Nama Tempat/tanggal lahir Alamat : dr Lily Rundjan, SpA : Surabaya, 3 Juni 1969 : Jl. Pondok Bambu Asri Raya 28, Jakarta Timur Telp (R) 84970585 (HP) 081908989897
Riwayat Pendidikan Formal SDN Cipinang Besar 07 , Jakarta, 1975-1980 SMPN 14, Jakarta, 1980-1983 SMAN 8, Jakarta, 1983-1986 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1986-1992 PPDS-1 Departemen IKA FKUI-RSCM, Jakarta, 2000-2004 Riwayat Pekerjaan Dokter Pegawai Tidak Tetap di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta, 1997-2000 Klinik Tumbuh Kembang RSIA Hermina Bekasi, Juni 2004 - April 2006 Klinik Laktasi RSIA Hermina Bekasi, Januari 2005 - Juni 2006 Fellow Divisi Perinatologi FKUI-RSCM, Juni 2004 - Juni 2006 Staf Pengajar Divisi Perinatologi FKUI-RSCM, Maret 2008 - sekarang
Pendahuluan
Pengendalian infeksi RS harus dilakukan untuk menurunkan lama rawat, biaya yang dikeluarkan, angka kesakitan bahkan angka kematian. Penting untuk mengerti sumber penularan infeksi rumah sakit.
penyebab
Pemeriksaaan vagina yang berlebihan Kurangnya teknik aseptik untuk prosedur invasif dan pemotongan tali pusat serta perawatannya Overcrowded dan understaffed Kegagalan prosedur isolasi/ tidak adekuatnya fasilitas isolasi pada bayi yang terinfeksi patogen yang resistan antibiotik atau sangat menular
penyebab
Kurangnya pengetahuan, latihan dan kompetensi mengenai praktek pencegahan infeksi dan identifikasi dan penanganan faktor risiko infeksi ibu dan neonatus Pemberian antibiotik berkepanjangan dan tidak perlu Penggunaan berulang kali obat suntik sekali pakai Botol susu terkontaminasi
bayi prematur. Prosedur invasif mengganggu barrier kulit normal misalnya intubasi, kateterisasi dan jalur intravaskular.
Surveilans
... surveilans
Harus menyimpan catatan tentang jumlah infeksi. Angka ini mungkin perlu stratifikasi berdasarkan faktor variabel seperti usia kehamilan, berat lahir, dan/atau prosedur invasif. Langkah pengendalian infeksi spesifik selama KLB infeksi.
Fasilitas fisik
Level
3 : Area untuk pasien minimal 6-8m2, jarak antar 3 meter. Ratio perawat :
Dinding/langit-langit harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan cat yang dapat dicuci
Desain Ruangan
Hand hygiene
Mikroorganisme Kulit
Kuman tidak tetap :
mikroorganisme kulit
Kuman tetap : Gram + : Staphylococcus Epidermidis Gram - : Klebsiella Enterobacter sp. Acinetobacter sp. RSCM : Acinetobacter (paling banyak)
Jenis Isi Lama Waktu larutan pemakaian pemakaian Larutan A Chlorhexidine 40-60 detik Sebelum (larutan Gluconate 2% memeriksa cuci bayi tangan) Larutan B (larutan handrub)
Chlorhexidine Gluconate +
alkohol
20-30 detik
Catatan : Cairan antiseptik beli dalam botol kecil, dan container tidak boleh direcycle
I.
Alcohol
Baik
Baik
Baik
Cepat
Buruk
Kulit Kering
II.
Baik
Baik
Sedang
Baik
Sedang
Baik
Otoksin, keratitis
II I.
Hexachlorophene
Baik
Buruk
Tidak ada
Buruk
Lambat
Baik
IV .
Iodine/Iodophors
Baik
Baik
Baik
Baik
Cepat
Buruk
V.
PCMX (chloroxylenol)
Baik
Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Baik
VI .
Triclosan
Baik
Baik
Sedang
Buruk
Lambat
Baik
84,20 mL 4,17 mL qs
Lemon perfume
Aquadest
qs
ad 100 mL
33
34
HASIL AUDIT KEPATUHAN CUCI TANGAN DI DIVISI PERINATOLOGI RSCM PERIODE 17 OKTOBER 21 OKTOBER 2008 (PK 08.00-15.00)
100.00% 83.33% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0% 0.00%
dokter (n=6) peraw at (n=30) mahasisw a cleaning kedokteran service (n=3) (n=1) petugas lab (n=3)
dokter (n=6)
70%
66.66%
perawat (n=30) mahasiswa kedokteran (n=3) cleaning service (n=1) petugas lab (n=3)
0%
85% permukaan NICU merupakan sumber infeksi nosokomial karena lebih dari setengahnya terkontaminasi 2 atau lebih kuman patogen
Clark R. J Perinatol 2004;24:382-8
Laundry Soap bottles & sinks Hand lotion Pet dog? Bed toys Blood gas analyzer Ventilator circuits Multi-use vials Sibling-to-mother-to-patient Resuscitator Saline for heparin dilution
Water tap Hands Suction equipment Air conditioner Wooden tounge depressors Water bath for blood products Expressed mother milk Powdered milk Latex gloves
Penting
Peralatan medis
Sterilisasi / DTT
Lingkungan Desinfeksi/ Dekontaminasi, Isolasi
Tingkat dekontaminasi
Metode
Pembersihan
Proses
Pembuangan fisik dari kontaminasi (darah, feses) dan banyak mikroorganisme dengan detergen Menurunkan jumlah mikroorganisme ke tingkat yang tidak membahayakan, tidak termasuk spora Membuang atau membunuh mikroorganisme termasuk spora semua
Desinfeksi
Sterilisasi
Proses dekontaminasi
Alat dan bahan medis dicuci bersih dengan deterjen dan air bilas dengan air rendam dengan enzim (melarutkan protein : darah, cairan mukus) bilas dengan air panas rendam dengan cairan desinfektan bilas dengan air panas pengeringan dengan uap panas 60900C
proses dekontaminasi
Proses pencucian, desinfeksi sampai pengeringan dapat dilakukan dengan mesin washer disinfector, atau Proses pencucian, disinfeksi dilakukan oleh pekerja kesehatan kemudian dikeringkan dengan drying cabinet
CLEANING (Pembersihan)
Sangat penting
Manual
Mesin
Menghilangkan sebagian besar kotoran dan benda asing dari permukaan (80%) . Mengurangi jumlah kuman 1000X TIDAK TERJADI kontak maksimal mikroorganisme dan desinfektan bila TIDAK dicuci bersih
Klasifikasi Spaulding : Risiko Infeksi dari alat atau lingkungan terhadap pasien
Risiko Tinggi ( Critical ) Definisi Kontak dengan jaringan steril, sistem peredaran darah (Vaskuler) Peralatan Instrumen bedah, laparoskop, kateter jantung, Scapel, implant Cara STERIL : Sterilisasi autoklaf, ETO, gas plasma ,jika tdk mungkin bisa disinfektan tingkat tinggi Desinfeksi : pasteurisasi, steam, desinfektan kimiawi (DTT) Pembersihan fisik (deterjen dan air)
Kontak dengan kulit tidak utuh dan membran mukosa yang utuh Kontak dengan kulit utuh atau lingkungan secara tidak langsung
Endoskopi/anestesi, tubing ventilator, termometer Stetoskope, tensimeter, linen, alat makan Lantai, dinding, tempat tidur
Tidak sempurnanya pembersihan (pencucian dan perendaman dengan enzim) sebelum desinfeksi Kesalahan pemilihan metoda dekontaminasi Pengenceran cairan disinfektan yang tidak tepat Larutan desinfektan terencerkan dan berkurang efektifitasnya Pengeringan alat tidak dilakukan dengan baik masih terdapat bintik air atau timbul uap berembun Alat sterilisator yang tidak berfungsi dengan baik tidak menjamin sterilitas alat indikator fisik, biologis
BENAR KONSENTRASI
RUANG PENCUCIAN
PENGEPAKAN
PENYIMPANAN ALAT
Dekontaminasi lingkungan
Bila ada tumpahan darah / sekret di lantai bersihkan dengan klorin 0,5%
... dekontaminasi
Inkubator harus diganti agar bisa dibersihkan dengan benar Setiap 5 hari untuk neonatus < 1.000 gram Setiap minggu untuk neonatus > 1.000 gram Inkubator dibersihkan dengan air dan detergen tiap hari. Pembersihan terminal bisa dengan alkohol atau cairan desinfektan.
Isolasi
Ruang Isolasi
Cohorting
Isolasi ketat
Varicella
Infeksi
Isolasi
virus pernafasan Masker, gaun penutup, akut (misal respiratory sarung tangan, dan cuci syncytial virus) tangan Rubella kongenital Gonococcal konjungtivitis Herpes simplex yang menyebar atau lokal Kulit luka Staphylococcal impetigo dan infeksi luka
65
Enterik
Infeksi
Sarung tangan, dan cuci tangan. Gaun penutup diperlukan hanya jika ada kemungkinan terkena kotoran.
66
Tidak ada
Infeksi
Tidak ada
Pengendalian Antibiotik
Masalah antibiotik
Pemberian antibiotika spektrum luas secara berlebihan Masalah resistensi antibiotika Infeksi jamur pada neonatus
Indikasi antibiotika
Tidak beralasan mengganti antibiotika atau menggunakan antibiotika spektrum luas pada :
Kenaikan CRP Trombositopeni
Antibiotika profilaksis (intubasi, kateter vena sentral, WSD) terbukti tidak efektif mencegah sepsis
Bila kultur ETT positif merupakan suatu kolonisasi pengobatan tidak akan kolonisasi, tidak mencegah sepsis justru resistensi
Resistensi antibiotika
Faktor penyebab resistensi antibiotika Kultur darah tidak dikerjakan Terapi antibiotika diteruskan meskipun kultur darah steril Jika bayi tetap tampak sakit diberikan antibiotika spektrum luas yang lebih kuat Pemberian antibiotika atas dasar CRP, meskipun kultur darah steril
resistensi antibiotika
Tidak ada kebijakan dalam terapi antibiotika Sanitasi yang buruk Kontrol infeksi kurang efektif Pemberian antibiotika profilaksis
Rahman S, et al. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2002; 87:F52-4. Isaacs D. Indian J Pediatr 2005; 42:9-13 Musoke RN, Revathi G. J Trop Pediatr 2000;46(2):86-91
resistensi antibiotika
Pemberian antibiotika yang tidak rasional dan kontrol infeksi yang buruk bakteri gram negatif akan memproduksi extended spectrum beta lactamase (ESBL) dan sefalosporinase Ekspresi kedua enzim tersebut dapat dirangsang oleh pemberian antibiotika betalaktam (penisilin, sefalosporin, karbapenem)
Pencegahan resistensi terhadap penisilin dan sefalosporin generasi ketiga Sedapat mungkin hindari pemberian sefalosporin secara rutin sebagai antibiotika empirik Terapi kombinasi betalaktam dan aminoglikosida
Garges HP, Alexander KA. Neo Rev 2003; 4:e364-8
Karbapenem hanya untuk kasus berat yang disebabkan oleh bakteri yang memproduksi ESBL dan sefalosporinase (Carbapenem potent inducers betalactamases)
Karbapenem 2 bulan
Aminoglikosid
Kultur darah harus dikerjakan sebelum terapi antibiotika Gunakan antibiotika spektrum sempit, penisilin dan aminoglikosida Jangan memulai terapi dengan sefalosporin generasi ketiga atau karbapenem
10 langkah
4.
5. 6.
Kembangkan kebijakan antibiotika lokal & nasional membatasi antibiotika spektrum luas untuk terapi empirik Percaya hasil kultur dari laboratorium mikrobiologi Peningkatan CRP bukan berarti sepsis
10 langkah
7.
8. 9. 10.
Jika kultur darah steril dalam 2-3 hari hentikan antibiotika Tidak menggunakan antibiotika untuk waktu lama Obati sepsis bukan kolonisasi Pencegahan infeksi nosokomial
Isaacs D. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2000; 82:F1-2
Insidens
Infeksi aliran darah (IAD) terkait pemasangan kateter intravena : 48% Pneumonia akibat pemakaian ventilator (PAV) : 23% Infeksi Luka Operasi (ILO) : 10-20% Infeksi saluran kemih (ISK) akibat pemasangan kateter : 2,5%
Definisi IAD
Infeksi akibat pemasangan kateter intravena, setelah > 48 jam terpasang kateter intravena Positif IAD secara laboratorik 1. Hasil kultur darah (+) dari 2 tempat berbeda dalam waktu bersamaan ditemukan kuman yang sama 2. Hasil kultur darah 2x berturut-turut pada waktu berbeda ditemukan kuman yang sama 3. Hasil kultur pembuluh darah sentral dan perifer ditemukan kuman yang sama
Sumber infeksi
Intrinsik (kontaminasi sebelum digunakan) Cairan/obat yang terkontaminasi (multidose vial) Alat yang tidak steril / reused single-use Penyiapan cairan tidak dilakukan dengan cara aseptik Tidak dilakukan quality control (kultur) cairan hasil produk pencampuran
Ekstrinsik (kontaminasi selama pemakaian) Infeksi dari mikroorganisme kulit pasien/staf medik : masuk dari tempat insersi, saat diskoneksi atau melalui tempat suntikan Pembentukan biofilm pada permukaan luar kateter setelah 72 jam Infeksi dari luka, paru-paru atau ginjal
Pengobatan tambahan
Tempat kateter
Pengendalian IAD
Kriteria ketat indikasi pemasangan kateter dan waktu melepas kateter Teknik aseptik saat pemasangan : hand
Alat steril termasuk bak infus SOP mengenai insersi dan perawatan tempat insersi
Closed system
Tim infus
Pengendalian IAD
SOP mengenai insersi, perawatan tempat insersi, penggantian kateter dan set infus
Hand hygiene, barrier precaution Pembersihan kulit, kassa pada tempat insersi Tulis tanggal pemasangan infus, nilai kebutuhan melanjutkan infus setiap 24 jam, kaji infus / 24 jam - jika ditemukan tanda infeksi segera lepas infus Minimalisi manipulasi jalur infus Cairan flush, filter IV
Kateter perifer : risiko IAD dan flebitis me setelah 72-96 jam Kateter sentral : risiko infeksi per hari konstan, tidak ada perbedaan antara lamanya kateterisasi Kateter arteri perifer risiko per hari 3-5%, hari ke-21 risiko IAD 60%
Material kateter
Kateter dilapisi antibiotik (minosiklin, rifampisin) : efektif tetapi bahaya resisten
94
95
Waktu pergantian
Setiap syringe pump kosong atau setiap 48 jam Setiap syringe pump kosong atau setiap 48 jam
2.
3.
Intralipid
Heparin solution
Setiap 24 jam
Setiap 48 jam
4.
96
Waktu pergantian
Setiap 4 hari
2.
Setiap hari
97
Pembersihan kulit
Povidone Iodine 9,3 % 2,6 % Alkohol Klorheksidin
Infeksi lokal
Bakteremia
7,1 %
2,3 %
2,3 %
0,5 %
Antisepsis Kulit
Bayi < 1500 gram / < 1 minggu gunakan antiseptik klorheksidin 1% dalam aquabides >1500 / > 1 minggu gunakan klorheksidin 0,5% dalam isopropil alkohol 70%
Hand hygiene
Gunakan sarung tangan steril dan no touch technique (tidak menyentuh kembali daerah yang sudah dibersihkan / ujung alat steril) Alat steril (termasuk bak infus) Desinfeksi kulit dengan klorheksidin-alkohol 2% dan biarkan kering sebelum insersi Fiksasi harus dengan tape steril ataupun dibungkus kassa steril
Hand hygiene
Alat steril termasuk set pemasangan infus sentral Gunakan maximum barrier precaution (sarung tangan steril, gaun steril, topi dan masker untuk operator dan kain besar / duk steril untuk menutupi pasien) Desinfeksi kulit dengan klorheksidin-alkohol 2% dan biarkan kering sebelum insersi
Pemasangan PICC
lanjutan PICC
Pencegahan
Infeksi saluran pernapasan bawah terutama pneumonia merupakan infeksi serius yang mengancam jiwa
Pneumonia terutama disebabkan oleh aspirasi mikroorganisme yang berkolonisasi di orofaring respons inflamasi paru gangguan ventilasi dan pertukaran gas
Risiko tergantung dari jumlah bakteri yang masuk ke saluran napas, daya tahan tubuh pasien dan virulensi organisme
1. 2. 3. 4. 5. Kolonisasi di orofaring Kolonisasi dalam lambung Pipa nasogastrik Penggunaan alat ventilasi mekanik Operasi
Pencegahan PAV
Dekontaminasi selektif pada pasien yang diintubasi menggunakan klorheksidin 2x sehari pada orofaring eliminasi kuman gram (-) dan kandida tanpa mempengaruhi flora normal Bayi diletakkan dalam posisi terlentang, setengah tegak (45o) untuk mencegah aspirasi dan refluks gastroesofageal
lanjutan pencegahan
(HME) filters menurunkan risiko pneumonia eliminasi kebutuhan humidifikasi dan mencegah terkumpulnya embun di pipa ventilator (ganti tiap 48jam) Intervensi untuk mengurangi risiko pneumonia post operasi : fisioterapi, breathing exercise, dan kontrol nyeri efektif
Heat-moisture
exchange
lanjutan pencegahan
Alat terapi respiratorik harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering Desinfeksi / sterilisasi rutin ventilator umumnya tidak perlu ganti sirkuit ventilator 7 hari Cuci tangan saat memegang sirkuit ventilator
lanjutan pencegahan
Sirkuit ventilator harus disposable, bila menggunakan reused harus didesinfeksi dengan washer-desinfector Nebulizer dan humidifier harus didekontaminasi tiap 48 jam Kateter suction harus steril dan dibuang untuk sekali pakai / gunakan multi-use
lanjutan pencegahan
Cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan suction, setelah mengganti sirkuit ventilator Penggunaan rutin sarung tangan saat bersentuhan dengan sekret saluran napas Isolasi penderita yang terkolonisasi
Suction
Waktu pergantian
Setiap 7 hari
Setiap 7 hari Setiap 14 hari Setiap 14 hari
2.
3.
4.
Klasifikasi ILO
Kategori Deskripsi Jenis operasi Angka kejadian ILO (%)
2-5 Bersih Tidak memasuki traktus gastrointestinal, genitourinarius / saluran napas Tidak terbukti peradangan/infeksi Tidak merusak jaringan Ortopedi, bedah syaraf, operasi jantung
BersihMemasuki traktus GI, GU atau Terkontaminasi saluran napas , tapi tidak ada serpihan isi GI / GU/ sal. Napas Terkontaminasi Luka terbuka, teknik operasi besar, serpihan isi GI Adanya jaringan yang meradang Kotor Luka terbuka yang lambat ditangani, riwayat infeksi klinis sebelumnya, robek lapisan viscera di tempat operasi
Abdomen histerektomi, prostatektomi Reduksi fraktur terbuka, operasi usus besar Drainase abses
4-8
15
40
Pencegahan ILO
1.Pasien Identifikasi dan terapi infeksi sebelum operasi elektif Meminimalisasi lama rawat inap preoperatif Hindari cukur rambut sebelum operasi, kecuali rambut sekitar tempat sayatan, dengan alat non invasif seperti gunting Kontrol kadar gula darah (penderita diabetes) preoperatif Lakukan tindakan antiseptik kulit Beri profilaksis antibiotik sesuai indikasi (cefazolin / cefuroxime 30 menit sebelum insisi kulit)
lanjutan pencegahan
2.Tim operasi Cuci tangan dengan surgical scrub minimal 2-4, jangan gunakan sikat Anggota tim dengan lesi kulit tidak diizinkan ikut operasi Persingkat lama operasi Gunakan sarung tangan steril setelah gaun steril.Gunakan masker surgikal dan topi. Lakukan tindakan aseptik tiap melakukan tindakan Tindakan operasi tidak melukai jaringan sehat Gunakan closed suction drains
lanjutan pencegahan
3.Lingkungan (kamar operasi) Pertahankan tekanan positif Pintu kamar operasi ditutup rapat selama operasi berlangsung, kecuali untuk mengantar alat, keluar-masuk tim operasi / pasien Memperketat jumlah tim yang masuk ke dalam kamar operasi Sterilisasi semua instrumen operasi
lanjutan ISK
Risiko ISK meningkat pada penggunaan kateter urin yang lama (> 5 hari) Kateter urin dipasang hanya sesuai indikasi, dan segera lepas jika sudah tidak ada indikasi medis
Pelatihan karyawan Ukuran kateter Cara insersi kateter Pembersihan meatus (lubang tempat masuk kateter) Penggunaan / pengosongan urine bag Irigasi kandung kemih Pengambilan spesimen
Tindakan pencegahan
drainage tube
3. Sambungan drainage tube dengan collection bag Refluks dari bag ke tube Pertahankan bag dibawah kandung kemih Kosongkan urine bag secara teratur Jangan membolak-balikkan saat mengosongkan urine bag
bag
seksama 2 petugas : petugas pertama memakai gaun steril, sarung tangan steril, masker dan topi; petugas kedua membantu mengambilkan/ menyiapkan cairan/obat Bahan-bahan obat/cairan digosok dengan alkohol swab
Harus diperhatikan
Pembuangan limbah dan benda tajam Laundry Penggunaan ASI Penyediaan susu Pelatihan pengendalian infeksi RS yang berkesinambungan Koordinasi dengan Departemen Bedah, Kebidanan, OK
PENGGUNAAN ASI
Semakin banyak ASI yang diberikan semakin sedikit terkena infeksi Insidens INOS bayi prematur dengan ASI : 29,3% Insidens INOS bayi prematur dengan susu formula : 47,2%
Penggunaan air steril merupakan keharusan. Sonde lambung harus diganti setiap 2-3 hari dan beri label
Limbah
Pemisahan limbah
Sampah infeksius (kantong berwarna kuning) Dressing bedah, kasa, verband, kateter, swab, plester, masker, sarung tangan, kapas lidi, kantong urine, sampah yang terkontaminasi dengan cairan tubuh Sampah domestik/rumah tangga (kantong berwarna hitam) Kertas, plastik, plastik bungkus spuit/infus, kardus, kayu, kaleng, daun, sisa makanan, sampah yang tidak terkontaminasi cairan tubuh pasien
Benda tajam
Sampah benda tajam (kotak berwarna kuning) Jarum suntik, pisau cukur, pecahan ampul, object glass, lancet, sampah yang memiliki permukaan/ujung yang tajam
Semua benda tajam harus digunakan sekali pakai Jarum harus steril dan tidak boleh di daur ulang Tidak menyarungkan kembali jarum suntik bekas pakai Jangan menekuk atau mematahkan jarum suntik sebelum dibuang Tidak pernah meletakkan limbah benda tajam ke dalam wadah lain selain yang tahan tusukan Selalu dibuang sendiri oleh si pelaku !
hygiene
Tidak perlu gaun/shoes cover Edukasi hand hygiene Konsekuensi lantai dipel lebih sering
Penanganan Linen
Penanganan & transport
Cegah terpaparnya mukosa membran dan kontaminasi mikroba terhadap pasien lain serta lingkungan.
Penyimpananjaga kebersihan
Transportasi dengan troley bersih dan kotor terpisah (warna ?)
2-147
Sirkulasi Linen
Pengumpulan Melibatkan dua pihak yaitu ruangan & laundry Hindari penambahan kotoran Gunakan wadah berbeda untuk linen infeksius dan non infeksius 2. Transportasi Linen Potensial menyebarkan mikro organisme bila linen tidak tertutup. Troly pengangkut linen kotor berbeda dengan troly pengangkut linen bersih Troly pengangkut linen kotor segera dibersihkan di laundry dengan klorin 0,5 % Hindari membawa linen kotor berlebihan
1.
Sirkulasi Linen
3. Penerimaan linen kotor a. Petugas - Hand hygiene dan menggunakan APD - Jika ada kelaianan kulit , diperhatikan ?!. - Pemeriksaan Kesehatan karyawan. b. Prosedur : - Linen kotor diterima, dicatat jumlah satuan, asal ruangan - Penimbangan sesuai barang yang diterima - Melakukan pemilahan berdasarkan kriteria (linen infeksi/non infeksi, jenis dan tingkat kekotoran).
Pengeringan botol
Penyimpanan botol
Dilaksanakan setiap hari di ruangan oleh petugas cleaning service Kantong plastik 2/3 bagian diikat kuat dan diberi label tempat penghasil limbah kemudian dikumpulkan ke dalam wadah pengumpulan sampah (sampah medis : troli kuning, sampah non medis : troli hijau, sampah daur ulang : troli biru/orange) Container benda tajam masukkan ke dalam kantong kuning Tidak boleh ada pencampuran sampah medis dan non medis Troli sampah harus senantiasa tertutup dan bersih
Kesimpulan
Infeksi
RS sering terjadi namun dapat dihindari dengan melakukan pendidikan dan pelatihan secara terus menerus, serta perlu kesadaran dan kerja sama tim yang baik.
Terima kasih