Anda di halaman 1dari 1

NGGIRLI SEBAGAI POTENSI RUANG PUBLIK JOGJAKARTA Dewasa ini, ruang publik perkotaan semakin berkurang kualitas maupun

kuantitasnya dikarenakan semakin padatnya penghuni kota. Sehingga semakin terlihat sikap tidak menghargai dan menjaga berlangsungnya kehidupan ruang publik yang sudah ada. Ruang publik merupakan bentuk ruang yang digunakan manusia secara bersama-sama berupa jalan, pedestrian, taman, plaza, fasilitas transportasi umum, dan museum (1984, Project for Public Spaces in New York). Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang ini memungkinkan terjadinya pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada ruang ini seringkali timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini dikategorikan sebagai ruang umum. Pemerintah Kota, Investor, Developer, dan masyarakat luas belum banyak yang menyentuh perancangan ruang publik kota. Padahal banyak permasalah ruang publik kota, antara lain perubahan fungsi trotoar yang seharusnya sebagai sarana pejalan kaki menjadi lahan parkir toko toko besar (mall), sekolahan, bimbingan belajar, dan berbagai usaha lainnya yang tidak memikirkan tempat parkir. Seperti misalnya pedagang kaki lima, menggunakan trotoar sebagai lahan berjualan yang mengganggu hak para pejalan kaki. Selain itu tanggapan masyarakat terhadap ruang publik kota masih sangatlah rendah. Buktinya masih banyak sampah yang berceceran di jalan, bungkus makanan kecil, bungkus rokok, maupun puntung rokok, dan lainnya. Adanya bau pesing dari sudut sudut ruang publik kota, seperti di trotoar jalan trikora, trotoar jalan malioboro, maupun daerah sekitar alun alun kidul Yogyakarta. Yogyakarta masih memiliki banyak ruang ruang kecil yang belum berfungsi sebagai ruang publik. Baik itu merupakan ruang kecil atau ruang ruang yang luas belum dimanfaatkan secara optimal dan belum ditilik sebagai sasaran pengembangan ruang publik perkotaan. Dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas ruang publik kota, sosialisasi pentingnya peranan ruang publik kota perlu ditekankan kepada masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang termotivasi dan peduli terhadap permasalahan ruang publik kota adalah komunitas Dewa Bronto, berada di nggirli pinggir kali code daerah karanganyar, kecamatan Mergangsan. Ruang gerak Dewa Bronto meliputi Lokasi yang terbentang sepanjang 800 meter yang mencakup wilayah lima rukun warga (RW) yang berjarak 3 kilometer. Dan kabarnya ingin menambah ruang lingkup mereka. Dewa Bronto memiliki tujuan untuk membuat ruang publik kota Jogjakarta yang notabene sangat miskin ruang publik. Tidak hanya bagian tengah kota saja yang bias menjadi ruang publik perkotaan, sarana interaksi dengan orang lain dan masyarakat. Bagian nggirli pun merupakan salah satu potensi kuat menjadi ruang publik perkotaan. Terutama di Kali Code, yang merupakan salah satu sungai terkenal di Jogjakarta. Rencana pengembangan Ruang Publik juga dapat difungsikan sebagai daerah wisata air (outbound air), seperti wisata perahu kano, flying fox, meniti tali, dll. Hingga saat ini Dewa Bronto sudah mulai membuat taman bermain anak anak yang lokasinya di sebelah selatan pom bensin Karanganyar, Mergangsan. Emmanuel Sancaka C. 13012

Anda mungkin juga menyukai