Anda di halaman 1dari 10

PRESENTASI KASUS SPINAL ANESTESI PADA SECTIO SECARIA A 1 PEMERIKSAAN SUBJEKTIF IDENTITAS PASIEN Nama pasien No.

RM Tanggal Masuk Tanggal Operasi Umur BB TB Suku Bangsa Pekerjaan Alamat 2 ANAMNESIS Keluhan Utama: Pasien mengeluarkan flek-flek dari jam 7 pagi Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh sejak pukul 7 pagi keluar flek-flek dari jalan lahir tanpa disertai adanya kenceng-kenceng dan tidak ada air ketuban yang keluar. Pasien lalu datang ke bidan, tetapi dirujuk ke rsud. Pasien merasa hamil anak yang ke 3, tetapi pasien lupa HPMT nya kapan. Menurut hasil USG yang dilakukan di poli kandungan sebelumnya, saat ini usia kandungannya 39+2 minggu. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat keputihan (-) hipertensi (-), diabetes melitus (-), Alergi (-), Asma (-), operasi (+) SC 6 tahun yll karena placenta previa totalis, penyakit jantung (-), rhinitis (-), penyakit hati (-), penyakit ginjal (-). Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat alergi (-), penyakit jantung (-), hipertensi (-), diabetes melitus, asma (-). : Ny. SN : 23066 : 12/03/2012 jam 10.00 : 13/03/2012 : 41 tahun : 68 kg : 158 cm : Jawa : IRT : Kedungrejo RT 3, RW 1 Kaliharjo Purworejo

Riwayat Obstetri: Hamil I : 2001/Bidan/Spontan/3800 gr/laki-laki/Hidup Hamil II: 2006/RSB/SC/4100 gr/laki-laki/Hidup Hamil III : Hamil ini, Umur kehamilan 39+2 minggu Riwayat Penggunaan Kontrasepsi: Kondom (+) B PEMERIKSAAN OBJEKTIF 1 2 Nadi Respirasi Suhu 3 Kepala Bentuk kepala ka/ki tidak ikterik Hidung Mulut 4 5 : tidak ada deviasi septum, napas cuping hidung (-/-), obstruksi (-/-) : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, gigi utuh : mesochepal, simetris Mata : pupil isokor ka/ki, reflek cahaya (+/ +), conjungtiva ka/ki tidak anemis, sclera Keadaan Umum Kesadaran Vital Sign Tekanan Darah : 120/80 mmHg : 80x/menit : 20x/menit : 36,5oC : Baik : Compos Mentis

Leher : limfonodi tak membesar, tak ada deviasi trachea Thoraks Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Paru Inspeksi Palpasi : simetris, retraksi (-), sikatrik (-), ketinggalan gerak (-) : ketinggalan gerak (-), fokal fremitus simetris : IC tak terlihat : IC tak teraba : Redup : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

Perkusi Auskultasi Abdomen

: sonor di seluruh lapang paru : vesikuler, wheezing (-) ronkhi (-)

Palpasi Leopold: Leopold I: teraba bulat lunak Leopold II: teraba tahanan di sebelah kiri pasien Leopold III: teraba bulat keras Leopold IV : kepala sudah masuk PAP TFU : 32 cm Ekstremitas Tidak ada oedem, tidak ada gangguan gerak, tidak ada deformitas baik pada ekstremitas atas maupun bawah, tidak ada akral dingin. C PEMERIKSAAN PENUNJANG ; Pemeriksaan darah Hb Ht Lekosit Eritrosit Trombosit MCV MCH MCHC Limfosit Netrofil Gol Darah HBsAG CT BT 12gr/dL 36,7 % 9,86.103/L 4,16.106/L 184.103/L 88,2 fL 28,7 pg 32,7/dL 25,8 % 68,9 % A (-) 230 355 TBJ: 3055 gr HIS jarang DJJ: 130 x/menit

STATUS PASIEN 1 Diagnosis Pasien Pre/post Operasi 2 ASA I 3 Keadaan Pre Operasi Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah 4 5 Tehnik Ondancetron 4 mg Anestesi yang diberikan : Regional : Spinal menggunakan Lidocain 75 mg, posisi duduk jarum spinal 26 G Maintenance Obat lainya 6 Bonam 7 Keadaan post operasi Keadaan Umum Tekanan Darah Nadi Resprasi Suhu Keluhan Ekstremitas atas 8 : Cukup : 130/80 mmHg : 90x/menit : 22 x/menit : 36oC : Nyeri (+) bekas jahitan, Mual (-), Muntah (-), Sesak nafas (-) :+/+ : O2 : Oxytocin 1A, Metergin 1 A, Torasic 30 mg : Baik, pasien tenang : Compos Mentis : 120/80 mmHg Status operatif : G3P2A0 hamil 39+2 minggu BDP dengan riwayat SC 6 tahun yll

