Anda di halaman 1dari 7

1. 1. 2. 3.

1. 2. 3. 4.

1. 2. 3.

1. 2.

1.

Impuls Saraf Sel-sel di dalam tubuh dapat memiliki potensial membran akibat adanya distribusi tidak merata dan perbedaan permeabilitas dari Na+, K+, dan anion besar intrasel. Potensial istirahat merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat tereksitasi tidak memperlihatkan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran sehingga mengalami perubahan potensial membran sementara jika tereksitasi. Ada dua macam perubahan potensial membran: Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Kejadian pencetus dapat berupa: Stimulus Interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot Perubahan potensial yang spontan (akibat ketidakseimbangan siklus pengeluaran pemasukan/ kebocoran-pemompaan) Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif )mengalir antara daerah yang terlibat dan daerah di sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial aksi. Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial berjenjang tidak mempunyai bahan insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang: Potensial pasca sinaps Potensial reseptor Potensial end-plate Potensial alat pacu Potensial aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh. Istilah-istilah: Polarisasi (potensial istirahat) membran memiliki potensial dan terdapat pemisahan muatan berlawanan Depolarisasi potensial lebih kecil daripada potensial istirahat (menuju 0 mV) Hiperpolarisasi potensial lebih besar daripada potensial istirahat (potensial lebih negatif dan lebih banyak muatan yang dipisah dibandingkan dengan potensial istirahat) Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambang menyebabkan serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi saluran-saluran gerbang-voltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan pembalikan potensial membran secara singkat, denganinfluks Na+ (fase naik; dari -70 mV ke +30 mV) dan efluks K+ (fase turun: dari puncak ke potensial istirahat). Sebelum kembali istirahat, potensial aksi menimbulkan potensial aksi baru yang identik di dekatnya melalui aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini menyebar ke seluruh membran sel tanpa menyebabkan penyusutan. Cara perambatan potensial aksi: Hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin potensial aksi menyebar di sepanjang membran Hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin impuls melompati bagian saraf yang diselubungi mielin Pompa Na+-K+memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan potensial aksi ke lokasi semula secara bertahap untuk mempertahankan gradien konsentrasi. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode refrakternya. Periode refrakter memastikan perambatan satu arah potensial aksi menjauhi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara maksimal sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all or none). Variasi kekuatan rangsang dlihat dari variasi frekuensi, bukan dari variasi kekuatan (besarnya) potensial aksi. Sinaps dan Integrasi Neuron Susunan saraf memiliki banyak neuron yang saling berhubungan membentuk jaras konduksi fungsional (functional conducting pathway ). Sinapsmerupakan tempat dua neuron yang berdekatan satu sama lain dan terjadi komunikasi interneuronal. Potensial aksi di neuron prasinaps menyebabkan pengeluaran neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor di neuron pascasinaps. Sinaps berdasarkan letak: Sinaps aksodendritik

