Anda di halaman 1dari 9

Epidemiologi

Gangguan makan dalam berbagai bentuk telah dilaporkan pada sampai 4persen pelajar dan dewasa muda. Anoreksia nervosa telah di laporkan lebih sering terjadi selama beberapa dekade belakangan ini dibandingkan masa lalu, dengan meningkatnya laporan pada anak perempuan prapubertas dan anak laki-laki. Usia untuk onset gangguan adalah pada awal 20 tahun. Ganguan ini terjadi 10 sampai 20 kali lebih sering pada wanita dibandingkan laiki-laki. Prevalensi wanita muda yang memiliki beberapa gejala anoreksia nervosa tetapi yang tidakmemenuhi kriteria diagnostic diperkirakan adalah mendekati 5 persen. Walaupun gangguan awalnya dilaporkan paling sering terjadi pada kelompok kelas yang tinggi, survey epidemiologi terakhir tidak menunjukkan distribusi tersebut. Tampaknya gangguan ini paling sering pada Negara yang maju, dan mungkin ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada wanita muda yang profesinya memerlukan kekurusan, seperti model dan penari balet.

Etiologi
Factor biologis, social, dan psikologis terlibat dalam penyebab anoreksia nervosa. Beberapa bukti menyatakan tingginya angka kesesuaian pada kember monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Saudara perempuan dari pasien anoreksia nervosa kemungkinan terkena, tetapi hubungan tersebut dapat lebih mencerminkan pengaruh social dibandingkan factor genetik. Gangguan mood berat lebih sering ditemukan pada anggota keluarga dibandingkan populasi umum.secara neurokimiawi, turnover dan aktifitas norepinefrin yang menurun diperkirakan oleh penurunan (MHPG) pada urine dan cairan serebrospinalis pada beberapa anoreksia nervosa. Suatu hubungan terbalik ditemukan antara MHPG dan depresi pada pasien dengan anoreksia nervosa: peningkatan MHPG adalah hubungan dengan penurunan depresi.

Faktor Biologis
Opiate endogen mungkin berperan terhadap penyangkalan rasa lapar pada pasien anoreksia nervosa. Penelitian pendahuluan menunjukkan penambahan berat badan yang dramatik pada beberapa pasien yang diberikan antagonis opiate. Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimiawi, beberapa di antaranya juga ditemukan pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksamentason. Fungsi tiroid juga tertekan kelainan tersebut dikoreksi oleh pemberian makanan kembali. Kelaparan juga mengakibatkan amenore, yang mencerminkan penurunan kadar hormonal. Tetapi beberapa pasien anoreksia nervosa menjadi amenorik sebelum penurunan berat badan `yang bermakna.beberapa penelitian tomografi computer (CT) menemukan pembesaran rongga cairan serebrospinalis. Pada pasien anoreksia nervosa selama kelaparan,suatu temuan yang di balikkan oleh penambah berat badan.pada suatu penelitian tomografi emisi positron (PET), metabolisme nukleus kaudatus adalah lebih tinggi pada keadaan anoreksik dibandingkan setelah pemberian makanan.

Faktor sosial
Pasien anoreksia nervosa menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang menekankan kekurusan dan latihan. Tidak berkumpul dengan keluarga adalah spesifik pada anoreksia nervosa. Tetapi, beberapa bukti menyatakan bahwa pasien anoreksia nervosa memiliki hubungan yang erat tetapi penuh rintangan dengan orang tuanya dan, dengan penyakitnya, cenderung menarik perhatian dari hubungan perkawinan yang tegang di dalam rumah. Pasien dengan anoreksia nervosa kemungkinan memiliki riwayat kekeluarga depresi, ketergantungan alcohol, atau suatu ganguan makanan.

Faktor psikologis dan psikodinamika


Anoreksia nervosa tampaknya merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi social dan seksual. Pasien dengan gangguan menggantikan preokupasinya dengan makan dan penambah berat badan untuk tujuan remaja lain yang normal. Preokupasi tersebut adalah mirip dengan obsesi. Pasien dengan anoreksia nervosa biasanya tidak memiliki rasa otonomi dan kemandirian. Banyak pasien dengan ganguan merasakan tubuhnya sebagai di bawah pengendalian orang tua. Kelaparan yang di ciptakan sendiri (self-starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya melalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksik dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian. Klinisi psikomatik yang mengobati pasien dengan anoreksia nervosa biasanya setuju bahwa pasien muda tersebut tidak mampu untuk berpisah secara psikologis dengan ibunya. Tubuh mungkin dirasakan seakan-akan ia dihambat oleh introjeksi ibu yang suka mencampuri dan tidak empatik. Kelaparan mungkin memiliki arti bawah sadar untuk menghentikan pertumbuhan objek internal yang suka mencampuri tersebut dan dengan demikian menghancurkannya. Sering kali, suatu proses identifikasi proyektif terlibat di dalam interaksi antara pasien dan keluarga pasien. Banyak pasien anoreksik merasa bahwa hasrat oral adalah tamak dan tidak dapat diterima: dengan demikian, hasrat tersebut secara proyektif dipungkiri. Pasien berespon terhadap penolakan untuk makan dengan menjadi bingung tentang apakah pasien sebenarnya makan. Pasien selanjutnya dapat memandang orang tua sebagai seorang yang memiliki dorongan yang tidak dapat diterima dan dapat secara proyektif mengingkarinya. Lainnya adalah rakus dandiatur oleh dorongan tetapi bukan oleh pasien.

Diagnosis dan gambaran klinis


Onset anoreksia nervosa biasanya terjadi antara usia 10 dan 30 tahun.pasien diluar usia tersebut tidak tipikal, dan dengan demikian diagnosis mereka harus di pertanyakan. Setelah usia 13 tahun, frekuensi onset meningkat dengan cepat, dengan frekuensi maksimumpada usia 17 atau 18 tahun. Kira-kira 85 persen dari senua pasien anoreksia nervosa memiliki onset penyakit antara usia

vosa, sebelum usia 10 tahun, adalah pemakan yang pilih-pilih atau memiliki masalah pencernaan yang sering. Sebagai besar perilaku menyimpang yang diarahkan untuk menghilangkan berat badan terjadi secara rahasia. Pasien anoreksia nervosa biasanya menolak makan dengan keluarganya atau di dalam tempat publik. Mereka menurunkan berat badannya dengan penurunan drastik asupan makanan totalnya, dengan suatu penurunan yang tidak sesuai pada makanan yang mengandung tinggi karbohidrat dan makanan berlemak. Sayangnya, istilah anoreksia yang berarti hilangnya nafsu makan, adalah suatu nama yang keliru, kerena hilangnya nafsu makan biasanya jarang sampai lanjut pada gangguan. Bukti-bukti bahwa pasien secara terus-menerus berfikir tentang makanan dalam adalah pada kegemarannya mengumpulkan resep makanan dan menyiapkan makanan dalam jumlah besar untuk orang lain. Beberapa pasien tidak dapat secara terus-menerus mengendalikan pembatasan makanannya, sehingga mereka melakukan pesta makan. Pesta makan tersebut biasanya terjadi secara rahasia dan sering kali pada malam hari. Muntah yang diinduksi oleh diri sendiri sering kali mengikuti pesta makan pasien menyalahgunakan laksatif dan bahkan diuretic untuk menurunkan berat badan. Latihan rutualistik, bersepeda, berjalan, jogging, dan lari secara berlebihan adalah aktivitas yang sering di temukan. Pasien dengan gangguan menunjukka perilaku yang aneh tentang makanan. Mereka menyembunyikan makanan di seluruh tempat di dalam rumah dan sering kali membawa sejumlah besar kembang gula di dalam kantung dan dompetnya. Saat makan, mereka mencoba untuk mebuang makanan di dalam serbetnya atau menyembunyikannya di dalam kantungnya. Mereka memotong makanannya menjadi potongan kecil-kecil dan menghabiskan waktu menyusun kembali kepingan makanan di atas piringnya. Jika pasien di marahi tentang perilaku anehnya, mereka seringkali menyangkal bahwa perilaku mereka adalah tidak lazim atau secara datar menolak membicarakannya. Suatu ketakutan yang kuat akan menambah berat badan dan menjadi gemuk ditemukan pada semua pasien dengan gangguan dan tidak diragukan lagi berperan dalam hilangnya minat mereka dalam terapi dan bahkan menolak terapi. Perilaku obsesif-kompulsif, depresi, dan kecemasan adalah gejala psikiatrik lain pada anoreksia nervosa yang sering kali di tuliskan di dalam literatur. Pasien cenderung untuk kaku dan perfersionistrik. Keluhan somatik, khususnya gangguan epigastrik, adalah sering ditemukan. Mencuri kompulsif, biasanya kembang gula dan laksatif dan kadang-kadang pakaian dan bendabenda lain, sering ditemukan. Penyesuaian seksual yang buruk seringkali ditemukan pada pasien dengan gangguan ini. Banyak pasien anoreksia nervosa remaja mengalami keterlambatan perkembanngan seksual psikososial, dan orang dewasa sering kali memiliki penurunan minat yang nyata dalam bidang seks yang menyertai onset gangguan. Sekelompok kecil pasien anoreksia nervosa yang tidak umum

