2,3974 2,3961 2,3948 2,3936 2,3924 2,3912 2,3901 2,3890 2,3880 2,3870 2,3860 2,3851 2,3842 2,3833 2,3824 2,3816 2,3808 2,3800 2,3793 2,3785 2,3778 2,3771 2,3764 2,3758 2,3751 2,3745 2,3739

0,005 2,7045 2,7012 2,6981 2,6951 2,6923 2,6896 2,6870 2,6846 2,6822 2,6800 2,6778 2,6757 2,6737 2,6718 2,6700 2,6682 2,6665 2,6649 2,6633 2,6618 2,6603 2,6589 2,6575 2,6561 2,6549 2,6536 2,6524 2,6512 2,6501 2,6490 2,6479 2,6469 2,6459 2,6449 2,6439 2,6430 2,6421 2,6412 2,6403 2,6395 2,6387

83

No 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

DF 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

0,1 1,2921 1,2920 1,2918 1,2917 1,2916 1,2915 1,2914 1,2912 1,2911 1,2910 1,2909 1,2908 1,2907 1,2906 1,2905 1,2904 1,2903 1,2902 1,2902 1,2901

0,05 1,6639 1,6636 1,6634 1,6632 1,6630 1,6628 1,6626 1,6624 1,6622 1,6620 1,6618 1,6616 1,6614 1,6612 1,6611 1,6609 1,6607 1,6606 1,6604 1,6602

0,025 1,9897 1,9893 1,9890 1,9886 1,9883 1,9879 1,9876 1,9873 1,9870 1,9867 1,9864 1,9861 1,9858 1,9855 1,9853 1,9850 1,9847 1,9845 1,9842 1,9840

0,01 2,3733 2,3727 2,3721 2,3716 2,3710 2,3705 2,3700 2,3695 2,3690 2,3685 2,3680 2,3676 2,3671 2,3667 2,3662 2,3658 2,3654 2,3650 2,3646 2,3642

0,005 2,6379 2,6371 2,6364 2,6356 2,6349 2,6342 2,6335 2,6329 2,6322 2,6316 2,6309 2,6303 2,6297 2,6291 2,6286 2,6280 2,6275 2,6269 2,6264 2,6259

83

Df 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

1 161.44 6 18.513 10.128 7.709 6.608 5.987 5.591 5.318 5.117 4.965 4.844 4.747 4.667 4.600 4.543 4.494 4.451 4.414 4.381 4.351 4.325 4.301 4.279 4.260 4.242 4.225 4.210 4.196 4.183 4.171 4.160 4.149 4.139 4.130 4.121 4.113 4.105

2 199.19 9 19.000 9.552 6.944 5.786 5.143 4.737 4.459 4.256 4.103 3.982 3.885 3.806 3.739 3.682 3.634 3.592 3.555 3.522 3.493 3.467 3.443 3.422 3.403 3.385 3.369 3.354 3.340 3.328 3.316 3.305 3.295 3.285 3.276 3.267 3.259 3.252

Tabel F (Taraf Signifikasi 0,05) Df 1 3 4 5 215.70 224.58 230.16 7 3 0 19.164 19.247 19.296 9.277 9.117 9.013 6.591 6.388 6.256 5.409 5.192 5.050 4.757 4.534 4.387 4.347 4.120 3.972 4.066 3.338 3.688 3.863 3.633 3.482 3.708 3.478 3.326 3.587 3.357 3.204 3.490 3.259 3.106 3.411 3.179 3.025 3.344 3.112 2.958 3.287 3.056 2.901 3.239 3.007 2.852 3.197 2.965 2.810 3.160 2.928 2.773 3.127 2.895 2.740 3.098 2.866 2.711 3.072 2.840 2.685 3.049 2.817 2.661 3.028 2.796 2.640 3.009 2.776 2.621 2.991 2.759 2.603 2.975 2.743 2.587 2.960 2.728 2.572 2.947 2.711 2.558 2.934 2.701 2.545 2.922 2.690 2.534 2.911 2.679 2.523 2.901 2.668 2.512 2.892 2.659 2.503 2.883 2.650 2.494 2.874 2.641 2.485 2.866 2.634 2.477 2.859 2.626 2.470

6 233.98 8 19.329 8.941 6.163 4.950 4.284 3.866 3.581 3.374 3.217 3.095 2.996 2.915 2.848 2.790 2.741 2.699 2.661 2.628 2.599 2.573 2.549 2.528 2.508 2.490 2.474 2.459 2.445 2.432 2.421 2.409 2.399 2.389 2.380 2.372 2.364 2.356

7 236.76 7 19.353 8.887 6.094 4.876 4.207 3.787 3.500 3.293 3.135 3.012 2.913 2.832 2.764 2.707 2.657 2.614 2.577 2.544 2.514 2.488 2.464 2.442 2.423 2.405 2.388 2.373 2.359 2.346 2.334 2.323 2.313 2.303 2.294 2.285 2.227 2.270

8 238.884 19.371 8.845 6.041 4.818 4.147 3.726 3.438 3.230 3.072 2.948 2.849 2.767 2.699 2.641 2.591 2.548 2.510 2.477 2.447 2.420 2.397 2.375 2.355 2.337 2.321 2.305 2.291 2.278 2.266 2.255 2.244 2.235 2.225 2.217 2.209 2.201

83

Df 2 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77

Df 1 1 4.098 4.091 4.085 4.079 4.073 4.067 4.062 4.057 4.052 4.047 4.043 4.038 4.034 4.030 4.027 4.023 4.020 4.016 4.013 4.010 4.007 4.004 4.001 3.998 3.996 3.993 3.991 3.989 3.986 3.984 3.982 3.980 3.978 3.976 3.974 3.972 3.970 3.968 3.967 3.965 2 3.245 3.238 3.232 3.226 3.220 3.214 3.209 3.204 3.200 3.195 3.191 3.187 3.183 3.179 3.175 3.172 3.168 3.165 3.162 3.159 3.156 3.153 3.150 3.148 3.145 3.143 3.140 3.138 3.136 3.134 3.132 3.130 3.128 3.126 3.124 3.122 3.120 3.119 3.117 3.115 3 2.852 2.845 2.839 2.833 2.827 2.822 2.816 2.812 2.807 2.802 2.798 2.794 2.790 2.786 2.783 2.779 2.776 2.773 2.769 2.766 2.764 2.761 2.758 2.755 2.753 2.751 2.748 2.746 2.744 2.742 2.739 2.737 2.736 2.734 2.732 2.730 2.728 2.727 2.725 2.723 4 2.619 2.612 2.606 2.600 2.594 2.589 2.584 2.579 2.574 2.570 2.565 2.561 2.557 2.553 2.550 2.546 2.543 2.540 2.537 2.534 2.531 2.528 2.525 2.523 2.520 2.518 2.515 2.513 2.511 2.509 2.507 2.505 2.503 2.501 2.499 2.497 2.495 2.494 2.492 2.490 5 2.463 2.456 2.449 2.443 2.438 2.432 2.427 2.422 2.417 2.413 2.409 2.404 2.400 2.397 2.393 2.389 2.386 2.383 2.380 2.377 2.374 2.371 2.368 2.366 2.363 2.361 2.358 2.356 2.354 2.352 2.350 2.348 2.346 2.344 2.342 2.340 2.338 2.337 2.335 2.333 6 2.349 2.342 2.336 2.330 2.324 2.319 2.313 2.308 2.304 2.299 2.295 2.290 2.286 2.283 2.279 2.275 2.272 2.269 2.266 2.263 2.260 2.257 2.254 2.251 2.249 2.246 2.244 2.242 2.239 2.237 2.235 2.233 2.231 2.229 2.227 2.226 2.224 2.222 2.220 2.219 7 2.262 2.255 2.249 2.243 2.237 2.232 2.226 2.221 2.16 2.212 2.207 2.203 2.199 2.195 2.192 2.188 2.185 2.181 2.178 2.175 2.172 2.169 2.167 2.164 2.161 2.159 2.156 2.154 2.157 2.150 2.148 2.145 2.143 2.142 2.140 2.138 2.136 2.134 2.133 2.131 8 2.194 2.187 2.180 2.174 2.168 2.163 2.157 2.152 2.147 2.143 2.138 2.134 2.130 2.126 2.122 2.119 2.115 2.112 2.109 2.106 2.103 2.100 2.097 2.094 2.092 2.089 2.087 2.084 2.082 2.080 2.078 2.706 2.074 2.072 2.070 2.068 2.066 2.064 2.063 2.061

83

Df 2 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

Df 1 1 3.963 3.962 3.960 3.959 3.957 3.956 3.955 3.953 3.052 3.951 3.949 3.949 3.917 2 3.114 3.112 3.111 2.109 3.108 3.107 3.105 3.104 3.103 3.101 3.100 3.097 3.098 3 2.722 2.720 2.719 2.717 2.716 2.715 2.713 2.712 2.478 2.709 2.708 2.707 2.706 4 2.489 2.487 2.486 2.484 2.483 2.482 2.480 2.479 2.321 2.476 2.475 2.474 2.473 5 2.332 2.330 2.329 2.327 2.326 2.324 2.323 2.322 2.206 2.319 2.318 2.317 2.316 6 2.217 2.215 2.214 2.213 2.211 2.210 2.209 2.207 2.118 2.205 2.203 2.202 2.201 7 2.129 2.128 2.126 2.125 2.123 2.122 2.121 2.119 2.048 2.117 2.115 2.114 2.113 8 2.059 2.058 2.056 2.055 2.053 2.052 2.051 2.049 1.991 2.047 2.045 2.044 2.043

83

Tabel Chi Kuadrat dk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 50% 0,455 1,386 2,366 3,357 4,351 5,348 6,346 7,344 8,343 9,342 10,341 11,340 12,340 13,339 14,339 15,338 16,338 17,338 18,338 19,337 20,337 21,337 22,337 23,337 24,337 25,336 26,336 27,336 28,336 29,336 30% 1,074 2,408 3,665 4,878 6,064 7,231 8,383 9,524 10,656 11,781 12,899 14,011 15,119 16,222 17,322 18,418 19,511 20,601 21,689 22,775 23,858 24,939 26,018 27,096 28,172 29,246 30,319 31,391 32,461 33,530 Taraf signifikansi 20% 10% 1,642 2,706 3,219 4,605 4,642 6,251 5,989 7,779 7,289 9,236 8,558 10,645 9,803 12,017 11,030 13,362 12,242 14,684 13,442 15,987 14,631 17,275 15,812 18,549 16,985 19,812 18,151 21,064 19,311 22,307 20,465 23,542 21,615 24,769 22,760 25,989 23,900 27,204 25,038 28,412 26,171 29,615 27,301 30,813 28,429 32,007 29,553 33,196 30,675 34,382 31,795 35,563 32,912 36,741 34,027 37,916 35,139 39,087 36,250 40,256 5% 3,841 5,991 7,815 9,488 11,070 12,592 14,067 15,507 16,919 18,307 19,675 21,026 22,362 23,685 24,996 26,296 27,587 28,869 30,144 31,410 32,671 33,924 35,172 35,415 37,652 38,885 40,113 41,337 42,557 43,773 1% 6,635 9,210 11,341 13,277 15,086 16,812 18,475 20,090 21,666 23,209 24,725 26,217 27,688 29,141 30,578 32,000 33,409 34,805 36,191 37,566 38,932 40,289 41,638 42,980 44,314 45,642 46,963 48,278 49,588 50,892

Anda mungkin juga menyukai