Anda di halaman 1dari 19

KALKULASI BIAYA PROSES

Process Costing merupakan cara penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk mengolah produknya secara massa. Dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Karakteristik perusahaan yang berproduksi massa : Produk yang dihasilkan merupakan produk standar Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

Metode biaya proses digunakan untuk barang-barang yang diproduksi melalui pengolahan yang berkesinambungan atau melalui proses produksi massal. Keadaan seperti ini terdapat dalam perusahaan industri yang menghasilkan komoditi seperti plastik, minyak bumi, tekstil, baja, gandum, dan gula. Metode biaya proses juga digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang-barang seperti sekrup, alatalat elektronik ringan, dan oleh industri perakitan (mobil, pesawat terbang, dan perkakas rumah tangga). Beberapa perusahaan umum (gas, air minum, dan listrik) juga mengkalkulasi biaya produksinya dengan metode biaya proses.

Ciri-ciri dari kalkulasi biaya proses adalah: Biaya dibebankan ke perkiraan barang dalam proses pada setiap departemen. Laporan biaya produksi digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan menghitung biaya per unit dan biaya total. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan unit ekuivalen (artinya, dihitung berapa unit barang jadi yang setara dengan barang dalam proses tersebut). Biaya-biaya dari unit-jadi pada suatu departemen akan ditransfer ke de-

partemen pengolahan berikutnya agar pada akhirnya dapat diketahui biaya total untuk barang jadi selama satu periode, dan biaya yang harus dibebankan ke barang dalam proses.

Kalkulasi Biaya per Departemen Pada perusahaan pabrikan, proses produksi dapat berlangsung melalui beberapa departemen. Setiap departemen melaksanakan suatu operasi yang spesifik atau suatu proses yang mengarah pada penyelesaian suatu produk. Contohnya, dalam situasi di mana digunakan metode biaya proses, departemen pertama melaksanakan fase pengerjaan awal atas suatu barang dan kemudian mentransfer unit-unit produksinya ke departemen kedua. Departemen kedua menyelesaikan bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, lalu mentransfer unit-unit produksinya ke departemen ketiga yang merampungkan barang terse but secara tuntas dan kemudian menyampaikannya ke gudang barang jadi. Unit produksi yang ditransfer dari satu departemen ke departemen berikutnya juga akan disertai dengan biaya-biaya yang diakumulasikan di departemen yang bersangkutan. Biaya bahan, upah pekerja, dan overhead pabrik akan dibebankan ke perkiraan barang dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap departemen. Dalam kalkulasi biaya proses, biaya total dan biaya per unit pada setiap departemen akan diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi. Dalam laporan ini, biaya unit jadi akan digunakan untuk menghitung biaya unit-unit yang masih dalam proses. Pemisahan biaya untuk unit yang ditransfer dan untuk persediaan barang dalam proses pada setiap departemen diperlukan untuk pengendalian biaya.

Langkah-langkah perhitungan dalam process costing : 1. Biaya produksi dibagi menjadi tiga : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 2. Menentukan besarnya biaya produksi, ditentukan berdasarkan biaya yang

sesungguhnya terjadi. 3. Menghitung besarnya unit ekuivalensi, dengan cara :

produk jadi produk dalam proses x % penyelesaian


4. Menghitung besarnya biaya produksi per unit, dengan cara membagi masing-masing biaya produksi dengan unit ekuivalannya, kemudian menjumlahkannya. 5. Menghitung nilai produk jadi :

produk jadi x biaya produksiper unit


6. Menghitung nilai produk dalam proses :

produk dalam proses x % penyelesaiannya x biaya produksi per unit

VARIASI PENGGUNAAN METODE HARGA POKOK PROSES MENCAKUP: a. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya dioleh hanya melalui satu departemen produksi b. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi c. pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan: produk hilang pada awal proses proiduk hilang pada akhir proses

METODE

HARGA

POKOK

PROSES

PRODUK

DIOLAH

MELALUI

SATU

DEPARTEMEN PRODUKSI Contoh 1. PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 20x1 disajikan dalam gambar 3.1 Biaya bahan baku Rp 5.000.000 Biaya bahan penolong Rp 7.500.000 Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000 Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000 Total biaya produksi Rp 39.875.000 Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah : Produk jadi 2.000 kg Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan baku : 100 %;biaya bahan penolong 500 kg 100 %, biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %. Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 20x1 Masuk ke dalam proses: 2.500 kg Produk jadi : 2000 kg Produk dalam proses akhir 500 kg

Unsure biaya produksi (1) Bahan baku Bahan penolong Tenaga kerja Overhead pabrik

Perhitungan harga pokok produksi per satuan Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per satuan (2) (3) (2);(3) Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000 Rp 7.500.000 2.500 3.000 Rp 11.250.000 2.250 5.000 Rp 16.125.000 2.150 7.500 39.875.000 17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Harga pokok persediaan produk dalam proses Biaya bahan baku : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000 Biaya bahan penolong 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000 Biaya tenaga kerja 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000 Biaya overhead pabrik 30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000 Jumlah biaya produksi bulan januari 20x1 Jurnal pencatatan biaya produksi jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ; Barang dalam proses- biaya bahan baku Persediaan bahan baku 5.000.000 Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong Barang dalam proses- biaya bahan penolong Persediaan bahan penolong Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja Barang dalam proses- biaya tenaga kerja Gaji dan upah JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Berbagai rekening yang dikredit 16.125.000 Rp 35.000.000

Rp 4.875.000 Rp 39.875.000

Rp 5.000.000 Rp

Rp 7.500.000 Rp 7.500.000

Rp 11.250.000 Rp 11.250.000

Rp 16.125.000 Rp

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang Persediaan produk jadi Rp 35.000.000 Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000 Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000 Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000 Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh pada akhir bulan januari 20x1 Persediaan produk dalam proses Barang dalam proses biaya bahan baku Barang dalam proses biaya bahan penolong Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Barang dalam proses biaya overhead pabrik Rp 4.875.000 Rp 1.000.000 Rp 1.500.000 Rp 1.250.000 Rp 1.125.000

METODE HARGA POKOK PROSES PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk

yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari: a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh2: PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 20x1 disajikan dalam gambar berikut : Data produksi Bulan Januari 20x1 Departemen A Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kg Produk selesai yang ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 20x1 Biaya bahan baku Rp 70.000 Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir Biaya bahan baku 100% Biaya konversi 20%

Departemen B

24.000 kg 6.000 kg Rp 0 Rp 270.000 Rp 405.000

50%

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per produksi kg Bahan baku Tenaga kerja Overbead pabrik Total Rp 70.000 155.000 248.000 Rp 173.000 35.000 31.000 31.000 Rp 2 5 8 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Harga pokok persediaan produk dalam proses Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000 Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000 Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000 Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 20x1 Rp 450.000

Rp 23.000 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku : Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000 Persediaan bahan baku Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja : Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Gaji dan upah Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Berbagai rekening yang di kredit

Rp 70.000

Rp 155.000 Rp 155.000

Rp 248.000 Rp 248.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke departemen B: Barang dalam proses biaya bahan baku departemen B Rp 450.000 Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000 Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000 Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000 Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 20x1 Persediaan produk dalam proses-departemen A Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 23.000 Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per produksi kg Tenaga kerja Overbead pabrik Total 270.000 405.000 Rp 675.000 27.000 27.000 10 15 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke gudang Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15 Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25 Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 24.000 x Rp 40 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 Biaya yang ditambahkan oleh departemen B: Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000 Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 20x1

Rp 360.000 600.000 960.000

90.000

Rp 75.000 165.000 Rp 1.125.000

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: : Barang dalam proses biaya bahan baku departemen B Rp 450.000 Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A 150.000 Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A 240.000 Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja : Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Gaji dan upah Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Berbagai rekening yang di kredit

Rp 60.000 Rp Rp

Rp 270.000 Rp 270.000

Rp 405.000 Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudang Persediaan produk jadi Rp 960.000 Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000 Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000 Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000 Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 20x1 Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000 Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B

Rp 90.000 Rp 30.000 Rp 45.000

PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN Pengaruh terjadinya produk yang hilang A. Pada Awal Proses Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuvalensi yang dihasilkan dalam departemen tersebut. Dalam departemen setelah departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat : 1. Menaikan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya

2. Menaikan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen produksi yang pertama. Contoh: PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 20x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 20x1 Departemen A Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg Produk selesai yang ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut : Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % Produk yang hilang pada awal proses 100 kg

Departemen B

400 kg

100 kg 200

Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik

Biaya produksi Bulan Januari 20x1 3. Departemen A Departemen B Rp 22.500 Rp 26.100 16.100 35.100 22.500 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 20x1 Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A ( unit ekuivalensi) Biaya produksi Departemen A Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A Rp 22.500 Rp 25 26.100 35.100 46.800 Rp 130.500 29 45 60 Rp 159

Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik

700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 700 + 40%x200kg=780kg 700 + 40%x200kg=780kg

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 20x1 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 111.300

Rp 159 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg) Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000 Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800 Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600 Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800 Jumlah biaya produksi Departemen A

Rp 19.200 Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 159,00 departemen A Rp 111.300 : 700 Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Rp 222.60 departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg) Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal Rp 63.60 dari Departemen A 4. Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 20x1 Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B ( unit ekuivalensi) 400 kg + 60 % x 100 kg = 460 kg 400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg 400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di departemen B Rp 16.100 Rp 22.500 Rp 24.750 Rp 63.350 Biaya per kg yang ditambahkan Departemen B Rp 35 Rp 50 Rp 55 Rp 140

Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 20x1 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 145.040 Rp 362.60 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg): Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260 Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100 Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500 Rp 29.610 Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750 Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

B. Pada Akhir proses Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

Produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi di departemen produksi pertama hanya berakibat terhadap harga pokok per satuan produk yang di transfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. Produk yang hilang pada akhir proses tidak mempengaruhi harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya. Contoh: PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 20x1 disajikan dalam gambar berikut : Data produksi Bulan Januari 20x1 Departemen A Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg Produk selesai yang ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut : Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg Biaya produksi Bulan Januari 20x1 Departemen A Biaya bahan baku Biaya bahan penolong Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Rp 22.500 26.100 35.100 45.800 Departemen B

400 kg

100 kg 200 kg

Departemen B Rp 16.100 22.500 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 20x1 Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang Departemen dihasilkan oleh A departemen A Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= Rp 22.500 Rp 22.5 baku 1000 kg Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 26.100 26.10 penolong 1000 kg Biaya tenaga 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89 kerja Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18 pabrik Rp 130.500 Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 20x1 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 99.169 Rp 141.67 Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang 14.167,00 hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah 113.334,40 disesuaikan : 700 x Rp 161,91 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg) Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500 Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220 Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2 Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4 Rp 17.165.60 Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi pertama Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 20x1 Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan Jumlah Biaya per kg oleh departemen B ( unit biaya yang ekuivalensi) produksi ditambahkan di yang Departemen B ditambahkan di departemen B Biaya bahan 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg Rp 16.100 Rp 24.39 penolong = 660 kg Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 22.500 Rp 34.62 = 650 kg Biaya overhead 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg Rp 24.750 Rp 38.08 pabrik = 650 kg Rp 63.350 Rp 97.09 Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 20x1 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 161.91 Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 400 x Rp 388.5 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg) Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00 Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3 Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731 Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904 Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 64.764,00 38.836,00 51.800,00 155.400,00

Rp 21.289.40 Rp 176.689.40

Pengaruh terjadinya Persediaan Awal Barang Dalam Proses


Harga pokok persediaan produk dalam proses yang dihitung harga pokoknya pada akhir periode akan menjadi harga pokok persediaan produk dalam proses pada awal periode dalam departemen produksi yang bersangkutan. Harga pokok persediaan produk dalam proses awal periode ini akan mempunyai pengaruh dalam penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya ke gudang. Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan adanya masalah ini maka timbul berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku (Metode Persediaan) yang dipakai yaitu Metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average); Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO);

Metode Harga Pokok Rata- Rata Tertimbang Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata- rata tertimbang, harga ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.

Contoh Kasus Sebuah perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses, memberikan data yang berkaitan dengan proses produksi selama bulan Januari 2007 sbb : Jumlah produk dalam proses pada awal bulan 2.000 unit Jumlah produk yang masuk proses 15.000 unit Jumlah produk jadi 13.000 unit Jumlah produk dalam proses pada akhir bulan 4.000 unit, dengan tingkat penyelesaian : bahan baku 75%; upah langsung 50%; dan overhead 60% Nilai persediaan awal produk dalam proses Rp. 352.000,00 yang terdiri dari : Bahan baku Rp. 200.000,00 Upah Langsung Rp. 80.000,00 BOP Rp. 72.000,00

Jumlah biaya sebenarnya selama bulan tersebut : Bahan baku Rp. 1.480.000,00 Upah langsung Rp. 1.090.000,00 BOP Rp. 898.200,00

Hitunglah nilai persediaan produk jadi dan nilai persediaan akhir produk dalam proses dengan menggunakan metode rata-rata Penyelesaian Data produksi : Jumlah produk dalam proses awal Jumlah yang dimasukkan dalam proses Total yang siap diproses Produk jadi ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir

2.000 unit 15.000 unit 17.000 unit 13.000 unit 4.000 unit

Perhitungan biaya produksi per unit : Unsur BP Biaya pada Biaya produksi PDP periode ini Biaya BB Rp. Rp. Biaya TKL 200.000 1.480.000 Biaya OP 80.000 1.090.000 72.000 898.200 Jumlah

Total Biaya Rp. 1.680.000 1.170.000 970.200 Rp. 3.820.200

Unit BP Perunit Ekuivalensi 16.000 Rp. 15.000 105 15.400 78 63 Rp. 246

Perhitungan HPP selesai dan persediaan produk dalam proses : HPP selesai yang ditransfer ke gudang 13.000 * Rp. 246 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir : Biaya BB Biaya TKL Biaya OP 4000 * 75% * 105 = 4000 * 50% * 78 = 4000 * 60% * 63 = 315.000 156.000 151.200 622.200 Jumlah biaya produksi bulan Januari 2007 Rp. 3.820.200

Rp. 3.198.000

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses (belum selesai diproses), kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

Contoh Kasus Sebuah perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses, memberikan data yang berkaitan dengan proses produksi selama bulan April 2007 sbb : Jumlah produk yang masih dalam proses pada awal bulan 20.000 unit, dengan tingkat penyelesaian : bahan baku 90%; upah langsung 70%; dan overhead 80% Produk yang masuk proses selama bulan tersebut 60.000 unit. Jumlah produk jadi 65.000 unit. Jumlah produk yang masih dalam proses pada akhir bulan 15.000 unit, dengan tingkat penyelesaian : bahan baku 100%; upah langsung 60%; dan overhead 75% Nilai persediaan awal produk dalam proses Rp. 858.000,00 Jumlah biaya sebenarnya selama bulan tersebut : Biaya bahan baku Rp. 1.302.000,00 Biaya tenaga kerja lgs Rp. 1.020.000,00 BOP Rp. 1.205.000,00

Hitunglah nilai persediaan produk jadi dan nilai persediaan akhir produk dalam proses dengan menggunakan FIFO costing Penyelesaian Data produksi : Jumlah produk dalam proses awal Jumlah yang dimasukkan dalam proses Total yang siap diproses Produk jadi ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir

20.000 unit 60.000 unit 80.000 unit 65.000 unit 15.000 unit

Perhitungan unit ekuivalensi dengan metode MPKP (FIFO) : Biaya BB Persediaan produk dalam proses awal Produk selesai Produk dalam proses akhir Jumlah unit ekuivalensi 2.000 *) 45.000 15.000 62.000 Biaya TKL 6.000 45.000 **) 9.000 60.000 Biaya OP 4.000 45.000 11.250 ***) 60.250

Keterangan : *) Jumlah produk dalam proses awal * (100% - tingkat penyelesaian produk dalam proses awal) 20.000 unit * (100% - 90%) = 2.000 unit **) Jumlah Produk yang ditransfer jumlah produk dalam proses awal 65.000 unit 20.000 unit = 45.000 unit ***) Jumlah produk dalam proses akhir * tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir 15.000 unit * 75% = 11.250 unit