2. Sinaps aksosomatik 3. Sinaps aksoaksonik Jenis sinaps: a. Sinaps Kimiawi Permukaan yang berhadapan dengan perluasan akson terminal dan neuron disebut membran prasinaptik dan pascasinaptik yang dipisahkan oleh celah sinaptik. Membran prasinaptik dan pascasinaptik menebal dan sitoplasma meningkat densitasnya. Prasinaptik terminal banyak mengandung vesikel-vesikel prasinaptik yang berisi neurotransmiter. Vesikel-vesikel bergabung dengan membran prasinaptik dan mengeluarkan neurotransmiter ke celah sinaptik melalui melalui proses eksositosis. Mitokondria berperan dalam menyediakan ATP untuk sintesis neurotransmiter baru. Sebagian besar neuron hanya menghasilkan dan melepaskan neurotransmitter utama di semua ujung-ujung sarafnya. Misalnya, asetilkolin digunakan di susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi, sedangkan dopamin di substansia nigra. Glisinditemukan terutama di sinaps-sinaps medulla spinalis. Neurotransmitter dilepaskan dari ujung saraf ketika datang impuls saraf (potensial aksi). Potensial aksi menyebabkan influks K+ yang menyebabkan vesikel sinaptik bergabung dengan membran prasinaptik. Kemudian neurotransmitter dikeluarkan ke celah sinaps. Ketika berada di celah sinaptik, neurotransmiter mencapai sasarannya dengan meningkatkan atau menurunkan potensial istirahat (resting potential) pada membrane pascasinaptik untuk waktu yang singkat. Protein reseptor pada membran sinaptik mengikat neurotransmitter dan melakukan penyesuaian dengan membuka kanal ion, membangkitkan Excitatory Postsynaptic Potential (EPSP) atau Inhibitory Postsynaptic Potential (IPSP). Eksitasi cepat diketahui menggunakan asetilkolin (nikotinik) dan Lglutamat atau inhibisi menggunakan GABA. Reseptor protein lain mengikat neuromodulator dan mengaktifkan sistem messenger kedua, biasanya melalui transduser molekuler, protein G. Reseptor ini memiliki periode laten yang lebih lama, berlangsung selama beberapa menit atau lebih. Contoh neuromodulator adalah asetilkolin (muskarinik), serotonin, histamin, neuropeptida, dan adenosin. Efek eksitasi atau inhibisi pada membran pascasinaps neuron bergantung pada jumlah respons pascasinaps pada sinaps yang berbeda. Jika efek keseluruhannya adalah depolarisasi, neuron akan terstimulasi dan potensial aksi akan dibangkitkan pada segmen inisial akson dan impuls saraf dihantarkan sepanjang akson. Sebaliknya, jika efek keseluruhannya adalah hiperpolarisasi, neuron diinhibisi dan tidak timbul impuls saraf. Distribusi neurotransmitter bervariasi di berbagai bagian susunan saraf. Misalnya asetilkolin yang ditemukan di taut neuromuskular, ganglia autonom, dan ujung-ujung saraf simpatis. Pada susunan saraf pusat, kolateral neuron motorik sampai sel-sel Renshaw, hippocampus, ascending reticular pathway, serta serabut aferen sistem penglihatan dan pendengaran memiliki neurotransmitter kolinergik. Norepinefrinditemukan pada ujung-ujung saraf simpatis dan ditemukan dalam konsentrasi tinggi di hipotalamus. Dopamin terdapat dalam konsentrasi tinggi di berbagai bagian di sistem saraf pusat, misalnya di nucleus basalis (ganglia basalis). Efek neurotransmitter dipengaruhi oleh destruksi atau reabsorpsi neurotransmitter tersebut. Misalnya pada asetilkolin, efeknya dibatasi oleh enzim asetilkolinesterase (AChE) dengan mendegradasi asetilkolin. Namun, efek katekolamin dibatasi dengan kembalinya neurotransmitter ke ujung-ujung saraf prasinaps. Neuromodulator merupakan zat selain neurotransmitter yang dikeluarkan dari membran prasinaps ke celah sinaps, mampu memodulasi dan memodifikasi aktivitas neuron pascasinaps. Neuromodulator dapat ditemukan bersama dengan neurotransmitter utama di sebuah sinaps tunggal. Biasanya neuromodulator terdapat di dalam vesikel prasinaps yang berbeda. Pelepasan neuromodulator ke celah sinaps tidak memberikan efek langsung pada membran pascasinaps. Neuromodulator berperan menguatkan, memperpanjang, menghambat, atau membatasi efek neurotransmitter utama di membrane pascasinaps. Neuromodulator bekerja melalui sistem messenger kedua yang biasanya melalui transducer molecular, protein G, dan mengubah respons reseptor terhadap neurotransmitter. Di daerah sistem saraf pusat tertentu, berbagai neuron aferen yang berbeda dapat melepaskan beberapa neuromodulator berlainan yang diambil oleh neuron pascasinaps. Susunan tersebut dapat menimbulkan berbagai respon berbeda tergantung pada input dari neuron aferen. b. Sinaps Elektrik Sinaps elektrik merupakan gap junction berupa kanal dari sitoplasma neuron prasinaps ke neuron pascasinaps. Neuron-neuron berkomunikasi secara elektrik dan tidak ada transmitter kimia. Ion mengalir dari suatu neuron ke neuron lain melalui kanal-kanal penghubung. Penyebaran aktivitas yang cepat dari satu neuron ke neuron lain menunjukkan sekelompok neuron melakukan

suatu fungsi bersama-sama. Sinaps elektrik dapat berjalan dua arah sedangkan sinaps kimiawi hanya satu arah. Sinaps elektrik memiliki respon yang cepat sehingga penting untuk gerakan refleks. Reseptor Neurotransmitter Reseptor berupa protein kompleks transmembran yang sebagian menonjol ke lingkungan ekstrasel dan bagian lain yang menonjol ke lingkungan intrasel. Reseptor neurotransmitter menangkap neurotransmitter yang dilepaskan dan menyalurkan pesan yang dibawa neurotransmitter ke intrasel. Reseptor tersebut mempunyai tempat pengikatan yang multipel (binding site). Klasifikasi reseptor neurotransmitter: 1. Reseptor Ionotropik (ligand-gated ion channel) Reseptor ionotropik merupakan transmitter-gated channels. Neurotransmitter berikatan dengan reseptor yang menempel pada pintu masuk kanal ion dan menyebabkan kanal ion terbuka. Reseptor ionotropik mempunyai aksi sangat cepat, waktu pengikatan neurotransmitter pada reseptor dan respon sangat pendek, respon singkat. Reseptor neurotransmitter Kolinergik Setiap neurotransmitter menimbulkan efek di membran postsinaptik bila berikatan dengan reseptor spesifik. Dua neurotransmitter tidak akan berikatan pada satu reseptor yang sama, meskipun satu neurotransmitter dapat berikatan dengan reseptor yang berbeda. Hal ini disebut sebagai subtipe reseptor. Asetilkolin bekerja pada dua subtipe reseptor yang berbeda. Satu tipe berada di otot skeletal (nikotinik) dan tipe lain berada di otot jantung (muskarinik). Reseptor Nikotinik Asetilkolin (Ach) Reseptor ini berperan dalam penyaluran sinyal listrik dari suatu motor neuron ke serat saraf otot. Asetilkolin yang dilepaskan oleh neuron motorik berdifusi ke membran plasma sel miosit dan terkait pada reseptor asetilkolin. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan konformasi reseptor dan akan menyebabkan kanal ion membuka. Pergerakan muatan positif akan mendepolarisasi membran plasma yang menyebabkan kontraksi. Pembukaan kanal hanya berlangsung sebentar meskipun asetilkolin masih menempel pada reseptor (periode desensitisasi). Reseptor nikotinik asetilkolin yang matang terdiri atas 2 , , , dan . Berbeda dari yang ada di otot, struktur reseptor nikotinik asetilkolin di neuronhanya terdiri atas subunit & (32). Reseptor Muskarinik Reseptor muskarinik yang terdapat pada otot jantung mempunyai subunit 32. Setelah asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik, timbul sinyal dengan mekanisme berbeda. Misalnya, bila reseptor M1 atau M2 diaktifkan, reseptor ini akan mengalami perubahan konformasi dan berinteraksi dengan protein G yang selanjutnya akan mengaktifkan fosfolipase C. akibatnya terjadi hidrolisis fosfatidilinositol-(4,5)-bifosfate (PIP2) yang menyebabkan peningkatan kadar Ca2+ intrasel. Selanjutnya kation ini akan berinteraksi memacu atau menghambat enzim-enzim, menyebabkan hiperpolarisasi, sekresi, atau kontraksi. Sebaliknya, aktivasi reseptor subtype M 2 pada otot jantung memacu potein G yang menghambat adenilsiklase dan mempertinggi konduksi K + sehingga denyut jantung dan kontraksi otot jantung menurun. Amino Acid-Gated Channels Amino Acid-Gated Channels memediasi sebagian besar transmisi cepat sinapsis di CNS (Cerebral Nervous System). Fungsinya lebih terbatas yakni pada sistem sensorik, memori, dan penyakit. Reseptor GABAA Reseptor GABAA mempunyai beberapa tempat pengikatan untuk berbagai neuromodulator. Reseptor ini merupakan target yang baik untuk obat Glutamate-Gated Channels Reseptor agonis glutamate adalah AMPA (alpha-amino-3-hydroxy-5-methylisoxazole-4-propionic acid), NMDA (N-methyl D-aspartate), danKainate. AMDA dan NMDA berperan dalam transmisi sinaps eksitator yang cepat di otak sedangkan KAINATE fungsinya belum diketahui. AMPA-gated channels permeabel terhadap Na+ dan K+ dan tidak permeabel terhadap Ca2+. Sedangkan reseptor NMDA permeabel terhadap Na+ ,K+ dan Ca2+. 1. Reseptor Metabotropik (G protein-coupled) Metabotropik merupakan reseptor yang berikatan dengan neurotransmitter dan membentuk second messenger sebagai salah satu jalur transduksi sinyal. Neurotransmitter yang berikatan yakni amin biogenic (dopa, dopamine, serotonin, adrenalin, noradrenalin, histamine), hormone peptide (angiotensin II, somastosin, TRH). Ligan yang berikatan bukan dari golongan neurotransmitter adalah eikosanoid. Biasanya reseptor jenis ini merupakan reseptor G-potein-coupled yang mempunyai 3 subunit (, , ) dan memiliki 7 kompartemen. Transduksi sinyal pada reseptor metabotropik G-protein-coupled Pada keadaan inaktif, subunit potein G mengikat GDP. Saat diaktivasi oleh reseptor G -proteincoupled, GDP beruba menjadi GTP. Kemudian potein G akan terpecah menjadi G (subunit GTP)

1. 2. 3. 4. 5.

dan G yang akan mengaktifkan protein efektor. Secara perlahan subunit G akan melepas PO4 dari GTP sehingga berubah menjadi GDP yang menyebabkan aktifitas berhenti. Taut Neuromuskular pada Otot Rangka Setiap serabut saraf bermielin yang masuk ke otot rangka membentuk banyak cabang yang jumlahnya tergantung pada ukuran unit motoriknya. Cabang akan berakhir pada otot rangka di tempat yang disebut taut neuromuskular (neuromuscular junction) atau motor-endplate. Sebagian besar serabut-serabut otot hanya dipersarafi oleh satu motor end-plate. Saat mencapai serabut otot, saraf kehilangan selubung mielin dan pecah menjadi cabang-cabang halus. Masing-masing saraf berakhir sebagai akson yang terbuka dan membentuk unsur neural motor endplate.Pada motor end-plate, permukaan serabut otot sedikit meninggi serta membentuk unsur otot (sole plate). Elevasi terjadi akibat akumulasi sarkoplasma granular di bawah sarkolema serta banyak inti dan mitokondria. Akson terbuka yang melebar terletak pada alur permukaan serabut otot yang dibentuk oleh lipatan sarkolema ke dalam (junctional fold = dasar alur dibentuk oleh sarkolema yang membentuk lipatan-lipatan). Junctional fold berfungsi memperluas area permukaan sarkolema yang terletak di dekat akson yang melebar. Di antara membran plasma akson (aksolema atau membran prasinaps) dan membran plasma serabut otot(sarkolema atau membran pascasinaps) terdapat celah sinaps. Saat potensial aksi mencapai membran prasinaps motor end-plate, kanal voltagegated Ca2+ terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam akson. Hal ini menstimulasi penggabungan vesikel sinaptik dengan membran prasinaps dan menyebabkan pelepasan asetilkolin ke celah sinaps. Kemudian asetilkolin menyebar dan mencapai reseptor Ach tipe nikotinik di membran pascasinaps junctional fold. Setelah pintu kanal terbuka, membran pascasinaps lebih permeabel terhadap Na+ yang mengalir ke dalam sel-sel otot dan terjadi potensial lokal (end-plate potential). Pintu kanal Ach permeabel terhadap K+ yang keluar dari sel namun dalam jumlah yang lebih kecil. Jika end-plate potential cukup besar, kanal voltage-gated untuk Na+ terbuka dan timbul potensial aksi yang menyebar sepanjang permukaan sarkolema. Gelombang depolarisasi diteruskan ke serabut otot oleh sistem tubulus T menuju miofibril yang kontraktil. Hal ini menyebabkan pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma yang akan menimbulkan kontraksi otot. Disusun oleh Lyriestrata Anisa REFERENSI Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2001. p.78-100 Snell RS. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2001.p.548;106-9 Ibrahim N. Neurophysiology. Bahan Kuliah Modul Neurosains FKUI. 2010 Mudjihartini N. Neurobiologi Molekuler Sel Saraf. Bahan Kuliah Modul Neurosains FKUI. 2010 Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC;p.338-9

A. Pendahuluan Berbahasa adalah cara manusia berkomunikasi antar sesama. Berbahasa meliputi membaca, menulis, dan berbicara. Untuk dapat berkomunikasi manusia terlebih dahulu harus mengerti suatu bahasa. Setelah itu baru ia dapat memproduksi bahasa. B. Kemampuan pemahaman bahasa Manusia memahami suatu kata dari pengalamannya atau imanjinasinya. 1 Manusia mendapatkan kosakata dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan sebagainya. 1 Area cerebrum yang mengitegrasikan semua stimulus ini menjadi kemampuan berbahasa adalah area Wernicke. Area Wernicke terletak pada ujung posterosuperior girus temporalis superior. Area Wernick berdekatan dengan area pendengaran primer dan sekunder. Hubungan antara area pendengaran dengan area Wernicke memungkinkan adanya interpretasi bahasa terhadap apa yang didengar. Selain berhubungan dengan area pendengaran, area Wernicke juga berhubungan dengan area asosiasi penglihatan. Oleh karena itu pemahaman bahasa juga dapat terjadi melalui membaca. 2 (Gambar 1)

Gambar 1. Area Wernicke serat hubungannya dengan area lain. Area Wernicke menerima informasi dari area auditorik, visual, serta area interpretasi somatic. C. Kemampuan Memproduksi Suara/Pembicaraan Bagian otak yang berperan dalam produksi suara adalah area Brocca. Area Brocca terletak pada girus frontalis inferior di antara ramus ascendens anterior dan ascendens posterior fisura lateralis(area brodmann 44 dan 45). Area ini berfungsi untuk menimbulkan pola motorik pada laring, sistem respirasi, serta otot untuk berbicara. 2,3Area lainnya yang berperan dalam produksi suara adalah insula, yang berperan dalam pembentukan artikulasi. 1 Area Wernicke berhubungan dengan area Brocca melalui fasiculus arcuatus. Pada proses berbicara area Wernicke memahami bahasa dan Area Brocca mengatur produksi suara. Area Brocca selanjutnya mengirimkan informasi ke area motorik untuk menghasilkan gerakan produksi bicara.(Gambar 2)3

Gambar 2. Proses pembentukan bicara setelah stimulus visual. Stimulus penglihatan diterima corpus geniculatorius lateral, selanjutnya dikirim ke area visual primer. Dari area visual primer stimulus disampaikan ke area 18, lalu ke 39 sebelum sampai ke Area Wernicke. Di area Wernick terjadi

interpretasi dan proses pemilihan kata. Stimulus ini disampaikan ke area Brocca untuk menciptakan pola motorik sebelum menuju area motor primer. D. Dominasi Hemisfer Terdapat dominasi antara hemisfer kiri dan kanan cerebrum. Akan tetapi terdapat perbedaan fungsi yang spesifik antara hemisfer yang dominan dengan yang tidak. Hemisfer yang berperan dalam proses urutan dan analisis disebut hemisfer kategorikal. Hemisfer lainnya berfungsi dalam visuospasial, disebut sebagai hemisfer representasional. 3 Kemampuan berbahasa terutama berkembang pada hemisfer kategorikal. Dominasi/lateralisasi hemisfer ini berkaitan dengan penggunaan tangan sisi yang dominan. Misalnya: dominasi bahasa hemisfer kanan hanya ditemukan pada 4 persen orang yang tangan kanannya dominan, 15 persen yang tidak memiliki sisi dominan, dan 27 persen tangan kiri dominan.1 Pada 96% orang dengan dominasi tangan kanan ditemukan hemisfer yang dominan adalah yang kiri. 3 Walaupun kemampuan berbahasa didominasi oleh hemisfer yang dominan(atau kategorikal), bukan berarti hemisfer yang tidak dominan(visuospasial) tidak berperan. Jika hemisfer yang dominan rusak pada saat seseorang masih anak-anak, dapat terjadi pengalihan dominasi ke hemisfer yang tidak dominan.1 Fungsi hemisfer visuospasial lainnya adalah: kemampuan menginterpretasikan relasi spasial, peta, dan geometrik, 1 prosody, yaitu komponen percakapan yang membantu menekankan suatu makna, contohnya nada, melodi, infleksi, intonasi, dan pause1,4 menyusun narasi1 Penyebab dominasi hemisfer ini belum diketahui, tetapi diperkirakan ada pengaruh genetik. Pengaruh kebiasaan menggunakan tangan berkaitan dengan dominasi hemisfer. Beberapa perbedaan anatomi antara hemisfer yang dominan dengan yang tidak. Perbedaan pertama yaitu jumlah serat saraf dan desusiato traktus kortikospinalis, dimana lebih banyak pada hemisfer yang dominan.4 Perbedaan yang lainnya adalah permukaan superior lobus temporal yang terletak di posterior girus Heschl, yang disebut planum temporale. Planum temporale hemisfer kiri lebih besar pada 65%, sedangkan 10% pada hemisfer kanan. Akan tetapi perbedaan ini masih merupakan hipotesis.(Gambar 3)4,5

Gambar 3. Perbedaan Planum temporal hemisfer kiri dan kanan. Pada hemisfer yang dominan lebih besar. Terdapat berbagai macam cara untuk menentukan hemisfer mana yang mendominasi, di antaranya adalah: lesi di salah satu hemisfer yang menimbulkan gangguan berbahasa kecenderungan menggunakan mata, tangan,dan kaki pada salah satu sisi

1. 2. 3. 4. 5.

terhentinya percakapan saat stimulasi listrik atau magnetik pada area bahasa anterior(Brocca) salah satu hemisfer Wada test, yaitu injeksi natrium amital pada salah satu arteri karotis interna, apabila terdapat gangguan berbahasa maka sisi tersebut merupakan hemisfer dominan dichotic listening, yaitu test mendengar pada salah satu telinga dengan bergantian, pada sisi yang berlawanan dengan hemisfer yang dominan terdengar lebih jelas melihat aliran darah ke otak saat terjadi percakapan melihat lateralisasi setelah comissurotomi4 Daftar Pustaka Carlson NR. 2009. Physiology of Behavior. New York : Pearson.10 th ed.p.487-95 Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton. Jakarta: EGC. 11 th ed.p.753-5 Chapter 19 : Learning, Memory, Language, & Speech. In: Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. 2010. Ganongs Review of Medical Physiology. New York: McGraw Hill. 23 rd ed.[ebook] Ropper AH, Samuel MH. 2009. Chapter 23: Disorder of Speech and Language. In: Adams & Victors Principles of Neurology. New York: McGraw Hill. 9th ed.[ebook] Bear MF, Connors BW, Paradiso MA. 2007. Neuroscience: Exploring the Brain. Baltimore: Lippincott William & Wilkins. 3rd ed.p.631-5

Anda mungkin juga menyukai