Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH GERONTIK

TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN LANSIA

DISUSUN OLEH : DESY INDAH RATNAWATI P272200011 169

DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat & karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia . Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Asrining S,SST, SPd, selaku salah satu dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Gerontik. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai tugas perkembangan keluarga terhadap lansia. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan, jadi kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan untuk itu kami mohon saran & kritik guna menyempurnakan makalah ini, karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan & dosa karena kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, kekurangan hanya milik kita (manusia). Terima kasih.

Surakarta,

September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 ). Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969). Keluarga memiliki peran penting dalam perawatan lansia yang ada dalam keluarganya. Saat ini populasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3 kali lipat menjadi 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993). Dengan jumlah populasi tersebut terdapat 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga, 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga dan hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu. Dari survey di atas tampak masih ada lansia yang cukup produktif dan lansia yang bergantung sepenuhnya pada keluarganya. Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran kesehatannya kadangkadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua. Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dimasa-masa tuanya maka sangat diperlukan dukungan dari keluargnya. Dalam hal mempermudah penyembuhan perlu dilibatkan keluarga, karena keluargalah yang banyak menghabiskan waktu dengan pasien. Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia. Dan

diharpkan mampu dijadikan referensi untuk memahami asuha keperawatan keluarga dengan lanjut usia. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan lansia? 1.3 Tujuan Tujuan Umum Menjelaskan proses asuhan keperawatan keluarga dengan lansia Tujuan Khusus 1. Menjelaskan dasar teori asuhan keperawatan keluarga 2. Menjelaskan dasar teori proses menua 3. Menjelaskan proses asuhan keperawatan keluarga dengan lansia 1.4 Manfaat Mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan lansia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Definisi lansia Menurut WHO yaitu lansia (elderly) antara usia 60-74 tahun, usia tua ( old) :7590 tahun, dan usia sangat tua ( very old) adalah usia > 90 tahun. Sedangkan meurut Depkes RI Ada 3 yaitu lansia presenilis : antara usia 45-59 tahun, lansia yaitu usia 60 tahun ke atas, dan lansia beresiko yaitu usia 70 tahun atau usia 60 th dg masalah kesehatan. 2.1.2 Proses Menua Proses menua adalah : Proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan anatomis dan fungsi normal. Tidak ada kemampuan untuk bertahan terhadap jejas, antigenik dan tidak mampu memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994) Terjadi pemendekan telomer Penyebab proses penuaan adalah sebagai berikut : 1. Penuaan Primer Perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi. 1. Penuaan Skunder Proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet: suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.

Faktor-faktor penyebab proses penuaan: Faktor-faktor proses penuaan ; faktor genetik, faktor endogenik dan faktor eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup) yang akan mempengaruhi kesepatan proses penuaan. 1. Faktor genetik ; Penuaan diri Resiko penyakit Intelegensia Pharmakogenetik Warna kulit Tipe atau kepribadian seseorang

2. Faktor endogenik; Perubahan struktural dan penurunan fungsional Kemampuan/skill Daya adaptasi Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D

3. Faktor lingkungan; Diet/asupan zat gizi Merokok Tingkat polusi Pendidikan Obat Penyinaran sinar ultraviolet

Gejala yang timbul pada proses penuaan adalah sebagai berikut: Peningkatan usia > 60 th Hilangnya kemampuan mendengar. Harus dg frekwensi tinggi Penurunan indera rasa Berkurangnya kelenjar thimus 5-10% Hilangnya keseluruhan gigi

Timbul penyakit artritis Gangguan toleransi glukosa Peningkatan body fat Penurunan BB, krn menjadi kurus, hilangnya air dan massa tulang sampai 36% Penurunan kekuatan otot (30-40% from age 30 to age 80). Gangguan tidur Presbyopia (terjadi 42% lansia dengan usia 52-64, 73% dalam usia 65-74 dan 92% dalam usia lebih 75)

