Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semenjak turunnya Adam AS di muka bumi hingga sekarang, pertambahan jumlah
manusia di bumi terus berkembang hingga saat ini mencapai tujuh miliar.
Perkembangan populasi ini juga diiringi semakin berkembangnya peradaban manusia.
Yang semula manusia hidup secara nomaden, lalu mulai menetap, dan akhirnya
membentuk masyarakat. Bahkan dari masyarakat-masyarakat kecil itu membentuk
sebuah negara dengan sistemnya masing-masing.
Islam sebagai agama yag rahmatan lil alamiin, agama yang mencakup semua sisi
kehidupan manusia. Lalu, yang selanjutnya muncul di benak penulis adalah apakah
Islam juga mengatur urusan bernegara umatnya? Ataukah Islam menganjurkan
sekulerisme?. Oleh karena itu, makalah yang berisi studi literatur ini dibuat untuk
mencari jawaban tersebut.

Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat dalam hukum fiqh mengenai kehidupan bernegara?
2. Jika terdapat aturan tersebut, bagaimanakah sistem bernegara menurut hukum fiqh
Islam tersebut?
3. Adakah contoh konkret pemerintahan ideal yang sesuai dengan hukum fiqh islam



BAB II
KERANGKA TEORITIS

Apabila kita membicarakan segala yang berkaitan dengan agama, maka landasan
utama yang kita gunakan bukanlah teori, melainkan dilandaskan kepada Ayat-ayat
Al-Quran maupun sunnah-sunnah Rasulullah SAW..
Agama Islam telah mengatur segala sisi dan kebutuhan hidup manusia baik
secara tersirat maupun tersurat, baik secara umum maupun spesifik.Termasuk yang
berkaitan dengan
Ep) -.- 7NON`4C p W-1E>
ge4L4`- -O) E_)Uu- -O)4
+;EO 4u-4 +EEL- p W-O7^4`
;E^) _ Ep) -.- +gg^ 7Og4C
gO) Ep) -.- 4p~E OgE- -LOO4
^)g
Og^4C 4g~-.- W-EON44`-47
W-ONOgC -.- W-ONOgC4 4OcO-
Ojq4 jO- 7Lg` W p)
u7+;N4O4L> O) 7/E* +1NO O) *.-
OcO-4 p) u7+47 4pONLg`u> *.)
gO4O^-4 @O=E- _ ElgO OOE=
}=O;O4 ECj> ^)_

58. Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, maka tetapkanlah
dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang Memberi pengajaran kepadamu. Sunggu,
Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.
59. Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul dan Ulil Amri
(pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian jia kamu berbeda pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya) jika kamu beriman


kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisaa :58-59)
Dalil diatas menunjukkan bahwa Islam telah memberikan pedoman dalam bernegara
seperti tentang ketaatan kepada aturan yang telah ditetapkan kepala negara, menyelesaikan suatu
perkara hukum dengan adil, dan sebagainya. Ayat diatas merupakan sebagian dari banyak dalil
mengenai hukum atau sistem bernegara menurut Islam.






BAB III
PEMBAHASAN

Sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang lengkap, yang juga memberikan
pedoman dalam ketatanegaraan dan politik, terdapat cabang ilmu dalam Fiqh (ilmu untuk
mengetahui hukum Allah yang berhubungan dengan segala amaliah) yang berkaitan dengan
ketatanegaraan yang bernama Fiqh Siyasah.
Selain itu, sebagai contoh konkret masyarakat/negara ideal menurut Islam, terdapat
istilah Masyarakat Madani yang menjadi sebutan untuk negara Islam dibawah kepemimpinan
Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin.
Siyasah
Kata siyasah berasal dari kata dalam bahasa arab sasa yang berarti mengatur;
mengurus; memerintah. Siyasah juga dapat diartikan sebagai pemerintahan, politik
(siasat) dan pembuatan kebijaksanaan. Jadi, dapat diambil kesimpulan siyasah adalah
melakukan pengaturan atau menetapkan kebijaksanaan yang berkaitan dengan politik
dan pemerintahan.
Secara terminologis, Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan bahwa siyasah
adalah pengaturan perundang-undangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban
dan kemaslahatan serta mengatur keadaan.
Secara lebih jelas, pengertian siyasah adalah bagian dari Fiqih yang membahas ilmu
pemerintahan dalam rangka mengatur urusan politik dalam dan luar negeri serta
mengatur kehidupan kemasyarakatan.
Menurut Suyuti Pulungan, dalam ilmu Fiqih Siyasah terbagi menjadi empat
bagian, antara lain :
1. Siyasah Dusturiyah
Siyasah Dusturiyah terdiri dua kata, siyasah dan dusturiyah. Pengertian
siyasah telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan dusturiyah memiliki undang-
undang atau peraturan. Jadi, siyasah dusturiyah dapat diartikan sebagai segala


undang-undang atau peraturan yang dibuat pemimpin negara untuk kepentingan
yang dipimpinnya.
Sedangkan menurut Pulungan (2002, hal:39) Siyasah Dusturiyah adalah
hal yang mengatur atau kebijakan yang diambil oleh kepala negara atau
pemerintah dalam mengatur warga negaranya. Hal ini berarti Siyasah Dusturiyah
adalah kajian terpenting dalam suatu negara, karena hal ini menyangkut hal-hal
yang mendasar dari suatu negara. Yaitu keharmonisan antara warga negara
dengan kepala negaranya. Secara lebih sederhana, Siyasah Dusturiyah
membahas tentang perundang-undangan.