memiliki suatu riwayat pramorbid promiskuitas atau penyalah gunaan zat atau keduanya, dan selalma gangguan itu mereka tidak menunjukkan penurunan minat dalam bidang seks. Pasien biasanya dating mencari bantuan medis jika penurunan berat badannya menjadi nyata. Saat kehilangan berat badan menjadi berat, tanda fisik seperti hipotermia (serendah 35C), edema pada bagian tubuh terendah (dependent edema), bradikardia, hipotensi, dan tampak lanugo (rambut mirip neonates), dan pasien menunjukkan berbagai perubahan metabolic. Beberapa pasien anoreksia nervosa wanita dating mencari bantuan medis karena amenore, yang seringkali ditemukan sebelum penurunan berat badan dapat dilihat. Beberapa pasien anoreksia nervosa menginduksi muntah atau menyalah gunakan pencahar atau diuretik, yang menyebabkan keperihatinan tentang alkalosis hipokalemik. Gangguan diuresis air mungkin ditemukan. Perubahan elektrokardiografi (EKG) seperti pendataran atau pembalikan gelombang T, depresi segmen ST, dan perpanjangan interval QT telah ditemukan di stadium kurus dari anoreksia nervosa. Perubahan EKG dapat terjadi sebagai akibat dari kehilangan kalium, yang mungkin menyebabkan kematian. Dilatasi lambung adalah sesuatu komplikasi yang jarang dari anoreksia nervosa. Pada beberapa pasien, aortografi telah menunjukkan sindrom arteri mesenterika superior. Mengenali dua type anoreksia nervosa type pembatas (restricting type) dan type pesta makanan/mencahar (binge eating/purging type). Tipe pesta makanan/mencahar adalah sering ditemukan pada pasien anoreksia nervosa; tipe ini berkembang sampai 50% diantara mereka. Masing-masing tipe tampaknya memiliki ciri histronik dan klinis yang terpisah. Orang anoreksik pesta makanan/mencahar memiliki banyak ciri yang sama dengan orang yang menderita bulimia nervosa tetapi tidak anoreksia nervosa. Orang yang pesta makanan atau mencahar cenderung memiliki keluarga yang beberapa anggota keluarganya gemuk, dan mereka sendiri memiliki riwayat berat badan yang lebih berat daripada orang yang pembatas sebelum gangguan. Ornag yang pesta makanan atau mencahar kemungkinan disertai dengan penyalah gunaan zat, gangguan pengendalian impuls, dan gangguan kepribadian. Orang anoreksia nervosa pembatas membatasi pemilihan makanannya, menggunakan kalori sesedikit mungkin, dan sering kali memiliki sifat obsesif-kompulsif dalam hal makanan dan hal lain. Kedua jenis orang memiliki preokupasi dengan berat badan dan citra tubuh, dan keduanya dapat berlatih selama ber jam-jam setiap harinya dan mungkin menunjukkan perikalu makan yang aneh. Kudua jenis orang mungkin terisolasi secara sosilal dan memiliki gejala gangguan depresif dan penurunan minat seksual. Beberapa orang anoreksia nervosa mencahar tetapi tidak melakukan pesta makan. Anoreksia nervosa memiliki angka gangguan depresif berat komorbid yang tinggi. Gangguan depresif berat atau gangguan distimik telah dilaporkan pada sampai 50% pasien anoreksia nervosa. Angka bunuh diri lebih tinggi pada orang anoreksia nervosa tipe pesta makanan mencahar dibandingkan tipe pembatas.

Pasien dengan anoreksia nervosa sering kali senang berahasia, menyangkal gejalanya, menolak pengobatan. Pada hamper semua kasus sanak sodara atau kenalan yang akrab harus memperkuat riwayat penyakit pasien. Pemeriksaan status mental biasanya menunjukkan seorang pasien yang sadar dan mengetahui masalah nutrisi dan yang memiliki preokupasi dengan makanan dan berat badan. Pasien harus menjalani pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis yang menyeluruh. Jika pasien muntah, alkalosis hipokalemik mungkin ditemukan.karna sebagian besar pasien mengalami dehidrasi, klinisi harus mengukur elektrolit serum pada awalnya dan selanjutnya secara berkala selama perawatan di rumah sakit.

Pemeriksaan patologi dan laboratorium


Tidak ada tes laboratorium tunggal yang mutlak membantu diagnosis anoreksia nervosa. Bermacam-macam masalah endokrin dan medis dapat berkembang skunder karna kelaparan yang terjadi pada gangguan; dengan demikian,urutan uji laboratorium diperlukan pada orang yang memenuhi kriteria diagnostik untuk anoreksia nervosa. Tes tersebut dapat berupa elektrolit serum dengan tes fungsi ginjal; tes glukosa, amilase, dan hematologis; elektrokardiogram; kadar kolesterol; tes supresi deksametason; dan kadar karoten. Klinisi mungkin menemukan penurunan hormon tiroid, penurunan glukosa serum, nonsupresi kortisol setelah deksametason, hypokalemia, peningkatan nitrogen urea darah, dan hiperkolesteroemia. Komplikasi kardiovaskularsering ditemukan berupa hipertensi dan bradikardia.

Diagnosis banding
Diagnosis banding anoreksia nervosadipersulit oleh penyangkalan pasien akan gejalanya, kerahasiaan di sekitar ritual makan pasien yang aneh, dan penolakan pasien untuk mencari pengobatan. Jadi, mungkin sulit untuk mengidentifikasi mekanisme kehilangan berat badan dan pikiran tentang distorsi citra tubuh yang menyertai pasien. Klinisis harus mayakinkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit medis yang dapat menyebabkan penurunan berate badan (sebagai contoh, tumor otak atau kanker). Penurunan berat badan, prilaku makan yang aneh, dan muntah dapat terjadi pada beberapa gangguan mental. Gangguan depresif dan anoreksia nervosa memiliki beberapa ciri yang sama, seperti perasaan depresif, ucapanmerengek, gangguan tidur, perenungan obsesif, dan kadang-kadang pikiran bunuh diri. Tetapi, kedua ganguan tersebut memiliki beberapa ciri yang membedakan. Pada umumnya, pasien dengan gangguan depresif mengalami suatu penurunan nafsu makan, sedangkan seorang pasien anoreksia nervosa mengaku memiliki nafsu makan yang normal dan merasa lapar. Hanya pada stadium parah anoreksia nervosa benar-benar mengalami penurunan nafsu makan. Berbeda dengan agitasi depresif, hiperaktivitas yang ditemukan pada anoreksia nervosa adalah direncanakan dan ritualistik. Preokupasi dengan makanan yang mengandung kalori,resep makanan, dan pesta pencicip makanan adalah tipikal pada pasien anoreksia

nervosadan tidak di temukan pada pasien dengan gangguan depresif , pasien tidak memiliki ketakutan yang kuat akan keg1111111111111mukan atau gangguan citra tubuh, seperti yang dimiliki pasien anoreksia nervosa. Fluktuasi berat badan, muntah, dan penanganan makanan yang aneh dapat terjadi pada gangguan somatisasi. Kadang-kadang seseorang pasien memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan somatisasi dan anoreksia nervosa, pada kasus tersebut kedua diagnosis harus dibuat. Pada umumnya, penurunan berat badan pada gangguan somatisasi tidak separah yang terjadi pada anoreksia nervosa,dan pasien dengan gangguan somatisasi tidak menunjukkan ketakutan morbid akam menjadi kegemukan, seperti yang sering ditemukan pada pasien dengan anoreksia nervosa. Amenore selama 3 bulan atau lebih, jarang ditemukan pada gangguan somatisasi. Anoreksia nervosa harus dibedakan dari bulimia nervosa, suatu gangguan dimana pesta makan episodik, diikuti oleh mood depresif, pikiran menyalahkan diri sendiri, dan sering sekali muntah di induksi diri sendiri terjadi saat pasien mempertahankan berat badannya dalam rentan normal. Selain itu, pada bulimia nervosa pasien jarang mengalami penurunan berat badan 15%, dua keadaan tersebut jarang terjadi bersama-sama

Perjalanan penyakit dan prognosis


Perjalanan penyakit anoreksia nervosa adalah sangat bervariasi, pemulihan spontan tanpa pengobatan, pemulihan setelah berbagai pengobatan suatu perjalanan berfluktuasi penambahan berat badan yang diikuti oleh relaps, perjalanan penyakit yang memburuk secara bertahap yang menyebabkan kematian karena komplikasi kelaparan. Pada umumnya, prognosis adalah tidak baik. Pada mereka yang telah mencapai kembali berat badan yang cukup, preokupasi dengan makanan dan berat badan seringkali terus terjadi, hubungan sosial seringkali buruk, dan banyak pasien mengalami depresi. Respons jangka pendek pasien terhadap hampir semua program pengobatan rumah sakit adalah baik. Penelitian telah menunjukkan suatu rentang anggka mortalitas mulai dari 5% sampai 18%. Indicator suatu hasil yang baik adalah pengakuan rasa lapar, sedikit penyangkalan, kurang imaturitas, dan peningkatan harga diri. Factor-faktor tertentu seperti neurotikisme masa anakanak, konflik parental, bulimia nervosa, muntah, penyalah gunaan laksatif, dan berbagi manifestasi perilaku (seperti gejala obsesif- kompulsif, histerikal, depresif, psikosomatik, neurotic, dan penyangkalan) telah di hubungkan dengan hasil akhir yang buruk pada beberapa penelitian tetapi tidak bermakna dalam mempengaruhi hasil akhir pada penelitian lain. 30% sampai 50% pasien anoreksia nervosa memiliki gejala bulimia nervosa, dan biasanya gejala bulimic terjadi dalam kurang lebih 1 tahun setelah awal anoreksia nervosa. Kadang-kadang gejala bulimic mendahului onset anoreksia nervosa.

Terapi
Mengingat implikasi psikologis dan medis anoreksia nervosa yang dipersulit, suatu rencana pengobatan yang menyeluruh, termasuk perawatan di rumah sakit jika diperlukan, tetapi individual dan keluarga dianjurkan. Pendekatan perilaku, interpersonal, dan kognitif pada beberapa kasus medikasi harus dipertimbangkan.