2.1.3 Teori Aging Process 1. Biological Theory a. Genetic aging theory Genome maintenance defect theory Perjalanan Cell death theory Mitokondria DNA mutasi dan disfungsi, yg disebabkan oleh gangg konsentrasi Ca++, ROS dan pro-apoptotic protein Genetic clock theory Adanya program waktu (jam) dalam inti sel. Jam ini akan habis putarannya akan terjadi pemberhentian proses mitosis DNA repair DNA sel selalu mengalami kerusakan oleh Oxigen radikal, sinar ultraviolet dan bahan toxic lain, sedangkan kemampuan utk perbaikan menurun. Genome instability theory Perubahan genome dg hilangnya sebagian menimbulkan gangguan pengaturan mitosis. 2.Biochemical aging theory serentetan DNA waktu terjadi mutasi sehingga mengakibatkan

ketidakaktifan kontrol replikasi gene (DNA repair)

Somatic mutation theory Mutasi sel terjadi akibat oleh exposure radiasi dosis rendah sepanjang

hidupnya. Wear and tear theory Manusia ibarat mesin kesalahan bagian organ menimbulkan kerusakan dimana-mana dan mengabaikan kesalahan dpt meningkatkan hasil. (ex. Latihan fisik) Deprivation theories Ketidak adequatan penyaluran bahan nutrien dan Oxigen ke sel akan menimbulkan kerusakan sel (ex. Stroke) Cross linkage theory Hubungan silang molekul DNA inti menimbulkan reaksi kimia dan hasilnya suatu protein jaringan ikat spt kolagen (fibrosis paru) Accumulation theory Lipofusin dan lipids terakumulasi di vaskuler shg timbul sklerosis Oxidative stress theory Oxigen bebas hasil metabolisme merpk kondisi yg tdk stabil dpt merusak protein, membran sel dan asam nukleat Free radical theory Gugus hidroksil, peroksida hidrogen sangat reaktif dan merusak protein, DNA dan asam lemak jenuh. HSPs HSPs dapat membantu kerusakan sel dan memperbaiki rusaknya protein, bila komposisi yg tepat. Hormones Glucose cross linking

2. Physiological aging theory Error catastrophe theory Penuaan terjadi akibat kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Kesalahan metabolisme dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

Adaptation theory Calorie restriction Behavioral factors Replicative senescence theory Waste product theory Collagen theory Disposable soma theory Membrane hypothesis of aging Asam lemak polyunsaturated bagian membran rusak akibat radikal bebas.

3. Sociopsychological Theory Activity theory Penurunan aktivitas, menimbulkan pe blood flow dan atrophy shg penuaan lebih cepat Personal meaning and purpose theory Ketidakbahagiaan, depresi, dan kehilangan menimbulkan respon emosional yg dpt mempercepat penuaan. Social exchange theory Perubahan 4. Enviromental Theory Exposure theory Orang yg terpapar sinar matahari terlalu lama akan cepat terjadi penuaan Radiation theory Radiasi sinar , sinar X dan ultraviolet akan memudahkan mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA 5. Polution theory Udara, Air dan Tanah yg telah kena polusi dan menimpa seseorang maka akan mempengaruhi kondisi epigenetik dan dapat menimbulkan penuaan lebih cepat sosial dpt menimbulkan stress bagi lansia shg

mempercepat proses menjadi tua

Stress theory

2.1.4 Perubahan-Perubahan Pada Lansia Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah: 1. Perubahan Mikro, terjadi dalam sel seperti: a. Berkurangnya cairan dalam sel b. Berkurangnya besarnya sel c. Berkurangnya jumlah sel 2. Perubahan Makro, yang jelas terlihat seperti: a. Mengecilnya mandibula b. Menipisnya discus intervertebralis c. Erosi permukaan sendi-sendi d. Osteoporosis e. Atropi otot f. Emphysema Pulmonum g. Presbyopi h. Arterosklerosis i. Manopause pada wanita j. Demintia senilis k. Kulit tidak elastisl l. Rambut memutih Perubahan per sistem yang dialami oleh lansia: a. Perubahan Sistem Pernapasan Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, shg volume paru berkurang Penurunan aktivitas silia Alveoli melebar dan jumlahnya berkurang Penurunan tekanan parsial oksigen (75 mmHg) Darah yg tereduksi bertambah Kemampuan batuk efektif berkurang Mudah terkena pneumonia b. Perubahan Sistem Persyarafan Lambat dalam merespon

Perubahan pancaindera Penglihatan Pendengaran Pengecapan perabaan Mengecilnya syaraf indera Sering terjadi neuritis dan hilangnya sensasi

c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Katub jantung menebal dan kaku Kemampuan pompa menurun 1% stlh umur 20 th Kehilangan elastisitas pembuluh darah Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer d. Perubahan Sistem Genitourinari Ginjal mengecil dan nefron atrofi Blood flow ke ginjal menurun sampai 50% Vesika urinaria, kapasitasnya menurun sampai 200 ml Frekwensi BAK meningkat Pembesaran prostat + 75% pd usia 65th Atrovi vulva Vagina, selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi menjadi berkurang Keasaman vagina lebih alkalis basa Permukaan menjadi halus

e. Perubahan Sistem endokrin Produksi hampir semua hormon menurun Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah Menurunnya aktivitas tiroid, shg BMR menurun

Defisiensi hormonal sering terjadi pada lansia Pituitary, pertumbuhan hormon ada tetapi rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan produk : ACTH, TSH, FSH dan LH menurun. Menurunnya Produksi aldosteron

f. Perubahan Sistem Pencernaan Kehilangan gigi Indera pengecapan menurun sampai 80% Esofagus melebar Rasa lapar menurun Asam lambung menurun dan sering terjadi korosif Peristaltik melemah, biasanya timbul konstipasi Fungsi absorbsi melemah (terganggu) Liver (hati), makin mengecil & menurunnya kemampuan metabolisme karena blood flow menurun g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan densitas, shg rapuh Resiko terjadi fraktur Kyphosis Persendian besar dan menjadi kaku Lansia wanita > resiko fraktur Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, shg : Gerakan volunter menurun Gerakan reflektonik sbg reaksi thdp rangsangan lobus Gerakan involunter perangsangan terhadap lobus h. Perubahan Integumen Kulit menjadi keriput dan kehilangan jaringan lemak Kulit kering dan elastisitas menurun Kelenjar keringat mulai tidak bekerja

Pigmentasi kulit berkurang, dan sering timbul bercak hitam akibat menurunnya aliran darah Penyembuhan luka berkurang Kuku jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh Pertumbuhan rambut berkurang, rambut mjd kelabu dan menipis Pada wanita >60th rambut wajah kadang meningkat Temperatur tubuh menurun

i. Perubahan Sistem reproduksi Selaput lendir vagina menurun/ kering Ovarium dan uterus menciut Payudara atrofi Testis masih dapat berproduksi walaupun ada penurunan Dorongan sex tetap sampai >70th asal sehat Frekwensi sexual intercouse cenderung menurun, ttp kapasitas utk melakukan dan menikmati berjalan terus. Impotensi tersering kulit hitam > kulit putih > kulit berwarna ( 35% : 30% : 15% ) 2.2 Konsep Keperawatan Keluarga 2.2.1 Definsi Keluarga Duvall (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga. Bailon dan Maglaya (1978) juga menyebutkan keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Sedangkan menurut Johnsons (1992), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam

kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. Spradley dan Allender (1996) menyebutkan satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas. Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: 1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi. 2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. 3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik. 4. mempunyai tujuan; a. menciptakan dan mempertahankan budaya b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota. 2.2.2 Tipe Keluarga Tipe keluarga tradisional : 1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat). 2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. 3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri. 4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan. 5. The Extended family, keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain. 6. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian). 7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau libur saja.

8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. 9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama. 10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya. 11. Single adult living alone yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa. Tipe keluarga non tradisional : 1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri. 3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah. 4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah. 5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri. 6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu. 7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak. 8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak. 9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara. 10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental. 11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

2.2.3 Fungsi Keluarga Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu: 1. Fungsi afektif Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah: a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar keluarga atau masyarakat. b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi. 2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986). Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga. 3. Fungsi reproduks Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. 4. Fungsi ekonomi Funsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya. 5. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998): a. Mengenal masalah b. Membuat keputusan tindakan yang tepat c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat. 2.2.4 Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga (stanhope & lancaster, 2004 Keluarga sebagai kontek (Family as Context): a. Karakteristik pendekatan 1. Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga yang kedua

2. Fokus pelayanan keperawatan: individu 3. Individu/anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi 4. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan Keluarga sebagai klien (Family as Client): b. Karakteristik pendekatan 1. Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua 2. Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota keluarga 3. Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu berdampak pada keluarga secara keseluruhan Keluarga sebagai sistem (Family as System) c. Karakteristik pendekatan 1. Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem yang berinteraksi 2. Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga secara bersamaan 3. Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi keperawatan (seperti: hubungan orang tua dan anak, antara hirarki orang tua) Keluarga sebagai komponen sosial (Family as Component of Society d. Karakteristik pendekatan 1. Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan, spiritual, ekonomi, dan kesehatan. 2. Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk sistem yang lebih besar yaitu masyarakat 3. Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima, bertukar dan saling memberi layanan.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia 2.3.1 Peran Kelurga Dalam Perawatan Lansia Keluarga berperan penting dalam mengendalikan proses penuaan lansia dalam keluarganya. Keluarga dapat menggantikan peran perawat untuk meningkatkan kualitas

hidup lansia dalam keluarganya. Salah satunya dengan mengendalikan penuaan diri, yaitu dengan cara: 1. 2. Meningkatkan kualitas hidup lansia, mencegah apa yang dapat dicegah, mengontrol, menunda dan memperbaiki apa yang tidak dapat dicegah. Memperbaiki gaya hidup dengan mengkombinasikan diet, aktifitas fisik, terapi medis dan farmakologis. Keperawatan lanjut usia berfokus pada : 1. Peningkatan kesehatan (helth promotion) 2. Pencegahan penyakit (preventif) 3. Mengoptimalkan fungsi mental 4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.\ Kegiatan asuhan keperawatan dasar bagi lansia menurut Depkes, dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah / lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti. Asuhan keperawatan bagi lansia penting karena jumlah lansia setiap tahunnya meningkat. Berikut data dari LD-FEUI:

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain: 1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga: kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan : makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani. 2. Untuk lanjut usia yang mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet). 3. Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain: Berkurangnya jaringan lemak subkutan Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas Menurunnya efisiensi kolateral capital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus. 2.3.2 Pendekatan Kelurga Dalam Perawatan Lanjut Usia 1. Pendekatan fisik Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadiankejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias di capai dan dikembangkan, dan penyakit yang yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian yaitu: Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.

Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.

2.Pendekatan psikis Disini keluarga mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, keluarga dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Keluarga hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang dari lingkungan, termasuk anggota keluarga yang memberikan perawatan. Untuk itu keluarga harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Keluarga harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido. 3. Pendekatan sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi keluarga bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain 5.Pendekatan spiritual Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnua dalam kedaan sakit atau mendeteksi kematian.

2.3.3 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lanjut Usia Agar lanjut usia dapat melaukan kegiatan sehari hari secara mandiri dengan: 1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan. 2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support) 3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut. 4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu 5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal). 2.4 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia : a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan b. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun c. Mempertahankan hubungan perkawinan d. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi f. Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut Selain itu, lansia sendiri harus dapat melakukan perawatan dirinya sendiri, keluarga dan orang-orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan perawatan yang tepat bagi lansia tersebut. Oleh karena selama individu tersebut memiliki semangat untuk hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan tetap produktif dan berbahagia meskipun usianya telah lanjut.

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I. Lueckennotte, Annette G, 1996, Gerontologic Nursing, St. Louis : Mosby Year Incorporation. Nugroho, Wahyudi, SKM, 1995, Perawatan Lanjut Usia, Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai