Anda di halaman 1dari 11

SELAMAT JALAN IBU Terngiang di telingaku suara canda tawa anak-anak yang sedang bermain dengan sebayanya menyambut

kedatanganku di kampung halamanku setelah lama pergi bekerja di ibu kota. Suasana yang basah dan udara yang sejuk menemani di setiap langkahku tuk pergi ke rumahku, rasanya aku tak sabar bertemu ibuku yang berada di rumah yang sudah lama menanti kedatanganku. Di setiap jalan yang aku lewati, aku terus memandangi perubahan demi perubahan yang terjadi di tanah kelahiranku ini, rasanya tak ada yang berubah, terlihat pagar bambu yang tertata rapi berderet di sepanjang tepi jalan, serta pohon-pohon yang tinggi selalu melindungi kampung kecilku ini dari panasnya mentari masih tetap ada berdiri dengan kokohnya. Namun setelah beberapa saat aku menginjakkan kakiku di tanah kelahiranku ini, aku merasa ada sesuatu yang tak biasa aku rasa di tempat ini, tepat di jalan 100 meter mendekati rumahku. Suasana sunyi sepi terpancar di setiap rumah yang aku lewati, rasanya ini tak seperti biasanya, karena semua rakyat di desaku sangat periang dan selalu berkumpul di depan rumah jika sudah sore hari. Dan aku lebih merasa aneh lagi ketika seorang nenek tua menangis saat melihatku berjalan di depan rumahnya, ia menangis memejamkan matanya terduduk diam di kursi bamboo yang ada di depan rumahnya, melihat hal itu akupun merapikan penampilanku termasuk merapihkan kerudung hijau yang aku kenakan, rasanya tak ada yang salah dengan penampilanku, tapi mengapa ia menagis?, apa mungkin ia sedang sedih dan ia tak sengaja melihatku?. Mulai saat itulah, di setiap rumah yang aku lewati, terlihat nenek-nenek yang berada di rumah menagis saat melihatku, dan rasanya hanya ada nenek-nenek saja yang berada di rumah yang baru aku lihat di wilayah ini, kemana semua perginya masyarakat desaku ini?. Setelah lama berjalan, akhirnya aku sampai di depan pagar bambu rumahku, aku merasa sangat bingung saat melihat rumahku yang terbuat dari anyaman bambu itu dipadati oleh masyarakat sekitar. Saat itu aku berfikir mungkinkah di rumahku sedang ada pesta syukuran penyambutan kedatanganku ke rumahku?, namun setelah ku lihat dengan jelas, mereka, semua warga yang berada di rumahku sedang menagis haru, memeluk satu sama lain dan terlihat juga orang-orang termasuk para ibu-ibu yang mengenakan kerudung datang kerumahku sambil meletakkan sesuatu ke baskom tertutup kain putih yang terdapat di depan rumahku. Aku berdiri terdiam dan melepaskan tas yang aku bawa di tangan kananku. Saat itu juga. Ibu sulastri, tetangga dekatku, berlari ke tempat aku berada setelah melihatku berdiri di depan pagar rumahku. Ia memelukku sambil meneteskan airmata, aku menjadi sangat sangat sangat bingung, namun rasa bingung dan anehku terjawab sudah setelah bu sulastri yang mengenakan kerudung putih dan daster sedang memelukku berkata, yang tabah ya nak!, ibumu sudah tenang di alam sana. Pada saat yang bersamaan aku melihat di samping kananku terpasang secarik bendera kuning yang kusam terikat pada sebatang bambu yang terpasang di pagar bambu rumahku.

