Anda di halaman 1dari 11

Pembahasan

Menurut sumber yang telah saya baca yaitu ppt mengenai teori belajar yang diberikan oleh bapak Bambang Padhi dituliskan tentang Teori belajar Humanistik. Fokus Utama Teori Humanistik Asumsi Belajar adalah hasil dari sikap/afeksi/emosi dan orientasi tujuan Sikap Konsep diri/ Kepercayaan Diri Kebutuhan

Tokoh Utama Rogers Maslow N. V. Peale

Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Menurutnya ada 3 tipe belajar : Belajar Teknis (technical learning) bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan sekitarnya dengan baik. Belajar Praktis (practical learning) bagaimana seseorang dapat berinterkasi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antara
5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN Page 1

sesama manusia. Pemahaman dan keterampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia. Belajar Emansipatoris (emancipatory learning) menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut. Pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi. Menurut Abraham Maslow, Belajar adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang anda miliki, apa langkah-langkah yang anda ambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang kita miliki dan yakini, kearah mana perkembangan kita akan menuju. Belajar di satu sisi adalah memahami bagaimana anda berbeda dengan yang lain (individual differences), dan di sisi lain adalah memahami bagaimana anda menjadi manusia sama seperti manusia yang lain (persamaan dalam specieshood or humanness

5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN

Page 2

Dari penjelasan di atas dapat saya temukan salah satu masalah yang memiliki kaitan erat dengan teori Humanistik yaitu peran guru sebagai fasilitator dalam kegaiatan belajar dan mengajar. Alasan mengapa saya mengambil masalah ini adalah karena pada dasarnya teori humanistik sendiri telah memiliki aplikasi, aplikasi teori ini lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Dikuatkan lagi karena peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah

menjadi fasilitator bagi para siswa , memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran . Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Di era yang modern ini, tidak dapat dipungkiri bahwa peran guru sangat dibutuhkan di masyarakat seiring dengan semakin berkembangnya teknologi yang berasal dari negaranegara maju. Kehidupan masyarakat sekarang sangat bergantung pada teknologi tersebut, mungkin sudah membudaya, sedangkan budaya negara-negara maju tersebut sangat berbeda dengan budaya masyarakat indonesia. Saat ini, kita sangat mengkhawatirkan masa depan anak-anak indonesia yang mulai terbawa arus dan budaya barat, yang mana budaya tersebut sangat jauh dari norma-norma dan budaya indonesia. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa pendidikan di indonesia sangat jauh tertinggal dari negara lain. Di sinilah peran guru bagaimana cara untuk mendidik, memotivasi, dan memberikan pemahaman kepada siswa supaya dapat menyaring budaya-budaya barat yang telah masuk ke indonesia. Dalam dunia pendidikan, peran guru sebagai fasilitator harus bisa dilaksanakan oleh para tenaga pendidik bagaimana memberikan pelayanan kepada para siswa untuk memudahkan proses kegiatan pembelajaran. Setiap guru pasti mempunyai metode dan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan utama mencerdaskan masyarakat indonesia. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu perangkat terpenting dalam proses kemajuan bangsa indonesia. Oleh karena itu disini saya mengangkat rumusan masalah : 1. fungsi peran guru sebagai fasilitator & prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan,
5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN Page 3

2. menjadi fasilitator yang baik

1.

Fungsi peran guru sebagai fasilitator Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk

kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar. Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat top-down ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat top-down, guru seringkali diposisikan sebagai atasan yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B. Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih diposisikan sebagai bawahan yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru. Berbeda dengan pola hubungan top-down, hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator seyogyanya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila: 1. Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran 2. Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable). 3. Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup. 4. Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalamanpengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.

5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN

Page 4

5. Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa

Di samping itu, guru seyogyanya dapat memperhatikan karakteristik-karakteristik siswa yang akan menentukan keberhasilan belajar siswa, diantaranya: 1. Setiap siswa memiliki pengalaman dan potensi belajar yang berbeda-beda. 2. Setiap siswa memiliki tendensi untuk menentukan kehidupannnya sendiri. 3. Siswa lebih memberikan perhatian pada hal-hal menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannnya. 4. Apabila diminta menilai kemampuan diri sendiri, biasanya cenderung akan menilai lebih rendah dari kemampuan sebenarnya. 5. Siswa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat kongkrit dan praktis. 6. Siswa lebih suka menerima saran-saran daripada diceramahi. 7. Siswa lebih menyukai pemberian penghargaan (reward) dari pada hukuman (punishment).

Selain dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar dan memperhatikan karakteristik individual, juga guru dapat memperhatikan asas-asas pembelajaran sebagai berikut: 1. Kemitraan, siswa tidak dianggap sebagai bawahan melainkan diperlakukan sebagai mitra kerjanya 2. Pengalaman nyata, materi pembelajaran disesuaikan dengan pengalaman dan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa. 3. Kebersamaan, pembelajaran dilaksanakan melalui kelompok dan kolaboratif. 4. Partisipasi, setiap siswa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sehingga mereka merasa bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan tersebut, sekaligus juga bertanggung atas setiap kegiatan belajar yang dilaksanakannya. 5. Keswadayaan, mendorong tumbuhnya swadaya (self supporting) secara optimal atas setiap aktivitas belajar yang dilaksanakannya. 6. Manfaat, materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat memberikan manfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa pada masa sekarang mau pun yang akan datang.

