Anda di halaman 1dari 27

PERCOBAAN V PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI I.

Tujuan Dalam percobaan ini akan ditunjukan bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida, CH3COOC2H5 + OHCH3COO- + C2H5OH (1)

Adalah reaksi orde kedua. Disamping itu akan ditentukan dengan cara titrasi atau konduktometri.

II. Dasar Teori A. Cara titrasi Meskipun reaksi (1) bukan reaksi sederhana, namun ternyata bahwa reaksi ini merupakan reaksi orde dua dengan hukum laju reaksinya dapat diberikan sebagai berikut : d [ester ] = k1 [ester] [OH ] .(2) dt

Atau sebagai, dx = k1 [a-x] [b-x] .(3) dt Dengan, a = konsentrasi awal ester (mol/liter) b = konstentrasi awal ion OH- (mol/liter) x = jumlah mol/liter ester atau basa yang telah bereaksi k1= tetapan laju reaksi Bila persamaan (2) maupun persamaan (3) berlaku untuk keadaan reaksi yang tidak terlalu dekat pada keadaan kesetimbangan. Persamaan (3) dapat diintegrasi dengan memperhatikan berbagai keadaan awal :

1) a

Bila persamaan (3) diintergrasi akan memberikan, ln b( a x ) = k1 (a=b) t ..(4) a (b x)

Yang dapat disusun ulang menjadi : k1 1 b( a x ) = ln (4a) t ( a b) a (b x)

Atau, ln b( a x ) a = k1 (a-b) t + ln ..(4b) a (b x) b

Menurut persamaan (4b) apabila (a-b)/(b-x) dialurkan terhadap t akan diperoleh garis lurus yang arah lereng k1(a-b), sehingga penentuan dari arah lereng ini memungkinan perhitungan dari tetapan laju reaksi k1. 2) a = b Bila konsentrasi dari kedua pereaksi sama, maka persamaan (3) dapat ditulis sebagai, dx = k1 (a-x) 2 (5) dt Yang dapat diintegrasikan menjadi, k1 = 1 x .(6) t ( a x)

Atau,

x = k1t (6a) a ( a x) Persamaan terakhir ini mengungkapkan bahwa aluran x/a(a-x) terhadapat t merupakan garis lurus dengan arah lereng sama dengan k1. Pada penentuan ini jalannya reaksi diikuti dengan cara penentuan konsentrsi ion OH- pada waktu tertentu yaitu dengan mengambil sejumlah tertentu larutan, kemudian ke dalam larutan yang mengandung asam berlebih. Penetralan dari basa dalam campuran reaksi pada saat reaksi dihetikan, dapat diketahui dengan menitrasi sisa asam oleh larutan standar basa. B. Cara konduktometri Pada suhu tetap hantaran suatu larutan bergantung pada (a) konsentrasi ion, dan (b) kemobilan ion dalam larutan. Umumnya sifat hantaran listrik suatu elektrolit mengikuti hukum Ohm, V = IR, dengan tegangan V, arus I dan tahanan R. Hantaran (=L) suatu larutan didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan, L = I/R ..(7) Hantaran jenis (= k), suatu larutan ialah hantaran sebatang larutan tersebut itu yang panjang 1 meter dan luas penampang lintangnya 1 m 2, maka untuk dua permukaan yang sejajar seluas A m2 dan berjarak 1 m yang lain, berlaku hubugan seperti pada persamaan berikut : L = k A/l (8) Dalam pengukuran-pengukuran hantaran diperlukan pula suatu tetapan sel (=k) yang merupakan suatu bilangan, bila dikalikan dengan hantaran suatu larutan dalam sel bersangkutan akan memberikan hantaran jenis dari larutan tersebut, jadi : k = kL = k/R ..(9) Dari persamaan (8) dan (9) jelaskan bahwa k = l/A yang merupakan tetapan bagi suatu sel. Hantaran molar (= ) suatu elektrolit yang terlarut

didefinisikan sebagai hantaran yang diperoleh, kalau antara dua buah elektroda yang mengandung 1 mol elektrolit itu. Dari definisi hantaran molar ini dan persamaan (8) dapat diturunan persamaan berikut : = k ..(10)

Dengan adalah konsentari larutan dalam mol/m3, atau k = . ..(10a) Persamaan (10a) berlaku untuk kehadiran sebuah elektrolit dalam larutan. Jika lebih dari sebuah elektrolit yang terlarut, maka sesuai dengan hukum keaditifan hantaran Kohirausch untuk larutan yang encer haruslah berlaku :

k=

kl = i

i i =

i (

ki

ki + I ai ai ) (10b)

Dengan, ki = hantaran jenis karena kehadiran elektrolit i = konsentrasi elektrolit dalam i (mol/dm3) ki = konsetrasi kation elektrolit i (mol/dm3) ai = konsentrasi anion elektrolit i (mol/dm3)

ki = hantaran ion kation elektrolit ai = hantaran ion anion elektrolit

Dengan menggunakan persamaan (8) dan (10b) dapat diturunkan, Lt = 1 k

i (I

ki

ki + I ai ai ) (11)

Dengan konduktometri dapat ditentukan pula orde reaksi serta tetapan laju reaksinya. Berlainan dengan cara titrasi maka pada cara konduktomeri tidak

dilakukan pengentian reaksi, selama reaksi berlangsung hantaran campuran makin berkurang karena terjadi penggantian ion OH- dari larutan dengan ion CH3COO-. Dengan pengandaian bahwa etil asetat, alkohol dan air tidak menghantar listrik sedangkan NaOH dan CH3COONa terionisasi sempurna, maka hnataran larutan pada waktu t yaitu Lt mengikuti persamaan, Lt = 1 k

i [(b-x)

OH

+ xCH3COO + bNa+ )] .(11a)

Hantaran pada waktu t = 0 dinyatakan dengan, Lt = 1 (bOH bNa+ ) (12) k

Harga x mulai dari x = 0, hingga x = dengan adalah konsentrasi awal pereaksi yang paling kecil sedangkan bila a = b, maka = a = b. untuk semua keadaan persamaan (11a) dapat dinyatakan, Lo Lt = 1 [x(OH CH COO )] ..(13) 3 k 1 [ (OH CH COO )] (14) 3 k

Lo L =

Dari persamaan (13) dan (14) dapat dinyatakan, 1 1 )( ) Lo Lt Rc Rt = (15) 1 1 Lo Lc ( )( ) Ro Rc ( Hubungan hantaran atau tahanan larutan dengan waktu bergantung pada berbagai keadaan awal. 1. a b dengan mensubtitusikan persamaan (15) kedalam persamaan (4b) akan diperoleh,

ln

A Rt + 1 = k i (a b)t + ln .(16) B Rt + 1

Dimana, A= R 1 a [ (1 o ) 1] ..(16a) Ro b Rc R 1 a [ (1 o ) 1] .(16b) Ro b Rc

A=

Menurut persamaan (12) apabila ln (A Rt + 1)/(B Rt + 1) dialurkan terhadap t akan diperoleh garis lurus dengan arah lereng k1 (a-b), sehingga tetapan laju reaksi k1 dapat dihitung. 2. a = b Dengan mensubtitusi persamaan (15) kedalam persamaan (6a) akan diperoleh, Lo Lc = k i at (17) Lo Lc Yang dapat disusun menjadi, Lt = 1 ( Lo Lt ) + L c .(17a) ki at

Pada persamaan (17a) mengungkapkan bahwa larutan Lt terdapat (Lo-Lt)/t Merupakan garis lurus dengan arah lereng 1/kia, sehingga penentuan dari arah lereng ini memungkinkan perhitungan laju reaksi ki.

Persamaan Laju Mengukur laju reaksi Ada beberapa cara untuk mengukur laju dari suatu reaksi. Sebagai contoh, jika gas dilepaskan dalam suatu reaksi, kita dapat mengukurnya dengan

menghitung volume gas yang dilepaskan per menit pada waktu tertentu selama reaksi berlangsung. Definisi Laju ini dapat diukur dengan satuan cm3s-1 Bagaimanapun, untuk lebih formal dan matematis dalam menentukan laju suatu reaksi, laju biasanya diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi suatu reaktan berkurang pada waktu tertentu. Sebagai contoh, andaikan kita memiliki suatu reaksi antara dua senyawa A dan B. Misalkan setidaknya salah satu mereka merupakan zat yang bisa diukur konsentrasinya-misalnya, larutan atau dalam bentuk gas.

Untuk reaksi ini kita dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat konsentrasi, katakan A, berkurang per detik. Kita mendapatkan, sebagai contoh, pada awal reaksi, konsentrasi berkurang dengan laju 0.0040 mol dm-3 s-1. Hal ini berarti tiap detik konsentrasi A berkurang 0.0040 mol per desimeter kubik. Laju ini akan meningkat seiring reaksi dari A berlangsung. Kesimpulan Untuk persamaan laju dan order reaksi, laju reaksi diukur dengan cara berapa cepat konsentrasi dari suatu reaktan berkurang. Satuannya adalah mol dm-3 s-1 Order reaksi Halaman ini tidak akan mendefinisikan apa arti order reaksi secara langsung, tetapi mengajak kita untuk mengerti apa itu order reaksi. Order reaksi selalu ditemukan melalui percobaan. Kita tidak dapat menentukan apapun tentang order reaksi dengan hanya mengamati persamaan dari suatu reaksi.

Jadi andaikan kita telah melakukan beberapa percobaan untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan laju reaksi dimana konsentrasi dari satu reaktan, A, berubah, Beberapa hal-hal sederhana yang akan kita temui adalah ; Kemungkinan pertama : laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi A Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan berlipat ganda pula. JIka kita meningkatkan konsentrasi A dengan faktor 4, laju reaksi pun akan menjadi 4 kali lipat. Kita dapat mengekspresikan persamaan ini dengan simbol :

Adalah cara yang umum menulis rumus dengan tanda kurung persegi untuk menunjukkan konsentrasi yang diukur dalam mol per desimeter kubik (liter). Kita juga dapat menulis tanda berbanding lurus dengan menuliskan konstanta (tetapan), k.

Kemungkinan lainnya : Laju reaksi berbanding terbalik dengan kuadrat konsentrasi A Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi dari A, laju reaksi akan bertambah 4 kali lipat (22). Jika konsentras dari Ai ditingkatkan tiga kali lipat, laju reaksi akan bertambah menjadi 9 kali lipat (32). Dengan simbol dapat dilambangkan dengan:

Secara umum, Dengan melakukan percobaan yang melibatkan reaksi antara A dan B, kita akan mendapatkan bahwa laju reaksi berhubugngan dengan konsentrasi A dan B dengan cara :

Hubungan ini disebut dengan persamaan laju reaksi : Kita dapat melihat dari persamaan laju reaksi bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh pangkat dari konsentrasi dari A dan B. Pangkat-pangkat ini disebut dengan order reaksi terhadap A dan B Jika order reaksi terhadap A adalah 0 (no), berarti konsentrasi dari A tidak mempengaruhi laju reaksi. Order reaksi total (keseluruhan), didapat dengan menjumlahkan tiap-tiap order. Sebagai contoh, di dalam reaksi order satu terhadap kedua A dan B (a = 1 dan b = 1), order reaksi total adalah 2. Kita menyebutkan order reaksi total dua. Beberapa contoh Tiap contoh yang melibatkan reaksi antara A dan B, dan tiap persamaan laju didapat dari ekperimen untuk menentukan bagaimana konsentrasi dari A dan B mempengaruhi laju reaksi.

Contoh 1:

Dalam kasus ini, order reaksi terhadap A dan B adalah 1. Order reaksi total adalah 2, didapat dengan menjumlahkan tiap-tiap order. Contoh 2:

Pada reaksi ini, A berorder nol karena konsentrasi A tidak mempengaruhi laju dari reaksi. B berorder 2 , sehingga order reaksi total adalah dua. Contoh 3:

Pada reaksi ini, A berorder satu dan B beroder nol, karena konsentrasi B tidak mempengaruhi laju reaksi. Order reaksi total adalah satu. Bagaimana bila kita memiliki reaktan-reaktan lebih dari dua lainnya? Tidak menjadi masalah berapa banyak reaktan yang ada. Konsentasi dari tiap reaktan akan berlangsung pada laju reaksi dengan kenaikan beberapa pangkat. Pangkat-pangkat ini merupakan order tersendiri dari setiap reaksi. Order total (keseluruhan) dari reaksi didapat dengan menjumlahkan tiaptiap order tersebut. Ketetapan laju Hal yang cukup mengejutkan, Ketetapan laju sebenarnya tidak benar-benar konstan. Konstanta ini berubah, sebagai contoh, jika kita mengubah temperatur dari reaksi, menambahkan katalis atau merubah katalis. Tetapan laju akan konstan untuk reaksi yang diberikan hanya apabila kita mengganti konsentrasi dari reaksi tersebut. Anda akan mendapatkan efek dari perubahaan suhu dan katalis pada laju konstanta.

III. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut : a. Alat Erlenmeyer 250 mL Labu ukur 250 mL dan 500 mL Gelas kimia 100 mL dan 1000 mL Termometer Gelas ukur 25 mL, 50 mL dan 100 mL Botol semprot Statif dan klem Buret 50 mL Penangas listrik Stopwatch Pipet tetes b. Bahan Larutan indikator PP Larutan etil asetat 0,02 N Larutan NaOH 0,02 N Laruan HCl 0,02 N

Aluminium foil Aquades

IV. Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengencerkan larutan HCl 0,02M sebanyak 10 ml dengan larutan NaOH 0,02M 2. Mengencerkan larutan NaOH 0,02M sebanyak 10 ml dengan larutan H2C2O4 3. Mengukur larutan etil asetat 0,02M sebanyak 30 ml dan larutan NaOH 0,02M sebanyak 60 ml. Memasukan kedua larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 100 ml yang berbeda. Mengukur dengan termometer sampai suhu mencapai 43oC. Setelah itu mendiamkan selama 3 menit pertama, setelah larutan dicampurkan. 4. Mencampurkan kedua larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu melakukan pengocokan. Kemudian menutup bagian atas erlenmeyer tersebut dengan aluminium foil dan memberikan lubang sebagai jalan masuknya thermometer.

5. Memanaskan campuran dalam erlenmeyer sampai mencapai suhu 43oC, kermudian memasukan thermometer ke dalam erlenmeyer tersebut, dan mengamati perubahan suhunya. 6. Setelah suhu mencapai 43oC, mendiamkan campuran tersebut selama 3 menit. Kemudian mengambil sebanyak 10 ml campuran tersebut dan mencampurkannya dengan 20 ml larutan HCl 0,02M dan memasukannya ke dalam gelas kimia kemudian menambahkannya dengan indikator PP sebanyak 5 tetes. 7. Melakukan titrasi terhadap campuran tersebut dengan lartutan NaOH 0,02M. Mencatat volume yang diperlukan hingga mencapai titik ekivalen. 8. Mengulang perlakuan 1-5 untuk waktu penyimpanan larutan selama 8 menit, 15 menit, 25 menit, 40 menit, dan 65 menit.

V. Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut : Waktu (Menit) 3 8 15 25 Volume HCl (mL) 10 10 10 10 Volume Campuran (mL) 20 20 20 20 Volume Titran (mL) 12,5 12,8 13,0 13,6

40 60

10 10

20 20

16,0 16,8

Perhitungan Dik : [etil asetat] = 0,02 N a = etil asetat b = NaOH Va = 30 mL Vb = 60 mL [NaOH] = 0,02 N

Penyelesaian : 1. Penentuan a dan b a= [etil asetat ].Va Vtotal 0, 02 N. 30 mL 90 mL

= 0,006 N b= [ NaOH ].Vb Vtotal

0, 02 N. 60 mL 90 mL = 0,01 N = 2. Perhitungan volume (Vx) Untuk 3 menit Vx = Vo [10. V [H + ] Vtitran ]. campuran [OH ] 10 0, 02 N 20 mL 12,5 mL] . 0, 02 N 10 mL

= 60 mL [10 mL

= 65 mL Untuk 8 menit Vx = Vo [10. V [H + ] Vtitran ]. campuran [OH ] 10 0, 02 N 20 mL 12,8 mL] . 0, 02 N 10 mL

= 60 mL [10 mL = 65,5 mL Untuk 15 menit

Vcampuran [H + ] Vx = Vo [10. V ]. titran [OH ] 10 = 60 mL [10 mL


= 66 mL

0, 02 N 20 mL 13, 0 mL] . 0, 02 N 10 mL

Untuk 25 menit Vx = Vo [10. V [H + ] Vtitran ]. campuran [OH ] 10 0, 02 N 20 mL 13, 6 mL] . 0, 02 N 10 mL

= 60 mL [10 mL = 67,2 mL Untuk 40 menit Vx = Vo [10.

Vcampuran [H + ] V ]. titran [OH ] 10 0, 02 N 20 mL 16, 0 mL] . 0, 02 N 10 mL

= 60 mL [10 mL = 72 mL Untuk 60 menit

Vx = Vo [10.

V [H + ] Vtitran ]. campuran [OH ] 10 0, 02 N 20 mL 16,8 mL] . 0, 02 N 10 mL

= 60 mL [10 mL = 73,6 mL 3. Penentuan nilai X Untuk 3 menit X=

[ NaOH ].Vx Vtotal 0, 02 N. 65 mL = 0, 0144 N 90 mL

Untuk 8 menit X= [ NaOH ].Vx Vtotal 0, 02 N. 65,6 mL = 0, 0146 N 90 mL

Untuk 15 menit X= [ NaOH ].Vx Vtotal 0, 02 N. 66 mL = 0, 0147 mL 90 mL

Untuk 25 menit X= [ NaOH ].Vx Vtotal 0, 02 N. 67,2 mL = 0, 0149 mL 90 mL

Untuk 40 menit

X=

[ NaOH ].Vx Vtotal 0, 02 N. 72 mL = 0, 0160 mL 90 mL

Untuk 65 menit X= [ NaOH ].Vx Vtotal 0, 02 N. 73,6 mL = 0, 0163 mL 90 mL

4. Menentukan nilai Y Untuk 3 menit Y= 1 b( a x ) x ln ( a b) a (b x ) 1 0, 01 M x (6, 66.10 3 0, 0144)M x ln (6, 66.103 M 0, 01 M) 6, 66.103 M x (0,01 0, 0144)M

= 290, 79 Untuk 8 menit Y= 1 b( a x ) x ln ( a b) a (b x )

1 0, 01 M x (6, 66.10 3 0, 0146)M = x ln (6, 66.103 M 0, 01 M) 6, 66.103 M x (0,01 0, 0146)M = 285,12 Untuk 15 menit Y= 1 b( a x ) x ln ( a b) a (b x ) 1 0, 01 M x (6, 66.10 3 0, 0147)M x ln (6, 66.103 M 0, 01 M) 6, 66.103 M x (0,01 0, 0147)M

= 282, 43 Untuk 25 menit Y= 1 b( a x ) x ln ( a b) a (b x) 1 0, 01 M x (6, 66.10 3 0, 0149)M x ln (6, 66.103 M 0, 01 M) 6, 66.103 M x (0,01 0, 0149)M

= 277,30

Untuk 40 menit Y= 1 b( a x ) x ln ( a b) a (b x) 1 0, 01 M x (6, 66.10 3 0, 0160)M x ln (6, 66.103 M 0, 01 M) 6, 66.103 M x (0,01 0, 0160)M

= 254,19 Untuk 65 menit Y= 1 b( a x ) x ln ( a b) a (b x) 1 0, 01 M x (6, 66.10 3 0, 0163)M x ln (6, 66.103 M 0, 01 M) 6, 66.103 M x (0,01 0, 0163)M

= 249, 05

TABEL HUBUNGAN X DAN Y Waktu (menit) 5 8 15 25 40 60 X 0,0144 0,0146 0,0147 0,0149 0,0160 0,0163 Y -290,79 -285,12 -282,43 -277,3 -254,19 -249,05

VI. Pembahasan Orde reaksi merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu dalam hukum laju. Reaksi penyabunan etil asetat dengan ion hidroksida bukan merupakan reaksi sederhana, namun ternyata bahwa reaksi ini merupakan reaksi orde dua. Pada percobaan ini (penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi) digunakan larutan standar NaOH. Tetapan laju akan konstan untuk reaksi yang diberikan hanya apabila kita mengganti konsentrasi dari reaksi tersebut. Anda akan mendapatkan efek dari perubahaan suhu dan katalis pada laju konstanta.Adapun tujuan dari percobaan ini ialah untuk menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida merupakan reaksi orde dua. Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan dayahantar listrik suatu

larutan. Pada percobaan ini dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara titrasi dan cara konduktometri. Pada percobaan ini dilakukan beberapa perlakuan.pertama

mengencerkan larutan NaOH 0,2 N menjadi 0,02 N sebanyak 500 mL dengan menggunakan aquades dalam labu ukur. Kemudian dengan cara yang sama mengencerkan larutan HCl dan etil asetat 0,2 N menjadi 0,02 N sebanyak 250 mL dengan menggunakan aquades dalam labu ukur. Pengenceran ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil konsentrasi larutan sehingga larutan yang digunakan tidak pekat. Perlakuan selanjutnya melakukan standarisasi larutan NaOH. Larutan NaOH harus di standarisasi terlebih dahulu karena larutan tersebut merupakan larutan standar sekunder yang tidak stabil dalam penyimpanannya. Dalam melakukan titrasi, digunakan larutan H2C2O4 yang merupakan larutan standar primer. Dari hasil percobaan diketahui bahwa konsentrasi larutan NaOH berubah-ubah. Konsentrasi awal NaOH yang digunakan adalah 0,2 M sedangkan setelah melakukan standarisasi, konsentrasinya berubah menjadi 0,02 M. Selanjutnya, larutan etilasetat dan natrium hidroksida ditempatkan pada erlenmeyer bertutup agar kedua larutan tersebut tidak terkontaminasi dengan zat lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi kedua larutan. Selain itu juga untuk mencegah menguapnya larutan etil asetat yang sifatnya mudah menguap. Pada titrasi ini juga dikenal larutan baku, yaitu suatu larutan yang konsentrsinya diketahui secara akurat, dapat digunakn untuk menetapkan kadar suatu larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya. Standarisasi ini bertujuan untuk memperoleh keakuratan nilai konsentrasi dan volume larutan dari hasil pengenceran. perlakuan selanjutnya adalah memasukkan 10 mL etil asetat 0,02 M ke dalam erlenmeyer dan memasukkan 10 mL larutan NaOH ke dalam erlenmeyer yang lain. Lalu menutupnya dengan aluminium foil dan

mengukur suhu kedua larutan tersebut hingga mencapai suhu yang sama, yaitu 43C.disamakan suhunya karena suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi semakin besar karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi, akibatnya jumlah dari energi tumbukan bertambah besar, begitu pun sebaliknya. Larutan yang telah sama suhunya kemudian dicampurkan. Pencampuran pada suhu yang sama agar laju reaksi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan besar. Kemudian dilakukan pengocokan agar campuran homogen dan mendiamkannya selama 3 menit. Larutan ditutup dengan aluminium foil karena aluminium foil bersifat inert, sehingga tidak mudah bereaksi dengan larutan dalam erlenmeyer dan larutan bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara dan juga agar kedua larutan tersebut tidak terkontaminasi dengan zat lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi kedua larutan. Selain itu juga untuk mencegah menguapnya larutan etil asetat yang sifatnya mudah menguap. Kemudian setelah mencapai waktu 3 menit, mengambil 10 mL dari campuran tersebut dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan HCl. Mengocoknya, lalu menambahkan indikator PP sebanyak 5 tetes dan segera menitrasinya dengan larutan standar NaOH 0,02 N. penambahan HCl berfungsi untuk menetralkan campuran karena campuran bersifat basa akibat kelebihan NaOH (ion OH-). Penetralan dapat mencegah terjadinya reaksi lebih lanjut. indikator PP berfungsi untuk mengatahui titik akhir titrasi yaitu titik dimana mol NaOH sama dengan mol HCl yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda. Kemudian mencatat volume NaOH yang digunakan untuk bereaksi dengan larutan hingga mencapai titik akhir titrasi atau hingga warna merah muda yang timbul tidak hilang lagi meskipun larutan dalam erlenmeyer diguncang. Mengulangi langkah 7-9 pada menit ke 8, 15, 25, 40, dan 65 setelah reaksi

dimulai.Setelah itu menhitung penentuan x dan y untuk dimasukkan ke dalam grafik. Pada percobaan ini orde yang didapat adalah orde 2.

Orde 2: Grafik t vs 1/(a-x) Menurut teori, fungsi garis lurus adalah y = ax + b. Jika diperolehgaris lurus maka akan diketahui orde reaksi. Dari grafik yang diperoleh

X 0,0057 0,0058 0,0059 0,0062 0,0063

Y 700 813,3 915,3 1420,6 1719,3

VII.

KESIMPULAN Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dari percobaan ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. reaksi penyabunan etil asetat oleh ion OH- adalah reaksi orde dua. Hal ini dapat ditunjukan dengan cara titrasi dan cara konduktometri.

2. Pencampuran etil asetat dan NaOH dengan HCl dalam berbagai waktu bertujuan untuk mengetahui laju reaksi yaitu dengan menentukan volume NaOH untuk titrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012: http://www.fuadshifu.info/penentuan-tetapan-laju-pada- reaksisaponifikasi-etil-asetat/#ixzz1sxs3YxLT. Diakses 24 april 2012. Hiskia, Achmad. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia: PT Citra Aditya Sakti.Bandung Partana, Crys Fajar, dll. 2003. Common Textbook : Kimia Dasar 2.:UNY Yogyakarta. Staf pengajar. 2012. Penuntun praktikum Kimia Fisika 2. Untad press. Palu Press.

Anda mungkin juga menyukai