Aku langsung tersimpuh tak berdaya, namun ibu sulastri tetap menegarkanku tentang apa yang terjadi, aku langsung meneteskan air mataku di sana dan berlari memasuki rumahku yang ramai. Saat aku memasuki rumahku, aku melihat seorang wanita terbujur kaku tertidur di selimuti kain coklat tersenyum melihatku. Iyang aku lihat itu adalah jasad ibuku yang telah dimandikan sebelumnya, jasad seorang wanita yang sangat berjasa dalam hidupku, airmata yang tak bias ku bendung lagi keluar bercucuran . Aku juga melihat bapak dan adikku yang baru berumur 10 tahun itu menagis di samping mayat ibuku yang terlihat tersenyum penuh kedamaian. Mengetahui aku yang baru datang setelah sekian lama pergi, bapakku memelukku dan menyuruhku untuk duduk disampingnya. Dan menyuruhku tuk melihat raut wajah ibuku yang tertidur tak bernafas berkulit sangat putih, akupun langsung menciumnya dengan sepenuh hatiku, aku menjerit, dan menarik-narik bajuku, rasanya aku sudah kehilangan akal sehatku saat itu. *** setelah ibuku dimakamkan dan diiringi oleh banjiran tangisan orang-orang yang merasa kehilangan. Malam harinya, Aku mulai berusaha untuk tegar dan menerima kenyataan ini, ibu sulastri terus menagis di sampingku, ia terus bercerita kepadaku kenapa ibuku meninggal. Ibuku meninggal karena sakit keras yang di deritanya, karena tak punya cukup biaya, akhirnya ibuku berhenti berobat, walaupun ia mendapatkan bantuan dari pemerintah soal biaya, namun itu tak cukup untuk membuat ibuku dirawat sampai sembuh. Mendengar cerita ibu sulastri, aku semaki merasa bersalah, karena 3 tahun terakhir aku tak mengabari keluargaku bahkan megirim uang, rencananya aku akan memberikan uang hasil jerih payah yang aku bawa ini untuk ibuku sebagai kejutan untukknya, namun kini impianku akan hal itu telah sirna. Aku mengumanangkan ayat-ayat suci AL, QURAN untuk ibuku walaupun dibarengi tangisan seorang anak yang ditinggal ibu kandungnya setelah lama ia belum bertemu dengannya selama 3 tahun. .Seusai mengaji dan berdoa dengan masyarakat sekitar dirumahku, aku berlari ke kamarku, disana aku duduk di atas ranjang kasurku sambil terus menangis tiada henti. Aku membuka tas yang aku bawa dan mengambil sejumah uang hasil kerja kerasku di ibukota berjumlah 50 juta rupiah. Aku sangat menyesal, kenapa aku tak pulang minmggu lalu saja, mungkin dengan begitu uang ini bisa aku berikan kepada ibuku. Dan ibuku mungkin masih hidup. Saat itu-pun aku membayangkan betapa senangnya ibuku jika menerima uangku ini. Khayalanku itu percuma saja, aku belum memberikan ibu kebahagiaan dalam hidupnya, belum Dengan pasrah dan menerima takdir ini, aku menangis dan besujud sambil memegang erat uang hasil jerih payahku yang sepertinya tak berguna lagi. Dan akupun memohon ampunan kepada yang mahakuasa agar arwah ibuku diterima di sisinya, amin Selamat jalan ibu

CINTA si GADIS MUSLIMAH Ana adalah seorang wanita muslim yang sangat cantik, ia juga dikenal sebagai wanita yang pintar dan ulet dalam berbagai hal. Dan tak ada seorangpun lelaki yang berani macam-maacam dengannya, bahkan mendekatinya pun jarang termasuk bersalaman dengan bersentuhan tangan dangannya. Karena para lelaki yang di desanya menganggap ana adalah kembang desanya yang suci, jadi jika mereka menyentuhnya mungkin kata suci yang telah melekat di diri ana akan sedikit memudar. Ana memang seorang wanita muslimah yang selalu berpenampilan cantik dengan pakaian muslim, namun semuslim-muslimnya wanita pasti ingin merasakan rasanya di cintai oleh seorang lelaki, Ana bingung, karena semua lelaki yang ada di sekitarnya tak ada yang berani mendekatinya dan memperlakukannya sebagai barang pecah belah. *** di dalam musholla desa tempat ana tinggal. Ana membicarakan sesuatu dengan sahabatnya irna yang sudah menikah 1 bulan lalu dengan Adi. Di dalam musholla itu irna mengatakan sesuatu kepada ana yang telah selesai shaolat maghrib berjamaah. Ana, bagaimana ? bagaimana apanya? ya.itukamu sudah dapet pasangan yang tepat belum! belum, emangnya kenapa ihatuh pamali kalo gadis kaya kamu belum nikah, padahal kamu sudah saatnya menikah! oh tampak ana merenungi ucapan irna yang ada benarnya juga. Irna yang paham perasaan ana langsung memerintahkan ana untuk melihat ke luar teras musholla. Terlihat hamid sedang duduk sendiri. ituh sana.kesempatan gak dating 2 kali. Kamu kan suka sama hamid kan? terlihat ana malu dan menundukkan kepalanya. Disuruhnya ana untuk menemuinya di teras musholla oleh irna. Di teras musholla yang sepi Ana menghampiri hamid yang sedang menyendiri di sana. Hamid berumur 5 tahun lebih tua dari Ana, ia pun cerdas mudah bergaul dan ia juga seorang muslim yang taat beribadah, hamid-lah lelaki yang disukai ana sejak dulu, namun sampai sekarang ana masih malu untuk mengatakan kepada hamid tentang perasaannya itu, terlebih lagi hamid memperlakukan Ana sebagai mana laki-laki lain pada umumnya. Di teras musholla itu, Ana berniat akan mengatakannya kepada pujaan hatinya itu, ana langsung menyapanya. Ass..kang Hamid Wass.. oh teh ana? ucap Hamid yang agak terkejut melihat ana di belakangnya setelah menatap langit malam yang cerah, ia-pun membetulkan sarung yang ia kenakan. Kang hamid sendiri aja, ada apa atuh! enggak..Akang hanya sedang merenung tentang matahari dan bulan yang saling mengisi satu sama lain ana dan hamid-pun duduk berendengan, dan pembicaraanpun di lanjutkan, emangnya kenapa kang? Akang hanya kagum saja kagum?, kenapa sama bulan dan matahari, dan apa maksud perkataan akang tadi kemudian hamid menjawabnya sambil membetulkan kopiah hitamnya yang miring. Ia mereka saling mengisi satu sama lain, Karen matahari selalu membagikan sinarnya

kepada bulan jika ia tak bisa menyinari apa yang disinarinya, saat itulah bulan yang berperan sebagai matahari pada malam hari, dan berkat matahari dan bulan juga bumi menjadi seimbang dalam menjalankan perannya oh..gitu ya memang, Akang sangat iri denganhal itu iri?, kenapa kang? dalam pikiranku aku memikirkan mereka berdua adalah pasangan yang cocoh, harmonis, mereka saling mengisi tugas mereka satu sama lain. Bagiuku matahari bagaikan seorang lelaki dan bulan sebagai wanitanya, mereka memberikan satu sama lain untuk memberikan keseimbangan dan keharmonisan dalam berkeluarga, ya! memang siapa yang tak mau punya pasangan hidup yang saling mengisi dan berbagi kalo gitu cari pasangan atuh kan! Ana mulai nyambung dengan niatnya kepada hamid untuk mengatakan kepadanya bahwa ia ingin menjadi bulan untuknya. cari pasangan gak mudah Na!, karena di zaman sekarang ini kebanyakan wanita sudah terpengaruh oleh kebudayaan asing yang dapat merusak moral dan tingkah laku oh kalo gitu cari aja yang muslim, seperti teman dekat akang sekarang, mungkin? terlihat Ana menunjukkan senyum garingnya, karena tanpa disadari ana telah mengatakannya. mungkin siapa na!, Hamid menoleh ke sampingnya dan memandang Ana yang sedang tersenyum malu di hadapannya, Hamid mengerti dengan ucapan ana, karena hanya Ana dan Irna-lah teman wanita muslim yang dekat dengannya sekarang, terlebih lagi Irna telah bersuami, dan sekarang Ana yang belum bersuami, jadi sudah jelas sepertinya Ana ingin menjadi istrinya. Sambil terus memandang Ana, Hamid tersenyum lebar dan berkata, Na maksud kamu Ana yang malu itu langsung berterus terang saat itu juga, saat itulah kata-kata yang dipendam olehnya selama ini terucap juga melalui bibirnya yang sopan dan menawan, Iya Akang..Ana mau jadi pendamping akang, ana mau menjadi bulan untuk akang, ana akan selalu mengisi kehampaan hati akang ucapnya dengan perasaan tegang dan takut. Hamid yang mendengarnya swaktu itu-pun menjadi takut dan tegang untuk mengatakan sesuatu kepada Ana yang tersenyum bersembunyi di balik kerudung putihnya. Walaupun demikian hamid harus mengatakannya, dengan rasa berat hati ia berkata, tapi maaf Na Akang telah dijodohkan oleh ayah dan ibu akang dengan seorang wanita muslim dari pesantren tempat ayah Akang menuntut ilmu dulu, akang telah mendapatkan bulan akang Akang gak bermaksud untuk melukai hati Ana, ini memang sudah keputusan orang tua, .mungkin suatu saat nanti Ana akan mendapatkan matahari ana yang jauh lebih baik dari Akang. Ana langsung merasa malu..sangat malu, ia tak menyangka ini akan terjadi, sesaat setelah berkata demikian dengan halusnya, hamid meninggalkan ana sendiri di teras musholla yang sepi itu lantaran Hamid dipanggil oleh ustadz yang mengajar ngaji di musholla . ana yang belum mengaji itu langsung berlari sambil mendekap Al Quran dan mukena putih yang ia bawa, ia berlari ke rumahnya. Dan irna yang menyaksikan kejadian itu merasa sedih dan merasa bersalah, karena itu idenya agar ana mengatakannya kepada Hamid. ***

di dalam kamar rumahnya, ana menangis tiada henti, ia meyesal dan sangat malu karena telah melakukan hal bodoh semacam itu. ya Allah, tolong pertemukanlah hamba dengan jodoh hamba, namun bila ini memang sudah kehendakmu, hamba ikhlas menerimanya

LOVERIA
Di sore hari, ku terdiam sendiri memandangi tenangnya langit yang bertabur sejuta makna, ku terdiam di bangku kayu menunggu sang pujaan hati, ya aku menunggu pujaan hatiku, Hendrik Ferdian. Perkenalkan aku Eria 17 tahun, anak dari keluarga yang bisa dikatakan miskin, walaupun miskin, tapi aku tetap senang menjalani hidup ini. Aku dan Hendrik telah lebih dari 3 tahun berpacaran, aku sangat mencintainya, rasanya tak ada seorang lelakipun yang dapat menggantikan posisinya di hatiku, dan ia juga merasa begitu padaku, mungkin ini yang namanya jodoh. Sudah setengah jam aku menunggu kedatangannya, namun ia tak kunjung datang, kumengisi waktu luang di sana dengan terus memandangi sekitarku, pohon beringin yang lebat meneduhkanku, seolah ia melindungiku dari panas mentari, melamun hal itu, akupun teringat tentang Hendrik, andai saja ia datang cepat, mungkin ia yang akan melindungiku dari panas mentari, bukannya pohon beringin ini. Sudah 1 jam aku menanti, segala cara aku lakukan, mulai dari sms sampai nelfon, tapi sepertinya HPnya tak aktif, jadi percuma saja. Rasanya sudah cukup aku menunggu, mungkin ia sedang ada masalah, lebih baik aku pulang ke rumah, mungkin ibuku membutuhkanku membantunya di warung. Di rumah, di malam yang dingin , angin malam terus membelaiku yang duduk di teras rumahku, aku terus melamun kenapa Hendrik tak menemuiku disana?, padahal kita sudah janjian, aku coba menelfonya, tapi yang aku dengar?, hanya perkataan seorang wanita operator saja. Aku mulai resah akan hal itu, apa Hendrik baik-baik saja?. Esok harinya, aku berangkat ke sekolah SMA ku, aku berjalan sampai perempatan jalan, seperti biasanya Hendrik akan menjemputku untuk berangkat sekolah, namun apa yang aku lihat, ia tak menjemputku, aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya. Di sekolah aku terus melamun, bahkan saat pelajaran ibu Ida. Ibu ida adalah seorang guru bahasa inggris di kelasku, dan ia terkenal sangat cerewet dan disiplin. Ria, perhatikan, Ibu ida melihatmu melamun, kayaknya ia marah, RiaRia bisik eli, teman sebangkuku, dengan reflek aku langsung berhenti melamun dan ditanyai oleh Ibu Ida yang kebetulan sudah berdiri memperhatikanku di depanku. kamu melamun apa Ria?, kamu gak perhatikan apa yang ibu terangkan ya? sayasaya perhatikan!. Ucapku dengan gugup.

