Anda di halaman 1dari 9

MENGHIDUPKAN SUNNAH

TUJUAN UMUM Melakukun proses pensucian jiwa, peningkatan akhlak dan prilaku, dan memiliki kebiasaan yang islami pada individu dan masyarakaatnya. TUJUAN TEORI (COGNITIVE) Memahami perintah dan keutamaan melaksanakan amalan sunnah Mengetahui beberapa macam amalan sunnah yang utama untuk dilakukan

TUJUAN AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK (PRAKTIK) Bersungguh-sungguh dalam beramal baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain

PILIHAN KEGIATAN Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah : Kegiatan Pembuka Mengkomunikasikan tujuan kajian tazkiyah Kegiatan Inti: Kajian tentang amalan sunnah, Berdikusi dan tanya jawab seputar tema kajian (lihat tujuan Kognitif, afektif dan psikomotor), Penekanan dari asisten tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam kajian tersebut. Kegiatan Penutup: Tugas mandiri (kegiatan pendukung), Evaluasi.

KEGIATAN-KEGIATAN PENDUKUNG (PILIHAN) Membaca wirid dari ayat-ayat al-Qur'an berkenaan tema Mengumpulkan teman-teman untuk saling mengingatkan tentang pentingnya amalan sunnah Meluangkan waktu mengajak peserta melaksanakan amalan sunnah Memperbanyak ibadah sunnah, terutama puasa dan qiamullail Berdoa kepada Allah agar diberikan kecintaan dan keistiqomahan dalam melaksanakan amalan sunnah

SARANA-SARANA EVALUASI DAN MUTABAAH

Mempersiapkan soal-soal untuk didiskusikan sebegai penegasan batas pemahamannya dan komitmennya Mengumpulkan informasi tentang komitmen peserta AAI untuk melaksanakan amalan sunnah Mengilaj (memperbaiki ) kemalasan pada peserta AAI dalam melaksanakan amalan sunnah

= Ringkasan Materi = Keutamaan Melaksanakan Amalan Sunnah

Meraih Cinta Alloh dengan Amalan Sunnah

Sesungguhnya Allah taala telah berfirman: Barang siapa memusuhi wali -Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya." (HR. Bukhari).
Kalimat Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu

(perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya menyatakan bahwa yang sunnah tidak boleh didahulukan dari yang wajib. Suatu
perbuatan sunnah mestinya dilakukan apabila yang wajib sudah dilakukan, dan tidak disebut menjalankan yang sunnah sebelum yang wajib dilakukan. Hal ini ditunjukkan oleh kalimat,

Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya yaitu karena ia bertaqorrub dengan amalan yang sunnah yang
mengiringi amalan yang wajib. Bila seorang hamba selalu mendekatkan diri dengan amalan yang sunnah, maka hal itu akan menjadikannya orang yang dicintai Alloh. Kemudian kalimat

Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai

pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan, hal ini merupakan tanda kecintaan Alloh terhadap orang yang
dicintai-Nya, maksudnya orang itu dikaruniai untuk tidak mau mendengar hal-hal yang dilarang oleh syariat, tidak mau melihat hal-hal yang tidak dibenarkan oleh syariat, tidak mau mengulurkan tangannya memegang sesuatu yang tidak dibenarkan oleh syariat dan tidak mau melangkahkan kakinya kecuali hanya kepada hal-hal yang dibenarkan oleh syariat. Kalimat, Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia

memohon perlindungan, pasti akan Aku berikan kepadanya menunjukkan bahwa seseorang
yang telah menjadi golongan yang dicintai Alloh, maka permohonan kepada Alloh tidak akan terintangi dan Alloh akan memberikan perlindungan kepadanya dari siapa saja yang menakutinya. Alloh Maha Kuasa untuk memberikan sesuatu kepadanya sebelum ia memintanya dan memberi perlindungan sebelum ia memohon. Alloh senantiasa mendekat

kepada hamba-Nya dengan memberi sesuatu kepada orang-orang yang meminta dan melindungi orang-orang yang meminta perlindungan. Rasulullah SAW pernah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang

hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia! Maka Jibril pun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai dia. Maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini . (HR. Bukhari)
Tidak Memberatkan Diri Agar Bisa Istiqamah

Dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata, apabila Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya, maka beliau menyuruhnya untuk mengerjakan amalan-amalan yang sanggup mereka kerjakan. Akan tetapi kemudian mereka berkata, "Ya Rasulullah, kami ini tidak sepertimu. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang." Maka, mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah SAW marah hingga terlihat tanda kemarahan di wajahnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang paling bertaqwa dan yang mengetahui tentang Allah diantara kamu sekalian adalah aku." Apabila Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya, maka beliau menyuruhnya untuk mengerjakan amalan-amalan yang sanggup mereka kerjakan. Inilah kebiasaan Rasulullah SAW
dalam memerintah para sahabat untuk beramal. Dan inilah tuntunan Islam. Bahwa seorang muslim tidak dianjurkan memperberat diri dalam beribadah. Ketika Islam memberikan tugas dan kewajiban kepada umatnya, maka beban itu telah diukur agar sesuai dengan kemampuan mereka. Itulah yang dilakukan Rasulullah SAW. Beliau memerintahkan sesuatu yang mudah, bukan sesuatu yang sulit dan berat. Agar para sahabat dan umatnya sanggup menjalankannya secara terus menerus (istiqamah). Dalam hadits lain dijelaskan bahwa amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang terus menerus.

Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus meskipun sedikit. (Muttafaq 'alaih)
Karena itu kita dapati hadits lain yang membatasi amal sunnah agar tidak memberatkan umat Islam. Misalnya tilawah Al-Qur'am maksimal khatam satu kali dalam tiga hari. Tidak boleh lebih cepat dari itu. Puasa sunnah dibatasi yang paling tinggi adalah puasa daud, satu hari puasa satu hari tidak. Tidak boleh berpuasa terus menerus. Demikian pula untuk shalat malam disunnahkan agar tetap memiliki waktu istirahat, tidak shalat terus-menerus sepanjang malam.

Akan tetapi kemudian mereka berkata, "Ya Rasulullah, kami ini tidak sepertimu. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang."

Dengan ungkapan ini para sahabat menyampaikan keberatannya. Para sahabat meminta amal yang berat karena mereka yakin semakin berat amal makin tinggi derajat mereka di sisi Allah dan mereka mendapatkan ampunan atas dosa-dosa mereka. Inilah mereka para sahabat yang begitu antusias dalam menyambut seruan Islam. Inilah mereka para sahabat yang sangat bersemangat dalam menyongsong amal. Maka mereka mengungkapkan alasan yang membuat mereka merasa berhak mendapatkan kewajiban yang lebih berat. Argumen yang membuat merasa merasa tidak cukup dengan amal-amal yang diperintahkan Rasulullah dan menyediakan diri jika ada pilihan amal yang lebih berat. Bahwa amal itu cukup untuk diri Rasulullah sebab Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Sementara mereka? Mereka merasa tidak ada jaminan ampunan sehingga mereka harus beramal keras dan berat agar mendapatkan ampunan itu.

Maka, mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah SAW marah hingga terlihat tanda kemarahan di wajahnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya yang paling bertaqwa dan yang mengetahui tentang Allah diantara kamu sekalian adalah aku."
Rasulullah marah dengan jawaban para sahabat. Bukan karena argumennya bahwa amal ibadah bisa mendatangkan ampunan dari Allah, tetapi karena Rasulullah mengkhawatirkan jika mereka justru tidak mampu istiqamah dan terus menerus beramal seandainya amal yang diperintahkan itu lebih berat. Juga agar umat Islam sepanjang generasi mencukupkan diri dengan sunnah. Apa yang dilakukan Rasulullah dengan amal-amal yang kelihatannya ringan menurut sahabat saat itu- sekaligus diperintahkan hal yang sama bagi sahabatnya, bukan karena Rasulullah telah diampuni hingga boleh beringan-ringan dalam beramal. Namun itu justru karena Rasulullah adalah orang yang paling bertaqwa; seharusnya itu pula yang dilakukan oleh orang lain, yang ketaqwaannya masih berada di bawah Rasulullah SAW. Demikian pula, Rasulullah SAW adalah orang yang paling makrifat (mengetahui) Allah SWT dan beliau paling tahu bahwa Allah mencintai amal seperti itu; meksipun ringan atau sedikit namun dilakukan terus menerus dan sesuai sunnah. Dari hadits tersebut, kita dapat memahami bahwa amal shalih bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa orang yang melakukan, dan meningkatkan derajat. Selain itu, ibadah yang paling utama adalah ibadah (sesuai tuntunan) yang dilakukan terus-menerus. Contoh Amalan Sunnah Harian Rasulullah Shalat Sunnah Rawatib Sesungguhnya diantara hikmah dan rahmat Allah atas hambanya adalah disyariatkannya At-tathowwu (ibadah tambahan). Dan dijadikan pada ibadah wajib diiringi

