Anda di halaman 1dari 3

Masa Depan yang Cerah Bagi Program KB di Jawa Barat 10 Tahun Lagi!

Jumat, 17 Juni 2011 | BkkbN Oleh : Ria Irwina Savitri

Sudah sekian lama masalah populasi penduduk yang membengkak menjadi isu utama bagi peningkatan kesejahteraan sosial di Indonesia. Di Jawa Barat isu ini juga tak lepas dari perhatian berbagai pihak, baik pemerintah daerah, pemerhati isu kependudukan, maupun anggota dari BKKBN. Sensus penduduk terbaru tahun 2010 menunjukkan populasi penduduk Provinsi Jawa Barat mencapai angka 43.021.826 jiwa. Sungguh angka yang sangat fantastis sekaligus mengerikan apabila dibandingkan dengan luas daerah yang hanya 34.816,96 km2. Berdasarkan Indikator Kunci Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Satitistik (BPS) Provinsi Jawa Barat juga memiliki angka pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yaitu sebesar 1,84%. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2000 populasi penduduk Jawa Barat adalah sebesar 35.724.000 jiwa, tahun 2005 sebesar 38.965.000 jiwa, dan tahun 2006 sebesar 39.649.000 jiwa.

Apabila pertumbuhan penduduk tersebut tidak dikontrol, maka ledakan penduduk dalam kurun waktu lima sampai sepuluh tahun mendatang di Provinsi Jawa Barat tidak dapat dielakkan lagi. Ledakan penduduk ini tentu akan menjadi ancaman bagi kesejahteraan masyakarat apabila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang memadai. Pertumbuhan penduduk sejatinya harus diiringi dengan pertumbuhan sosial ekonomi dan pembangunan yang koheren. Jika pertumbuhan penduduk terlalu pesat hingga menyebabkan ledakan penduduk, maka pemerintah daerah juga akan kelimpungan mengatasi kebutuhan hidup penduduk dan melakukan pembangunan untuk menyangga kesejahteraan penduduknya.

Program Keluarga Berencana yang kini berslogan Dua Anak Lebih Baik merupakan wujud nyata upaya pemerintah pusat maupun daerah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Namun, sejauh ini slogan tersebut nampaknya tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pengendalian populasi penduduk di Jawa Barat. Rata-rata angka pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 sampai dengan 2006 masih cukup tinggi. Nampaknya, mayoritas keluarga yang tinggal di Jawa Barat memang merasa tidak cukup dengan hadirnya dua anak dalam keluarga mereka.

Riset mengenai kependudukan yang dilakukan pada tahun 1981 oleh Russel K. Darroch, Paul A. Meyer. dan Masri Singarimbun menunjukkan bahwa penduduk Jawa Barat, yang disebut dengan orang Sunda memiliki anggapan bahwa dua anak tidaklah cukup. Mereka menginginkan lebih dari dua anak dalam keluarga dengan berbagai alasan. Alasan paling utama bagi mereka adalah dengan memiliki lebih dari dua anak, mereka dapat terbantu di masa tuanya

nanti. Alasan terbanyak berikutnya adalah untuk membantu keuangan keluarga. Dua alasan utama inilah yang mendorong pasangan-pasangan suami istri di Jawa Barat pada tahun 1981 untuk memiliki lebih dari dua orang anak.

Lalu , apakah program KB dengan Dua Anak Lebih Baik akan selamanya hanya sebatas slogan? Saya rasa, kita boleh bersikap optimis. Hasil penelitian yang dilakukan Ria Irwina Savitri pada bulan Juni 2011 menunjukkan data yang bertolakbelakang dengan riset-riset yang sudah dilakukan sebelumnya. Peneliti melakukan survey terhadap 50 orang penduduk Jawa Barat dengan rentang usia 17-21 tahun yang diasumsikan sepuluh tahun mendatang akan memiliki keluarga dan menjadi tonggak pengendali laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat. Dari 50 responden, 23 orang memilih untuk memiliki 2 anak saja jika mereka telah menikah kelak. Motivasi yang paling dominan adalah untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan yang terbaik bagi anak sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga. Motivasi yang tertinggi kedua adalah kepedulian terhadap isu kependudukan. Mereka menyadari bahwa dengan hanya memiliki 2 orang anak dalam keluarga merupakan hal yang pokok untuk mengendalikan populasi penduduk. Kemudahan dalam mengurus dan mendidik dua orang anak menjadi motivasi yang menempati urutan ketiga. Sisanya menjawab faktor preferensi sebagai motivasi untuk memiliki dua orang anak.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa generasi muda di Jawa Barat kini sudah menyadari pentingnya mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sepuluh tahun lagi, ketika generasi muda saat ini menjadi menjadi bagian dari unit-unit keluarga di Jawa Barat, program KB dengan 2 anak untuk setiap keluarga bukanlah hal yang mustahil untuk tercapai.

Faktor yang membedakan sikap penduduk Jawa Barat terhadap kependudukan pada tahun 1981 dengan 2011 nampaknya adalah faktor tingkat pendidikan. Dalam riset tahun 2011 tersebut, 100% dari responden merupakan penduduk Jawa Barat yang berstatus mahasiswa. Hal inilah yang mungkin menjadi akar pembeda dari sikap mereka. Mengenyam pendidikan tinggi secara tidak langsung dapat mengubah paradigma berpikir seseorang. Pola berpikir yang luwes dan terbuka dengan isu-isu sosial memungkinkan seseorang untuk mengambil sikap yang tepat atas keputusannya. Oleh karena itu, pemerintah Jawa Barat hendaknya segera menangkap sinyal positif ini dengan merumuskan kebijakan yang kondusif di bidang pendidikan. Pemerintah Jawa Barat perlu mengalokasikan anggaran yang besar untuk melakukan pemerataan pendidikan bagi penduduk Jawa Barat. Alokasi dana pendidikan di APBD diharapkan juga dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan warga Jawa Barat. Di sisi lain, pemerintah juga perlu menggiatkan sosialisasi isu-isu kependudukan dan promosi program-program penunjang Keluarga Berencana ke instansi-instansi pendidikan. Diharapkan, penduduk Jawa Barat menjadi lebih peka terhadap isu-isu kependudukan. Lalu, kesadaran masyarakat Jawa Barat untuk mengikuti program KB dapat meningkat. Akhirnya, baik pemerintah (dalam hal ini adalah

BKKBN) dapat melakukan upaya pengendalian penduduk yang lebih kooperatif dan komprehensif.

Daftar Pustaka

Savitri, R. I. (2011). Prospek Program Keluarga Berencana di Jawa Barat Sepuluh Tahun Mendatang. Depok: Universitas Indonesia.

Fawcett, J.T. (1984). Psikologi dan Kependudukan. Jakarta: C.V. Rajawali

Darroch, R. K., Meyer, P. A., dan Singarimbun, Masri. (1981). Two are not enough: the values of children to Javanese and Sundanese. Honolulu: East-West Center

Silalahi, Karlinawati., dan Meinarno, E. A. (2010). Keluarga Indonesia. Jakarta: Rajawali Press

Badan Pusat Statistik. (2007). Indikator Kunci Indonesia Edisi Tahun 2007. Jakarta: C.V. Dharma Putra

Badan Pusat Statistik. (2010). Data Strategis BPS. Jakarta: C.V. Nasional Indah
http://jabar.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=575

Anda mungkin juga menyukai