5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN

Page 5

7. Lokalitas, materi pembelajaran dikemas dalam bentuk yang paling sesuai dengan potensi dan permasalahan di wilayah (lingkungan) tertentu (locally specific), yang mungkin akan berbeda satu tempat dengan tempat lainnya.

Pada bagian lain, Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. Dari ungkapan ini, jelas bahwa untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi para siswanya.

2.

Menjadi Fasilitator yang baik Terkait dengan sikap dan perilaku guru sebagai fasilitator, di bawah ini dikemukakan

beberapa hal yang perlu diperhatikan guru untuk dapat menjadi seorang fasilitator yang baik : 1. Mendengarkan dan tidak mendominasi. Karena siswa merupakan pelaku utama dalam pembelajaran, maka sebagai fasilitator guru harus memberi kesempatan agar siswa dapat aktif. Upaya pengalihan peran dari fasilitator kepada siswa bisa dilakukan sedikit demi sedikit. 2. Bersikap sabar. Aspek utama pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Jika guru kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil alih proses itu, maka hal ini sama dengan guru telah merampas kesempatan belajar siswa. 3. Menghargai dan rendah hati. Guru berupaya menghargai siswa dengan menunjukan minat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka 4. Mau belajar. Seorang guru tidak akan dapat bekerja sama dengan siswa apabila dia tidak ingin memahami atau belajar tentang mereka. 5. Bersikap sederajat. Guru perlu mengembangkan sikap kesederajatan agar bisa diterima sebagai teman atau mitra kerja oleh siswanya

5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN

Page 6

6. Bersikap akrab dan melebur. Hubungan dengan siswa sebaiknya dilakukan dalam suasana akrab, santai, bersifat dari hati ke hati (interpersonal relationship), sehingga siswa tidak merasa kaku dan sungkan dalam berhubungan dengan guru. 7. Tidak berusaha menceramahi. Siswa memiliki pengalaman, pendirian, dan keyakinan tersendiri. Oleh karena itu, guru tidak perlu menunjukkan diri sebagai orang yang serba tahu, tetapi berusaha untuk saling berbagai pengalaman dengan siswanya, sehingga diperoleh pemahaman yang kaya diantara keduanya. 8. Berwibawa. Meskipun pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya tetap dapat menunjukan kesungguhan di dalam bekerja dengan siswanya, sehingga siswa akan tetap menghargainya. 9. Tidak memihak dan mengkritik. Di tengah kelompok siswa seringkali terjadi pertentangan pendapat. Dalam hal ini, diupayakan guru bersikap netral dan berusaha memfasilitasi komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda pendapat, untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya. 10. Bersikap terbuka. Biasanya siswa akan lebih terbuka apabila telah tumbuh kepercayaan kepada guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, guru juga jangan segan untuk berterus terang bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar siswa memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar 11. Bersikap positif. Guru mengajak siswa untuk mamahami keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-potensi yang ada, bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap siswa adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk merubah keadaan

5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN

Page 7

Setelah membaca beberapa blog di internet saya menemukan bahwa dalam teori belajar humanistme proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teri ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bias kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia pun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensipotensi yang dad dalam diri mereka.Tokoh penting dalam teori belajar humanitik secara teoritik antara lain adalah : Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers.. 1. Arthur Combs Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut. 2. Abraham Maslow Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasrkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan.
5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN Page 8

Maslow, berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu: a. Kebutuhan jasmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum, tidur, dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan, keamanan lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan terhindar dari bencana. c. Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees needs), butuh cinta, persahabatan, dan keluarga,kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. d. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri, harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain. e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas, kreativitas, dan ekspresi diri. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar

dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajarmengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bias menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain. 3. Carl R. Rogers Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non directive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioneer dalam
5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN Page 9

risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpuast pada klien dari Rogers sebagi metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat menjadi dirinya sendiri.

5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN

Page 10

Daftar Pustaka

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/19/toeri-belajar-humanistik-pengertianteori-belajar-humanistik-tokoh-teori-belajar-humanistik-prinsip-dalam-teori-belajarhumanistik-aplikasi-teori-belajar-humanistik-implikasi-teori-belajar-humani/

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/18/peran-guru-sebagai-fasilitator/

http://ofenx.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

http://isqalkurniawan.blogspot.com/2013/03/makalah-teori-belajar-humanisme.html

5235111811 REGINA ARZICA PRANATA | TUGAS 3 | METODOLOGI PENELITIAN

Page 11

Anda mungkin juga menyukai