dengan adanya at-tathowwu dari jenis ibadah yang serupa. Hal itu dikarenakan untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada ibadah wajib.

At-tathowwu di dalam ibadah sholat yang paling utama adalah sunnah rawatib. Nabi
shallallahu alaihi wasallam senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya dalam keadaan mukim (tidak bepergian jauh). Dari Aisyah radiyallahu anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

bersabda, Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh. (HR. At-Tarmidzi, An-Nasai)
Dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, Dua rakaat sebelum shubuh

lebih baik dari dunia dan seisinya. Dalam riwayat yang lain, Dua rakaat sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya (HR. Muslim)
Sholat sunnah sebelum shubuh ini merupakan yang paling utama di antara sholat sunnah rawatib dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya baik ketika mukim (tidak berpegian) maupun dalam keadaan safar. Ummu Habibah radhiyallahu anha telah meriwayatkan tentang keutamaan rawatib dzuhur, dia berkata: saya mendengar rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa yang menjaga (sholat) empat rakaat sebelum dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka. (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tarmidzi,
An-Nasai, Ibnu Majah) Sholat Malam Allah Taala berfirman: Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar). (QS. Adz -Dzariyat: 17-18)

Seutama-utama puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim) Setan mengikat tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur dengan tiga tali ikatan, dimana pada tiap ikatan tersebut dia meletakkan godaan, Kamu mempunyai malam yang sangat panjang maka tidurlah dengan nyenyak. Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan, jika dia berwudhu maka lepaslah tali yang lainnya, dan jika dia mendirikan shalat maka lepaslah seluruh tali ikatannya sehingga pada pagi harinya dia akan merasakan semangat dan kesegaran yang menenteramkan jiwa. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi harinya jiwanya menjadi jelek dan menjadi malas beraktifitas. (HR. Bukhari dan Muslim) Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah azza wajalla baik kebaikan

dunia maupun akhirat, kecuali Allah akan memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam. (HR. Muslim)
Shalat Dhuha Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau telah bersabda, Setiap hari bagi setiap persendian dari salah seorang di antara kalian terdapat kewajiban

untuk bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar makruf nahi munkar adalah sedekah. Semua itu tercukupkan dengan dua rakaat shalat yang dilakukan di waktu dhuha.
(HR. Muslim, Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha, Bab Istihbab Shalat ad-Dhuha) Dari Uqbah bin Amir Al-Juhani radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa

sallam dari Allah Subhanahu wa Taala bahwa Allah berfirman, Wahai Bani Adam, shalatlah untuk-Ku di awal siang hari sebanyak empat rakaat, niscaya Aku menjagamu di sisa hari tersebut. (HR. at-Tirmidzi, Kitab Shalat, Bab Ma Ja`a fi Shalat ad-Dhuha)
Tilawatil Quran Allah SWT berfirman, Dan Ini (Al-Quran) adalah Kitab yang Telah kami turunkan

yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya. (QS. Al-Anam : 92). Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Quran (AtTirmidzi dari Utsman bin Affan, hadits hasan shahih). Rasulullah SAW bersabda, Bacalah Al-Quran sesungguhnya ia akan menjadi

penolong pembacanya di hari kiamat. (HR. Muslim dari Abu Umamah).


Sabda Nabi SAW, Orang yang mahir membaca Al-Quran bersama para malaikat

yang mulia dan baik dan orang yang membaca Al-Quran mendapatkan dua pahala. (Muttafaq Alaih dari

dengan terbata-bata, ia ra.)Sabda Nabi

Aisyah

SAW,Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Quran adalah bagaikan buah utrujah, aromanya harum dan rasanya nikmat. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Quran seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Quran bagai raihanah (semacam bunga kenanga), baunya harum namun rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Quran bagai buah handzalah (antawali), tidak ada baunya dan rasanya pahit. (Muttafaq Alaihi)
Puasa Sunnah Puasa termasuk dari ibadah-ibadah yang mulia lagi mempunyai keutamaan yang besar, saking besarnya sampai-sampai para ulama berbeda pendapat mengenai ibadah yang

paling utama, apakah shalat atau puasa. Hal itu karena semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan maksimal sampai 700 kali lipat kecuali puasa, pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah tanpa batas bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Taala berfirman, Tidak ada yang dipenuhkan pahalanya tanpa batas kecuali orang -orang yang

bersabar, dan puasa mengumpulkan ketiga jenis kesabaran: Sabar dalam menjalankan
perintah, sabar dalam menjauhi larangan, dan sabar terhadap takdir yang menyusahkan (berupa lapar dan haus). Puasa -baik yang sunnah apalagi yang wajib- juga adalah perisai yang bisa melindungi bahkan menjauhkan pelakunya dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan, sebagaimana dia juga melindungi dari semua bentuk maksiat dan kemungkaran. Karenanya sangat wajar kalau Allah Taala mensyariatkan ibadah puasa ini bukan hanya pada umat Islam akan tetapi kepada semua umat sebelum Islam, karena Allah ingin agar mereka semua mendapatkan keutamaannya. Maka sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersegera mengamalkan amalan mulia ini dan hendaknya dia menanggung beban kesulitan yang sedikit itu (pembatal puasa) guna mendapatkan kebahagian yang besar ketika dia berbuka dan ketika dia berjumpa dengan Rabbnya pada hari kiamat.

Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh ribu musim. (HR. Bukhari dan
Muslim). Allah Taala telah berfirman dalam hadits qudsi: Setiap amal anak Adam adalah

untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberi balasannya. Dan puasa itu adalah benteng (dari api neraka), maka apabila suatu hari seorang dari kalian sedang melaksanakan puasa, maka janganlah dia berkata rafats dan bertengkar sambil berteriak. Jika ada orang lain yang menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah dia mengatakan Aku orang yang sedang puasa. Dan demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang puasa lebih harum di sisi Allah Taala dari pada harumnya minyak misik. Dan untuk orang yang puasa akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya: Apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabnya dia bergembira disebabkan ibadah puasanya itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun puasa sunnah di antaranya: puasa dawud, puasa tiga hari dalam satu bulan (puasa tanggal 13, 14, 15 tiap bulan atau puasa tiga hari Senin dan Kamis), puasa SeninKamis, puasa pada bulan-bulan haram (Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharam), puasa enam hari padai bulan Syawal, puasa Hari Arafah, puasa Asyura (tanggal 10 Muharam), puasa di bulan Syaban.

Sadaqah Salah satu karakter orang yang bertaqwa yaitu suka bersadaqah. Allah subhanahu wataala berfirman yang artinya, Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu

dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan (muhsin). (QS. Ali Imron:
133-134) Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berikut ini, Ada tujuh golongan yang akan

dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya. Beliau
menyebutkan salah satunya adalah seorang yang bershadaqah secara diam-diam (sembunyi), sehingga apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya. (Muttafaqun Alaihi) Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Adi Bin Hatim radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Takutlah kalian kepada api nereka walau

hanya bershadaqah dengan setengah butir korma. (HR. Al-Bukhori)


Shadaqah mendatangkan keberkahan karena doa malaikat untuk sang dermawan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam, bersabda, Tiada suatu hari yang dilewati oleh hamba-hamba Allah kecuali ada

dua malaikat yang turun, salah satunya berdoa, Ya Allah berikanlah ganti kepada seorang yang dermawan, dan yang satunya lagi berdoa, Ya Allah berikanlah kehancuran kepada orang yang kikir. (Muttafaqun Alaihi)

Anda mungkin juga menyukai