Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran antara lain: Dalam bentuk sediaan padat: Pil, Tablet, Kapsul. Supposutoria. Dalam bentuk sediaan setengah padat: Krim, Salep. Dalam bentuk cair atau larutan : Sirup, Eliksir, Suspensi, Emulsi dan lain-lain. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Adapun jenis jenis larutan yaitu larutan encer, larutan yang terlarut, larutan jenuh dan larutan lewat jenuh. Salah satu contoh larutan lewat jenuh adalah suspensi. Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu siatem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam pembawanya. bentuk suspense yang dipasarkan ada 2 macam, yaitu suspensi siap pakai atau suspensi cair yang langsung bisa diminum, dan suspense yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya, suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam akir kurang baik. Dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak. Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan pada anak-anak, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat. Dalam pembuatan sediaan suspensi Ampisillin ini diperlukan suspending agent yang digunakan untuk mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya, meningkatkan viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspensi. suspending agent yang digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah CMC Na.

CMC Na ini mempunyai sifat larut hampir sempurna dalam air, memberikan cairan seperti mucilago tidak berwarna atau kekuningan, kental dan lengket.

1.2. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah definisi suspensi? b. Apakah macam-macam suspensi? c. Bagiamanakah sifat-sifat suspensi yang baik? d. Apakah keuntungan sediaan suspensi? e. Bagaimanakah komponen sediaan suspensi secara umum? f. Bagaimanakah evaluasi stabilitas fisik suspensi? g. Bagaimanakah evaluasi sifat fisika suspensi? h. Bagaimanakah komposisi suspensi Ampisillin? i. Bagaimanakah hasil evaluasi stabilitas fisik Ampisillin? j. Bagaimanakah hasil evaluasi sifat fisika Ampisillin? k. Bagaimanakah formulasi dari sediaan suspensi Ampisillin?

1.3. Tujuan a. Untuk mengetahui definisi suspensi b. Untuk mengetahui macam-macam suspensi c. Untuk mengetahui sifat-sifat suspensi yang baik d. Untuk mengetahui keuntungan sediaan suspensi e. Untuk mengetahui komponen sediaan suspensi secara umum f. Untuk mengetahui evaluasi stabilitas fisik suspensi g. Untuk mengetahui evaluasi sifat fisika suspensi h. Untuk mengetahui komposisi suspensi Ampisillin i. Untuk mengetahui hasil evaluasi stabilitas fisik suspensi Ampisillin j. Untuk mengetahui hasil evaluasi sifat fisika suspensi Ampisillin k. Untuk mengetahui formulasi dari sediaan suspensi Ampisillin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suspensi 2.1.1. Definisi Suspensi Ada beberapa sumber yang mendefinisikan tentang suspensi yaitu: 1) Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat adat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. (Indonesia, 1979:32) 2) Suspensi adalah sediaaan cair yang mengandung partikel-partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. (Indinesia, 1995:17) 3) Suspensi adalah preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi halus disebarkan secara merata dan pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 1998:354) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat yang tidak larut tetapi dapat terdispersi secara sempurna dalam pembawanya.

2.1.2. Macam-Macam Suspensi Menurut farmakope Indonesia Edisi IV suspensi dogolongkan menjadi empat macam yaitu sebagai berikut: 1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk pengunaan oral. 2. Suspensi tropical adalah sedissn cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditunjukan untuk penggunaan pada kulit. 3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus yang ditunjukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 4. Suspensi opthalmik adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus, terdispersi dalam cairan pembawa ditunjukan untuk pemakaian pada mata. (Indonesia, 1979:32). Suspensi ophtalmik harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus, jika di

simpan dalam wadah dosis ganda harus mengandung bakterisida, dan zat terdispersi tidak boleh menggumpal pada penyimpanan. (Indonesia, 1979:32) 2.1.3. Keuntungan dan Kerugian Suspensi Keuntungan suspensi: 1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak. 2. Homogenitas tinggi. 3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). 4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya). 5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Kerugian Suspensi: 1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll) 2. Jika membentuk cacking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. 3. Alirannya menyebabkan sukar dituang 4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan 5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur. 6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan. (FI IV, 1995, hal 18)

2.1.4. Komponen sediaan Suspensi Secara Umum 1. Bahan Berkhasiat Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu memberikan efek terapi, pada suspense disebut fase terdispersi, bahan ini mempunyai kelarutan yang tidak larut di dalam pendispersi. 2. Bahan Tambahan Bahan Pensuspensi atau Suspending Agent

Bahan pensuspensi yaitu bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Macam suspending agent antara lain: Golongan polisakarida, contohnya acasia gom, tragacantha, alginate. Golongan selulosa larut air, contohnya metal selulosa, hidroksi etil selulosa, Na-CMC, avicel. Golongan tanah liat, contohnya bentoit, veegum, aluminium,magnesiu silica, hectocrite. Golongan sintetik, contohnya carbomer, carboxypolymethylene, colloidal, silicon dioksida. (Aulton, 1990:100-102) Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik memepunyai kekentalan yang sedang. Disamping itu penggunaan suspending agent dapat menurukan tegangan antar permukaan antar dua partikel yang tidak bisa saling tercampur yaitu zat aktif dan cairan pembawa. 3. Bahan Pembasah Humektan digunakan tergantung dari sifat permukaan padat cair bahan aktif. Serbuk sulit dibasahi air disebut hidrofob, seperti sulfur, carbo adsorben, magnesis stearat, dan serbuk mudah dibasahi oleh air disebut hidrofil, seperti Toluene, Zinci Oxydi, Magnesi carbonas. Dalam pembuatan suspense penggunaan himektan sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan pembasah akan dipermudah. Mekanisme kerja himektan adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Beberapa contoh humektan antara lain gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, dan laritan gom, pada sediaan suspense ibuprofen ini bahan pembasah menggunakan sorbitol. (Ansel, 1998:362) 4. Pemanis

Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa di sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berklori tinggi dan berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sakarin, sukrosa. Sedangkan pemanis kalori rendah misalnya laktosa. Zat pemanis yang dapat meningkatkan gula darah atau memiliki nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan dalam formulasi untuk pengobatan diabetes pada sediaan suspense Ibuprofen sebagai pemanis

menggunakan syrup simplex. (Goeswin, 1993:3) 5. Pengawet Pengawet berfungsi untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba dalam sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam masa penyimpanan yang lama. Beberapa contoh pengawet antara lain, Metil paraben, asam benzoate, Chlor butanol, dan Chlorida Kwartener. (Ansel, 1989:363) 6. Pewarna dan Pewangi Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan rasa sediaan. Contoh pewarna adalah carmin dan caramel, dan contoh pewangi adalah Oleum Menthae, Oleum Citrii. 7. Bahan Pembawa Sebagai bahan pembawa untuk suspensi adalah air dan minyak. 2.1.5. Metode Pembuatan Suspensi Dalam pembuatan suspensi ada beberapa metode diantaranya metode dispersi dan metode pengendapan. 1. Metode Dispersi Pembuatan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut kontak 90o serbuk akan mengambang di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob karena serbuk tersebut sulit dibasahi oleh air. Sedangkan serbuk yang mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam, menunjukkan tidak adanya sudut kontak. (Farmasetika, 165)

2. Metode Pengendapan (Presipitasi) Metode ini dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu : Presipitasi dengan pelarut organik Obat obat yang tidak larut air dapat diendapkan dengan melarutkannya dalam pelarut pelarut organik yang bercampur dengan air, dan kemudian menambahkan fase organik ke air murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut yang digunakan adalah etanol, metanol, propilen glikol, dan polietilen glikol serta gliserin. Yang perlu dengan metode ini adalah kontrol ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal. Presipitasi dengan perubahan pH dari media Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu dan tidak menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan pelarut organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan ke obat obat yang kelarutannya tergantung pada harga pH. Sebagai contoh, suspensi estradiol dapat dibuat dengan mengubah pH larutan airnya, estradiol lebih mudah larut dalam alkaki seperti larutan kalium dan natrium hidroksida. Presipitasi dengan dokomposisi (penguraian) rangkap Melibatkan proses kimia yang sederhana, walaupun beberapa faktor fisika yang disebutkan sebelumnya jga berperan. (Farmasetika, 165)

2.1.6. Sistem Suspensi Dalam sistem suspensi terdapat dua macam system suspensi, yaitu system flokulasi dan system deflokulasi. Sistem flokulasi biasanya mencegah paling tidak pemisahan yang serius tergantung kadar partikel padatnya dan derajat flokulasinya. Sedangakan pada suatu saat system flokulasi kelihatan kasar sebab terjadi flokul. Dalam system deflokulasi, partikel-partikel terdispersi baik dan mengendap sendiri, tapi lebih lambat daripada system flokulasi. Partikel-partikel ini membentuk cake atau sedimen yang sukar terdispersi kembali. (Anief, 1999:29-30) 2.1.7. Evalusi Stabilistas Fisik Suspensi

1. Evaluasi Laju sedimentasi Merupakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspensi. Adapun faktor-faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspensi tercakup dalam persamaan hokum srokes (Ansel, 1989:356,357) yaitu: Kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi Sifat yang diinginkan yaitu kerapatan partikel lebih besar daripada kerapatn pembawa, karena bila partikel lebih ringan dari kerapatn pembawa maka partikel akan mengambang dan sulit didistribusikan secara homogeny ke dalam pembawa. Diameter ukuran partikel Laju sedimentasi dapat diperlambat dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispersi karena semakin kecil ukuran partikel maka kecepatan jatuhnya lebih kecil. Viskositas medium pendispersi Laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara menaikkan viskositas medium disperse, tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sulit dituang, sebaiknya viskositas suspense dinaikkan sampai viskositas sedang saja. (Ansel,1989:357) 2. Evaluasi volume Sedimentasi Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang etrjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah suspense didiamkan. (Anief, 1993:31) Prosedur evaluasi volume sedimentasi adalah sebagai berikut: 1. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimen yang berkala 2. Volume yang diisikan merupakan volume awal 3. Setelah didiamkan beberapa waktu/ hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi volume akhir terhadap volume yang diukur ((VU) 4. Dihitung volume sedimentasi 3. Evaluasi Waktu Redispersi Waktu redispersi dapat diketahui dengan cara mengocok sediaan dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik atau tangan. Suspense didiamkan hingga mengendap kemudian masing-masing suspense dikocok homogen

dan dicatat waktunya. Kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu maksimal 30 detik. 2.1.8. Evaluasi Sifat Fisika Suspensi 1. Evaluasi Viskositas Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sehingga viskositas sedang sajauntuk menghindari kesulitankesulitan seperti yang diperlukan tadi. (Ansel,1989:357) 2. Evaluasi Kerapatan Partikel (Bobot Jenis) Kerapatan partikel (zat terlarut) umumnya lebih besar daripada kerapatan zat pembawanya, sutau sifat yang diinginkan, karena bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam ke dalam pembawa. (Ansel,1989:357) 2.2. Praformulasi

2.2.1. Zat Aktif Ampicillinum

Rumus molekul : C16H19N3O4S

BM 349,40

Pemerian serbuk hablur renik, putih, tidak berbau atau hamper tidak berbau, rasa pahit. Kelarutan larut dalam 170 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol (95 %) P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam aseton P, dan dalam minyak lemak. (FI.III. hal. 90) Baku pembanding Ampisillin BPFI, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Identifikasi Larutkan sejumlah zat dalam campuran aseton P dan asam klorida 0.1 N(4:1) hingga kadar 5mg ampisilin per ml larutan diperoleh menunjukkan uji identifikasi seperti yang tertera padakapsul ampisillin Keanekaragaman sediaan Memenuhi syarat untuk zat padat terkemas dalam wadah satuan tunggal. pH Antara 5,0 dan 7,5: lakukan penetapan menggunakan suspensi yang dibuat sesuai petunjuk pada etiket. Air Metode tidak lebih dari 2,5%, atau tidak lebih 5,0% bila mengandung ampisillin trihidratdan mengandung setara dengan 100 mg ampisillin per ml bila dikonstitusi sesuai petunjuk pada etiket. Penetapan kadar Larutan baku buat Larutan baku seperti yang tertera pada penetapan kadar antibiotik , menggunakan ampisillin BPFI.

2.2.2. Zat Tambahan


CMC Na

Pemerian zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis . Kelarutan mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik (reversible). Viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH larutan, kisaran pH Na-CMC adalah 5-11 sedangkan pH optimum adalah 5, dan jika pH terlalu rendah (<3), Na-CMC akan mengendap.

Gliserin CH2OH-CHOH-CH2OH

Rumus molekul : C3H8O3

BM 92,10

Pemerian cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikut rasa hangat. Higroskopik jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kuran 20o. Kelarutan dapat campur dengan air dan dengan etanol (95 %), praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak mineral Identifikasi A Panaskan dengan kalium bisulfate; terjadi uap merangsang. B. jikadibakar sedikut natrium tetraborat di atas nyala api, terjadi nyala hijau. Bobot Per ml 1,255 sampai 1,260, sesuai dengan kadar 98,0 % sampai 100 % C3H8O3. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat. Khasiat dan penggunaan zat tambahan sebagai pembasah

Propil Paraben/ Nipasol

Rumus molekul : C10H12O3

BM 180,21

Propil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 101, 0 % C10H12O3 Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95 %) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Suhu lebur 95 dan98. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Na. Sakarida Pemerian putih, tidak berbau, bubuk kristal, memiliki rasa yang manis, memiliki sensasi after taste (pahit). Kelarutan dalam air 1 : 1,2, propilen glikol 1 : 3,5. Identifikasi stabil dalam kondisi normal; terdekomposisi pada suhu 125C pada pH 2; pH stabil 6,6 Kegunaan dan khasiat sebagai pemanis dengan 0,075 - 0,6%.

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Formulasi

Bahan Ampicillinum CMC Na Gliserin Propil Paraben Na Sakarida Essence apple Sunset red Aquadest

Formula 125 mg/ml 1% 15 % 0,02 % 0,01 % Qs (2-3 tetes) Qs (2-3 tetes) Ad 125 ml

3.2. Pembahasan Formulasi Suspending agent yang dipilih dalam pembuatan suspensi ampicilin yaitu dengan menggunakan CMC Na yang berfungsi untuk membantu mempermudah melarutkan ampicilin yang tidak larut dalam air, CMC Na akan terdispersi dalam air kemudian butir-butir CMC Na yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas. Hal ini akan menyebabkan partikelpartikel terperangkap dalam sistem tersebut dan memperlambat proses pengendapan karena adanya pengaruh gaya gravitasi. (Fennema, Karen and Lund, 1996) sedangkan gliserin sebagai pembasah membantu dispersi dalam zat aktif. Untuk bahan pengawetnya kita menggunakan propil paraben ini untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba dalam sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam masa penyimpanan yang lama,karena untuk anak - anak sebagai pemanisnya kita tambahkan Na Sakarida karena pemanis ini sangat cocok dalam formulasi ini.lalu ditambahkan sunsetred dan eseence apple sebagai pewarna dan pemanis obat agar lebih

menarik sedangkan aquadest berguna sebagai tamabahan dan pelarut dalam formulasi ini mengapa demikian karena aquadest pelarut yang sangat cocok.

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat yang tidak larut tetapi dapat terdispersi secara sempurna dalam pembawanya. Macam macam sediaan suspense ada empat macam yaitu sebagai berikut: 1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk pengunaan oral. 2. Suspensi tropical adalah sedissn cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditunjukan untuk penggunaan pada kulit. 3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus yang ditunjukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 4. Suspensi opthalmik adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus, terdispersi dalam cairan pembawa ditunjukan untuk pemakaian pada mata. Suspensi ophtalmik harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus, jika di simpan dalam wadah dosis ganda harus mengandung bakterisida, dan zat terdispersi tidak boleh menggumpal pada penyimpanan. Metode Pembuatan Suspensi Dalam pembuatan suspensi ada beberapa metode diantaranya metode dispersi dan metode pengendapan. 1. Metode Dispersi Pembuatan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. 2. Metode Pengendapan (Presipitasi) Metode ini dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu : Presipitasi dengan pelarut organik Presipitasi dengan perubahan pH dari media Presipitasi dengan dokomposisi (penguraian) rangkap

Suspending agent yang dipilih dalam pembuatan suspensi ampicilin yaitu dengan menggunakan CMC Na yang berfungsi untuk membantu mempermudah melarutkan ampicilin yang tidak larut dalam air, CMC Na akan terdispersi dalam air kemudian butir-butir CMC Na yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas. Hal ini akan menyebabkan partikelpartikel terperangkap dalam sistem tersebut dan memperlambat proses pengendapan karena adanya pengaruh gaya gravitasi. (Fennema, Karen and Lund, 1996) sedangkan gliserin sebagai pembasah membantu dispersi dalam zat aktif. Untuk bahan pengawetnya kita menggunakan propil paraben ini untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba dalam sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam masa penyimpanan yang lama,karena untuk anak - anak sebagai pemanisnya kita tambahkan Na Sakarida karena pemanis ini sangat cocok dalam formulasi ini.lalu ditambahkan sunsetred dan eseence apple sebagai pewarna dan pemanis obat agar lebih menarik sedangkan aquadest berguna sebagai tamabahan dan pelarut dalam formulasi ini mengapa demikian karena aquadest pelarut yang sangat cocok.

LAMPIRAN

Contoh Gambar Suspensi Ampicillinum

Anda mungkin juga menyukai