Premedikasi yang diberikan

Prognosis Anestesi

Ekstremitas bawah : +/+ Terapi yang Diberikan Pre Operasi Infus RL 20 tpm

Puasa 8 jam pre op Durante Operatinum Infus RL 4x500 ml Instruksi Anestesi Awasi KU/ VS Tidur terlentang s/d 24 jam post op IVFD RL 1000 ml/24 jam Boleh langsung makan/minum Lain-lain sesuai TS Obsgyn Emergency lapor dokter anestesi Instruksi Kebidanan Cefotaxime 2x1gr Ketorolac 3x30mg PEMBAHASAN Kondisi Pasien Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sudah keluar flek dari jalan lahir tetapi belum disertai kenceng-kenceng dan keluarnya air ketuban. Setelah dilakukan pemeriksaan, usia kehamilan pasien adalah 39+2 minggu dan riwayat SC 6 tahun yang lalu sehingga direncanakan untuk SC elektif hari berikutnya. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, diperoleh gambaran mengenai status pasien pra anestesi yaitu masuk dalam kategori ASA 1 yang berarti pasien dalam keadaan sehat, tidak memiliki penyakit sistemik. Tehnik Anestesi Berdasarkan status fisik pasien tersebut, jenis anestesi yang digunakan dalam operasi seksio sesaria adalah anestesi spinal. Anestesi spinal adalah pemberian obatr anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid.

Pemilihan Anestesi Pemilihan anestesi mempertimbangkan faktor-faktor : 1 2 3 4 5 6 Umur Tipe pembedahan Keahlian dan pilihan dokter ahli anestesi Keadaan fisik penderita Keinginan pasien Lama operasi

ANESTESI SPINAL Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Hal hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat. Pada penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan dalam. Yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar (vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan adanya kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih. Di dalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat. Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui aliran darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal. Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis subkutis Lig. Supraspinosum Lig. Interspinosum Lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid.

Indikasi Penggunaan anestesi spinal : 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 Bedah abdomen bawah Bedah panggul Bedah ekstremitas bawah Tindakan sekitar rektum peritoneum Bedah obstetri dan Ginekologi Bedah Urologi Kontra Indikasi Absolut : Pasien menolak Infeksi pada tempat suntikan Hipovolumi berat atau syok Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan Tekanan intrakranial tinggi Fasilitas resusitasi kurang Stenosis aorta berat

Stenosis mitral berat

Kontra indikasi relatif : 1 2 3 4 5 Infeksi sistemik Pasien yang tidak kooperatif Defisit neurologis Lesi demielinisasi Deformitas spinal berat

Persiapan Anestesi Spinal Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed concernt) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga adanya scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah. Perlengkapan Tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan operasi yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan tindakan resusitasi. Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. Jarum spinal memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan ukuran 16G sampai dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan. Pada suhu 37oC cairan serebrospinal memiliki berat jenis 1,003-1,008. Perlengkapan lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril juga harus disiapkan. Jarum spinal. Dikenal 2 macam jarum spinal, yaitu jenis yang ujungnya runcing seperti ujung bamboo runcing (Quincke-Babcock atau Greene) dan jenis yang ujungnya seperti

ujung pensil (whitacre). Ujung pensil banyak digunakan karena jarang menyebabkan nyeri kepala pasca penyuntikan spinal.

Teknik Anestesi Spinal Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain: 1. Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi termudah untuk tindakan punksi lumbal. Pasien duduk di tepi meja operasi dengan kaki pada kursi, bersandar ke depan dengan tangan menyilang di depan. Pada posisi dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah satu sisi tubuh berada di meja operasi. 2. Posisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerah antara vertebrata lumbalis (interlumbal). 3. Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien. 4. Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan sudut 10 o30o terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal akan menembus ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, lapisan duramater, dan lapisan subaraknoid. 5. Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan menetes keluar. 6. Suntikkan obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam ruang subaraknoid. Kadang-kadang untuk memperlama kerja obat ditambahkan vasokonstriktor seperti adrenalin. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi adalah hipotensi, nyeri saat penyuntikan, nyeri punggung, sakit kepala, retensio urine, meningitis, cedera pembuluh darah dan saraf, serta anestesi spinal total. 9

KEPUSTAKAAN Dachlan, R., Suryadi, K.A., Latief, S. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, FK UI. Mansjoer, Arif. dkk. Anestesi spinal. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran edisi III hal.261264. 2000. Jakarta. Dobridnjov, I., etc. Clonidine Combined With Small-Dose Bupivacaine During Spinal Anesthesia For Inguinal Herniorrhaphy: A Randomized Double-Blind Study.Anesth Analg 2003;96:1496-1503. Syarif, Amir. Et al. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Dalam: Farmakologi dan Terapi edisi 5 hal.259-272. 2007. Gaya Baru, jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai