Anda di halaman 1dari 6

Persebaya

Persebaya 1927 adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Surabaya. Klub ini bermain di Liga Primer Indonesia 2011. Saat ini klub ini dilatih oleh Divaldo Alves. Persebaya 1927 memakai 2 stadion yaitu Stadion Gelora 10 November dan Stadion Gelora Bung Tomo.

[1]

Perserikatan[sunting]

1938 Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta 1942 Runner-up, kalah dari Persis Solo 1950 Juara, menang atas Persib Bandung 1951 Juara, menang atas Persija Jakarta 1952 Juara, menang atas Persija Jakarta 1965 Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar) 1967 Runner-up, kalah dari PSMS Medan 1971 Runner-up, kalah dari PSMS Medan 1973 Runner-up, kalah dari Persija Jakarta 1977 Runner-up, kalah dari Persija Jakarta 1978 Juara, menang atas PSMS Medan 1981 Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh 1987 Runner-up, kalah dari PSIS Semarang 1988 Juara, menang atas Persija Jakarta 1990 Runner-up, kalah dari Persib Bandung

Liga Indonesia[sunting]

1994/1995 Posisi ke-9, Wilayah Timur 1995/1996 Posisi ke-7, Wilayah Timur 1996/1997 Juara 1997/1998 dihentikan 1998/1999 Runner-up 1999/2000 Posisi ke-6, Wilayah Timur 2001 ? 2002 Degradasi ke Divisi Satu 2003 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama 2004 Juara 2005 Mundur dalam babak 8 besar (awalnya diskorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu) 2006 Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama 2007 Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga) 2008 Peringkat ke-4. Mengalahkan PSMS Medan dalam Babak Playoff lewat drama adu penalti. Kemudian, secara otomatis Persebaya lolos ke ISL.

Liga Super Indonesia[sunting]

2009 degradasi ke Divisi Utama

Liga Champions Asia[sunting]


1998 Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia) 2005 Babak pertama

Piala Permai[sunting]

2011 - Menang dengan agregat 4-3 atas Kelantan FA

Sejarah Klub
Cikal-bakal Persebaya Surabaya telah lama berdiri jauh sebelum merdekanya Indonesia. Pertama berdiri dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) atau Serikat Sepak Bola Surabaya-Indonesia pada tanggal 18 Juni 1927, tim sepak bola bentukan sekawan Paijo dan M. Pamoedji ini ialah salah satu tim tertua di Indonesia. Dalam perjalanannya, SIVB juga turut mempunyai andil dalam pendirian Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930 bersama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (Persib Bandung), Voetbalbond Indonesische Jacatra(Persija Jakarta), MVB Madiun, PSIM Yogyakarta, MIVB Magelang serta VVB Solo (Persis Solo) dalam pertemuan yang diselenggarakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. Setahun setelah pertemuan tersebut kompetisi Perserikatan mulai digulirkan. SIVB yang skuadnya sebagian besar terdiri dari pemain pribumi dan segelintir pemain keturunan Tiong Hoa ini pun sedikit demi sedikit mulai mengukir prestasi dan berhasil menembus final kompetisi Perserikatan pada tahun 1938, meski akhirnya tumbang oleh VIJ Jakarta. Setahun sebelum berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Surabaja) pada tahun 1943, SIVB kembali menyematkan nama dalam pertandingan final kompetisi Perserikatan sebelum akhirnya dipaksa mengakui ketangguhan Persis Solo. Tercatat, pada era kepemimpinan Dr. Soewandi ini Persibaja kemudian berhasil meraih tampuk juara selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 1950, 1951 dan 1952. Seiring raihan gemilangnya di zaman Perserikatan, Persibaja kembali mengubah namanya menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya) pada tahun 1960. Pada dekade ini pula Persebaya memastikan identitasnya sebagai raksasa sepak bola Indonesia, bersanding dengan PSMS Medan, Persib Bandung, PSM Makassar serta Persija Jakarta. Tim klasik kebanggaan Arek Suroboyo ini selanjutnya kembali menjadi kampiun kompetisi pada tahun 1978 dan 1988, serta tujuh kali berpredikat runner-up pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987 dan 1990. Dunia persepakbolaan di Indonesia semakin panas dan kompetitif ketika pada tahun 1994 PSSI memutuskan untuk menggabungkan tim-tim yang ada di bawah bendera kompetisi Perserikatan dan Galatama dalam ajang tunggal Liga Indonesia. Alhasil, tiga tahun berikutnya Persebaya kembali mengukuhkan diri dengan menjuarai Liga Indonesia. Kendati Persebaya dikenal sebagai tim legenda yang sarat prestasi. Persebaya pernah pula merasakan getirnya terdegradasi pada tahun 2002. Namun berbekal mental juara, dukungan supporter yang setia serta keinginan pemain dan manajemen untuk menebus pil pahit ini, Persebaya sukses menaiki tangga juara Divisi I serta Divisi Utama untuk kembali melakoni kasta aslinya. Bukan itu saja, tim berjuluk Green Force dan Bajol Ijo ini mencetak sejarah sebagai tim sepak bola pertama di Indonesia yang berhasil dua kali keluar sebagai kampiun, setelah berhasil memuncaki klasemen Liga Indonesia tahun 2004.

Gelora Bung Tomo


Terjawab sudah tanda tanya dan keprihatinan warga Surabaya tentang pengganti Stadion Gelora 10 Nopember. Minimnya fasilitas olahraga di Kota Pahlawan pun telah mendapatkan solusi dan harapan baru. Hal ini terwujud bersama rampungnya proyek pembangunan Surabaya Sport Complex (SSC) yang digalang oleh Pemkot Surabaya. Di dalam kompleks tersebut, Stadion Gelora Bung Tomo yang merupakan core dari keseluruhan SSC telah resmi dibuka pada tanggal 6 Agustus 2010. Megah berdiri di Benowo, Barat kota Surabaya. SSC sendiri hingga saat ini tercatat sebagai salah satu sarana olahraga terkomplit di Indonesia.

Dibangun di lahan seluas 100 ha di Kecamatan Pakal, Stadion berkapasitas lebih dari 50.000 kursi penonton yang juga markas baru Persebaya Surabaya ini merupakan satu dari beberapa stadion sepak bola terbaik di Indonesia. Gelora Bung Tomo dilengkapi dengan bangunan dan fasilitas pendukung seperti stadion indoor berkapasitas 10.000 kursi untuk jenis olahraga atletik, akuatik serta tenis. Bangunan penunjang lain yang juga ikut hadir dalam kompleks ini ialah sub-terminal, asrama atlit, area komersial, aula serbaguna juga apartemen. Sebagai sarana ibadah, masjid yang diyakini sanggup menampung 850 orang pun telah terselesaikan. Selain itu penambahan sirkuit balap juga akan segera terealisasi. Singkatnya, kini Surabaya telah memiliki stadion terpadu yang sanggup bersaing dalam skala internasional. Sebagai syarat untuk memenuhi standar FIFA, Gelora Bung Tomo pun ditunjang dengan berbagai faktor teknis lapangan bertaraf internasional. Keseluruhan luas stadion mengambil bentuk oval dengan total 278 m x 207 m. Lapangannya sendiri berukuran 105 m x 68 m dengan dikelilingi oleh lintasan atletik 8 jalur, yang juga bisa dimanfaatkan untuk lempar lembing, loncat jauh, lari rintang, lompat galah dan tolak peluru. Terlebih jauh sebagai jaminan kualitas, rumput berjenis Pultiva Hanil Evergreen telah diimpor dan dipasang dengan sistem folding. Berbekal pengalaman puluhan tahun berkandang di Gelora 10 Nopember, pembangunan Gelora Bung Tomo pun dibarengi dengan komitmen lebih baik. Fasilitas penonton menjadi fokus utama pengerjaan. Tribun, meski tetap mengandalkan konsep yang sama yaitu ekonomi, VIP dan VVIP namun telah mengalami peningkatan dengan menempatkan toilet yang mudah dijangkau dari setiap lantai tribun ekonomi dan adanya area konsumsi seperti kantin dan restoran. Untuk VIP, Gelora Bung Tomo menyediakan tempat duduk yang lebih nyaman dan jarak pandang yang memudahkan penonton mengamati jalannya pertandingan. Penonton dengan tiket VIP juga dimanjakan dengan adanya toilet dan kafe di lantai yang sama. Sedangkan VVIP yang hanya berkuota 130 tiket mendapatkan ruangan bersofa yang sama sekali terpisah dengan penonton lain. Untuk kenyamanan berlebih, ruangan ini dilengkapi dengan interkom yang langsung terhubung dengan pelayan jika ingin memesan makanan dan minuman. Stadion yang pengerjaannya dimulai pada tahun 2007 ini selain direalisasikan sebagai pengganti Stadion Gelora 10 Nopember yang kini defunct, juga bertujuan sebagai wujud nyata Surabaya untuk kembali meraih predikat kota penghasil atlit berprestasi. Dan bersama selesainya proyek pembangunan SSC, bukan tidak mungkin Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya, mengulang raihan prestasi seperti pada tahun 2008 dalam Pekan Olahraga Nasional ke XVII yang diadakan di Samarinda, Kalimantan Timur. Dengan adanya Stadion Gelora Bung Tomo pula, kondisi sosial di daerah Benowo dan Kecamatan Pakal pun mulai semarak. Niat Pemkot Surabaya yang ingin mengalihkan kepadatan pusat kota ke kawasan rural pun terlaksana seiring tumbuhnya taraf kehidupan warga sekitar dan mulai ramainya lahan bisnis dan komersial. Bagi Persebaya Surabaya sendiri, Stadion Gelora Bung Tomo menjadi kandang yang tak kalah luar biasa dari Stadion legendaris 10 Nopember dan merupakan bekal yang cukup untuk sekali lagi memperbanyak pundi prestasi dalam kancah sepak bola nasional.

