Anda di halaman 1dari 0

5

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Tekanan Darah
2.1.1 Teori
Tekanan darah adalah istilah yang mengacu kepada tekanan yang diberikan oleh
cairan darah kepada dinding pembuluh darah ketika sedang mengalir di dalamnya, atau
dengan kata lain tekanan yang dirasakan oleh dinding pembuluh darah akibat dari darah
yang mengalir di dalamnya. Besarnya tekanan ini bervariasi seiring dengan mengecilnya
ukuran pembuluh darah. Tekanan paling besar dialami oleh pembuluh arteri dan yang
paling kecil dialami oleh pembuluh halus (vein). Nilai tekanan darah yang diukur dalam
dunia kedokteran adalah tekanan yang dialami oleh pembuluh arteri. Alat untuk
mengukur tekanan darah disebut dengan sphygmomanometer, dan satuan yang
digunakan adalah mmHg (milimeter of hydrargyrum).

Gambar 2.1. Sphygmanometer
6
Tekanan darah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan sistolik adalah tekanan yang dihasilkan pada saat jantung mulai berdenyut dan
berkontraksi memompa darah keluar dari jantung. Sedangkan tekanan diastolik adalah
tekanan yang dihasilkan pada saat jantung berelaksasi setelah berdenyut. Keduanya
memiliki nilai yang selalu berubah-ubah setiap kali jantung berdenyut. Perubahan
tersebut juga dapat disebabkan oleh beberapa macam faktor lain, seperti stress, perasaan
tidak nyaman, kandungan nutrisi dalam makanan, konsumsi obat-obatan, penyakit, dan
olah raga. Pengukuran nilai tekanan darah sebaiknya diambil ketika pikiran dalam
keadaan rileks dan posisi tubuh dalam keadan senyaman mungkin, serta tidak
mengkonsumsi produk yang mengandung kafein, nikotin, dan alkohol dalam kurun
waktu 30 menit.

Gambar 2.2 Contoh grafik perubahan tekanan darah seseorang dalam 1 hari
7
Nilai tekanan darah yang sehat untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas
adalah bertekanan sistolik kurang dari 120 mmHg. Bila nilai sistoliknya berkisar antara
120 139 mmHg, maka orang tersebut mengalami Prehypertension, di mana tekanan
darahnya lebih tinggi dari tekanan darah yang dianjurkan, tetapi tidak cukup tinggi untuk
dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi (Hypertension). Tekanan darah tinggi
(Hypertension) dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tekanan darah tinggi tahap 1 dan tahap 2.
Bila nilai tekanan sistolik berada di antara 140 159 maka disebut tekanan darah tinggi
tahap 1 (Stage 1 Hypertension). Kondisi di mana nilai sistolik lebih tinggi dari 159
mmHg disebut dengan tekanan darah tinggi tahap 2 (Stage 2 Hypertension).
Tekanan diastolik berfungsi untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang.
Orang sehat memiliki selisih nilai sistolik dan diastolik (pulse pressure) sekitar 40
mmHg. Bila nilai tersebut terlalu rendah, sekitar 25 mmHg atau kurang, berarti jantung
orang tersebut tidak kuat memompa darah. Nilai pulse pressure yang terlalu tinggi,
sekitar 60 mmHg atau lebih, menandakan bahwa dinding pembuluh darah orang tersebut
mulai mengeras.
Tabel 2.1 Kategori tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
Kategori Tekanan sistolik (mmHg)
Normal <120
Prehypertension 120 139
Stage 1 Hypertension 140 159
Stage 2 Hypertension >159

8
Seseorang dengan tekanan darah yang terlalu rendah tidak langsung menandakan
bahwa orang tersebut mengalami tekanan darah rendah (Hypotension) dan harus segera
ditangani secara medis. Tekanan darah rendah baru dianggap sebagai masalah bila orang
tersebut mengalami gejala-gejala abnormal, seperti pusing, pingsan, mual, pandangan
kabur, dan sulit berkonsentrasi. Tekanan darah yang rendah menyebabkan kurangnya
suplai darah ke otak, sehingga sang penderita merasa lemas, pusing, dan terkadang
pingsan. Namun orang bertekanan darah rendah yang dapat bersikap seperti orang
normal memiliki tingkat risiko mengidap penyakit jantung yang lebih rendah dari orang
dengan tekanan darah normal.
Tekanan darah tinggi (Hypertension) lebih menyita perhatian, karena memiliki
dampak buruk bagi kesehatan. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan arteri menjadi
menegang, jantung bekerja makin keras, menebalkan otot jantung, dan membuat jantung
melemah seiring berjalannya waktu. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan serngan
jantung, stroke, dan gagal ginjal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan
tekanan darah seseorang, yaitu:
Keturunan
Orang yang keluarganya memiliki sejarah bertekanan darah tinggi
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki tekanan darah
tinggi dibandingkan orang normal.
Umur
Semakin tua seseorang semakin kaku pembuluh darahnya, hal ini
menyebabkan jantung memompa darah lebih kuat dan meningkatkan
tekanan darahnya.
9
J enis Kelamin
Pria lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi dibandingkan wanita
sebelum umur 45 tahun. Sedangkan wanita lebih mungkin mengidap
tekanan darah tinggi dibandingkan pria setelah umur 64 tahun.
Aktivitas fisik
Orang yang jarang beraktivitas fisik memiliki jantung yang berdetak lebih
cepat dari orang yang sering beraktivitas fisik, hal ini akan menaikkan
tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga meningkatkan
kemungkinan seseorang mengalami kelebihan berat badan.
Berat badan
Orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas membutuhkan
darah dengan volume yang lebih besar dari orang normal. Kenaikan
volume darah ini akan meningkatkan nilai tekanan darah orang tersebut.
Makanan
Makanan berlemak meningkatkan kandungan lemak dalam tubuh dan
menyebabkan pembuluh darah menebal dan jalur darah menyempit. J alur
darah yang menyempit ini membuat jantung memompa lebih keras dan
meningkatkan tekanan darah. Makanan berlemak juga memungkinkan
seseorang untuk mengidap kelebihan berat badan.
Kandungan garam
Terlalu banyak konsumsi garam akan membuat cairan dalam darah
meningkat untuk mengurangi kadar garam. Peningkatan cairan ini akan
meningkatkan kerja jantung untuk memompa darah, sehingga
10
meningkatkan tekanan darah. Kandungan garam dapat dikurangi dengan
mengkonsumsi potasium.
Minuman beralkohol
Terlalu banyak konsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.
Rokok
Kandungan zat kimia pada asap rokok dapat merusak pembuluh arteri.
Hal ini dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah sehingga
meningkatkan kerja jantung dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
Faktor di atas menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi merupakan penyakit
yang bisa dikontrol dengan gaya hidup sehat namun tidak bisa disembuhkan karena
adanya faktor usia. Sebanyak 80% orang berusia 65 tahun ke atas mengidap tekanan
darah tinggi. Karena itu setiap orang disarankan untuk mengontrol gaya hidup mereka
sejak dini untuk menekan nilai tekanan darah mereka sekecil mungkin.
Tekanan darah tinggi tidak disertai gejala-gejala seperti penyakit pada umumnya,
sehingga satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah memeriksa tekanan darah
secara teratur baik dengan bantuan tenaga ahli maupun secara otodidak menggunakan
alat pengukur otomatis. Terdapat kasus di mana seseorang terdeteksi memiliki tekanan
darah tinggi ketika mengukur tekanan darahnya di fasilitas medis, seperti rumah sakit
atau puskesmas. Hal ini disebut dengan whitecoat hypertension, terjadi karena perasaan
gugup dan tidak nyaman yang timbul karena berada di fasilitas medis. Karena itu kaum
dokter menganjurkan setiap orang agar mengukur tekanan darah mereka di rumah,
karena suasana di rumah dapat memberikan perasaan nyaman dan rileks.

11
2.1.2 Teknik Pengukuran Tekanan Darah
Secara garis besar ada 2 jenis teknik pengukuran tekanan darah, yaitu secara
invasive dan non-invasive. Pengukuran secara invasive dilakukan dengan cara
menusukkan jarum cannula ke pembuluh arteri. Kemudian cannula tersebut
dihubungkan melalui selang ke sebuah sistem yang memiliki electronic pressure
transducer, di mana sistem tersebut akan memonitor secara langsung tekanan dari aliran
darah yang mengalir pada selang. Keuntungan sistem invasive ini adalah keakuratan
yang tinggi dan kemampuan alat untuk memonitor tekanan darah secara real-time.
Kekurangannya adalah dibutuhkannya kemampuan yang memadai untuk melakukan
teknik ini dengan baik dan benar, serta besar dan kompleksnya alat yang digunakan
membuat teknik ini kurang sesuai untuk pemakaian yang mementingkan kepraktisan.
Teknik pengukuran ini biasanya digunakan di rumah sakit untuk kepentingan intensive
care medicine dan anesthesiology, beberapa pihak juga menggunakannya untuk
melakukan penelitian dan riset.
Teknik pengukuran secara non-invasive lebih mudah dan praktis bila
dibandingkan dengan pengukuran secara invasive, karena itu teknik pengukuran ini lebih
sering digunakan walaupun memiliki tingkat keakuratan yang lebih rendah. Teknik
pengukuran ini dibagi menjadi 2 metode, yaitu metode auscultatory dan oscillometric.
1. Metode Auscultatory
Metode ini menggunakan 2 buah alat, yaitu sebuah sphygmomanometer dan
sebuah stetoskop. Pengukuran dilakukan dengan cara mengikat lengan dengan cuff yang
tersedia pada sphygmomanometer dan mendengarkan suara aliran darah pada pembuluh
arteri lengan dengan menggunakan stetoskop. Pertama cuff dilingkarkan di lengan atas
pengguna dan dipompa hingga tekanan pada sphygmomanometer menunjukkan angka di
12
atas 180 mmHg, hal ini mengakibatkan terhentinya aliran darah pada pembuluh arteri
lengan. Kemudian cuff dikempeskan perlahan-lahan dengan cara memutar kenop pada
pompa. Bila terdengar suara berdetak atau berdenyut berarti darah sudah mulai sedikit
mengalir pada pembuluh arteri. Nilai tekanan yang ditunjukkan oleh
sphygmomanometer ketka suara detakan pertama terjadi adalah nilai tekanan sistolik.
Bila tekanan pada cuff sudah cukup rendah maka darah dapat mengalir lagi dengan
lancar, dengan demikian suara berdetak tidak akan terdengar lagi. Tekanan yang
ditunjukkan oleh sphygmomanometer pertama kali suara menjadi tidak terdengar adalah
tekanan diastolik. Pengukuran dengan metode ini membutuhkan bantuan tenaga ahli
seperti dokter atau perawat yang sudah terlatih untuk melakukan pengukuran ini,
sehingga tingkat error dalam pengukuran sangat kecil.

Gambar 2.3 Metode pengukuran auscultatory


13
2. Metode Oscillometric
Metode ini mirip dengan metode auscultatory namun yang digunakan untuk
mendeteksi denyutan pembuluh darah bukan stetoskop tetapi sebuah sensor tekanan
yang terhubung dengan udara di dalam cuff, sensor ini juga berfungsi untuk mengukur
tekanan pada cuff. Umumnya metode ini menggunakan sebuah sphygmomanometer
digital yang sudah dilengkapi dengan cuff berikut sensornya, serta layar untuk
menampilkan hasil pengukuran. Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti metode
auscultatory, ketika tidak ada darah yang mengalir di dalam pembuluh arteri, tekanan
udara pada cuff bernilai relatif konstan. Saat darah mulai mengalir, pembuluh arteri
mulai berdenyut dan mengakibatkan perubahan tekanan udara pada cuff. Kuatnya
denyutan berosilasi dari pelan menjadi semakin kuat kemudian memelan lagi sampai
menjadi stabil ketika darah sudah mengalir dengan lancar. Perubahan tekanan udara
pada cuff yang disebabkan oleh denyutan ini diubah oleh sensor menjadi sinyal listrik
dan dikalkulasi oleh sphygmomanometer digital untuk mendapatkan nilai sistolik dan
diastolik.
Metode ini biasanya dilakukan secara otomatis olah sphygmomanometer digital
sehingga menjadikan metode ini lebih praktis dan pengguna dapat melakukannya sendiri
di rumah. Namun kekurangannya adalah tingkat error yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode auscultatory, karena sphygmomanometer digital tidak dapat
membedakan denyutan yang terjadi secara alami dengan denyutan yang terjadi karena
pengguna bergerak ketika pengukuran dilakukan. Oleh sebab itu pengukuran dengan
metode ini mengharuskan pengguna untuk diam selama pengukuran dilakukan. Pada
umumnya sphygmomanometer digital dikalibrasi untuk mengecek keakuratan
pengukurannya. Kalibrasi yang dimaksud adalah membandingkan hasil pengukuran
14
sphygmomanometer digital dengan metode auscultatory yang dilakukan oleh dokter atau
perawat. Besarnya error yang masih dapat ditoleransi adalah 10 mmHg untuk tekanan
sistolik dan 5 mmHg untuk tekanan diastolik.

Gambar 2.4 Sphygmomanometer digital

2.2 Liquid Crystal Display (LCD)
Liquid Crystal Display (LCD) adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi
untuk menampilkan output sebuah sistem dengan cara membentuk suatu citra atau
gambaran pada sebuah layar. Secara garis besar komponen penyusun LCD terdiri dari
kristal cair (liquid crystal) yang diapit oleh 2 buah elektroda transparan dan 2 buah filter
polarisasi (polarizing filter).

Gambar 2.5 Penampang komponen penyusun LCD

15
Keterangan:
1. Film dengan polarizing filter vertical untuk memolarisasi cahaya yang
masuk.
2. Glass substrate yang berisi kolom-kolom elektroda Indium tin oxide
(ITO).
3. Twisted nematic liquid crystal (kristal cair dengan susunan terpilin).
4. Glass substrate yang berisi baris-baris elektroda Indium tin oxide (ITO).
5. Film dengan polarizing filter horizontal untuk memolarisasi cahaya yang
masuk.
6. Reflektor cahaya untuk memantulkan cahaya yang masuk LCD kembali
ke mata pengamat.
Sebuah citra dibentuk dengan mengombinasikan kondisi nyala dan mati dari
pixel-pixel yang menyusun layar sebuah LCD. Pada umumnya LCD yang dijual di
pasaran sudah memiliki integrated circuit tersendiri sehingga para pemakai dapat
mengontrol tampilan LCD dengan mudah dengan menggunakan mikrokontroler untuk
mengirimkan data melalui pin-pin input yang sudah tersedia.

Gambar 2.6 Contoh citra yang terbentuk pada layar LCD
16

LCD yang ada dipasaran dikategorikan menurut jumlah baris yang dapat
digunakan pada LCD yaitu 1 baris , 2 baris , dan 4 baris yang dapat digunakan hingga 80
karakter. Umumnya LCD yang digunakan adalah LCD dengan 1 controller yang
memiliki 14 pin. Deskripsi pin dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 2.7 Konfigurasi pin LCD
Keterangan pin:
1. VSS : digunakan untuk menyalakan LCD (ground)
2. VDD : digunakan untuk menyalakan LCD ( +5 V )
3. VEE : digunakan untuk mengatur tingkat contrast pada LCD
4. RS : menentukan mode yang akan digunakan (0 =instruction input , 1 =
data input)
5. R/W : menentukan mode yang akan digunakan (0 =write , 1 =read)
6. EN : enable ( untuk clock )
7. D0 : data 0
8. D1 : data 1
9. D2 : data 2
17
10. D3 : data 3
11. D4 : data 4
12. D5 : data 5
13. D6 : data 6
14. D7 : data 7 ( MSB )
Sebelum dapat digunakan, ada beberapa langkah untuk mempersiapkan LCD
agar siap dipakai diantaranya adalah LCD init yang dibutuhkan untuk mengatur mode
agar sesuai dengan yang diinginkan. Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk proses init
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan proses clear display
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

2. Melakukan function set
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
0 0 0 0 1 A B C 0 0

J ika :
o A =1 / 0 ( 1 =8 bit , 0 =4 bit )
o B =1 / 0 ( 1 =2 baris , 0 =1 baris )
o C =1 / 0 ( 1 =5x10 dot , 0 =5x7 dot )


18
3. Mengontrol display on / off
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
0 0 0 0 0 0 1 A B C

J ika :
o A =1 / 0 ( 1 =display on , 0 =display off )
o B =1 / 0 ( 1 =cursor on , 0 =cursor off )
o C =1 / 0 ( 1 =blinking on , 0 =blinking off )
4. Entry mode set
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
0 0 0 0 0 0 0 1 A B

J ika :
o A =1 / 0 ( 1 =increment , 0 =decrement )
o B =1 / 0 ( 1 =shift , 0 =no shift )
Berikut ini adalah contoh program untuk melakukan proses init menggunakan C:

#def i ne LCD_dat a P2
#def i ne LCD_D7 P2_7
#def i ne LCD_r s P1_0
#def i ne LCD_r w P1_1
#def i ne LCD_en P1_2

voi d LCD_i ni t ( )
{
LCD_dat a = 0x38; //Function set: 2 line, 8-bit,
5x7 dots
LCD_r s = 0; //Selected command register
LCD_r w = 0; //We are writing in data
register
19
LCD_en = 1; //Enable H->L
LCD_en = 0;
LCD_busy( ) ; //Wait for LCD to process the
command
LCD_dat a = 0x0F; //Display on, Curson blinking
command
LCD_r s = 0; //Selected command register
LCD_r w = 0; //We are writing in data
register
LCD_en = 1; //Enable H->L
LCD_en = 0;
LCD_busy( ) ; //Wait for LCD to process the
command
LCD_dat a = 0x01; //Clear LCD
LCD_r s = 0; //Selected command register
LCD_r w = 0; //We are writing in data
register
LCD_en = 1; //Enable H->L
LCD_en = 0;
LCD_busy( ) ; //Wait for LCD to process the
command
LCD_dat a = 0x06; //Entry mode, auto increment
with no shift
LCD_r s = 0; //Selected command register
LCD_r w = 0; //We are writing in data
register
LCD_en = 1; //Enable H->L
LCD_busy( ) ;
}

2.3 Komunikasi Serial Asinkron
Komunikasi serial asynchronous adalah jenis komunikasi serial yang tidak
menggunakan sinkronisasi clock eksternal untuk koordinasi timing dari bit antara
pengirim dan penerima. Pengiriman data pada komunikasi serial asinkron ditandai oleh
start bit yang bernilai 0. Selama transmisi belum dilakukan, jalur komunikasi selalu
bernilai 1. Pengiriman start bit langsung diikuti oleh pengiriman data bit dimulai dari
Least Significant Bit, kemudian dilanjutkan oleh parity bit dan stop bit.
20

Gambar 2.8 Ilustrasi pengiriman sebuah data
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka kedua pihak harus
menyamakan konfigurasi mereka, yang berupa:
Baud rate
J umlah data bit
J umlah stop bit
Parity bit
Baud rate digunakan untuk menentukan kelamaan (timing) dari sebuah bit.
J umlah data bit berguna untuk menentukan jumlah bit yang merupakan data, bukan bit
penanda seperti parity bit atau stop bit. Parity bit berfungsi sebagai error checking,
untuk memastikan bahwa data bit yang diterima berjumlah sama dengan yang dikirim
dan dengan urutan yang sesuai. Stop bit menandakan bahwa transmisi telah selesai.


21
2.4 Sensor Tekanan
Sensor tekanan adalah sensor yang berfungsi untuk besarnya tekanan suatu
fluida, seperti gas atau cairan. Nilai tekanan menyatakan besarnya suatu gaya yang
dibutuhkan untuk mencegah suatu fluida untuk menyebar, biasanya dinyatakan sebagai
gaya per luas daerah. Sensor tekanan akan menghasilkan sinyal listrik sesuai dengan
besar tekanan yang dialaminya.
Tipe pengukuran tekanan dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan acuan tekanan yang
digunakan:
Tekanan absolut (absolute pressure)
Pengukuran pada tipe ini dilakukan dengan membandingkan tekanan
yang diukur dengan tekanan vakum (vacuum pressure).
Tekanan diferensial (differential pressure)
Pengukuran pada tipe ini dilakukan dengan membandingkan tekanan
yang diukur dengan sebuah tekanan referensi.
Tekanan ukuran (gauge pressure)
Pengukuran pada tipe ini dilakukan dengan membandingkan tekanan
yang diukur dengan tekanan atmosfir (1 atm).

Gambar 2.9 Ilustrasi tekanan yang diukur dengan acuannya

22
Di bawah ini adalah macam-macam teknologi transducer yang digunakan di
dalam sensor tekanan untuk merepresentasikan besar tekanan yang dialaminya menjadi
sinyal listrik:
Strain Gauge
Tipe ini menggunakan strain gauge yang menempel pada sebuah
diafragma metal. Diafragma metal akan melengkung bila mendapat
tekanan dari luar, dan lengkungan ini akan memberikan tegangan (strain)
pada strain gauge yang tertempel pada diafragma. Penegangan ini akan
mengubah nilai resistansi dari strain gauge tersebut, serta mengubah
tegangan output dari sensor tekanan. Teknologi ini disebut juga sebagai
teknologi piezoresistive.

Gambar 2.10 Penampang teknologi strain gauge
Capasitive
Tipe ini menggunakan sebuah diafragma tipis sebagai salah satu kepingan
kapasitor dan sebuah kepingan metal sebagai kepingan kapasitor lainnya.
23
Tekanan yang diterima akan membengkokkan diafragma dan mengubah
nilai kapasitansi antara diafragma dan kepingan metal, serta mengubah
tegangan output dari sensor tekanan.

Gambar 2.11 Penampang teknologi capacitive
Piezoelectric
Tipe ini menggunakan sifat alami elemen-elemen piezoelectric seperti
kristal, beberapa jenis keramik, dan benda-benda biologis, pada
umumnya yang digunakan adalah quartz. Elemen piezoelectric akan
menghasilkan potensial listrik bila mengalami perubahan bentuk akibat
terkena tekanan (stress).

Gambar 2.12 Penampang teknologi piezoelectric
24
2.5 Low Pass Filter
Low-Pass Filter (LPF) merupakan filter yang melewatkan sinyal yang lebih
rendah dari frekuensi cutoff dan melemahkan sinyal yang frekuensinya lebih tinggi dari
frekuensi cutoff. Frekuensi cutoff merupakan sebuah batas dalam respon frekuensi sistem
dimana filter mulai melemahkan atau melewatkan frekuensi sinyal input yang
bergantung dari jenis filter yang dipakai.

Gambar 2.13 Respon frekuensi LPF

2.6 High Pass Filter
High-Pass Filter (HPF) merupakan filter yang memiliki sifat berbanding terbalik
dengan Low-Pass Filter (LPF). Pada Low-Pass Filter (LPF) sinyal yang dilewatkan
adalah sinyal yang memiliki frekuensi lebih rendah dari frekuensi cutoff dan
melemahkan sinyal yang memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cutoff,
sedangkan pada High-Pass Filter (HPF) sinyal yang dilewatkan adalah sinyal yang
memiliki frekuensi lebih tinggi dari frekuensi cutoff dan melemahkan sinyal yang
memiliki frekuensi lebih rendah dari frekuensi cutoff.
25

Gambar 2.14 Respon frekuensi HPF

2.7 Sallen-Key Filter
Filter Sallen-Key adalah sebuah topologi filter elektronik yang digunakan untuk
mengimplementasikan filter aktif berorde dua dan terkenal karena kesederhanaannya.
Filter jenis ini diperkenalkan oleh R.P Sallen dan E.L. Key dari MIT Lincoln Laboratory
pada tahun 1955.
Berikut adalah gambar topologi filter Sallen-Key yang umum digunakan:

Gambar 2.15 Topologi filter Sallen-Key
Untuk mencari nilai frekuensi cutoff dari filter Sallen-Key ini dapat digunakan rumus
.
26
2.8 Database
Database terdiri dari sekumpulan data yang terstruktur dan dapat dipakai sekali
atau lebih, khususnya dalam bentuk digital.
Pengertian lain dari database adalah susunan record data operasional lengkap
dari suatu organisasi atau perusahaan, yang diorganisir dan disimpan secara terintegrasi
dengan menggunakan metode tertentu dalam komputer sehingga mampu memenuhi
informasi yang optimal dan dibutuhkan oleh pengguna. Banyak sekali kegiatan manusia
yang menggunakan komputer sebagai sarana pengolahan data, sehingga diperlukan
suatu piranti lunak database. J ika dikaji lebih mendasar tentang batasan suatu database,
maka dapat disebutkan bahwa segala bentuk koleksi data adalah suatu database.
Salah satu komponen penting dalam penggunaan database adalah Database
Management System (DBMS). Database Management System (DBMS) bertugas untuk
menangani semua akses ke database dan bertanggung jawab untuk menerapkan
pemeriksaan otorisasi dan prosedur validasi. Salah satu piranti lunak yang banyak
digunakan untuk membuat sebuah database sederhana adalah Microsoft Access.
Program ini banyak dipakai karena kemudahannya dalam mengolah database, pengguna
yang tidak memahami tentang database dapat menggunakan program ini dengan mudah
karena adanya user interface yang membantu pengguna dalam mengolah data pada
database.





27
2.9 Mikrokontroler MCF51JM128
Mikrokontroler MCF51J M128 mampu beroperasi dalam tegangan berkisar 2,7 V
5,5 V dengan kecepatan clock mencapai 50.33 MHz. MCF51J M128 menggunakan
CPU ( Central Processing Unit ) ColdFire v1 yang dikeluarkan oleh Freescale
Semiconductor dengan 32-bit RISC yang menyerupai arsitektur Motorola 68000.
Fitur - Fitur MCF51J M128:
128 Kbyte flash memory untuk menyimpan program.
16 Kbyte static RAM untuk menyimpan program dan variabel.
Analog to digital converter sebanyak 28 channel dengan resolusi
mencapai 12-bit.
56 buah pin GPIO.
2 buah SCI (Serial Communication Interfaces) yang mendukung
protokol RS-232.
32 bit data register.
28

Gambar 2.16 Konfigurasi pin MCF51JM128
Dengan melihat gambar tersebut dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi
pin J M128, penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Pin 3 berfungsi sebagai reset.
2. Pin 21 berfungsi sebagai VCC.
3. Pin 22 berfungsi sebagai ground.
4. Pin 37 berfungsi sebagai ADC channel 3.
5. Pin 38 berfungsi sebagai ADC channel 4.
6. Pin 63 berfungsi sebagai transmitter data
7. Pin 64 berfungsi sebagai receiver data

Anda mungkin juga menyukai