2. Siyasah Dauliyah
Dauliyah berasal dari bahasa Arab yang bermakna tentang daulat,
kerajaan, kekuasaan, wewenang, serta kekuasaan. Sedangkan Siyasah Dauliyah
bermakna sebagai kekuasaan kepala negara untuk mengatur negara dalam hal
hubungan internasional, masalh territorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan,
pengasingan tawanan politik, pengusiran warga negara asing. Selain itu juga
mengurusi masalah kaum Dzimi, perbedaan agama, akad timbal balik dan
sepihak dengan kaum Dzimi, hudud, dan qishash (Pulungan, 2002. hal:41).
Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa Siyasah Dauliyah lebih
mengarah pada pengaturan masalah kenegaraan yang bersifat luar negeri, serta
kedaulatan negara. Hal ini sangat penting guna kedaulatan negara untuk
pengakuan dari negara lain. Secara lebih sederhana Siyasah Dauliyah membahas
mengenai politik dan hubungan luar negeri.

3. Siyasah Maliyah
Maliyah berasal dari bahasa Arab yang memiliki akar kata Mal yang
berati benda atau harta.Jadi, Siyasah Maliyah berkaitan dengan pengaturan
keuangan suatu negara. Djazuli (2003) mengatakan bahwa Siyasah Maliyah
adalah hak dan kewajiban kepala negara untuk mengatur dan mengurus keungan
negara guna kepentingan warga negaranya serta kemaslahatan umat. Lain halnya
dengan Pulungan (2002, hal:40) yang mengatak bahwa Siyasah Maliyah


meliputi hal-hal yang menyangkut harta benda negara (kas negara), pajak, serta
Baitul Mal.
Dari pembahasan diatas dapat kita lihat bahwa siyasah maliyah adalah
hal-hal yang menyangkut kas negara serta keuangan negara yang berasal dari
pajak, zakat baitul mal serta pendapatan negara yang tidak bertentangan dengan
syariat Islam.

4. Siyasah Harbiyah
Harbiyah dalam bahasa Arab berarti perang; keadaan darurat. Sedangkan
yang dimaksud Siyasah Harbiyah adalah sikap, wewenang, kebijaksanaan yang
diambil pemerintah di kala negara dalam keadaan darurat atau keadaan perang.
Dalam kajian Fiqh Siyasahnya yaitu Siyasah Harbiyah adalah
pemerintah atau kepala negara mengatur dan mengurusi hala-hal dan masalah
yang berkaitan dengan perang, kaidah perang, mobilisasi umum, hak dan
jaminan keamanan perang, perlakuan tawanan perang, harta rampasan perang,
dan masalah perdamaian (Pulungan, 2002. hal:41).

3.1. Masyarakat Madani
1. Pengertian
Konsep Masyarakat Madani diartikan sebagai masyarakat yang beradab,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan toleransi ,yang maju
dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kata madani berasal dari kata
"Madinah", sebuah kota tempat hijrah Nabi Muhammad saw. Madinah berasal dari
kata "Madaniyah" yang berarti peradaban.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya
dalam Q.S. Saba ayat 15: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di
sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah
negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun.



Menurut Quraish Shihab, masyarakat muslim awal disebut umat terbaik karena
sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru kepada hal-
hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Allah dan
mencegah kemunkaran. Kaum Muslim awal menjadi "Khairu Ummah" karena
mereka menjalankan amar ma'ruf yang sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-
Nya. (Quraish Shihab, 2000)

2. Masyarakat Madani dalam sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat
madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah
berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Quran sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

3. Karakteristik Masyarakat Madani
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi
dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan
terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim
totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.


7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama,
yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan
yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun
secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh
aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat
dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara
untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun
demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang
hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair
yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus
menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat
dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic
governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara
demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).


Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani
sebagai berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat.
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan
dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata
lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan bersama
dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap
saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga
ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan
kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar
mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.






BAB IV
KESIMPULAN

1 Islam telah mengatur kehidupan bernegara umatnya yang tercantum didalam
Al-Quran seperti di surat An-Nisaa 58-59. Bahkan terdapat cabang ilmu fiqih yang
khusus membahas ilmu ketatanegaraan dan politik yaitu Fiqh Siyasah.

2 Sistem bernegara yang sesuai dengan agama Islam telah dijelaskan di Fiqh Siyasah,
dimana terdapat bahasan mengenai perundang-undangan (siyasah dusturiyah),
politik luar negeri (siyasah dauliyah), pengaturan keuangan negara (siyasah
maliyah), dan saat terjadi perang (siyasah harbiyah). Serta terdapat beberapa posisi
dalam pemerintahan yang penting yang dijelaskan dalam Fiqih Siyasah

3 Contoh konkret pemerintahan ideal adalah Pemerintahan Ratu Shaba (tertulis dalam
Q.S. Saba : 15) dan pemerintahan Islam dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW
dan Khulafaurrasyidin yang masyarakatnya dianggap sebagai Masyarakat Madani.




BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1 Pulungan, Suyuti. Fiqh Siyasah. Jakarta: raja Grafindo Persada. 2002.
2 Abdul Wahhab Khallaf. Politik Hukum Islam.Yogyakarta: Tiara Wacana. 1994. hlm 7
3 http://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-i/islam/masyarakat-
madani/ diakses pada 21 Oktober 2013 pukul 10.24 WIB





DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
BAB II KERANGKA TEORITIS ..................................................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
3.1. Siyasah ........................................................................................................................... 4
3.2. Masyarakat Madani ....................................................................................................... 6
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................................... 10
BAB V DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

Anda mungkin juga menyukai