alasan aja bu, paling dia gak perhatikan ibu kata salah satu anak lelaki di kelasku, dan serempak siswa-siswi di kelasku menyeruku. Ria, 2 minggu lagi kamu akan menghadapi UN, jadi perhatikan perintah Ibu Ida. Dan setelah itu akupun menarik nafas dalam-dalam bersyukur karena ibu Ida tak menghukumku dan akupun kembali memperhatikan pelajaran. Sepulang sekolah, aku membantu ibuku berjualan di warung, sementara ayahku sudah lama meninggal, namun aku yakin, pasti disana ayahku sedang beristirahat di surga dengan tenang, jadi aku gak boleh sedih. *** beberapa haripun berlalu, aku tak mendapat kabar sama sekali tentang Hendrik, kertumahnyapun percuma, rumahnya selalu tertutup oleh pintu gerbang yang tinggi, Hendrik memang keturunan orang kaya, pengusaha sukses. Walaupun begitu, aku melihatnya bukan karma hartanya, aku benarbenar menyukainya dengan ketulusan hatiku. Tak terasa Aku akan menghadapi UN besok, aku harus berusaha, jangan siasiakan belajar selama 3 tahun hancur oleh 3 hari. Akupun harus membuat hendrik bangga dengan kelulusanku, terlebih lagi, ibuku sudah susah payah hutang sana sini demi membayar keperluan sekolahku. Esoknya, aku melihat Gina, Gina Switzgrin adalah teman dekat hendrik, ia juga berasal dari keluarga kaya, sama seperti hendrik, dan ia satu sekolah denganku, namun aneh, sepertinya saya baru melihatnya berangkat sekolah hari ini. Akupun menyapanya, namun sapaanku itu malah dibalas cuekan darinya, apa ia benar-benar membenciku, aku tahu sebabnya, pasti karena ia membenciku, ia juga menyukai Hendrik, sama seperti ku. Memang aku tak akur dengannya selama ini. Keesokan harinya lagi aku menghampiri Gina dan menanyakan tentang Hendrik, namun Gina tetap cuek dan menjauh dariku. Terus menerus aku bertanya padanya selama UN berlangsung, namun tak ada jawaban darinya, Namun saat di acara perpisahan sekolah, rasanya aku sudah cukup merasa tak menjadi pacar Hendrik lagi, karena sampai hari perpisahan sekolahku-pun aku belum mendengar kabarnya sama sekali, walaupun demikian, aku tetap menantinya. Saat di perpisahan sekolahku, Gina menghampiriku dan berkata dengan gayanya yang sok cantik dan angkuh. hey anak kampung, kamu jangan pernah bertanya tentang Hendrik lagi padaku, sudahlah lupakan hendrik, ia juga sekarang telah melupakanmu, ia sedang bersama cewek cantik yang sederajat dengannya

apa maksudmu tanyaku dengan rasa bingung dengan ucapan Gina yang secara tiba-tiba. ehkamu gak nyadar juga ya, Hendrik itu udah ngelupain kamu Eria, jadi kalian berdua sudah gak pacaran lagi, alias putus. apa hendrik sendiri yang berkata seperti itu? Tanya aku lagi yang ingin sekali menangis. ya iya lah jawab Gina, dan ia pun pergi dari hadapanku. Aku yang mendengar kalimat itu langsung berlari menuju rumahku, di dalam kamarku aku menangis sepuasnya, melampiaskan rasa sedihku, aku tak percaya bahwa ini terjadi, aku tak percaya Hendrik berkata seperti itu. Satu bulan telah berlalu, kini aku kerja di sebuah mal di cirebon sebagai kasier pasar swalayan, karena ibuku tak mampu menyekolahkanku lagi di perkuliahan, apalagi kuliah itu dananya sangat besar, jadi aku putuskan untuk bekerja saja. Setiap malam aku curhat pada Adi, Adi adalah tetanggaku yang sangat ramah dan ia seumuran dengan hendrik 20 tahun, semua kisahku mulai pertama pacaran dengan hendrik dan akhirnya putus aku ceritakan setiap harinya, dan tak ada sedikitpun perasaan lelah yang Ia tunjukkan saat mendengar curhatanku. Selama satu bulan itu, setiap pulang kerja, aku selalu menyempatkan waktuku untuk melihat rumah mantan pujaanku itu, meski harus memutar jalan, salama itu aku tak pernah melihat Hendrik. Namun saat hari ke 47, aku melihatnya, ia menaiki mobil dan ia diturunkan dari mobil di depan rumahnya, aku bisa melihatnya, karena pintu gerbang pagar rumahnya terbuka lebar, tapi anehnya, hendrik mengenakan kursi roda dan sepertinya ia tak bisa melihat, aku bisa mengetahuinya karena ia meraba-raba apa yang ada di sampingnya, akupun merasa tak percaya dengan apa yang aku lihat, ku tanyai seorang pembantu hendrik yang akan menutup pintu gerbang rumah hendrik. ibu, apa itu hendrik? tanyaku dengan rasa was-was. iya, emangnya ada apa? Tanya bibi pembantu lagi. tapi kenapa ia pakai kursi roda bi? tanyaku lagi. oh iya, den hendrik baru aja datang dari rumah sakit Jakarta, ia kecelakaan, tabrakan motor saat ia mau ke. Pikir bibi pembantu. mau kemana bi? oh iya..den hendrik bilang waktu itu ia mau ketemuan sana EriEri.Eria iya Eria, tapi saat den hendrik mau kesana ia kecelakaan, dan baru pulang sekarang kapan bi! tanyaku lagi dengan rasa ingin menangis

waktu tanggal 1 april. Jawab bibi pembantu, dan kemudian ia menutup pintu gerbang rumah Hendrik. Aku yang mendengar langsung dari mulut bibi pembantu rumah hendrik itu merasa sangat terpukul dan bersalah, di kamarku, aku mengeluarkan air mataku lagi tiada henti sampai esokharinya aku tak berangkat bekerja, karena itu juga aku dipecat dari pekerjaanku. Aku tak menyangka hendrik selama ini menderita, hal itu karenaku, jika saja kita berdua tak janjian bertemu pada tanggal 1 april, pasti keadaannya tak begini, ini memang semua salahku, salahku..aku memang bodoh, sejak itu juga aku selalu berdoa untuk kesembuhan hendrik di dalam doa-ku. Dan aku juga tahu, bahwa gina sepertinya berbohong padaku Aku yang tak punya pekerjaan lagi harus terpontang panting mencari kerja, dan selama 4 hari mencari kerja, akhirnya aku mendapat pekerjaan di sebuah toko, walau gajihnya tak seberapa. Sejak aku bekerja di toko itu. Pagi harinya, aku selalu bermain ke rumah hendrik, aku mengaku sebagai teman hendrik yang bersedia merawatnya, untungnya kedua orangtua hendrik mau mengerti bahwa hendrik butuh seorang teman, dan untungnya juga kedua orangtua hendrik tak tahu bahwa aku eria, eria yang telah meyebabkan hendrik kecelakaan, bayangkan jika ia tahu hal itu, uhsepertinya itu tak bisa dibayangkan. Aku terus merawat hendrik tiada henti setiap pagi setiap hari, hendrik yang buta itu tak mengetahui bahwa aku yang merawatnya. Hal itu aku lakukan dengan sengaja. Setiap kali melihatnya, aku merasa sedih, tak jarang aku selalu meneteskan airmata saat melihat wajahnya, untungnya ia hanya bisa mendengar suaraku. Jadi ia tak tahu apa-apa yang aku lakukan dihadapannya. kau mirip pacarku, suaramu sangat mirip persis seperti pacarku eria ucap hendrik dengan polosnya. Mendengar hal itu akupun meneteskan airmataku kembali. memang kau masih suka dengannya tanyaku dengan berpura-pura. iya, tapi rasanya kini ia sudah melupakanku, bahkan menjengukku saja dia tidak kata siapa tanyaku lagi. kata Gina, Gina yang selalu menemaniku, padahal aku ingin ditemani eria, pacarku, tapi dulu, dulu sebelum aku buta seperti ini, rasanya jika ia melihatkupun ia akan tak suka padaku dan meninggalkanku, akupun sekarang mulai sedikit membencinya akan hal itu. Mendengar perkataan hendrik tentangku di depanku sendiri, membuat hatiku terpukul, padahal gina sudah tahu bahwa aku yang merawatnya, namun gina

malah berkata lain di belakangku. Terlebih lagi, kini hendrik sudah membenciku, untungnya ia tak tahu bahwa aku yang sering diajaknya berbicara dan merawatnya. Lambat laun gina yang tahu bahwa aku yang menyebabkan kecelakaan yang menimpa hendrik mengadu pada kedua orangtua hendrik, dan benar saja, akupun diusir tanpa sepengetahuan hendrik, dan akupun tak kembali kesana setelah kejadian itu. Dua bulan telah berlalu, kini aku tak merawat hendrik lagi, karena hendrik telah di bawa ke singapura untuk pemasangan mata barunya. Dan sekarang ia menjadi seorang hendrik yang dulu, hendrik yang tampan dan bisa melihat apapun di sekelilingnya. Kini ia sudah bisa bermain dan kuliah di cirebon dengan sebayanya. Ia kuliah di cirebon, karena ibunya tak mau jika harus pisah dengannya lagi. *** Sepertinya hendrik lupa denganku, ia sama sekali tak menghampiriku di rumah, sama sekali tidak, walaupun begitu, aku tetap senang melihatnya sehat dan menjadi hendrik yang dulu. pada suatu hari, tanpa disengaja, aku bertemu dengannya, ia serasa marah padaku, iapun langsung membuang mukanya dan pergi meninggalkanku sendiri yang sedang melihatnya penuh cucuran air mata kesenangan. Aku mulai yakin, ia sudah tidak lagi menjadi pujaan hatiku, namun aku masih mencintainya, masih!. 3 bulan telah kulalui dengan rasa sedih, segala usaha untuk membuat hendrik sayang padaku telah aku lakukan, namun selama masih ada Gina, upayaku itu akan sia-sia, karena ia selalu mengadudombaku, dan membuat hendrik benci padaku, gina memakai alasan bahwa aku tak peduli saat ia sakit hal itu ia lakukan agar hendrik marah padaku, aku sangat terpukul saat itu namun aku tetap tabah. Akhirnya, Pada suatu hari, di hari kelulusan kuliahnya, hendrik menghampiriku, aku yang sedang duduk di bawah pohon beringin , tempat pertama aku dan hendrik menjalin kasih, tempat sejuta kenangan tentang aku dan dia. Saat itu Aku tak menyangka bahwa ia akan datang menghampiriku, karena aku sedang menunggu Adi yang menyuruhku untuk datang ke tempat itu, hendrik yang sangat tampan itu berkata bahwa ia meminta maaf padaku, ia tahu selama ini ia dibutakan oleh gina akan kebenaran, kini ia hilaf dan meminta aku menjadi pacarnya kembali, aku yang telah menugggu saat-saat ini langsung berkata bahwa aku mau menjadi pacarnya lagi, dan pujaan hatiku itu telah kembali di hatiku, mengisi kehampaan hatiku yang telah lama hampa

beberapa bulan ini. Akupun bertanya mengapa ia bisa tahu bahwa gina berbohong padanya?, ia menjawab, ia diberi tahu oleh Adi, Adi yang menceritakan segala hal tentang apa yang terjadi padanya dan yang aku lakukan untuknya selama ia sakit. Dan sepertinya, Adi memang sengaja mempertemukan aku dengan hendrik. Aku sangat berterima kasih padanya. Karena berkatnya, kini kisah cintaku dengan hendrik telah bersemi kembali, seperti pohon beringin berdaun lebat yang meneduhkan kami berdua.

By: Aditta Muliyadin

Anda mungkin juga menyukai