Perawatan di rumah sakit


Pertimbangan pertama dalam pengobatan anoreksia nervosa adalah memulihkan keadaan nutrisi pasien karna dehidrasi, kelaparan, dan gangguan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, dan pada beberapa kasusmenyebabkan kematian. Keputusan merawat pasien di rumah sakit didasarkan pada kondisi medis pasien dan derajat struktur yang diperlukan untuk menjamin kerja sama pasien. Pada umumnya, pasien anoreksia nervosa yang berada pada 20% di bawah berat badan yang di harapkan untuk tinggi badannya, di anjurkan untuk program rawat inap, dan pasien yang 30% dibawah berat badan yang diharapkan memerlukan perawatan rumah sakit psikiatrik yang terentang dari 2 sampai 6 bulan. Program pisikiatrik rawat inap untuk pasien anoreksia nervosabiasanya menggunakan kombinasi pendekatan penatalaksanaan perilaku psikoterapi keluarga, pendidikan dan terapi keluarga, dan pada beberapa kasus medikasi psikotropika. Terapi yang berhasil dibantu oleh kemampuan aggota staf untuk mmpertahankan pendekatan yang kuat namun suportif pada pasien, seringkali melalui kombinasi pendorong positif (pujian) dan pendorong negative (pembatasan latihan dan perilaku mencahar). Tetapi, beberapa fleksibilitas dalam program diperlukan untuk mengindividualisasikan terapi untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan kognitif pasien. Akhirnya, pasien harus mau berperan serta dalam pengobatan untuk mencapai keberhasilan jangka panjang. Sebagian besar pasien adalah tidak tertarik dengan terapi dengan terapi pisikiatrik dan bahkan menolaknya, mereka dibawa ke praktek dokter dengan paksaan dari sanak saudara atau temanteman yang prihatin. Pasien jarang menerima anjuran untuk dirawat di rumah sakit tanpa berdebat dan mengkritik program yang di tawarkan. Dengan menekankan manfaat, seperti menghilangkan insomnia dan tanda serta gejala depresif pasien, mungkin membantu membujuk pasien untuk mau merawat dirinya di rumah sakit. Dukungan sanak saudara dan kepercayaan pada dokter dan tim terapi penting, jika harus dilakukan rekomendasi yang kuat. Keluarga pasien harus diberitahukan bahwa pasien akan menolak perawatan selama beberapa minggu pertama pengobatan, akan membuat banyak permohonan yang dramatik meminta dukungan keluarga supaya melepasnya dari program rumah sakit. Hanya jika resiko kematian akibat komplikasi malnutrisi kemungkinan terjadi, perawatan atau komitmen dengan paksaan harus di dapatkan. Pada keadaan yang jarang, pasien membuktikan kepada dokter bahwa pernyataan dokter tentang kemungkinan kegagalan pengobatan rawat jalan salah. Pasien tersebut dapat mencapai jumlah

berat badan yang di tentukan pada saatnya pada masing-masing kunjungan rawat jalan, tetapi perilaku tersebut jarang, dan biasanya diperlukan suatu periode perawatan rawat inap. Penatalaksanaan umum untuk pasienanoreksia nervosa selama progam pengobatan di rumah sakit harus memperhitungkan hal berikut: masing-masing pasien harus di timbang setiap hari pada pagi setelah pengosongan kandung kemihnya. Asupan cairan setiap hari dan out put urine harus dicatat. Jika terjadi muntah, anggota staf rumah sakit harus melakukan pengukuran elektrolit serum secara teratur, dan mengamati perkembangan hypokalemia. Karna makanan seringkali di muntahkan setelah di muntahkan setelah makan, staf mungkin mampu mengendalikan muntah dengan membuat kamar mandi tidak dapat dicapai untuk sekurangnya 2jam setelah makan atau menemani di kamar mandi untuk mencegah muntah. Konstifasi pada pasien anoreksia nervosa di hilangkan jika mereka mulai makan secara normal. Kadang-kadang pelunak makanan diberikan tetapi jangan laksatif. Jika terjadi diare, hal ini biasanya berarti bahwa pasien secara sembunyi-sembunyi menggunakan laksatif. Karena komplikasi dilatasi lambung, dan kemungkinan oferload sirkulasi jika pasien segera mulai makan sejumlah besar kalori, staf rumah sakit harus mulai memberikan pasien kira-kira 500 kalori di atas jumlah yang di perlukan untuk mempertahankan berat badannya saat itu (bisanya 1.500 sampai 2.000 kalori setiap hari). Setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit, klinisi biasanya merasa bahwa perlu untuk melanjutkan suatu jenis pengawasan rawat jalan bilamana ditemukan masalah pada diri pasien dan keluarganya.

Psikoterapi
Sebagian besar pasien dengan anoreksia nervosa memerlukan intervensi yang terus-menerus setelah dipulangkan dari rumah sakit. Pada kasus yang kurang parah, perawatan di rumah sakit mungkin tidak diperlukan. Karna sebagian besar pasien memiliki onset gangguan pada masa remaja, terapi keluraga adalah bagian dari rencana pengobatan yang menyeluruh. Walaupun terapi berorientasi, psikodinamika klasik tidak berhasil dalam stadium awal pengobatan, khususnya jika pasien anoreksia nervosa dalam keadaan kelaparan, psikoterapi berorientasi tilikanmembantu pada beberapa pasien anoreksia nervosa jika mereka telah di stabilkan. Psikoterapi dinamik. Psikoterapi suportif ekspesif dinamik kadang-kadang digunakan untuk pengobatan pasien anoreksia nervosa. Tetapi, penolakan pasien, menyebabkan proses ini sulit dilakukan dan seksama. Karna pasien memandang gejalanya sebagai inti dari kekhususan mereka, ahli terapi harus menghindari penanaman yang berlebihan dalam usaha mengganti perilaku makan pasien. Fase pembukaan dari proses psikoterapi harus di tujukan untuk membangun ikatan trapetik. Pasien mungkin merasakan interpretasi awal seakan-akan orang lain berkata pada mereka bahwa sesungguhnya mereka merasa pengalaman mereka sendiri ditekan dan di kesampingkan. Tetapi, ahli terapi yang empatik terhadap sudut pandang pasien dan menunjukkan minat yang aktif tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh pasien adalah

meyakinkan pasien bahwa otonominya dihormati. Di atas semua itu, ahli psikoterapi harus fleksibel, gigih, dan tahan dalam menghadapi kecendrungan pasien untuk menolak setiap usaha untuk menolongnya. Banyak klinisi menyukai pendekatan kognitif perilaku untuk memonitor penambahan dan pemeliharaan berat badan dan menjawab perilaku makan. Strategi kognitif dan interpersonal juga telah dianjurkan untuk menggali masalah lain yang benrhubungan dengan gangguan. Tetapi keluarga telah digunakan untuk memeriksa interaksi diantara anggota keluarga dan kemungkinan tujuan skunder dari gangguan tersebut bagi pasien.

Terapi biologis
Penelitian farmakologis belum mengidentifikasi adanya medikasi yang menyebabkan perbaikan definitive pada gejala inti anoreksia nervosa. Beberapa laporan mendukung pemakaian cyproheptadine (priactin), suatu obat dengan sifat anti histaminic dan anti serotonergic, pada anoreksia nervosa tipe pembatas. Amitriptyline (Elavil) telah dilaporkan memberikan suatu manfaat pada pasien dengan anoreksia nervosa. Medikasi lain yang telah di coba pada pasien anoreksia nervosa termasuk clomipramine (anafranile), pimozide (orap), dan chlorpromazine (thorazine) belum menunjukkan respons yang positife. Percobaan tidak terkontrol dengan fluoxetine (prozact) telah menghasilkan kenaikan berat badan pada beberapa laporan. Pada pasien anoreksia nervosa dengan gejala depresif yang menyertai, anti depresan lain telah dicoba dengan manfaat yang kecil. Terdapat permasalahan tentang pemakaian obat trisiklik pada pasien anoreksia nervosa yang terdepresi, dan dengan berat badan rendah, karna mereka mungkin rentan terhadap hipotensi, aritmia jantung dan dehidrasi. Jika suatu status gizi yang adekuat telah dicapai resiko efek samping yang serius dari trisiklik dapat menurun. Tetapi, pada beberapa kasus depresi membaik dengan kenaikan berat badan dan normalnya status gizi. Beberapa bukti menyatakan bahwa terapi elektrokonfulsif (ECT) bermanfaat pada kasus anoreksia nervosa tertentu gangguan depresif berat.

Anda mungkin juga menyukai