Perhitungan biaya produksi per unit dengan metode FIFO : Unsur BP Biaya BB Biaya TKL Biaya OP Jumlah Total Biaya 1.302.000 1.020.000 1.205.000 Rp. 3.527.000 Unit Ekuivalensi 62.000 60.000 60.250 Rp. BP Perunit 21 17 20 58

Perhitungan HPP selesai dan produk dalam proses :

HPP selesai yang ditransfer ke gudang : Harga pokok persediaan produk dalam proses awal : Biaya penyelesaian produk dalam proses awal : Biaya BB 10% * 20.000 * 21 = Biaya TKL 30% * 20.000 * 17 = Biaya OP 20% * 20.000 * 20 = Rp. 858.000

42.000 102.000 80.000 224.000 1.082.000

Harga pokok produk dari produksi sekarang 45.000 * Rp. 58 2.610.000 Harga pokok selesai yang ditransfer ke gudang Rp. Harga pokok produk dalam proses akhir : Biaya BB 100% * 15.000 * 21 = Biaya TKL 60% * 15.000 * 17 = Biaya OP 75% * 15.000 * 20 = Jumlah biaya bulan April 2007 315.000 153.000 225.000 Rp. 693.000 4.385.000 3.692.000

LAPORAN BIAYA PRODUKSI Dalam kalkulasi biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke sebuah departemen akan diikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk departemen tersebut. Laporan ini merupakan sarana guna menyajikan jumlah biaya yang diakumulasikan dan rinciannya selama satu bulan. Di samping itu, laporan ini merupakan sumber informasi guna menyiapkan ayat jumal ikhtisar yang mencatat aktivitas dalam setiap perkiraan biaya. Laporan biaya produksi untuk sebuah departemen akan memperlihatkan (1) biaya total dan biaya per unit yang ditransfer dari departemen sebelumnya, (2) biaya bahan, upah pekerja, dan overhead pabrik yang ditambahkan di departemen tersebut, (3) biaya per unit yang ditambahkan di departemen tersebut, (4) biaya total dan biaya per unit yang diakumulasikan pada akhir operasi departemen tersebut, (5) nilai (harga pokok) persediaan awal dan akhir barang dalam proses yang berada dalam salah satu tahap penyelesaian kerja, dan (6) biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang barang jadi. Perhitungan biaya dalam laporan ini biasanya dibagi dalam dua bagian : pertama, menunjukan biaya total yang harus dipertanggungjawabkan oleh departemen yang bersangkutan, dan kedua, memperlihatkan pembagian biaya tersebut. Laporan biaya produksi atau skedul pendukung dibutuhkan untuk mengendalikan biaya dan untuk

menentukan nilai persediaan akhir barang dalam proses, karena laporan ini menyajikan unsur-unsur biaya serta rinciannya untuk setiap departemen. Dalam laporan biaya produksi juga tercakup data produksi yang harus

dipertanggungjawabkan oleh departemen yang bersangkutan dan disposisi jumlah total dari unit-unit ini. Informasi dalam skedul ini, setelah disesuaikan menurut produksi ekuivalen, akan digunakan untuk menghitung biaya per unit yang ditambahkan oleh departemen yang bersangkutan, biaya persediaan akhir barang dalam proses, dan biaya produksi yang akan ditransfer dari departemen tersebut.

KESIMPULAN
1. Karakteristik perusahaan yang berproduksi massa : Produk yang dihasilkan merupakan produk standar Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu lebih mudah mengumpulkan biaya dengan mengakumulasi biaya dari setiap tahap proses produksi dibanding menelusuri biaya setiap unit yang diproduksi 2. Ciri-ciri dari kalkulasi biaya proses adalah: Biaya dibebankan ke perkiraan barang dalam proses pada setiap departemen. Laporan biaya produksi digunakan untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan menghitung biaya per unit dan biaya total. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan unit ekuivalen (artinya, dihitung berapa unit barang jadi yang setara dengan barang dalam proses tersebut). Biaya-biaya dari unit-jadi pada suatu departemen akan ditransfer ke departemen pengolahan berikutnya agar pada akhirnya dapat diketahui biaya total untuk barang jadi selama satu periode, dan biaya yang harus dibebankan ke barang dalam proses 3. Oleh karena pembebanan biaya dari satu departemen produksi (BBL, TKL & BOP) tidak keseluruhan ditransfer ke departemen berikutnya karena tidak semua unit selesai diproduksi, perhitungan biaya proses menggunakan metode tahap sebagai berikut: A. Kalkulasi Biaya Produksi pada departemen produksi I (tidak ada persediaan awal)/Departemen Produksi Paling Awal Langkah: 1. Ikhtisar arus unit fisik Mengklasifikasikan jumlah unit barang produksi keseluruhan (Unit yang akan dihitung) ke dalam Unit Selesai dan Unit Dalam Proses. Unit yang akan dihtung Brg Proses awal + Unit Dimulai = = Unit yang diperhitungkan Unit Selesai + Unit Dalam Proses