Gelora 10 Nopember
Stadion Gelora 10 Nopember didirikan pada tahun 1951. Tepat enam tahun setelah berdirinya Republik Indonesia. Inilah stadion yang dulunya menjadi markas besar Persebaya Surabaya sekaligus lambang kebanggaan dan identitas Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia. Mengambil nama dari tanggal di mana terjadi pertempuran mematikan antara Arek-arek Suroboyo dengan pasukan penjajah, stadion legendaris ini ialah saksi bisu perjalanan Persebaya Surabaya yang dulunya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) lalu Persibaja, dalam merengkuh nama besar dan kejayaan dalam dunia persepakbolaan Indonesia. Biasa dikenal juga dengan nama Stadion Tambaksari, kompleks lapangan ini dilengkapi dengan adanya wisma dan asrama pemain, lapangan latihan, arena kebugaran dan stasiun radio dengan jarak yang berdekatan. Terletak di jantung kota Surabaya, tepatnya di Kecamatan Tambaksari, Stadion yang selalu penuh sesak oleh Bonek ini berkapasitas 35.000 penonton. Sebagai salah satu stadion ternama di Indonesia, Gelora 10 Nopember didukung dengan kelengkapan pertandingan sepak bola seperti lampu penerangan, papan skor dan tribun yang layak, drainase yang memadai dan kualitas rumput yang baik. Stadion yang telah berusia 62 tahun ini selain memiliki keunikan dengan adanya pohon-pohon besar di antara tribun ekonomi-nya, juga pernah mempunyai andil dalam menyelenggarakan kegiatan olahraga berskala besar seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) VII pada tahun 1969. Namun nama klasik dan status legendanya pun kini semakin pudar bersama uzurnya usia dan kondisi fisik stadion ini. Laju zaman dan pertumbuhan angka populasi penduduk di sekitarnya menimbulkan kendala operasional. Sebut saja permasalahan sulitnya akses masuk ke dalam areal stadion. Persoalan lain yang kerap timbul ialah saat Persebaya Surabaya menjadi tuan rumah dalam pertandingan-pertandingan akbar. Tribun yang dulunya dirasa cukup untuk memfasilitasi suporter kini tak mampu lagi menampung puluhan ribu Bonek yang datang untuk menonton langsung. Hingga seringkali ditemukan sebagian Bonek yang tidak bisa masuk ke dalam stadion. Demi menanggulangi hal ini, manajemen Persebaya Surabaya bersama Pemerintah Kota Surabaya telah menyelesaikan kompleks olahraga baru lewat sebuah proyek pembangunan besar di daerah Benowo, Barat kota

Surabaya. Mega-proyek bertajuk SSC (Surabaya Sport Center) ini yang kemudian melahirkan Stadion Gelora Bung Tomo, stadion yang sekarang menjadi markas besar Persebaya Surabaya dan diharapkan tampil sebagai ikon dan kebanggaan baru bagi warga Surabaya dan Bonek. Dan seiring diambilnya keputusan untuk merenovasi Gelora 10 Nopember beserta segala fasilitas di dalamnya pada tahun 2013, Persebaya Surabaya kini melakoni kompetisi persepakbolaan Indonesia bersama kandang barunya, Stadion Gelora Bung Tomo.

Team Jersey
Jersey Resmi Persebaya Surabaya Tahun Kompetisi 2013/2014

Untuk musim 2013/2014 Persebaya Surabaya berhasil menggandeng Warrior, raksasa produk olahraga asal Michigan, Amerika Serikat. Warrior yang telah berdiri sejak tahun 1992 ini mempercayai Persebaya Surabaya sebagai satusatunya tim sepak bola di Indonesia yang patut untuk memakai produk mereka. Warrior beralasan karena selain Persebaya Surabaya tim kawak yang sarat trophi, Bajol Ijo juga mempunyai ratusan ribu Bonek sebagai supporter setia. Dengan material yang sama dengan yang dipakai oleh Liverpool di Liga Premier Inggris dan Sevilla di Liga Spanyol, kini jersey Persebaya Surabaya tampak apik dan sangat fashionable. Untuk kostum kandang, Persebaya Surabaya tetap menyandang warna kebanggaan hijau. Jika pada musim sebelumnya jersey resmi yang digunakan terlalu kaku dalam motif dan design. Kali ini Warrior membuatnya lebih berkurva di bagian samping dalam dan fleksible dalam segi pattern. Logo Persebaya Surabaya terpampang di dada sebelah kiri sedang lambang Warrior bersanding di dada bagian kanan atas. Yang mencolok, penggunaan warna putih juga ditiadakan pada musim ini karena dirasa warna kombinasi hijau dan kuning akan membawa penyegaran dan efek tersendiri untuk menghadapi kompetisi. Sebaliknya untuk laga tandang, Persebaya memakai dominasi warna putih dengan mengikutkan kelir hijau di kedua samping kostum. Selanjutnya sebagai jersey ketiga, Persebaya Surabaya meletakkan dasaran hitam sebagai warna utama, dengan tetap menampilkan warna hijau sebagai lambang identitas Green Force. Sebagai tambahan unik, Persebaya melekatkan sebuah motif tribal di bagian bahu kiri dan kanan. Rangkaian gambar tribal ini berwarna hijau pada kostum tandang dan kostum ketiga, kecuali pada kostum home, motif ini berwarna putih

keabu-abuan dengan background hitam. Selain memberikan kesan garang, motif yang juga berkesan tangguh ini diharapkan sebagai pembaharu semangat pada musim ini. Secara keseluruhan ketiga jersey resmi Bajol Ijo Persebaya Surabaya ini layak pula dipakai dan dikoleksi oleh Bonek.

Tentang Bonek (Fans)


Sejarah panjang Bonek dimulai di era perserikatan musim 1987/1988. Saat itu tradisi untuk mengantar dan mendukung tim kesayangan berlaga tandang ke kota lain di persepakbolaan Indonesia belumlah seperti sekarang. Bonek-lah yang memulai tradisi ini dengan menyertai keberangkatan Persebaya Surabaya menuju Jakarta demi berhadapan dengan sang rival Persija. Tercatat, sebanyak 25 ribu supporter Persebaya Surabaya berbondong ke ibukota. Nama Bonek sendiri baru lahir setahun setelah musim itu. Tepatnya ketika harian Jawa Pos mengkoinkan sebutan Bonek, yang merupakan singkatan dari Bondho Nekad alias hanya bermodal nekat. Fakta yang kerap terjadi memang, Bonek seringkali hanya bermodal minim atau bahkan tak membawa suatu apapun untuk bekal ketika menemani kesebelasan pujaannya di pertandingan-pertandingan away di manapun. Bonek juga tiada gentar untuk menyambangi kota-kota yang menjadi rival tim Bajol Ijo. Hal ini menggiring banyak opini publik di Indonesia. Sebagian mengakui bahwa darah heroik arek-arek Suroboyo tak akan pernah bisa hilang. Apapun yang terjadi dan di manapun, mereka akan mati-matian membela Persebaya Surabaya sebagai tim favoritnya. Sebagian pihak lebih memilih melihat praktik nyatanya. Bahwa Bonek lebih banyak melanggar hukum dan meresahkan masyarakat kota yang dilawatnya. Rivalitas dan persekutuan pun mulai tercipta. Terlansir hingga saat ini, Bonek dan Jakmania (supporter Persija Jakarta) tak pernah akur. Begitu pula dengan L.A. Mania (Lamongan) dan Aremania (Malang). Sebaliknya rasa persaudaraan tumbuh kental dengan kerabat di Bandung yaitu Viking dan Bobotoh. Arsip mencatat bahwa memang tak pernah terjadi kerusuhan saat pertama kali Bonek sambang ke Jakarta pada musim 1987/1988. Namun selang masa bergulir, Bonek kini berstempel sebagai supporter garis keras. Menjurus anarkis. Banyak kota yang dikunjungi Persebaya Surabaya harus berpikir dua kali untuk sekalian menerima Bonek sebagai supporter tamu. Berbagai pembinaan dan orientasi telah dilakukan oleh manajemen Persebaya Surabaya, pihak berwajib yang bersangkutan atau tokoh-tokoh internal di tubuh Bonek sendiri. Ini dilakukan untuk membentuk Bonek supporter yang lebih baik dan professional, lebih terorganisir dan bermanfaat bagi masyarakat, meminimalisir tindakan melawan hukum, dan mencabut stempel dan cap buruk yang melekat pada mereka. Bagi Persebaya Surabaya sendiri, peran Bonek tetaplah yang utama. Dukungan Bonek ialah bekal moral yang luar biasa penting dalam setiap kiprah kompetisi. Keteguhan dan sikap pantang menyerah yang dimiliki Bonek tentu saja memberikan satu pelajaran khusus bagi Green Force. Bonek ialah kebutuhan primer dalam setiap game yang mereka mainkan. Baik itu home atau away. Sanksi dan teguran keras dari berbagai pihak seringkali dilayangkan ke kubu tim Kota Pahlawan ini untuk memprotes tindakan Bonek. Namun Persebaya Surabaya tak akan pernah mengabaikan begitu saja jasa Bonek. Persebaya Surabaya dan Bonek ialah satu kesatuan. Integrasi tim dan supporter yang siap berprestasi.

Tentang Logo Persebaya

Bermarkas di Surabaya, Persebaya Surabaya sengaja mengambil lambang kebanggaan Kota Pahlawan. Adanya persamaan gambar Sura dan Buaya yang mengelilingi ikon Tugu Pahlawan memang suatu bentuk tribute atau penghargaan tersendiri untuk ibukota Jawa Timur ini. Jika Logo Surabaya memiliki enam sisi dan berkurva menjorok ke dalam. Persebaya Surabaya lebih memilih mengambil bentuk perisai untuk melambangkan kekokohan kesebelasan yang berdiri tahun 1927 ini. Warna latar pun diganti drastis. Pemkot Surabaya menaburkan palet biru di belakang motif Sura dan Baya. Sebaliknya Persebaya Surabaya, sesuai julukan Green Force, memakai warna hijau dan kuning. Hijau sendiri ialah warna yang akrab dan banyak dipakai sebagai lambang warna di Kota Pahlawan. Selebihnya, hijau memiliki artian filosofi terkait dengan perkembangan, kehidupan dan vitalitas serta memiliki efek relijius. Persebaya untuk menampakkan penghormatan terhadap revolusi yang tumbuh dan berkembang di Surabaya sebelum kemerdekaan. Dan sesuai dengan semangat Persebaya Surabaya sendiri yang selalu siap berevolusi, aktif dan berkembang untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik, kuat dan berani namun tetap berserah diri pada Tuhan. Warna hijau tersebut terliputi dengan garis kuning yang juga mempunyai artian tersendiri. Warna kuning ialah warna yang melambangkan semangat kemudaan, pantang menyerah, perjuangan mempertahankan kehormatan dan prestige serta sifat selalu belajar dan penebusan kesalahan. Dalam kaitannya dalam logo Bajol Ijo, kuning adalah warna pamungkas. Warna kedua setelah hijau. Ini dimaksudkan untuk mempertahankan apa yang telah digapai. Tentunya dalam sepak bola hal ini berarti mempertahankan trophi dan gelar. Kuning dalam Persebaya juga menyimbolkan keluwesan kesebelasan ini untuk selalu belajar dan menjadi lebih baik dalam semangat kemudaan yang pantang menyerah, seperti yang telah tergambarkan dalam sejarah Arek-arek Suroboyo. Sebagaimana telah disebutkan di atas, motif Sura, Baya yang juga berwarna kuning dan Tugu Pahlawan tetap dipertahankan dengan tambahan bola dibawah kaki sang Tugu. Tak bisa dielakkan inilah lambang yang paling mewakili kepribadian masyarakat Surabaya keseluruhan. Sura dan Baya bermakna Sura ing Baya (Berani menghadapi Bahaya). Ciri dan sifat yang melekat dalam darah putra-putri Surabaya serta melambangkan kepahlawanan yang tak lekang. Sedang Tugu Pahlawan sendiri menyiratkan makna tentang heroisme masyarakat Surabaya dalam revolusi 1945 yang akan dibawa hingga akhir jaman. Bagi Persebaya sendiri ini menggambarkan kesolidan dan keberanian yang dimilikinya dalam kiprahnya di persepakbolaan Indonesia, seperti Sura in Baya.

Anda mungkin juga menyukai