2. Hitung output dalam Unit Ekuivalen Unit Ekuivalen = mengekspresikan unit pekerjaan (yang belum selesai) ke dalam unit yang telah selesai.

Rumus hitung output unit ekuivalen Jumlah unit yang belum selesai x Persentase penyelesaian proses = Jumlah unit ekuivalen

Perhitungan unit ekuivalen tidak bisa serta merta diterapkan langsung kepada keseluruhan biaya produksi, karena produk selesai dan produk dalam proses tidak menyerap biaya konversi yang sama. Unit Ekuivalen Biaya Bahan Langsung = Unit barang selesai + Unit Barang Dlm Proses Unit Ekuivalen Biaya Konversi = Unit barang selesai + (Unit BDP x % Pekerjaan) 3. Hitung biaya per unit Ekuivalen Biaya per unit ekuvalen diklasifikasikan sesuai unit ekuivalennya. Biaya per unit ekuivalen untuk bahan langsung = Total Biaya Langsung Unit Ekuivalen Bahan Langsung

Biaya per unit ekuivalen untuk biaya konversi =

Total Biaya Konversi Unit Ekuivalen Biaya Konversi

4. Hitung Biaya per unit selesai (unit ditransfer ke dep.produksi selanjutnya) dan unit barang dalam proses Biaya Unit Selesai Perhitungan biaya unit selesai merupakan target utama dari perhitungan biaya, karena biaya tersebut akan ditransfer ke proses produksi berikutnya hingga menjadi barang jadi.

Biaya Unit Selesai = Jumlah Unit Selesai x (Biaya Per unit Ekuiv.Bahan Langsung + Biaya Perunit Ekuiv. Biaya Konversi) Biaya Unit Dalam Proses Biaya Unit Dlm Proses = Jumlah Unit Dlm Proses x { Biaya Perunit Ekuiv.Bahan Langsung + ( Biaya Perunit Ekuiv. Biaya Konversi x %Pekerjaan) }

B. Pengolahan Produk Melalui Beberapa

Departemen Produksi

- Produk yang selesai diolah pada departemen pertama, selanjutnya ditransfer ke departemen berikutnya. - Produk yang selesai diolah pada departemen terakhir akan ditransfer ke gudang barang jadi. - Harga pokok pada departemen tertentu merupakan akumulasi dari harga pokok departemen-departemen sebelumnya. - Dua metode perhitungan biaya persediaan awal dalam kalkulasi biaya proses: 1. Kalkulasi biaya rata-rata tertimbang (weighted-average costing) Kalkulasi Biaya Rata-rata Tertimbang (Weighted-Average Cos... Kita merata-ratakan biaya penyelesaian persediaan awal pada periode sebelumnya (yang dalam keadaan setengah jadi), dengan biaya periode berjalan untuk mendapatkan biaya per unit. Unit persediaan awal

menerima biaya per unit yang besarnya sama dengan unit yang baru dimulai dan diselesaikan selama periode bersangkutan sehingga semua unit yang ditransfer akan memiliki biaya per unit yang sama. 2. Kalkulasi biaya pertama masuk, pertama keluar (first-in, first-out FIFO) Kalkulasi Biaya FIFO Memisahkan biaya unit jadi yang terdapat pada persediaan awal dari biaya unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode tertentu. Kita mengasumsikan bahwa biaya persediaan awal mengalir keluar dari barang dalam proses terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai